Thursday 21 June 2012


Draft quality control mri , anggota : DR.dr.Jacub Pandelaki, dr. Tjondro, Sugiyanto, Bertold. Sumedi, Franky Dimpudus, Yusuf, SugiantoMaapSc
PROGRAM KENDALI MUTU MRI
Pengertian
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu peralatan kedokteran di bidang radiologi untuk pencitraan potongan penampang tubuh atau organ manusia yang menggunakan medan magnit, proton, radio frekuensi, dan komputer.
Kekuatan magnit yang digunakan besarnya antara 0.2 Tesla sampai 7 Tesla (1Tesla = 10.000 Gauss), atau kira kira 2.000 sampai 70.000 Gauss, sekitar 1000 sampai 30.000 kekuatan magnit bumi (magnit bumi = 0.5 Gauss).
Pencitraan MRI didasarkan pada prinsip resonansi inti atom Hidrogen. Inti atom Hidrogen memiliki partikel proton bermuatan positif, berputar (spin) pada frekuensi tertentu, dan memiliki momen magnetik. Digunakannya proton Hidrogen sebagai dasar karena sangat banyaknya kandungan proton hidrogen dalam jaringan biologis manusia. (1 mm3 dari jaringan mengandung 1018 proton hidrogen). Proton ini mempunyai momen magnetik dan bila diletakkan pada medan magnit, misalnya 1.5 Tesla, maka secara sepesifik menyerap energi gelombang radio pada frekuensi resonansi 63 megahertz (Mhz).
Pada pemeriksaan MRI, pasien diletakkan pada medan magnit dan radio frekuensi diprogram lalu dipancarkan melalui antena atau coil. Coil tersebut diposisikan sekeliling bagian tubuh pasien yang akan diperiksa. Proton-proton hidrogen di dalam tubuh pasien tersebut menyerap energi radio frekuensi yang sama (beresonasi) dan kemudian memancarkan ulang energi radio frekuensi tadi setelah beberapa periode sehingga menghasilkan energi manetisasi yang dideteksi oleh oleh antena atau coil.  Energi yang dikumpulkan dari pengulangan pemberian radio frekuensi membentuk signal dan secara kompleks diolah oleh komputer menjadi citra struktur anatomi. 
MRI berkemampuan menghasilkan citra struktur anatomi dalam irisan atau potongan penampang tubuh dalam berbagai bidang (aksial, sagital, koronal, dan oblik). Setiap titik dari citra tersebut didasarkan pada partikel magnetik proton hidrogen secara mikro saling berinteraksi pada jaringan tubuh yang di scan. Perbedaan waktu relaksasi antara jaringan satu dengan yang lain, misalnya: lemak, white matter dan grey matter pada otak, cairan cerebral spinal, dan jaringan tumor, sehingga memberikan perbedaan kontras jaringan  maka timbul pencitraan anatomi dan patologi jaringan tubuh yang dapat dievaluasi.
Pencitraan MRI umumnya digunakan untuk pemeriksaan neuroradiologi (neurology imaging), misalnya otak dan tulang belakang serta muskuloskeletal (misalnya lutut, bahu, dan sebagainya).  Pada perkembangan teknologi MRI saat ini, khususnya MRI 1.5 Tesla atau lebih, informasi yang dihasilkan tidak lagi terbatas pada informasi anatomis, namun juga mampu memberikan informasi fungsional misalnya : informasi aliran darah (blood flow), fungsi jantung (cardiac function), proses biokimia (spektroskopi), tumor kinetik, difusi, perfusi dan kadar oksigen darah (blood oxygen level) untuk pemetaan fungsi otak (functional MRI).
Kelebihan dari MRI adalah pemeriksaa non invasif dan tidak menggunakan radiasi pengion. Namun, pemeriksaan ini juga memiliki kontra indikasi absolut dan relatif misalnya : pada pasien dengan implan pacu jantung (Pacemaker),  implan cardiac defribilator,  alat bantu dengar permanen (implant cochlear), neurostimulator, bone growth stimulator, pasien dengan wajib terapi infusion pump secara elektronik,  adanya benda asing logam pada mata (intra occolar foreign body), dan aneurysm clips. 
Citra MRI yang baik tergantung pada banyak faktor misalnya : eksternal (suhu, listrik, kelembaban, dan lain –lain) dan internal (parameter MRI yang kompleks seperti TE, TR, FOV, NEX, pilihan sequence, dan lain-lain). Bila pemilihan parameter tersebut tepat, maka kualitas gambar MRI memberikan gambaran detail tubuh manusia yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat didiagnosa dengan baik. 
Disamping itu pengadaan peralatan MRI di suatu institusi pelayanan kesehatan memerlukan modal investasi yang sangat besar dan hasil dari investasi tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang.  Oleh sebab itu diperlukan program jaminan mutu dan kendali mutu yang baik sejak dari pengadaan, pemasangan, penggunaan, dan pemeliharaan alat MRI untuk memastikan operasional MRI yang lancar, terjaganya kehandalan peralatan MRI yang selalu terus menghasilkan citra diagnostik yang akurat.
Ruang lingkup
Pedoman jaminan mutu peralatan MRI mencakup : Uji keberterimaan (acceptance test), Tes senter frekuensi (Centre Frequency Test), Transmitter Gain Test, Akurasi geometris (Geometric Accuracy), resolusi spasial (High Contrast resolution), Low Contrast Resolution, Artefact analysis, Laser Film Quality Control ,Slice position accuracy, Slice thickiness accuracy, interslice RF interference,  dan Visual Check list,

