Draft quality control
mri , anggota : DR.dr.Jacub Pandelaki, dr. Tjondro, Sugiyanto, Bertold. Sumedi,
Franky Dimpudus, Yusuf, SugiantoMaapSc
PROGRAM
KENDALI MUTU MRI
Pengertian
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
adalah suatu peralatan kedokteran di bidang radiologi untuk pencitraan potongan
penampang tubuh atau organ manusia yang menggunakan medan magnit, proton, radio
frekuensi, dan komputer.
Kekuatan magnit yang digunakan
besarnya antara 0.2 Tesla sampai 7 Tesla (1Tesla = 10.000 Gauss), atau kira
kira 2.000 sampai 70.000 Gauss, sekitar 1000 sampai 30.000 kekuatan magnit bumi
(magnit bumi = 0.5 Gauss).
Pencitraan MRI didasarkan pada
prinsip resonansi inti atom Hidrogen. Inti atom Hidrogen memiliki partikel
proton bermuatan positif, berputar (spin)
pada frekuensi tertentu, dan memiliki momen magnetik. Digunakannya proton Hidrogen sebagai dasar karena sangat
banyaknya kandungan proton hidrogen dalam jaringan biologis manusia. (1 mm3
dari jaringan mengandung 1018 proton hidrogen). Proton ini mempunyai
momen magnetik dan bila diletakkan pada medan magnit, misalnya 1.5 Tesla, maka
secara sepesifik menyerap energi gelombang radio pada frekuensi resonansi 63 megahertz (Mhz).
Pada pemeriksaan MRI, pasien diletakkan pada medan magnit dan radio
frekuensi diprogram lalu dipancarkan melalui antena atau coil. Coil tersebut diposisikan
sekeliling bagian tubuh pasien yang akan diperiksa. Proton-proton hidrogen di
dalam tubuh pasien tersebut menyerap energi radio frekuensi yang sama
(beresonasi) dan kemudian memancarkan ulang energi radio frekuensi tadi setelah
beberapa periode sehingga menghasilkan energi manetisasi yang dideteksi oleh
oleh antena atau coil. Energi yang
dikumpulkan dari pengulangan pemberian radio frekuensi membentuk signal dan secara
kompleks diolah oleh komputer menjadi citra struktur anatomi.
MRI berkemampuan menghasilkan citra struktur anatomi dalam irisan atau
potongan penampang tubuh dalam berbagai bidang (aksial, sagital, koronal, dan
oblik). Setiap titik dari citra tersebut didasarkan pada partikel magnetik proton
hidrogen secara mikro saling berinteraksi pada jaringan tubuh yang di scan. Perbedaan
waktu relaksasi antara jaringan satu dengan yang lain, misalnya: lemak, white matter dan grey matter pada otak, cairan cerebral spinal, dan jaringan tumor,
sehingga memberikan perbedaan kontras jaringan maka timbul pencitraan anatomi dan patologi
jaringan tubuh yang dapat dievaluasi.
Pencitraan MRI umumnya digunakan untuk pemeriksaan neuroradiologi (neurology imaging), misalnya otak dan
tulang belakang serta muskuloskeletal (misalnya lutut, bahu, dan
sebagainya). Pada perkembangan teknologi
MRI saat ini, khususnya MRI 1.5 Tesla atau lebih, informasi yang dihasilkan
tidak lagi terbatas pada informasi anatomis, namun juga mampu memberikan
informasi fungsional misalnya : informasi aliran darah (blood flow), fungsi
jantung (cardiac function), proses biokimia (spektroskopi), tumor kinetik,
difusi, perfusi dan kadar oksigen darah (blood oxygen level) untuk pemetaan
fungsi otak (functional MRI).
Kelebihan dari MRI adalah pemeriksaa non invasif dan tidak menggunakan
radiasi pengion. Namun, pemeriksaan ini juga memiliki kontra indikasi absolut
dan relatif misalnya : pada pasien dengan implan pacu jantung (Pacemaker), implan cardiac defribilator, alat bantu dengar permanen (implant cochlear), neurostimulator, bone growth stimulator, pasien dengan wajib terapi
infusion pump secara elektronik, adanya
benda asing logam pada mata (intra
occolar foreign body), dan aneurysm clips.
