PEDOMAN KENDALI MUTU
PERALATAN
RADIOGRAFI DIGITAL
(Drs Gede Bayu Suparta,MS,Ph.D,
Siti Akbari, SSi, MKes)
A. Pengertian
Radiografi
digital adalah modalitas radiologi diagnostik yang menggunakan sinar-x untuk
memperoleh citra planar digital daripada struktur internal suatu bagian tubuh
pasien. Radiografi Digital dalam panduan ini mencakup citra
digital hasil dari proses scanning film, direct digital radiography menggunakan tabung/sungkup fluoroskopi, computer radiografi (CR), direct digital radiography (DDR) yang menggunakan Flat
Detector Array. Radiografi digital digunakan untuk pemeriksaan
konvensional dan non konvensional,
baik pada unit radiologi atau unit lain sepanjang
kompetensi radiologi
diagnostik diperlukan. Proses
radiografi digital dapat dilakukan oleh radiographer atau tenaga kesehatan yang sudah memperoleh
pelatihan yang sesuai. Proses penjaminan mutu dilakukan oleh Fisika
Medik dalam rangka memastikan
kualitas citra yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan kelayakan diagnostik.
Radiologist bertugas melakukan proses diagnose, sedangkan teknisi
Elektro Medik melakukan perbaikan
dan kalibrasi alat.
B.
Ruang Lingkup.
Program QC peralatan Radiografi Digital meliputi uji:
1. Pixel size dan Aspek Rasio
2. Dark noise dan white noise
3. Uniformity/homogenitas citra
4. HVL menggunakan stepwedge (variable: kV, mA, s, mAs. Indikator: thickness)
5.
Linearitas
kecerahan ekspose (variabel: kV, mA, s, mAs. Indikator: greylevel)
6. High dan low frequency response.
7. High dan low contrast
8. Artifact, distorsi, ghosting dan throughput
9. Beam alignment
10. Centroid berkas
Pedoman ini mengadopsi sepenuhnya QC
terkait sistem/alat pembangkit sinar-x dan radiografi konvensional sesuai KMK
RI No.1250 / MENKES / SK/XII/ 2009
Tentang Pedoman Kendali Mutu (Quality Control ) Peralatan Radiodiagnostik, yang meliputi :
1. Setup (kV, mA, s, mAs)
2. Dosis radiasi sekitar alat
3. Kebocoran radiasi
4. Linearitas dosis
5. Reproducibility
6. Physical check, seperti cassette, capsule, dll
7. Mechanical defect, seperti misalignment.
8. Film density (Optical density, OD)
9. Entrance skin exposure
10. Dosis vs jarak ke layar
1. QC.
PIXEL SIZE DAN ASPEK
RASIO
a.
Tujuan
Agar citra yang dihasilkan bermutu baik dan ukuran
detail obyek terukur sehingga nilai informasi klinis atas citra yang dihasilkan
akurat.
b.
Definisi
Operasional
Pixel
Size adalah ukuran titik terkecil pada
citra yang mewakili detail obyek yang masih terlihat pada layar monitor,
printer atau medium visual lainnya.
Resolusi vertical adalah ukuran jumlah piksel yang
mewakili suatu tinggi detail suatu obyek dengan satuan piksel/mm, dot per inci
(dpi), garis/inci, dan sejenisnya.
Resolusi horizontal adalah ukuran jumlah piksel yang
mewakili suatu lebar detail suatu obyek dengan satuan piksel/mm, dot per inci
(dpi), garis/inci, dan sejenisnya.
Aspek
rasio ...
c.
Referensi
1. AAPM
Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2. Saskatchewan
Digital Quality Assurance Working Group, 2009.
3. SERVICE MANUAL for the Kodak DirectView TOTAL QUALITY TOOL
d.
Peralatan
1) Phantom
dimensional
2) Software untuk
kalibrasi citra
e.
Parameter
1) Dimensi realistik
detail pada phantom (mm)
2) Resolusi tegak
(W pixel / mm)
3) Resolusi mendatar
(L pixel / mm)
4) Aspect ratio
(L:W)
f.
Cara Kerja
1)
Pasang phantom di depan / di atas layar detektor
2)
Rekam dimensi detail pada phantom
3)
Atur kV, mA, s (mAs) sesuai protocol
4)
Lakukan ekspose dan dapatkan citra digitalnya sesuai
protocol.