1. Test senter frekuensi (central frequency test)
·         Definisi :  uji ketepatan senter frekuesi yang digunakan.
·         Tujuan : untuk mengetahui apakah ada perubahan senter frekuensi dibandingkan  dengan hari sebelumnya.
·         Parameter  : central frekwensi test, dengan satuan frekuensi (Hertz)
·         Alat dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI.
·         Frekuensi : mingguan oleh radiographer / MR technologist oleh radiographer / MR techologist
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
·         Analisa kinerja :  hasil dari pengkuran pada MRI 0.5T , 1.5 ppm= 19Hz. Untuk MRI 1.5T  1.5 ppm=96Hz
·         Kriteria keberhasilan : bila perubahan senter frekuensi dalam 20 hari ± 100Hz.
·         Tindak lanjut :  bila hasil pengukuran diluar kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·         Formulir :  database dalam alat MRI.

2. Test Transmitter Gain / Attenuation.
·         Definisi :  uji transmisi daya yang diperlukan untuk menghasilkan RF pulse yang tepat.
·         Tujuan : untuk mengetahui bahwa transmission gain stabil.
·        Parameter  :   Test transmiter gain / attenuation, dengan satuan bergantung dari pabrikan  misalnya:  dalam dB,  transmitter amplitude (V), RF level.
·         Alat dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI.
·         Frekuensi : mingguan
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
·    Analisa kinerja :  hasil dari pengkuran dalam 20 hari , tidak melebihi standar deviasi yang ditentukan.
·         Kriteria keberhasilan : memenuhi standar deviasi yang ditentukan atau nilai normal dari masing-masing alat.
·         Tindak lanjut :  bila hasil pengukuran diluar kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·         Formulir :  tersedia dalam database alat MRI.
 3. Test akurasi geometri (Geometric Accuracy).
·         Definisi :  mengukur jarak pada sumbu-sumbu utama pada phantom.
·         Tujuan : untuk membandingkan hasil ukuran jarak pada phantom dengan ukuran sebenarnya.
·         Parameter  :   geometric accuracy, dengan satuan mili meter (mm).
·         Alat dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI untuk pengukuran geometri.
·         Frekuensi : mingguan
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring).
o Buat irisan Sagital T1 sebagai lokalisir.
o   Buat irisan Axial T1 pada irisan ke – 5 (phantom ACR) atau phantom lain untuk pengukuran geometric accuracy.
o   Pengaturan window dan level :  atur window sekecil mungkin, atur level dimana nilai air gelap (sebagai nilai mean).
o  Atur window with = nilai mean dan atur window level= ½ nilai mean. Window/ Level harus diset terpisah untuk masing-masing sebagai localizer atau axial T1W. (Contoh : untuk pengukuran geometrik, sagital localizer digunakan window with = 900 dan window level =450.  Untuk Axial T1W, gunakan window with =1300 dan window level=650)
·         Analisa kinerja :  pada phantom ACR, untuk sagital localizer dari top sampai bottom (sumbu Z) panjangnya =148 mm, untuk irisan axial (irisan ke-5), sumbu horisontal dan vertikal (X dan Y)=  190 mm. Untuk phantom geometri yang lain, nilai pengukuran menyesuaikan standar pabrikan.
·         Kriteria keberhasilan : hasil pengukuran ± 2 mm.
·         Tindak lanjut :  bila hasil pengukuran diluar kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·         Dokumentasi :
4. Test resolusi spasial (Spatial Resolution).
·         Definisi :  kemampuan alat MRI dalam membedakan 2 titik objek yang bedekatan. 
·         Tujuan : untuk mengukur kemampuan alat MRI dalam memvisualisasikan 2 titik objek yang paling minimum jaraknya.
·         Parameter  :   spatial resolution, dengan satuan mili meter (mm).
·         Alat dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI untuk pengukuran spatial resolution
·         Frekuensi : mingguan.
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o  Scan Axial T1W irisan ke-1 (Phantom ACR) atau phantom bawaan khusus test spasial resolution dimana prosedur menyesuaikan instruksi pabrikan.
o  Pada phatom ACR ada 2 Set lubang. (1.1mm , 1.0mm , 0.9 mm)
o  Lakukan pembesaran gambar dan atur window / level.
o  Observasi hasil gambar pada baris lubang atas kiri.
o  Ulangi untuk melihat kolom  lubang-lubang.
·         Analisa kinerja :  4 Lubang dalam satu baris dan kolom harus terlihat terpisah.
·         Kriteria keberhasilan : Masing-masing lubang harus dapat dibedakan.
·         Tindak lanjut :  bila hasil pengukuran diluar kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·         Dokumentasi.    

                                                                                              
                         

                                                         
5.  Test Low Contrast Object Detectability.
·         Definisi :  kemampuan alat MRI untuk mendeteksi objek dengan kontras rendah. 
·         Tujuan : untuk mengukur kemampuan alat MRI dalam memvisualisasikan  objek-objek yang memiliki kontras rendah.
·         Parameter  :  test low contrast object detectability dengan visualisasi objek.
·         Alat dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI untuk deteksi objek kontras rendah
·         Frekuensi : mingguan.
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o  Pada phantom ACR atau phantom bawaan alat  dimana  prosedur tes menyesuaikan instruksi pabrikan. Buat irisan sebanyak 4 irisan yang memotong bagian phatom khusus deteksi objek kontras rendah (Irisan ke 8 sampai ke 11).
o     Ada 10 Spoke per irisan, masing-masing spoke ada 3 urutan lubang dengan ukuran yang semakin mengecil searah jarum jam.
o   Spokes pada tiga irisan axial, harus dapat dibedakan dibanding dengan background. .
o    Cek pada salah satu irisan dan tentukan pada irisan keberapa dari lubang-lubang spoke tersebut dapat terdeteksi.
o    Low field bila pada irisan ke 11 dan high field pada irisan ke 8 atau ke 9.
  
·         Analisa kinerja :  Hitung seluruh spokes yang tampak.
·         Kriteria keberhasilan :  Harus terlihat semua spokes..
·         Tindak lanjut :  bila lebih dari 3 spokes tidak terdeteksi, maka perlu diulang dengan koreksi letak phantom benar (tidak boleh miring). Bila hasil tetap,   hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·         Dokumentasi.    
                       
