Thursday 21 June 2012

PEDOMAN KENDALI MUTU PERALATAN
RADIOGRAFI DIGITAL
 (Drs Gede Bayu Suparta,MS,Ph.D, Siti Akbari, SSi, MKes)
A.    Pengertian
Radiografi digital adalah modalitas radiologi diagnostik yang menggunakan sinar-x untuk memperoleh citra planar digital daripada struktur internal suatu bagian tubuh pasien. Radiografi Digital dalam panduan ini mencakup citra digital hasil dari proses scanning film, direct digital radiography menggunakan tabung/sungkup fluoroskopi, computer radiografi (CR), direct digital radiography (DDR) yang menggunakan Flat Detector Array. Radiografi digital digunakan untuk pemeriksaan konvensional dan non konvensional, baik pada unit radiologi atau unit lain sepanjang kompetensi radiologi diagnostik diperlukan. Proses radiografi digital dapat dilakukan oleh radiographer atau tenaga kesehatan yang sudah memperoleh pelatihan yang sesuai. Proses penjaminan mutu dilakukan oleh Fisika Medik dalam rangka memastikan kualitas citra yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan kelayakan diagnostik. Radiologist bertugas melakukan proses diagnose, sedangkan teknisi Elektro Medik melakukan perbaikan dan kalibrasi alat.
B.     Ruang Lingkup.
Program QC peralatan Radiografi Digital meliputi uji:
1.      Pixel size dan Aspek Rasio
2.      Dark noise dan white noise
3.      Uniformity/homogenitas citra
4.      HVL menggunakan stepwedge (variable: kV, mA, s, mAs. Indikator: thickness)
5.      Linearitas kecerahan ekspose (variabel: kV, mA, s, mAs. Indikator: greylevel)
6.      High dan low frequency response.
7.      High dan low contrast
8.      Artifact, distorsi, ghosting dan throughput
9.      Beam alignment
10.  Centroid berkas
Pedoman ini mengadopsi sepenuhnya QC terkait sistem/alat pembangkit sinar-x dan radiografi konvensional sesuai KMK RI No.1250 / MENKES / SK/XII/ 2009 Tentang Pedoman Kendali Mutu (Quality Control ) Peralatan Radiodiagnostik, yang meliputi :
1.      Setup (kV, mA, s, mAs)
2.      Dosis radiasi sekitar alat
3.      Kebocoran radiasi
4.      Linearitas dosis
5.      Reproducibility
6.      Physical check, seperti cassette, capsule, dll
7.      Mechanical defect, seperti misalignment.
8.      Film density (Optical density, OD)
9.      Entrance skin exposure
10.  Dosis vs jarak ke layar
1. QC. PIXEL SIZE DAN ASPEK RASIO
a.    Tujuan
Agar citra yang dihasilkan bermutu baik dan ukuran detail obyek terukur sehingga nilai informasi klinis atas citra yang dihasilkan akurat.
b.    Definisi Operasional
Pixel Size adalah ukuran titik terkecil pada citra yang mewakili detail obyek yang masih terlihat pada layar monitor, printer atau medium visual lainnya.
Resolusi vertical adalah ukuran jumlah piksel yang mewakili suatu tinggi detail suatu obyek dengan satuan piksel/mm, dot per inci (dpi), garis/inci, dan sejenisnya.
Resolusi horizontal adalah ukuran jumlah piksel yang mewakili suatu lebar detail suatu obyek dengan satuan piksel/mm, dot per inci (dpi), garis/inci, dan sejenisnya.
Aspek rasio ...
c.    Referensi
1.   AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2.      Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009.
3.      SERVICE MANUAL for the Kodak DirectView TOTAL QUALITY TOOL
d.   Peralatan
1)      Phantom dimensional
2)      Software untuk kalibrasi citra
e.    Parameter
1)      Dimensi realistik detail pada phantom (mm)
2)      Resolusi tegak (W pixel / mm)
3)      Resolusi mendatar (L pixel / mm)
4)      Aspect ratio (L:W)
f.     Cara Kerja
1)      Pasang phantom di depan / di atas layar detektor
2)      Rekam dimensi detail pada phantom
3)      Atur kV, mA, s (mAs) sesuai protocol
4)      Lakukan ekspose dan dapatkan citra digitalnya sesuai protocol.