Citra MRI yang baik tergantung pada banyak faktor misalnya : eksternal
(suhu, listrik, kelembaban, dan lain –lain) dan internal (parameter MRI yang
kompleks seperti TE, TR, FOV, NEX, pilihan sequence, dan lain-lain). Bila
pemilihan parameter tersebut tepat, maka kualitas gambar MRI memberikan gambaran
detail tubuh manusia yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh
dapat didiagnosa dengan baik.
Disamping itu pengadaan peralatan MRI di suatu institusi pelayanan
kesehatan memerlukan modal investasi yang sangat besar dan hasil dari investasi
tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang. Oleh sebab itu diperlukan program jaminan mutu
dan kendali mutu yang baik sejak dari pengadaan, pemasangan, penggunaan, dan
pemeliharaan alat MRI untuk memastikan operasional MRI yang lancar, terjaganya kehandalan
peralatan MRI yang selalu terus menghasilkan citra diagnostik yang akurat.
Ruang lingkup
Pedoman jaminan mutu peralatan MRI
mencakup : Uji keberterimaan (acceptance
test), Tes senter frekuensi (Centre Frequency Test), Transmitter Gain Test, Akurasi
geometris (Geometric Accuracy), resolusi spasial (High Contrast resolution), Low
Contrast Resolution, Artefact analysis, Laser Film Quality Control ,Slice
position accuracy, Slice thickiness accuracy, interslice RF interference, dan Visual Check list,
1. Test senter frekuensi (central frequency test)
·
Definisi
: uji ketepatan senter frekuesi yang
digunakan.
·
Tujuan
: untuk mengetahui apakah ada perubahan senter frekuensi dibandingkan dengan hari sebelumnya.
·
Parameter : central frekwensi test, dengan satuan frekuensi
(Hertz)
·
Alat
dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI.
·
Frekuensi
: mingguan oleh radiographer / MR technologist oleh radiographer / MR
techologist
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
·
Analisa
kinerja : hasil dari pengkuran pada MRI
0.5T , 1.5 ppm= 19Hz. Untuk MRI 1.5T 1.5
ppm=96Hz
·
Kriteria
keberhasilan : bila perubahan senter frekuensi dalam 20 hari ± 100Hz.
·
Tindak
lanjut : bila hasil pengukuran diluar
kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·
Formulir
: database dalam alat MRI.
2. Test Transmitter Gain / Attenuation.
·
Definisi
: uji transmisi daya yang diperlukan
untuk menghasilkan RF pulse yang tepat.
·
Tujuan
: untuk mengetahui bahwa transmission gain stabil.
· Parameter : Test
transmiter gain / attenuation, dengan satuan bergantung dari pabrikan misalnya: dalam dB,
transmitter amplitude (V), RF level.
·
Alat
dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI.
·
Frekuensi
: mingguan
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
· Analisa
kinerja : hasil dari pengkuran dalam 20
hari , tidak melebihi standar deviasi yang ditentukan.
·
Kriteria
keberhasilan : memenuhi standar deviasi yang ditentukan atau nilai normal dari
masing-masing alat.
·
Tindak
lanjut : bila hasil pengukuran diluar
kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·
Formulir
: tersedia dalam database alat MRI.
3. Test
akurasi geometri (Geometric Accuracy).
·
Definisi
: mengukur jarak pada sumbu-sumbu utama
pada phantom.
·
Tujuan
: untuk membandingkan hasil ukuran jarak pada phantom dengan ukuran sebenarnya.
·
Parameter : geometric
accuracy, dengan satuan mili meter (mm).
·
Alat
dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI untuk pengukuran geometri.