5)
Jalankan software analisis kalibrasi dan baca citra
digital yang dihasilkan
6)
Ukur panjang mendatar dan tinggi suatu detail phantom
7)
Tentukan resolusi vertical / horizontal
8)
Tentukan aspek rasio
g.
Analisis Kinerja
1) Dilakukan
ploting grafik ukuran pixel
vs dimensi ukuran detail pada phantom untuk setiap protocol.
2) Hitung
resolusi horizontal/vertical
3) Bila garis
yang diperoleh linear 45o, sistem linear.
4) Bila
tidak linear diperoleh deviasi.
5) Bila
tidak melalui pusat sumbu, diperoleh ralat sistematis.
6) Bila
tidak 45o ada indikasi perambatan ralat.
h.
Frekuensi
Setiap
bulan
i.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
1) Toleransi
penyimpangan resolusi spatial (horizontal/vertical) < dari 2%
2) Aspek
rasio 4:3
j.
Tindak lanjut
Apabila aspek rasio
dan ukuran piksel berubah, lakukan kalibrasi ulang atau penyesuaian layar
display.
k.
Dokumentasi
Formulir……
2. QC. DARK NOISE DAN WHITE NOISE.
a.
Tujuan
Untuk mengetahui kualitas citra
yang dihasilkan oleh Imaging Plate , Digitisiser , DDA atau Plat Detector atau
layar Fluoroscopi tanpa exposi.
b.
Definisi
Operasional
Dark
Noise adalah derau yang dihasilkan oleh alat yang dapat berupa bintik-bintik putih
(white noise) atau bintik-bintik hitam (dark noise)
c.
Referensi
1)
AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)
Saskatchewan Digital
Quality Assurance Working Group, 2009
3)
IPEM draft CR QC
protocol
d.
Peralatan
1) Layar detector (Imaging Plate, DDA,
Scanner film, Fluoroscopi Digitisiser).
2) Pesawat X – Ray.
3) Software
e.
Parameter
Gray level dan distribusinya
f.
Cara Kerja
1)
Lakukan
erase pada layar detector.
2)
Dapatkan
citra tanpa expose tetapi alat X – Ray dalam keadaan hidup
3)
Periksa citra
secara visual atau menggunakan software yang ada.
4)
Tentukan tingkat sebaran dari dark
noise dan white noise.
g.
Analisis Kinerja
1) Apabila
distribusi dark noise atau white noise cenderung merata atau mengumpul pada
suatu area maka ada cacat sistematik.
2) Apabila
distribusi dark noise atau white noise bersifat random maka dapat dikompensasi
menggunakan software dengan filtering.
h.
Frekuensi
Harian, sebelum proses
pelayanan dilakukan
i.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
Apabila tidak ada noise
dimanapun pada citra menandakan bahwa sistem dalam keadaan baik.
j.
Tindak lanjut.
k.
Dokumentasi
Formulir……
3. QC UNIFORMITY/HOMOGENITAS CITRA
a.
Tujuan
Untuk mengetahui kualitas citra
yang dihasilkan oleh Imaging Plate , Digitisiser , DDA atau Plat Detector atau
layar Fluoroscopi dengan exposi.
b.
Definisi
Operasional
1) Uniformity
adalah tingkat keseragaman distribusi sebaran gray level pada citra.
2) Artefacts
uniformity adalah keadaan dimana terdapat ketidakrataan intensitas mulai dari
pusat ke pinggir atau sebaliknya.
c.
Referensi
1) AAPM
Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002 .
2) Saskatchewan
Digital Quality Assurance Working Group, 2009
3) IPEM
draft CR QC protocol
d.
Peralatan
1) Layar detector (Imaging Plate, DDA,
Scanner film, Fluoroscopi Digitisiser).
2) Pesawat
X – Ray.
3) Software
e.
Parameter
Gray
level dan distribusinya
f.
Cara Kerja
1)
Lakukan
erase pada layar detector.
2)
Dapatkan
citra dengan cara di expose tetapi tanpa obyek.
3)
Periksa citra
secara visual atau menggunakan software yang ada.
4)
Tentukan tingkat
sebaran gray level mulai dari pusat hingga ke pinggir seperti ditunjukkan pada gambar
...
5)
Contoh
Analisis Kinerja.
Apabila
distribusi gray level (optikal density) tidak sama pada beberapa bagian atau
semua bagian maka dikatakan bahwa ada ketidakseragaman. Penyebab daripada ini
dapat karena ghosting atau artefak yang bersifat laten atau ketidakseragaman
berkas radiasi.
h.