5.  Evaluasi artifak
·         Definisi :  artifak pada MRI ialah gambar anomali, tidak termasuk random noise, yang bukan berasal dari struktur dan sifat kimia dari obejek, atau yang berasal dari struktur dan sifat kimia dari objek tapi tidak pada tempat yang semestinya.
·         Tujuan : untuk mengevaluasi artifak yang terjadi pada citra MRI.
·         Parameter  :  artifak dengan visualisasi objek.
·         Alat dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI
·         Frekuensi : harian
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o   Buat 1 irisan Axial T1 pada phatom.
o    Atur window with dan window level.
·         Analisa kinerja :  Cek adakah : distorsi gambar, ghosting pada phantom atau background,  streaks/lajur putih, spot hitam atau putih,  penampakan gambar lain yang tidak semestinya, kekaburan, atau trunctactioin artifakKriteria keberhasilan :  tidak ada artifak.
·         Tindak lanjut :  bila tampak artifak,  hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·         Dokumentasi.    
                         
6.  Laser film quality control.
·         Definisi :  jaminan mutu pada kesesuaian antara tampilan citra di monitor dengan hasil film printer laser.
·         Tujuan : menguji apakah hasil tampilan citra di monitor sama dengan printer.
·         Parameter  :  laser film quality control pada pola gambar SMPTE  (Society of Motion Picture and Television Engineer.
·         Alat dan bahan : gambar grafik SMPTE, densitometer.
·         Frekuensi : mingguan
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o  Verifikasi kalibrais monitor.
o  Pengamatan visual pada konsul gambar pola SMTPE
o Verifikasi tingkat keabu-abuan (gray level) mulai 0/5% sampai 95/100%.
o  Cetak gambat tersebut pada film, 6 gambar dalam 1 film, atau 4 gambar dalam 1 film.
·         Analisa kinerja : 
o  Lihat konsistensi visual perubahan gray level mulai 0/5% sampai 95/100%.
o  Ukur optical density pada pada patch 0%, 10%, 40%, dan 90%. Dengan densitometer dan plot hasil pengukuran pada chart.
o  Cek apakah ada artifak pada film.
              
·         Kriteria keberhasilan : 
o   Tidak tampak artifak pada film.
o    Standar plot data densitometer :


 