·
Frekuensi
: mingguan
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring).
o Buat irisan Sagital T1 sebagai
lokalisir.
o Buat irisan Axial T1 pada irisan ke – 5
(phantom ACR) atau phantom lain untuk pengukuran geometric accuracy.
o Pengaturan window dan level : atur window sekecil mungkin, atur level
dimana nilai air gelap (sebagai nilai mean).
o Atur window with = nilai mean dan
atur window level= ½ nilai mean. Window/ Level harus diset terpisah untuk
masing-masing sebagai localizer atau axial T1W. (Contoh : untuk pengukuran
geometrik, sagital localizer digunakan window with = 900 dan window level =450. Untuk Axial T1W, gunakan window with =1300
dan window level=650)
·
Analisa
kinerja : pada phantom ACR, untuk
sagital localizer dari top sampai bottom (sumbu Z) panjangnya =148 mm, untuk
irisan axial (irisan ke-5), sumbu horisontal dan vertikal (X dan Y)= 190 mm. Untuk phantom geometri yang lain,
nilai pengukuran menyesuaikan standar pabrikan.
·
Kriteria
keberhasilan : hasil pengukuran ± 2 mm.
·
Tindak
lanjut : bila hasil pengukuran diluar
kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·
Dokumentasi
:
4. Test resolusi spasial (Spatial
Resolution).
·
Definisi
: kemampuan alat MRI dalam membedakan 2
titik objek yang bedekatan.
·
Tujuan
: untuk mengukur kemampuan alat MRI dalam memvisualisasikan 2 titik objek yang
paling minimum jaraknya.
·
Parameter : spatial
resolution, dengan satuan mili meter (mm).
·
Alat
dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI untuk pengukuran spatial
resolution
·
Frekuensi
: mingguan.
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o Scan Axial T1W irisan ke-1 (Phantom ACR) atau
phantom bawaan khusus test spasial resolution dimana prosedur menyesuaikan
instruksi pabrikan.
o Pada phatom ACR ada 2 Set lubang. (1.1mm ,
1.0mm , 0.9 mm)
o Lakukan pembesaran gambar dan atur window /
level.
o Observasi hasil gambar pada baris lubang atas
kiri.
o Ulangi untuk melihat kolom lubang-lubang.
·
Analisa
kinerja : 4 Lubang dalam satu baris dan
kolom harus terlihat terpisah.
·
Kriteria
keberhasilan : Masing-masing lubang harus dapat dibedakan.
·
Tindak
lanjut : bila hasil pengukuran diluar
kriteria keberhasilan, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·
Dokumentasi.
5. Test Low Contrast Object
Detectability.
·
Definisi
: kemampuan alat MRI untuk mendeteksi
objek dengan kontras rendah.
·
Tujuan
: untuk mengukur kemampuan alat MRI dalam memvisualisasikan objek-objek yang memiliki kontras rendah.
·
Parameter : test
low contrast object detectability dengan visualisasi objek.
·
Alat
dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI untuk deteksi objek
kontras rendah
·
Frekuensi
: mingguan.
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o Pada phantom ACR atau phantom bawaan alat dimana
prosedur tes menyesuaikan instruksi pabrikan. Buat irisan sebanyak 4
irisan yang memotong bagian phatom khusus deteksi objek kontras rendah (Irisan
ke 8 sampai ke 11).
o Ada
10 Spoke per irisan, masing-masing spoke ada 3 urutan lubang dengan ukuran yang
semakin mengecil searah jarum jam.
o Spokes
pada tiga irisan axial, harus dapat dibedakan dibanding dengan background. .
o Cek
pada salah satu irisan dan tentukan pada irisan keberapa dari lubang-lubang
spoke tersebut dapat terdeteksi.
o Low field bila pada irisan ke 11 dan high
field pada irisan ke 8 atau ke 9.
·
Analisa
kinerja : Hitung seluruh spokes yang
tampak.
·
Kriteria
keberhasilan : Harus terlihat semua
spokes..
·
Tindak
lanjut : bila lebih dari 3 spokes tidak
terdeteksi, maka perlu diulang dengan koreksi letak phantom benar (tidak boleh
miring). Bila hasil tetap, hubungi
teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·
Dokumentasi.
5. Evaluasi artifak
·
Definisi
: artifak pada MRI ialah gambar anomali,
tidak termasuk random noise, yang bukan berasal dari struktur dan sifat kimia
dari obejek, atau yang berasal dari struktur dan sifat kimia dari objek tapi
tidak pada tempat yang semestinya.
·
Tujuan
: untuk mengevaluasi artifak yang terjadi pada citra MRI.