5)      Jalankan software analisis kalibrasi dan baca citra digital yang dihasilkan
6)      Ukur panjang mendatar dan tinggi suatu detail phantom
7)      Tentukan resolusi vertical / horizontal
8)      Tentukan aspek rasio
g.    Analisis Kinerja
1)      Dilakukan ploting grafik ukuran pixel vs dimensi ukuran detail pada phantom untuk setiap protocol.
2)      Hitung resolusi horizontal/vertical
3)      Bila garis yang diperoleh linear 45o, sistem linear.
4)      Bila tidak linear diperoleh deviasi.
5)      Bila tidak melalui pusat sumbu, diperoleh ralat sistematis.
6)      Bila tidak 45o ada indikasi perambatan ralat.
h.    Frekuensi
Setiap bulan
i.      Kriteria Keberhasilan Kinerja
1)      Toleransi penyimpangan resolusi spatial (horizontal/vertical) < dari 2%
2)      Aspek rasio 4:3
j.      Tindak lanjut
Apabila aspek rasio dan ukuran piksel berubah, lakukan kalibrasi ulang atau penyesuaian layar display.
k.    Dokumentasi
Formulir……
2. QC. DARK NOISE DAN WHITE NOISE.
a.       Tujuan
Untuk mengetahui kualitas citra yang dihasilkan oleh Imaging Plate , Digitisiser , DDA atau Plat Detector atau layar Fluoroscopi tanpa exposi.
b.      Definisi Operasional
Dark Noise adalah derau yang dihasilkan oleh alat yang dapat berupa bintik-bintik putih (white noise) atau bintik-bintik hitam (dark noise)
c.       Referensi
1)             AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)             Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
3)             IPEM draft CR QC protocol
d.      Peralatan
1)      Layar detector (Imaging Plate, DDA, Scanner film, Fluoroscopi Digitisiser).
2)      Pesawat X – Ray.
3)      Software
e.       Parameter
Gray level dan distribusinya
f.       Cara Kerja
1)      Lakukan erase pada layar detector.
2)      Dapatkan citra tanpa expose tetapi alat X – Ray dalam keadaan hidup
3)      Periksa citra secara visual atau menggunakan software yang ada.
4)      Tentukan tingkat sebaran dari dark noise dan white noise.
g.      Analisis Kinerja
1)      Apabila distribusi dark noise atau white noise cenderung merata atau mengumpul pada suatu area maka ada cacat sistematik.
2)      Apabila distribusi dark noise atau white noise bersifat random maka dapat dikompensasi menggunakan software dengan filtering.
h.      Frekuensi
Harian, sebelum proses pelayanan dilakukan
i.        Kriteria Keberhasilan Kinerja
Apabila tidak ada noise dimanapun pada citra menandakan bahwa sistem dalam keadaan baik.
j.        Tindak lanjut.
k.      Dokumentasi
       Formulir……
3. QC UNIFORMITY/HOMOGENITAS CITRA
a.       Tujuan
Untuk mengetahui kualitas citra yang dihasilkan oleh Imaging Plate , Digitisiser , DDA atau Plat Detector atau layar Fluoroscopi dengan  exposi.
b.      Definisi Operasional
1)      Uniformity adalah tingkat keseragaman distribusi sebaran gray level pada citra.
2)      Artefacts uniformity adalah keadaan dimana terdapat ketidakrataan intensitas mulai dari pusat ke pinggir atau sebaliknya.
c.       Referensi
1)      AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002 .
2)      Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
3)      IPEM draft CR QC protocol
d.      Peralatan
1)      Layar detector (Imaging Plate, DDA, Scanner film, Fluoroscopi Digitisiser).
2)      Pesawat X – Ray.
3)      Software
e.       Parameter
Gray level dan distribusinya
f.       Cara Kerja
1)        Lakukan erase pada layar detector.
2)        Dapatkan citra dengan cara di expose tetapi tanpa obyek.
3)        Periksa citra secara visual atau menggunakan software yang ada.
4)        Tentukan tingkat sebaran gray level mulai dari pusat hingga ke pinggir seperti ditunjukkan pada gambar ...
5)        Contoh




      Analisis Kinerja.
Apabila distribusi gray level (optikal density) tidak sama pada beberapa bagian atau semua bagian maka dikatakan bahwa ada ketidakseragaman. Penyebab daripada ini dapat karena ghosting atau artefak yang bersifat laten atau ketidakseragaman berkas radiasi.
h.      Frekuensi
Harian sebelum proses pelayanan dilakukan.
i.        Kriteria Keberhasilan Kinerja
1)      Pada pusat citra dengan radius bagian 50 % harus uniform.