·         


 Tindak lanjut :  bila ada artifak pada film dan / atau hasil pengukuran densitometer diuar kontrol limit. hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·         Dokumentasi :  form laser printer film control chart. 
7.  Test slice position accuracy.
·         Definisi :  uji ketepatan posisi irisan aksial yang diletakkan pada lokasi spesifik dengan menggunakan localizer sagital
·         Tujuan : menguji ketepatan posisi irisan aksial pada lokasi spesifik dengan menggunakan localizer sagital.
·         Parameter :  slice position dengan satuan mili meter (mm).
·         Frekuensi : bulan.
·         Alat dan bahan :  
o  Phantom ACR atau phantom bawaan alat  (standar head coil).
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o   Buat scanning axial T1W pada phantom 11 irisan.
o   Dilakukan pengukuran pada irisan ke  1 dan irisan ke 11.
o   Perbesar gambar pada monitor pada irisan yang dikehendaki, perbesar gambar 2 sampai 4 kali.  Pastikan garis persilangan tetap ada dalam gambar di monitor.
o    Atur window with dan window level sehingga ujung dari vertikal bar tidak kabur.
o    Ukur jarak antara ujung bar kanan dan kiri dengan software measurement tools MRI.
o    Jika jarak bar kiri lebih panjang dari kanan, berikan tanda minus pada ukuran panjang tersebut.
·         Analisa kerja:
o    Mengukur perbedaan jarak antar bar kanan dan kiri.
·         Kriteria hasil kerja:
o    Perbedaan panjang jarak bar kanan dan kiri tidak boleh lebih dari 5 mm.
8.  Test slice thickness accuracy.
·         Definisi :  uji ketepatan tebal irisan
·         Tujuan : menguji ketepatan ketepatan dan akurasi ketebalan irisan
·         Parameter :   slice thickness, dengan satuan mili meter (mm).
·         Frekuensi : 4 bulan
·         Alat dan bahan :  
o  Phantom ACR atau phantom bawaan alat  (standar head coil).
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o   Buat scanning axial T1W pada phantom 11 irisan.
o   Tampilkan gambar irisan ke 1, dengan perbesaran 2-4 kali, pastikan slice thickness insert (2 garis tipis bersilangan) nampak dalam monitor.
o    Atur window with dan window level sehingga slice thickness insert ramp tampak dan  tidak kabur.
o    Taruh ROI berbentuk segi empat di tengah masing-masing atas dan bawah ramps. Catat nilai signal dari kedua ROI (Top dan Buttom). Kemudian hitung rata-rata nilai dari kedua ROI tersebut. Hasil dari perhitungan tersebut merupakan nilai rata-rata nilai tengah dari signal di tengah ramps. Hati-hati ROI jangan sampai diluar area ramps.
o     Ukur jarak antar ramps (Top and Buttom) dengan software measurement MRI. Catat hasil pengukuran.
·         Analisa kerja:
o    Mengukur ketepatan tebal irisan .
·         Kriteria hasil kerja:
o    Tebal irisan = 0.2 x (Top x Bottomm) / (Top+Bottom)  mm, hasil pengukuran  5.0 mm ± 0.7 mm.
·         Dokumentasi
9.  Test interslice RF interference (Crosstalk).
·         Definisi :  uji interferensi radiofrekuensi antar irisan.
·         Tujuan : evaluasi interferensi radiofrekuensi pada jarak antar irisan pada pemeriksaan MRI dengan irisan yang banyak (multi slice).