·
Parameter : artifak
dengan visualisasi objek.
·
Alat
dan bahan : Phantom ACR atau Phantom bawaan alat MRI
·
Frekuensi
: harian
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o Buat 1
irisan Axial T1 pada phatom.
o Atur window with dan window level.
·
Analisa
kinerja : Cek adakah : distorsi gambar,
ghosting pada phantom atau background,
streaks/lajur putih, spot hitam atau putih, penampakan gambar lain yang tidak semestinya,
kekaburan, atau trunctactioin artifakKriteria keberhasilan : tidak ada artifak.
·
Tindak
lanjut : bila tampak artifak, hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan
koreksi.
·
Dokumentasi.
6. Laser film quality control.
·
Definisi
: jaminan mutu pada kesesuaian antara
tampilan citra di monitor dengan hasil film printer laser.
·
Tujuan
: menguji apakah hasil tampilan citra di monitor sama dengan printer.
·
Parameter : laser
film quality control pada pola gambar SMPTE
(Society of Motion Picture and Television Engineer.
·
Alat
dan bahan : gambar grafik SMPTE, densitometer.
·
Frekuensi
: mingguan
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o Verifikasi kalibrais monitor.
o Pengamatan visual pada konsul gambar pola
SMTPE
o Verifikasi tingkat keabu-abuan
(gray level) mulai 0/5% sampai 95/100%.
o Cetak gambat tersebut pada film, 6 gambar
dalam 1 film, atau 4 gambar dalam 1 film.
·
Analisa
kinerja :
o Lihat konsistensi visual perubahan gray level
mulai 0/5% sampai 95/100%.
o Ukur optical density pada pada patch 0%, 10%,
40%, dan 90%. Dengan densitometer dan plot hasil pengukuran pada chart.
o Cek apakah ada artifak pada film.
·
Kriteria
keberhasilan :
o Tidak tampak artifak pada film.
o Standar plot data densitometer :
·
Tindak lanjut : bila ada artifak pada film dan / atau hasil pengukuran densitometer diuar kontrol limit. hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
Tindak lanjut : bila ada artifak pada film dan / atau hasil pengukuran densitometer diuar kontrol limit. hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
·
Dokumentasi
: form laser printer film control chart.
7. Test slice position accuracy.
·
Definisi
: uji ketepatan posisi irisan aksial
yang diletakkan pada lokasi spesifik dengan menggunakan localizer sagital
·
Tujuan
: menguji ketepatan posisi irisan aksial pada lokasi spesifik dengan
menggunakan localizer sagital.
·
Parameter
: slice position dengan satuan mili
meter (mm).
·
Frekuensi
: bulan.
·
Alat
dan bahan :
o Phantom ACR atau phantom bawaan alat (standar head coil).
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o Buat
scanning axial T1W pada phantom 11 irisan.
o Dilakukan pengukuran pada irisan ke 1 dan irisan ke 11.
o Perbesar gambar pada monitor pada irisan yang
dikehendaki, perbesar gambar 2 sampai 4 kali.
Pastikan garis persilangan tetap ada dalam gambar di monitor.
o Atur window with dan window level sehingga
ujung dari vertikal bar tidak kabur.
o Ukur jarak antara ujung bar kanan dan kiri
dengan software measurement tools MRI.
o Jika jarak bar kiri lebih panjang dari kanan,
berikan tanda minus pada ukuran panjang tersebut.
·
Analisa
kerja:
o Mengukur perbedaan jarak antar bar kanan dan
kiri.
·
Kriteria
hasil kerja:
o Perbedaan panjang jarak bar kanan dan kiri
tidak boleh lebih dari 5 mm.
8. Test slice thickness
accuracy.
·
Definisi
: uji ketepatan tebal irisan
·
Tujuan
: menguji ketepatan ketepatan dan akurasi ketebalan irisan
·
Parameter
: slice thickness, dengan satuan mili
meter (mm).
·
Frekuensi
: 4 bulan
·
Alat
dan bahan :
o Phantom ACR atau phantom bawaan alat (standar head coil).
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o Buat scanning axial T1W pada phantom 11
irisan.
o Tampilkan gambar irisan ke 1, dengan
perbesaran 2-4 kali, pastikan slice thickness insert (2 garis tipis
bersilangan) nampak dalam monitor.
o Atur
window with dan window level sehingga slice thickness insert ramp tampak
dan tidak kabur.
o Taruh ROI berbentuk segi empat di tengah
masing-masing atas dan bawah ramps. Catat nilai signal dari kedua ROI (Top dan
Buttom). Kemudian hitung rata-rata nilai dari kedua ROI tersebut. Hasil dari
perhitungan tersebut merupakan nilai rata-rata nilai tengah dari signal di
tengah ramps. Hati-hati ROI jangan sampai diluar area ramps.
o Ukur
jarak antar ramps (Top and Buttom) dengan software measurement MRI. Catat hasil
pengukuran.
·
Analisa
kerja:
o Mengukur ketepatan tebal irisan .
·
Kriteria
hasil kerja:
o Tebal irisan = 0.2 x (Top x Bottomm) /
(Top+Bottom) mm, hasil pengukuran 5.0 mm ± 0.7 mm.
·
Dokumentasi
9. Test interslice RF
interference (Crosstalk).
·
Definisi
: uji interferensi radiofrekuensi antar
irisan.
·
Tujuan
: evaluasi interferensi radiofrekuensi pada jarak antar irisan pada pemeriksaan
MRI dengan irisan yang banyak (multi slice).
·
Parameter
: interslice RF interference dalam mili
meter (mm).
·
Frekuensi
: 4 bulanan.
·
Alat
dan bahan :
o Phantom ACR atau phantom bawaan alat (standar head coil).
·
Prosedur
: mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada
phantom ACR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat MRI
(AP/anterior-posterior, SI/superior-inferior, LR/Left-right), dengan syarat
level harus tidak ada rotasi ataupun miring)
o Gunakan ACR phantom, set T1W multi slice spin
echo sequence.
o Atur FOV=25cm , matrix 256 x 256 mm, tebal 5
mm, TR=500, TE=20m , NSA=1
o Atur
irisan sehingga irisan tersebut berada di tengah-tengah dari gambar phantom
yang signalnya merata. Pada ACR phantom, lihat irisan ke 7 dan ke 8.
o Lakukan 4 serial scan , masing-masing 11
irisan , dengan variasi variasi jarak antar irisan (mm) 0, 0.5, 1.0, dan 5 mm.
o Catat intensitas signal rata-rata dan
standar deviasi dari background signal (noise).
o Bagi signal rata-rata pada gambar dengan
standar deviasi dari background signal (noise).
o Ukur signal to noise ratio pada
masing-masing gambar, isi hasil pengukuran pada MRI equipment performance data
form.
o Plot data sebagai fungsi dari presentasi
jarak antar irisan. Normalisasi SNR diperoleh dengan jarak antar irisan =100%
dari tebal irisan.
·
Analisa
kerja:
o Mengevaluasi interferensi radiofrekuensi
jarak antar irisan dengan membandingakan nilai SNR masing-masing irisan .
·
Kriteria
hasil kerja:
o Interferensi radiofrekuensi tidak akan
mengurangi SNR lebih dari 20% dibanding dengan 100% SNR dengan jarak antar
irisan nol.
·
Dokumentasi
10. Visual Check.
·
Definisi
: pemeriksaan rutin terhadap
transportasi pasien dan magnit, film dan monitor, Integritas RF dan kontrol
ruangan, dan fasilitas keselamatan MRI.
·
Tujuan
: uji transportasi pasien dan magnit, film dan monitor, Integritas RF dan
kontrol ruangan, dan fasilitas keselamatan MRI
·
Parameter : transportasi
pasien dan magnit, film dan monitor, Integritas RF dan kontrol ruangan, dan
fasilitas keselamatan MRI dengan memasukan kriteria ya atau tidak.
·
Alat
dan bahan : formulir cek list
·
Frekuensi
: mingguan.