2)      Daerah pinggir masih dapat diterima bila memiliki densitas dalam rentang 10% dari densitas optik rata-rata.
j.        Tindak lanjut.
k.      Dokumentasi
Formulir……
5. QC LINEARITAS KECERAHAN EXPOSE
a.       Tujuan
Untuk menentukan linearitas luaran dosis dengan daya penetrasi sinar – X yang digunakan.
b.      Definisi Operasional
Linearitas adalah nilai yang menunjukkan  keajegan perubahan  parameter dosis terhadap tebal aluminium.
c.       Referensi
1)        AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)        Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.      Standar Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan  medis.
e.       Peralatan :
1)      Stepwedge Al
2)      Pesawat X – Ray
3)      Layar detector
f.       Parameter
Tebal step wedge dan gray level pada citra
g.      Cara Kerja untuk mAs
1)      Siapkan pesawat X- Ray.
2)      Tempatkan detector di depan X – ray sejauh 1 meter.
3)      X – ray diatur pada kV dan mAs tertentu.
4)      Tempatkan stepwedge di depan / di atas layar detector.
5)      Lakukan exposi dan dapatkan citranya.
6)      Catat sebagai citra pertama.
7)      Naikkan dosisnya dengan menambah mAs , kV tetap dengan ilustrasi sbb :
100 mA – 0,1 s
200 mA – 0,5 s
dst
8)      Dapatkan menjadi gambar kedua dan ketiga.
9)      Sedangkan untuk linearitas kV , mAs nya tetap, naikkan kV secara tetap dengan ilustrasi : 50 kV, 60 kV, 70 kV dst
h.      Analisis Kinerja
1)        Kenaikan greylevel sebanding dengan kenaikan kV atau mAs. Apabila kenaikan greylevel berfluktuasi seiring dengan kenaikan kV atau mAs maka ada indikasi kV atau mAs tidak stabil.
2)        Apabila setelah penambahan kV atau mAs tertentu nilai greylevel mulai tidak berubah maka ada indikasi layar detector jenuh.
3)        Apabila hasilnya menunjukkan ketidak lineritas maka toleransinya adalah 5%.
i.        Frekuensi
Tiga bulan sekali
j.        Kriteria Keberhasilan Kinerja
Sesuai dengan protocol jangkauan kV kerja atau mAs kerja perubahannya linier
k.      Tindak lanjut.
l.        Dokumentasi
Formullir.................
6. QC HIGH  DAN  LOW FREQUENCY RESPONSE
a.       Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan sistem digital dalam mengidentifikasi detail (high frequency) dan obyek besar (Low frequency)
b.      Definisi Operasional
High Frequency response adalah tanggap sistem untuk mengidentifikasi bentuk bentuk detail sekecil-kecilnya (pixel / mm)
Low Frequency response adalah tanggap sistem untuk mengidentifikasi bentuk bentuk obyek besar (pixel /mm).
c.       Referensi
1)   AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)      Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.      Standar Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan medis.
e.       Peralatan
1)      Pattern Test .
2)      Pesawat X – ray
3)      Layar detector.
f.       Parameter
Jumlah garis / satuan panjang (Line / mm) 
g.      Cara Kerja
1)      Siapkan pesawat X- Ray.
2)      Letakkan Phantom pattern tes di depan / di atas layar detector.
3)      Atur  kV dan mAs tertentu.
4)      Lakukan exposi 1 kali
5)      Dapatkan gambar pertama
6)      Lakukan / ulangi exposi 2 kali dengan mengubah kV.
(Selipkan gambar segitiga pattern tes)
h.      Analisis Kinerja
Hitunglah jumlah garis yang terlihat secara terpisah untuk panjang pola sesuai pattern tes.
i.        Frekuensi
Tiga bulan sekali
j.        Kriteria Keberhasilan Kinerja
Lakukan pengecekan jumlah garis yang tampak dan cocokkan dengan spesifikasi pabrik.
k.      Tindak lanjut.
l.        Dokumentasi
Formulir……
7. QC HIGH DAN LOW CONTRAST
a.       Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan sistem mengidentikasi perbedaan antara jaringan dengan densitas hampir sama (low kontras) dan perbedaan antara jaringan dengan densitas yang sangat berbeda (high kontras).
b.      Definisi Operasional
High kontras adalah perbedaan grey level antara citra dua jaringan yang berbeda secara signifikan.
Low kontras adalah perbedaan grey level antara citra dua jaringan yang hampir sama.
c.       Referensi
1)      AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)      Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.      Standar Kompetensi
Dilakukan oleh fisikawan medis.
e.       Peralatan
1)    Pattern Test  kontras.
2)    Pesawat X – ray
3)    Layar detector.
f.       Parameter
Signal to noise ratio  (SNR)
Contrast to noise ratio (CNR)
g.      Cara Kerja
1)         Siapkan pesawat X- Ray.
2)         Letakkan Phantom pattern tes di depan / di atas layar detector.
3)         Atur kV dan mAs tertentu.
4)         Lakukan exposi 1 kali
5)         Dapatkan gambar pertama
6)         Lakukan / ulangi exposi 2 kali dengan merubah kV.
h.      Analisis Kinerja
1)    Hitunglah perbedaan greylevel antara media dengan kerapatan yang berbeda sangat signifikan (high kontras)
2)  Hitunglah perbedaan greylevel antara media dengan kerapatan yang hampir sama (low kontras).
3)    Hitunglah perbedaan greylevel antara setiap media terhadap greylevel latar belakang (back ground).
i.        Frekuensi
Tiga bulan sekali atau bila diperlukan
j.        Kriteria Keberhasilan Kinerja
Diperoleh informasi tingkat degradasi kontras minimal 10% untuk low kontras
k.      Tindak lanjut..
l.        Dokumentasi
Formulir……
8. QC IMAGE ARTIFACT (DISTORSI, ARTIFACT, GHOSTING DAN THROUGHPUT)
a.       Tujuan
Untuk mengukur :
1)      Akurasi bentuk obyek (distorsi)
2)      Cacat citra (artifact)
3)      Bayangan bekas citra sebelumnya (ghosting)
4)      Kelajuan penangkapan citra sekuensial (throughput)
b.      Definisi Operasional
1)      Distorsi  adalah perubahan bentuk dan ukuran pada citra.
2)      Artifact adalah beragam cacat yang tampak pada citra sebagai bentuk-bentuk yang tidak seharusnya.
3)      Ghosting adalah bayangan bekas citra sebelumnya yang tampak pada citra karena proses erase yang tidak sempurna.
4)      Throughput adalah cacat yang timbul akibat gerakan pasien atau kecepatan sistem perekaman.
c.       Referensi
1)      AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)      Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.      Standar Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan medis.
e.       Peralatan
f.       Parameter
g.      Cara Kerja
h.      Analisis Kinerja
i.        Frekuensi
j.        Kriteria Keberhasilan Kinerjastrip fi
k.      Tindak lanjut:
Apabila aspek rasion dan ukuran piksel berubah, lakukan kalibrasi ulang atau penyesuaian layar display.
l.        Dokumentasi
Formulir……
9. QC BEAM ALIGNMENT
a.       Tujuan
Mengukur tegak lurus ke bidang citra menggunakan lubang / pinhole
b.      Definisi Operasional
Beam alignment : kesegarisan berkas terhadap objek yang tegak lurus terhadap detektor.
c.       Referensi
1)      AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)      Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.      Standar Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan  medis.
e.       Peralatan
f.       Parameter
g.      Cara Kerja
h.      Analisis Kinerja
i.        Frekuensi
j.        Kriteria Keberhasilan Kinerja
k.      Tindak lanjut:
l.        Dokumentasi
Formulir……
10. QC CENTROID BERKAS.
a.       Tujuan
Untuk mengukur berkas radiasi terpusat di tengah
b.      Definisi Operasional
c.       Referensi
1)    AAPM Report no. 74, Quality Control in Diagnostik Radiology, American Association of Physicists in Medicineby Medical Physics Publishing, July 2002
2)      Saskatchewan Digital Quality Assurance Working Group, 2009
d.      Standar Kompetensi
Dilaksanakan oleh fisikawan  medis.
e.       Peralatan
f.       Parameter
g.      Cara Kerja
h.      Analisis Kinerja
i.        Frekuensi
j.        Kriteria Keberhasilan Kinerja
k.      Tindak lanjut
l.        Dokumentasi
            Formulir……

No comments:

Post a Comment