·         Parameter :   interslice RF interference dalam mili meter (mm).
·         Frekuensi : 4 bulanan.
·         Alat dan bahan :  
o  Phantom ACR atau phantom bawaan alat  (standar head coil).
·         Prosedur : mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI (AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o   Gunakan ACR phantom, set T1W multi slice spin echo sequence.
o   Atur FOV=25cm , matrix 256 x 256 mm, tebal 5 mm, TR=500, TE=20m , NSA=1
o    Atur irisan sehingga irisan tersebut berada di tengah-tengah dari gambar phantom yang signalnya merata. Pada ACR phantom, lihat irisan ke 7 dan ke 8.
o     Lakukan 4 serial scan , masing-masing 11 irisan , dengan variasi variasi jarak antar irisan (mm) 0, 0.5, 1.0, dan 5 mm.
o     Catat intensitas signal rata-rata dan standar deviasi dari background signal (noise).
o    Bagi signal rata-rata pada gambar dengan standar deviasi dari background signal (noise).
o     Ukur signal to noise ratio pada masing-masing gambar, isi hasil pengukuran pada MRI equipment performance data form.
o     Plot data sebagai fungsi dari presentasi jarak antar irisan. Normalisasi SNR diperoleh dengan jarak antar irisan =100% dari tebal irisan.
·         Analisa kerja:
o    Mengevaluasi interferensi radiofrekuensi jarak antar irisan dengan membandingakan nilai SNR masing-masing irisan .
·         Kriteria hasil kerja:
o    Interferensi radiofrekuensi tidak akan mengurangi SNR lebih dari 20% dibanding dengan 100% SNR dengan jarak antar irisan nol.
·         Dokumentasi
10.  Visual Check.
·         Definisi :  pemeriksaan rutin terhadap transportasi pasien dan magnit, film dan monitor, Integritas RF dan kontrol ruangan, dan fasilitas keselamatan MRI.
·         Tujuan : uji transportasi pasien dan magnit, film dan monitor, Integritas RF dan kontrol ruangan, dan fasilitas keselamatan MRI
·         Parameter  :  transportasi pasien dan magnit, film dan monitor, Integritas RF dan kontrol ruangan, dan fasilitas keselamatan MRI dengan memasukan kriteria ya atau tidak.
·         Alat dan bahan :  formulir cek list
·         Frekuensi : mingguan.
·         Prosedur : 
o  Melakukan pengecekan posisi meja dan lampu-lampu, alignment light, keadaan kabel-kabel, pergerakan meja secara horisontal dan vertikal.
o   Melakukan pengecekan laser kamera (kabel , tray film, dan lampu), cek viewer box.
o   Melakukan pengecekan kerapatan pintu ruang MRI, jendela ruang pemeriksaan, tombol-tombol operator konsul / lampu, dan indikator pengukuran, pasien monitor, interkom antar ruangan, suhu dan kelembaban ruangan.
o  Melakukan pengecekan fasilitas keselamatan pasien meliputi : perlengkapan emegensi, emergency buzzer, lampu emergensi, tanda peringatan keselamatan, indikator pintu (bisa ada), indikator suara dan cryogen level, dan monitor oksigen.
·         Analisa kinerja : 
o  Memastikan semua komponen dilakukan pengecekan.  
o  Isi hasil pengamatan pada formulir cek list yang tersedia.
·         Kriteria hasil kerja : 
o   Jika keadaan dan fungsi baik dicentang YA,
·         Tindak lanjut :  bila ada yang tidak berfungsi, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.