·
Prosedur
:
o Melakukan pengecekan posisi meja dan
lampu-lampu, alignment light, keadaan kabel-kabel, pergerakan meja secara
horisontal dan vertikal.
o Melakukan
pengecekan laser kamera (kabel , tray film, dan lampu), cek viewer box.
o Melakukan pengecekan kerapatan pintu ruang
MRI, jendela ruang pemeriksaan, tombol-tombol operator konsul / lampu, dan
indikator pengukuran, pasien monitor, interkom antar ruangan, suhu dan
kelembaban ruangan.
o Melakukan pengecekan fasilitas keselamatan
pasien meliputi : perlengkapan emegensi, emergency buzzer, lampu emergensi,
tanda peringatan keselamatan, indikator pintu (bisa ada), indikator suara dan cryogen
level, dan monitor oksigen.
·
Analisa
kinerja :
o Memastikan semua komponen dilakukan
pengecekan.
o Isi hasil pengamatan pada formulir cek list
yang tersedia.
·
Kriteria
hasil kerja :
o Jika keadaan dan fungsi baik dicentang YA,
·
Tindak
lanjut : bila ada yang tidak berfungsi,
hubungi teknisi alat MRI untuk dilakukan koreksi.
Uji keberterimaan
Uji kelayakan sistem MRI pada saat
instalasi baru atau sistem MRI lama yang di upgrade.
Uji ini dilakukan seperti pada tes
no 1 sampai 10 diatas, ditambah dengan test keseluruhan RF Coil dan verifikasi
data dan spesifikasi yang telah diberikan oleh vendor.
Test Baseline performance.
Tes baseline performance MRI
dimaksudkan untuk mengetahui kinerja MRI. Test ini dilakukan selama 10 hari
berturut-turut untuk mendapatkan data dasar (baseline) kinerja MRI. Beberapa
tes MRI yang memerlukan data dasar adalah centre frequency, Transmision gain,
laser film quality control, geometric accuracy dan RF coil check.
Catatan :
Bila menggunakan phantom ACR ,
digunakan parameter dibawah ini :
1. Sagittal Localizer
Spin echo sequence, 2D
TR = 200ms, TE = 20ms
Bandwidth = scanner default vaule
FOV = 25cm, 256 x 256 matrix
Slice
thickness = 20mm, number of slices = 1
Frequency
encoding direction = superior/inferior
Signal
average = 1, scan time = 0:56 minutes
2. ACR Axial T1-weighted scan
Spin
echo sequence, 2D
TR =
500ms, TE = 20ms
Bandwidth
= Scanner default value
FOV =
25cm, 256 x 256 matrix
Slice
thickness = 5mm, spacing = 5mm, number of slices = 11
Frequency
encoding direction = anterior/posterior
Signal
average = 1, scan time = 2:16 minutes
3. ACR Axial T2-weighted scan
Spin
echo sequence, 2D
TR = 2000ms, TE1 = 20ms, TE2 = 80ms
Bandwidth1
= Scanner default value
Bandwidth
2 = same as bandwidth 1
FOV =
25cm, 256 x 256 matrix
Slice
thickness = 5mm, spacing = 5mm, number of slices = 11
Frequency
encoding direction = anterior/posterior
Signal
average = 1, scan time = 8:56 minutes
Referensi :
1.
Acceptance Testing and
Quality Assurance Procedures for Magnetic Resonance Imaging Facilities, American Association of Physicists in Medicine 2010
2.
Imaging Quality Assurance Manual, Radiation Safety
Office for the University of Ronchester Medical Center, revisi ke-6, 24/01/
2012 , hal 66 – 82.
3.
American College of Radiology MRI Quality Control
Manual 2004.
4.
Di Nallo AM, MRI Quality Control Tools for Procedures
and Analyses, J.Exp.Clinical cancer Res, 25, 1, 2006 pp 121-127
5.
Keener CR, Presentation
ACR MRI QC program , July 2009
6.
Jeffrey W, ACR
MRI Accreditation: Yesterday, Today,
and Tomorrow. J Am Coll Radiol 2005;2:494-503.
Jiancen, AAPM/RSNA
Physics Tutorial for Residents MR Artifacts, Safety, and Quality Control, Radiographic
beh...gambarnya gak kliatan, rusakkah?
ReplyDeleteBabeh udah almarhum
Delete