Frekuensi
Harian sebelum proses
pelayanan dilakukan.
i.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
1)
Pada
pusat citra dengan radius bagian 50 % harus uniform.
2)
Daerah
pinggir masih dapat diterima bila memiliki densitas dalam rentang 10% dari
densitas optik rata-rata.
j.
Tindak lanjut.
k.
Dokumentasi
Formulir……
5. QC LINEARITAS
KECERAHAN EXPOSE
a.
Tujuan
Untuk menentukan linearitas
luaran dosis dengan daya penetrasi sinar – X yang digunakan.
b.
Definisi
Operasional
Linearitas
adalah nilai yang menunjukkan keajegan
perubahan parameter dosis terhadap tebal
aluminium.
c.
Referensi
1)
AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American
Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)
Saskatchewan Digital
Quality Assurance Working Group, 2009
d.
Standar
Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan
medis.
e.
Peralatan
:
1)
Stepwedge Al
2)
Pesawat X – Ray
3)
Layar detector
f.
Parameter
Tebal step wedge dan gray level pada
citra
g.
Cara Kerja
untuk mAs
1)
Siapkan pesawat X- Ray.
2)
Tempatkan detector di
depan X – ray sejauh 1 meter.
3)
X – ray diatur pada kV
dan mAs tertentu.
4)
Tempatkan stepwedge di
depan / di atas layar detector.
5)
Lakukan exposi dan
dapatkan citranya.
6)
Catat sebagai citra
pertama.
7)
Naikkan dosisnya dengan
menambah mAs , kV tetap dengan ilustrasi sbb :
100
mA – 0,1 s
200
mA – 0,5 s
dst
8)
Dapatkan menjadi gambar
kedua dan ketiga.
9)
Sedangkan untuk
linearitas kV , mAs nya tetap, naikkan kV secara tetap dengan ilustrasi : 50 kV,
60 kV, 70 kV dst
h.
Analisis Kinerja
1)
Kenaikan
greylevel sebanding dengan kenaikan kV atau mAs. Apabila kenaikan greylevel
berfluktuasi seiring dengan kenaikan kV atau mAs maka ada indikasi kV atau mAs
tidak stabil.
2)
Apabila
setelah penambahan kV atau mAs tertentu nilai greylevel mulai tidak berubah
maka ada indikasi layar detector jenuh.
3)
Apabila hasilnya menunjukkan ketidak lineritas maka
toleransinya adalah 5%.
i.
Frekuensi
Tiga bulan sekali
j.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
Sesuai dengan protocol
jangkauan kV kerja atau mAs kerja perubahannya linier
k.
Tindak lanjut.
l.
Dokumentasi
Formullir.................
6. QC HIGH
DAN
LOW FREQUENCY RESPONSE
a.
Tujuan
Untuk mengetahui
kemampuan sistem digital dalam mengidentifikasi detail (high frequency) dan
obyek besar (Low frequency)
b.
Definisi
Operasional
High Frequency response
adalah tanggap sistem untuk mengidentifikasi bentuk bentuk detail sekecil-kecilnya
(pixel / mm)
Low Frequency response
adalah tanggap sistem untuk mengidentifikasi bentuk bentuk obyek besar (pixel
/mm).
c.
Referensi
1) AAPM
Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2) Saskatchewan
Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.
Standar
Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan medis.
e.
Peralatan
1)
Pattern
Test .
2)
Pesawat
X – ray
3)
Layar
detector.
f.
Parameter
Jumlah garis / satuan
panjang (Line / mm)
g.
Cara Kerja
1)
Siapkan pesawat X- Ray.
2)
Letakkan Phantom
pattern tes di depan / di atas layar detector.
3)
Atur kV dan mAs tertentu.
4)
Lakukan exposi 1 kali
5)
Dapatkan gambar pertama
6)
Lakukan / ulangi exposi
2 kali dengan mengubah kV.
(Selipkan gambar segitiga pattern tes)
h.
Analisis Kinerja
Hitunglah jumlah garis
yang terlihat secara terpisah untuk panjang pola sesuai pattern tes.
i.
Frekuensi
Tiga bulan sekali
j.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
Lakukan
pengecekan jumlah garis yang tampak dan cocokkan dengan spesifikasi pabrik.
k.
Tindak lanjut.
l.
Dokumentasi
Formulir……
7. QC HIGH
DAN LOW CONTRAST
a.
Tujuan
Untuk mengetahui
kemampuan sistem mengidentikasi perbedaan antara jaringan dengan densitas
hampir sama (low kontras) dan perbedaan antara jaringan dengan densitas yang
sangat berbeda (high kontras).
b.
Definisi Operasional
High
kontras adalah perbedaan grey level antara citra dua jaringan yang berbeda
secara signifikan.
Low
kontras adalah perbedaan grey level antara citra dua jaringan yang hampir sama.
c.
Referensi
1) AAPM
Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2) Saskatchewan
Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.
Standar
Kompetensi
Dilakukan oleh fisikawan medis.
e.
Peralatan
1)
Pattern
Test kontras.
2)
Pesawat
X – ray
3)
Layar
detector.
f.
Parameter
Signal to noise
ratio (SNR)
Contrast to noise ratio
(CNR)
g.
Cara Kerja
1)
Siapkan pesawat X- Ray.
2)
Letakkan Phantom
pattern tes di depan / di atas layar detector.
3)
Atur kV dan mAs
tertentu.
4)
Lakukan exposi 1 kali
5)
Dapatkan gambar pertama
6)
Lakukan / ulangi exposi
2 kali dengan merubah kV.
h.
Analisis Kinerja
1) Hitunglah
perbedaan greylevel antara media dengan kerapatan yang berbeda sangat
signifikan (high kontras)
2) Hitunglah
perbedaan greylevel antara media dengan kerapatan yang hampir sama (low
kontras).
3) Hitunglah
perbedaan greylevel antara setiap media terhadap greylevel latar belakang (back
ground).
i.
Frekuensi
Tiga bulan sekali atau
bila diperlukan
j.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
Diperoleh informasi
tingkat degradasi kontras minimal 10% untuk low kontras
k.
Tindak lanjut..
l.
Dokumentasi
Formulir……
8. QC IMAGE ARTIFACT (DISTORSI, ARTIFACT,
GHOSTING DAN THROUGHPUT)
a.
Tujuan
Untuk mengukur :
1)
Akurasi bentuk obyek
(distorsi)
2)
Cacat citra (artifact)
3)
Bayangan bekas citra
sebelumnya (ghosting)
4)
Kelajuan penangkapan
citra sekuensial (throughput)
b.
Definisi
Operasional
1)
Distorsi adalah perubahan bentuk dan ukuran pada
citra.
2)
Artifact adalah beragam
cacat yang tampak pada citra sebagai bentuk-bentuk yang tidak seharusnya.
3)
Ghosting adalah
bayangan bekas citra sebelumnya yang tampak pada citra karena proses erase yang tidak sempurna.
4)
Throughput adalah cacat
yang timbul akibat gerakan pasien atau kecepatan sistem perekaman.
c.
Referensi
1) AAPM
Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2) Saskatchewan
Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.
Standar
Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan medis.
e.
Peralatan
f.
Parameter
g.
Cara
Kerja
h.
Analisis
Kinerja
i.
Frekuensi
j.
Kriteria
Keberhasilan Kinerjastrip fi
k.
Tindak
lanjut:
Apabila aspek rasion dan ukuran piksel berubah,
lakukan kalibrasi ulang atau penyesuaian layar display.
l.
Dokumentasi
Formulir……
9. QC
BEAM ALIGNMENT
a.
Tujuan
Mengukur tegak lurus ke
bidang citra menggunakan lubang / pinhole
b.
Definisi
Operasional
Beam alignment : kesegarisan berkas terhadap objek yang tegak lurus
terhadap detektor.
c.
Referensi
1) AAPM
Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2) Saskatchewan
Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.
Standar
Kompetensi
Dilaksanakan
oleh fisikawan medis.
e.
Peralatan
f.
Parameter
g.
Cara Kerja
h.
Analisis Kinerja
i.
Frekuensi
j.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
k.
Tindak lanjut:
l.
Dokumentasi
Formulir……
10. QC CENTROID BERKAS.
a.
Tujuan
Untuk mengukur berkas
radiasi terpusat di tengah
b.
Definisi
Operasional
c.
Referensi
1) AAPM
Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of
Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2) Saskatchewan
Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.
Standar
Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan
medis.
e.
Peralatan
f.
Parameter
g.
Cara Kerja
h.
Analisis Kinerja
i.
Frekuensi
j.
Kriteria
Keberhasilan Kinerja
k.
Tindak lanjut
l.
Dokumentasi
Formulir……
No comments:
Post a Comment