Uji keberterimaan
Uji kelayakan sistem MRI pada saat instalasi baru atau sistem MRI lama yang di upgrade.
Uji ini dilakukan seperti pada tes no 1 sampai 10 diatas, ditambah dengan test keseluruhan RF Coil dan verifikasi data dan spesifikasi yang telah diberikan oleh vendor.
Test Baseline performance.
Tes baseline performance MRI dimaksudkan untuk mengetahui kinerja MRI. Test ini dilakukan selama 10 hari berturut-turut untuk mendapatkan data dasar (baseline) kinerja MRI. Beberapa tes MRI yang memerlukan data dasar adalah centre frequency, Transmision gain, laser film quality control, geometric accuracy dan RF coil check.
Catatan :
Bila menggunakan phantom ACR , digunakan parameter dibawah ini :
1. Sagittal Localizer
Spin echo sequence, 2D
TR = 200ms, TE = 20ms
Bandwidth = scanner default vaule
FOV = 25cm, 256 x 256 matrix
Slice thickness = 20mm, number of slices = 1
Frequency encoding direction = superior/inferior
Signal average = 1, scan time = 0:56 minutes
2. ACR Axial T1-weighted scan
Spin echo sequence, 2D
TR = 500ms, TE = 20ms
Bandwidth = Scanner default value
FOV = 25cm, 256 x 256 matrix
Slice thickness = 5mm, spacing = 5mm, number of slices = 11
Frequency encoding direction = anterior/posterior
Signal average = 1, scan time = 2:16 minutes
3. ACR Axial T2-weighted scan
Spin echo sequence, 2D
TR = 2000ms, TE1 = 20ms, TE2 = 80ms
Bandwidth1 = Scanner default value
Bandwidth 2 = same as bandwidth 1
FOV = 25cm, 256 x 256 matrix
Slice thickness = 5mm, spacing = 5mm, number of slices = 11
Frequency encoding direction = anterior/posterior
Signal average = 1, scan time = 8:56 minutes
Referensi :
1.      Acceptance Testing and Quality Assurance Procedures for Magnetic Resonance Imaging Facilities, American Association of Physicists in Medicine 2010
2.      Imaging Quality Assurance Manual, Radiation Safety Office for the University of Ronchester Medical Center, revisi ke-6, 24/01/ 2012 , hal 66 – 82.
3.      American College of Radiology MRI Quality Control Manual 2004.
4.      Di Nallo AM, MRI Quality Control Tools for Procedures and Analyses, J.Exp.Clinical cancer Res, 25, 1, 2006 pp 121-127
5.      Keener CR,  Presentation ACR MRI QC program , July 2009
6.      Jeffrey W, ACR MRI Accreditation: Yesterday, Today, and Tomorrow. J Am Coll Radiol 2005;2:494-503.
Jiancen, AAPM/RSNA Physics Tutorial for Residents MR Artifacts, Safety, and Quality Control, Radiographic

2 comments: