PROTEKSI RADIASI
Eddy Rumhadi Iskandar
PROTEKSI RADIASI
EKSTERNA
1. Pendahuluan
Semua zat
radioaktif dan radiasi pengion dapat menimbulkan resiko bahaya radiasi baik
untuk kesehatan dan keselamatan manusia dn lingkungannya, jika tidak
dikendalikan dengan baik. Proteksi radiasi adalah suatu sistim untuk
mengendalikan bahaya tersebut dengan menggunakan peralatan proteksi dan
kerekayasaan yang canggih serta mengikuti peraturan proteksi yang sudah
dibakukan. Kemungkinan bahaya radiasi itu disebabkan penyinaran tubuh sebelah
luar (eksterna), jika sumber radiasi berada di luar tubuh dan mungkin
disebabkan penyinaran dalam tubuh jika sumber radiasi berada dalam tubuh.
Pengalaman
telah membuktikan bahwa dengan menggunakan sistem pembatasan dosis terhadap
penyinaran tubuh baik radiasi yang berasal dari sumber luar tubuh kemungkinan
resiko bahaya radiasi dapat diabaikan. Petugas Proteksi Radiasi dengan
mengikuti peraturan proteksi radiasi dan menggunakan peralatan proteksi yang
canggih dapat menyelamatkan pekerja radiasi dan masyarakat pada umumnya.
Prosedur yang
biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan bahaya radiasi adalah :
a.
Meniadakan bahaya radiasi
b.
Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia
c.
Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi
Untuk
menerapkan tiga prinsip proteksi di atas dilaksanakan oleh Petugas proteksi. Prinsip pertama cukup jelas
dengan mentaati dan melaksanakan peraturan proteksi radiasi; kedua dengan
merancang tempat kerja; menggunakan peralatan proteksi yang baik dan penahanan
radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan lingkungannya aman dan selamat;
ketiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan secara terus-menerus baik pekerja
radiasi maupun lingkungannya dengan menggunakan alat pemonitoran perorangan,
pemonitoran lingkungan dan survei meter.
2.
Aturan
Dasar Proteksi Radiasi
Radiasi
eksterna yang berasal dari zat radioaktif atau pesawat sinar-X yang dirancang
khusus memeproduksi sinar-X baik untuk keperluan diagnostic maupun terapi dan
sumber lainnya. Mengingat disamping manfaat dari radiasi eksterna yang
merupakan radiasi pengion potensial menimbulkan bahaya radiasi, sedangkan
secara teknik mustahil meniadakan sumber tersebut, maka bahaya penyinaran
radiasi eksterna terhadap petugas maupun lingkungannya dapat dikendalikan
dengan tiga aturan dasar proteksi radiasi :
a.
Memperkecil waktu penyinaran
b.
Mengusahakan jarak dari sumber radiasi sejauh
mungkin
c.
Menggunakan penahan radiasi
A. Faktor Waktu
Perencanaan
dan persiapan harus dilakukan dengan hati-hati agar penyinaran sependek
mungkin. Hal ini memerlukan pekerja radiasi harus terlatih dan terdidik dan
berpengalaman, sehingga dia terampil dan melaksanakan pekerjaan pada waktu yang relatif pendekdan tidak tergesa-gesa.
Untuk tujuan proteksi pemanfaatan
factor waktu berlaku hubungan :
D = D x t
Dimana D = dosis total, D= laju
dosis dan t, waktu penyinaran. Contoh :
1.
NBD = 50 mSv per tahun, satu tahun 50 minggu,
NBD dalam seminggu = 1 mSv = 1000 uSv. Berapa lama seorang pekerja radiasi
harus bekerja jika lalu dosis 50 uSv/jam.
D = D x t
1000 = 50 x
t
T = 20 jam
2. Jika seorang pekerja
radiasi katagori A bekerja 40 jam dalam seminggu.
Berapa laju dosis yang
diterima oleh pekerja tersebut,
D = D
x t
1000 = 50 x
t
D = 1000 uSv/jam
40
= 25
uSv/jam
- Berapa besar laju dosis yang diterima oleh pekerja radiasi lategori B, bila NBD = 15 mSv per tahun dan lama ia bekerja 40 jam dalam seminggu.
- Nilai dosis (NBD) untuk anggota masyarakat 5 mSv per tahun. Berapa laju dosis yang diterima oleh anggota masyarakat tersebut, pada daerah yang ditempati terus menerus dalam seminggu (168 jam per minggu) oleh anggota masyarakt tersebut.
B. Jarak
Suatu sumber
berbentuk titik akan memancarkan radiasi secara seragam kesegala arah. Fluks
radiasi pada jarak r dari sumber mengikuti hukum kebalikan jarak pangkat dua.
Oleh karena itu dosis berhubungan langsung dengan fluks, maka laju dosis juga
mengikuti hukum kebalikan jarak pangkat dua. Hal ini hanya benar jika sumber
titik, dan mengabaikan penyerapan radiasi antara sumber dan detektor.
Dalam
pekerjaan radiografi di asumsikan sumber bentuk titik. Hokum kebalikan jarak
pangkat dua untuk dosis adalah :
D~
2 atau D =
k (2)
r 2
dimana K adalah konstanta untuk
sumber tertentu. Apabila laju dosis D pada
jarak R dari sumber dan D2 laju
dosis pada jarak r2 dari sumber, maka : D1
r12 = D r22 (3)
D2 = D
r12
r2
Contoh : laju dosis pada jarak 2
m dari sumber gamma adalah 400 uSv /
jam.
Hitung jarak pada laju dosis 25
uSv/jam.
D2
. r12 = D2 r22
R22 = U
r12
D2
= 400
. 22 =
64 m
R = u64 m = 8 m
Perhitungan laju dosis untuk
sumber–gamma
1.
Perhitungan laju dosis secara aprokrimasi dari
sumber gamma dapat digunakan rumus :
D = ME uSv/jam
6 r2
Di mana D adalah
laju dosis dalam uSv/jam, M adalah aktivitas sumber dalam MBq, E
adalah energi perseluruhan dalam Mev dan r adalah jarak pada m. Contoh . hitung
laju dosis pada jarak 2 m secara aprokrimasi dari 240 MBq Co-60. Diketahui
Co-60 mempunyai energi 1.17 Mev dan 1.33 Mev per Seluruhan.
D = ME uSv/jam
6 r2
= 240 :
(1,17 + 1,33) uSv/jam
6 x 22
= 25
uSv/jam
2.
Perhitungan laju dosis untuk sumber gamma
menggunakan faktor K (kekuatan sumber
pada jarak 1 m untuk aktivitas 1 Ci dalam satuan R/jam).
Walaupun faktor k dalam
satuan R/jam, dengan pertimbangan proteksi dilapangan maka R/jam disamakan
dengan rem/jam atau 10-2 Sv/jam,maka persamaam laju dosis adalah :
D = K A rem/jam
r2
atau D = 10-2
K A Sv/jam
r2
Table 1. kekuatan sumber
gamma untuk 1 Ci pada jarak 1 m(faktor k) untuk bermacam-macam isotop
Contoh : hitung
laju dosis pada jarak 10 m dari sumber 50 Ci Ir-192, jika factor k : 0,5
3.
Laju dosis untuk sumber gamma pada jarak 1 m
untuk 1 Ci, dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus praktis di lapangan.
D = 0,5
Ci ∑ Ei rem/jam
Contoh :
hitung laju dosis pada jarak 10 m dari sumber 10 Ci Co-60 adalah 1,17 mev dan
1,33 mev.
Laju dosis
pada jarak 1m
Laju dosis
pada jarak 10m
C. Penahanan Radiasi
Metode
ketiga untuk mengendalikan bahaya radiasi eksterna ialah dengan menggunakan
penahan radiasi. Metode ini yang biasanya lebih di sukai, oleh karena
menciptakan kondisi kerja yang aman. Disamping itu faktor waktu dan jarak dapat
dipantau terus-menerus pada waktu pelaksanaan kerja, agar pekerja radiasi dapat
terjamin keselamatannya.
Jumlah
penahan radiasi yang diperlukan bergantung pada macam radiasi macam radiasi
aktivitas dan laju dosis.
1.
Penahan radiasi untuk partikel alpha.
Partikel alfa
sangat mudah diserap, cukup dengan menggunakan sehelai kertas tipis sudah cukup
untuk menahannya. Penahan radiasi untuk alfa tidak ada masalah.
2.
Penahan radiasi untuk partikel bêta.
Partikel beta
mempunyai daya tembus yang lebih besar dari alfa. Jangkauan energi partikel
beta biasanya terletak antara 1-10 mev yang memerlukan penahan radiasi setebal
10mm Perspex untuk menyerapnya secara sempurna. Kadang-kadang radiasi
diperlakukan secara sederhana dengan menganggap bahwa partikel beta bahayanya tidak
seperti gamma dan netron. Tetapi harus diingat bahwa sumber beta pada jarak 3
mm dengan aktivitas 1 MBq menghasilkan laju dosis kira-kira 1 Gy/jam.
Satu masalah
penting yang harus diperhatikan dalam memilih bahan penahan radiasi, untuk
radiasi beta ialah radiasi bremsstrahlung yang dihasilkan pada waktu partikel
beta diperlambat dengan cepat oleh atom-atom penahan radiasi. Fraksi partikel
beta yang dapat menghasilkan bremsstrahlung diperkirakan
,7 adalah nomor atom penahan radiasi dan
E energi partikel beta dalam Mev. Hal ini berarti untuk menahan patikel beta
harus digunakan bahan dengan nomor atom yang kecil seperti aluminium dan
Perspex untuk mengurangi keluarnya radiasi bremsstrahlung.
3.
Penahan radiasi untuk radiasi gamma dan sinar-X
Apabila radiasi
gamma dan sinar-X melalui suatu bahan dan pelemah secara eksponensial. Laju
dosis yang disebabkan oleh radiasi gamma dan sinar-X sesudah melalui penahan
radiasi adalah :
Dt = Do e-ut
Do adalah
laju dosis tanpa penahan radiasi
Di adalah
laju dosis sesudah melalui penahan radiasi dengan ketebalan t dan koefisien
ebsorpsi u
a.
Nilai tebal paro
Nilai tebal paro
untuk suatu penahan radiasi ialah tebal yang diperlukan untuk mampu mengurangi
intensitas atau laju dosis separo dari semula.
Nilai persamaan
diatas menjadi.
Gb. 1. Variasi
laju dosis terhadapa tebal paro dari penahan radiasi.
Nilai u dan HVT
bergantung pada bahan penahan radiasi dan energi radiasi. Kadang-kadang dalam
penggunaan penahan radiasi digunakan nilai lain yang dinamakan nilai tebal
sepersepuluh TVT (tenth value thickness). Perhitungan dapat dilakukan seperti
tebal paro, maka di peroleh :
TVT = 1u
10
u
tvt = 2,303
u
Table 2. nilai HVT dan TVT timah hitam dan beton untuk
bermacam-macamenergi radiasi
b.
Geometri berkas radiasi
Penentuan tebal
penahan radiasi dengan melakukan pengukuran menggunakan pengukuran detektor dipengaruhi
oleh sistem geometri dari pengukuran, ada geometri yang baik dengan berkas
radiasi sempti dan geometri yang jelek dengan berkas radiasi lebar.
1)
Kondisi berkas radiasi sempit
Geometri yang
baik diperoleh jika menggunakan berkas radiasi yang terkolomasi sehingga berkas
radiasi menjadi sempit, dapat dilihat pada Gb. 2. Pada berkas radiasi
Gb. 2. Kondisi
berkas radiasi sempit, sempit radiasi hamburan dapat ditiadakan, sehingga yang
dicatat pada detektor adalah radiasi primer. Jumlah atenuasi yang dilakukan
oleh bahan penahan radiasi dapat diutarakan dengan persamaan.
Dt =
Do e-ut
Dt
adalah lajur dosis sesudah melalui bahan penyerap setebal to Do
adalah laju dosis sebelum melalui bahan penyerap setebal to u
koefisien absorpsi limir untuk bahan penahan radiasi dan t adalah tebal penahan
radiasi.
2)
Kondisi berkas radiasi lebar
Geometri yang
jelek diperoleh pada berkas radiasi yang lebar tidak terkolimasi, sehingga
radiasi yang tercatat oleh detector selain berkas primer tercatat juga radiasi
hambur, dapat pada gambar 3.
Gb. 3. Kondisi
berkas radiasi lebar.
Persamaan 9 diatas
tidak dapat digunakan karena penilai kurang, disebabkan setiap foton yang
berinteraksi dengan penahan radiasi tidak semuanya tercatat oleh detektor, yang
tercatat hanya berkas primer, sedangkan pada geometri yang jelek dengan berkas
lebar selain kerkas primer, berkas hambur juga dicatat oleh detektor. Oleh
karena itu persamaan untuk berkas radiasi lebar adalah :
Dt =
BDo e-ut
B adalah faktor
build up. Faktor up nilainyabergantung pada energi dan bahan penahan suatu
contoh dapat dilihat pada Gb. 4. Grafik transmisi sinar gamma. Pada grafik
garis putus-putus untuk berkas sempit, 10% radiasi gamma dan Co-60 diperlukan
tebal beton 7m, sedangkan untuk berkas lebar dengan ketebalan 7 in pada garis
tidak terputus-putus factor transmisi 25%. Jika diketahui factor transmisi 10%
diperlukan tebal 11 in.
Gb. 4. Faktor transmisi
dan sinar gamma Cs-137, Co-60.
Garfik terputus
yang pendek merupakantransmisi sinar gamma Co-60 dengan berkas sempir grafis
tidak terputus adalah berkas radiasi lembar.
Contoh: Sumber
Cs-137 dengan aktifitas 25 Ci hendak disimpan dalam sebuah kontener Pb. Berapa
tebal Pb yang di perlukan agar pada jarak 1 m dari sumber laju dosis tidak
melebihi 2,5 mrem/jam diketahui factor K = 0, 33.
4.
Penahan radiasi untuk netron
Netron adalah
partikel yang tidak bermuatan, karena itu mempunyai daya tembus yang besar. Penggunaan
penahan radiasi ialah memperlemah berkas netron secara langsung mengurangi
energi netron sampai batas dengan mudah data diserap oleh penahan radiasi.
Pengurangan energi netron terjadi pada proses tumbukkan dengan unsur ringan
seperti air, paraffin dan grafit. Netron dengan energi di atas 1 mev penggunaan
penahan radiasi dengan unsur agak berat lebih efektif. Oleh karena itu penahan
radiasi untuk memilih bahan agak rumit disebabkan jangkauan spectrum energi
sangat lebar.
Reaksi yang
sangat penting diketahui adalah :
a.
Hamburan elastik, tumbukan netron dengan inti
atom sebagai sasaran, menyebabkan netron kehilangan energi dan dipindahkan ke
inti atom. Semua energi yang diterima oleh inti aton akan menjadi energi
kinetic. Bahan dengan unsur ringan adalah sangat baik sebagai moderator untuk
memperlambat energi netron dengan hamburan elastic seperti air, paraffin dan
beton.
b.
Hamburan inelastic, dalam proses ini netron
memberikan sebagian energinya ke inti bahan yang di tumbuk dan menyebabkan inti
tereksitasi kemudian keadaan normal dengan melepaskan energi berbentuk sinar
gamma. Proses hamburan in elastik sangat berarti untuk unsur berat seperti
Cadmium.
c.
Penangkap netron, dalam reaksi ini netron
ditangkap oleh ini menyebabkan inti tereksitasi dan kemudian kembali ke keadaan
dasar dengan memancarkan partikel atau foton. Kemungkinan reaksi penangkap
netron akan menjadi (n,d), (n,j), dan (n,p) reaksi. Contoh (1)10 B
(n,d)7 Li. Reaksi ini menjadi penting dalam proteksi radiasi karena partikel d yang dipancarkan mudah
sekali diserap.
58Fe (n,j) 59Fe
Radiasi gamma
yang dipancarkan diperhitungkan dalam rancangan penahan radiasi. Biasanya
digunakan bahan dengan nomor atom yang tinggi untuk menyerap sinar gamma.
14N (n,p) 14C
Reaksi ini
menjadi penting dalam proteksi radiasi karena melepaskan proton dengan energi 0,62
Mev. Jika suatu penahan radiasi ditempatkan pada berkas netron yang terkolimasi
maka berkas netron akan mengalami pengurangan secara eksponensial mengikuti
hubungan
I = Io e -6Nt
∑ = 6N
I = Io e-∑t
I = Intensitas berkas netron sesudah melalui
penahan radiasi dengan tebal t
I = intensitas berkas netron semula
∑ = penampang lintang makroskopik
6 = penampang lintang mikroskopik
N = jumlah atom penahan radiasi per cm3
Tabel 3.
Data penampang lintang berbagai unsur
Contoh 1.
Berapakah tebal air yang diperlukan untuk mengurangi intensitas netron yang
terkolimasi 1 Mev dan 10 Mev dengan faktor 106. Dengan pertanyaan
yang sama untuk timah hitam.
Untuk air 1 Mev : t 1 = TVT = 20303
10
∑H + ∑o
=
2,303 = 4,19 cm
0,281+0,268
Untuk
mengurangi intensitas 106;t = (6) (4,19) = 25,1 cm
Untuk
timah hitam 1 Mev ; t = 77,6 cm
Untuk
air 10 Mev ; t = 121 cm
Untuk
timah hitam 10 Mev ; t = 83,7 cm
Contoh 2.
Intensitas netron yang terkolimasi 1015 n/cm – detik dengan energi 1
Mev dan 106 n/cm2 detik dengan energi 10 Mev menyinari
penahan radiasi air dengan tebal 100 cm. berapa intensitas yang keluar dari
penahan radiasi tsb ?
PROTEKSI RADIASI INTERNA
1. Pendahuluan
Apabila zat radioaktif diletakkan
dalam pembungkus/wadah yang tertutup, maka kemungkinan akan menimbulkan bahaya
radiasi eksterna terhadap pekerja radiasi dan lingkungannya, tetapi jika zat
radioaktif tidak diletakkan dalam suatu wadah tertutup, maka kemungkinan akan
menimbulkan bahaya radiasi interna. Disebabkan oleh kesalahan manusiawi, zat
radioaktif bentuk cairan akan tumpah dan bentuk serbuk dalam kapsul pecah akan
tersebar sehingga tempat kerja dan lingkungan menjadi kontaminasi.
Sejumlah kecil zat radioaktif
apabila masuk kedalam tubuh manusia dia akan terus-menerus menyinari tubuh
sampai terjadi pemisahan dalam tubuh. Laju peluruhan zat radioaktif bergantung
pada waktu paronya yang bervariasi dari detik sampai ratusan tahun. Laju
pemisahan dalam tubuh bergantung pada sejumlah variabel seperti karakteristik
kimia dan lain-lain, yang mungkin waktu beberapa hari dan mungkin beberapa
tahun, jadi kalau zat masuk kedalam tubuh mungkin dia akan menyinari tubuh
terus-menerus selama periode tertentu bergantung pada macam zat radiosktif.
Ada empat saluran masuk zat
radioaktif ke dalam tubuh manusia yang menimbulkan dan menyebebkan behaya
radiasi yaitu :
a.
Kontaminasi udara langsung melalui saluran
pernafasan
b.
Melalui pencernaan, masuk melalui mulut
c.
Melalui kulit, atau kena kontaminasi bagian
kulit yang luka.
d.
Langsung menempel pada kulit
Apabila udara kena kontaminasi zat
radioaktif, maka udara tersebut akan dihirup masuk ke paru-paru. Ada bagian
tertentu akan masuk melalui aliran darah, bagian yang lain diserap dan sisanya
dibuang.
Bagian yang masuk melalui aliran
darah, diserap dam dibuang bergantung pada banyak factor seperti sifat kimia
dan fisika dati kontaminasi dan fisiologi dari seseorang. Bersamaan halnya,
jika kontaminasi melalui pencernaan, sejumlah zat radioaktif melalui dinding
saluran pencernaan kedalam cairan tubuh bergantung pada sifat kimia dan fisika
zat radioaktif dan kondisi fisiologi dari tubuh seseorang.
Laju dosis pada suatu organ
bergantung pada jumlah radioaktif pada organ tersebut dan akan berkurang sesuai
peluruhan dan pemisahan secara biologi yang terjadi papa organ tersebut. Baik
peluruhan maupun pemisahan terjadi secara eksponensial. Ini berarti konstanta
luruhan efektif dari zat radioaktif tersebut dapat diutarakan dalam persamaan :
2. MANUSIA ACUAN (REFERENCE MAN)
Karakteristik fisiologi dari umat
manusia mempunyai variasi yang sangat lebar. Komisi Proteksi Radiologi
Internasional (ICRP) telah menentukan manusia acuan yang dinamakan Reference
Man, sebagian dari karakteristik tersebut diambil dari ICRP publikasi 23, untuk
pria dewasa berat badan 70 kg dan wanita dewasa 58 kg. tinggi untuk pria dewasa
170 cm dan wanita dewasa 160 cm. luas permukaan seluruh tubuh untuk pria dewasa
18.000 cm2 dan wanita biasa 16.000 cm2.
Nilai dari
sebagian karakteristik fisiologi untuk dewasa pria dapat dilihat pada tabel 4,
tetapi bila ingin mengetahui secara terinci dapat dilihat ICRP publikasi 23.
Tabel 4. Nilai karakteristik
fisiologi manusia acuan tentang organ, timbangan udara dan air.
Dapat dilihat
pada tabel 4, bahwa manusia acuan bernafas kira-kira 23 m3 per hari,
dan jumlah air yang masuk kedalam tubuh 3 1/hari. Jadi manusia acuan suatu gambaran
individu yang dapat mewakili umat manusia yang mempunyai variasi spectrum
fisiologi yang sangat lebar.
3. ORGAN KRITIK
Organ dan jaringan tubuh menunjukan
derajat kepekaan terhadap radiasi berbeda-beda, maka untuk keperluan tujuan
proteksi radiasi perlu menentukan kepekaan sebagai fungsi dari besarnya dosis
yang diterima. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka akan terdapat kemampuan
organ dan jaringan menerima dosis berbeda-beda, organ tersebut dinamakan organ
kritik.
Dalam kasus penyinaran seluruh tubuh
lebih kurang seragam, dengan dosis tidak boleh lebih dari 100 mrem (1 mSv) per
minggu, maka seluruh tubuh, kelenjar kelamin, membentuk darah merah dan lensa
mata adalah organ kritik. Penyinaran yang terbatas bagian dari tubuh yang
kemungkinan besar menimbulkan kerusakan tetap, maka organ dan jaringan tersebut
dinamakan organ kritik seperti 600 mrem (6 mSv) per minggu untuk kelenjar
gondok, atau 300 mrem (3 mSv) untuk organ kritik lainnya.
Dari penjelasan diatas yang
diberikan oleh ICRP publikasi 6, bahwa untuk menentukan organ dan jaringan
kritik berdasarkan kepekaan dan kemampuannya menerima dosis radiasi yang
mengakibatkan merusakkan kesehatan jika nilai tersebut dilampaui. Konsep organ
kritik dengan cara ini menurut ICRP publikasi 26 tidak memberikan jumlah
kerusakan terhadap kepekaan relative jaringan yang kena radiasi. Oleh karena
itu komisi merekomendasikan suatu prosedur dengan memperhitungkan jumlah resiko
yang disebabkan oleh penyinaran semua jaringan yang kena radiasi.
Untuk efek stochastic Komisi
merekomendasikan pembatasan berdasarkan prinsip resiko sama dengan apabila
seluruh tubuh disinari secaramerata atau tidak. Kondisi tersebut akan memenuhi
hubungan.
∑T WT
HT ≤ Hwb, L
WT
adalah factor bobot untuk organ jaringan T yang menyajikan perbandingan resiko
efek stochastic pada jaringan sebagai hasil penyinaran seluruh tubuh.
Hwb,
L adalah nilai batas dosis tahunan penyinaran merata seluruh tubuh, besarnya 50
mSv.
Tabel 5. Nilai faktor bobot WT
Penjelasan
jaringan lainnya adalah faktor bobot
WT
= 0,06 adalah wajar untuk masing-masing lima jaringan lainnya (saluran
pencernaan makanan, lambung, usus kecil, usus besar sebelah atas, usu besar
sebelah bawah) jika menerima dosis ekivalen tinggi. Penyinaran semua jaringan
lainnya diabaikan (lensa matan kulit dan tangan, lengan, kaki dan tungkai).
Kepekaan relatif suatu jaringan
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh efek stochastic diutarakan dalam resiko
per Sv, seperti dapat dilihat pada tabel 5. Jika dosis merata seluruh tubuh
maka jumlah faktor resiko adalah 1. Untuk penyinaran tidak merata, seperti
penyinaran bagian terhadap medan radiasi eksterna, atau penyinaran interna dari
isotope yang terdapat di berbagai organ dalam tubuh dapat digunakan faktor
bobot dalam tabel 5 atau 6. Dosis efektif ekivalen dapat dihitung menggunakan
rumus :
HE = ∑ WT HT
Tabel 6. Nilai faktor bobot dan faktor resiko untuk jaringan pada
resiko efek stochastic
Contoh : Akibat
dari suatu kecelakaan di laboratorium 10 uCi I-131 mengedap pada organ seorang
teknisi, 2 uCi dalam kelenjar gondok dan 8 uCi. Terdistribusi secara merata
pada organ lain. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran bioassay dan
perhitungan Ahli Fisika Kesehatan, 123 mGy dosis pada kelenjar gondok dan 0,26
mGy dosis seluruh tubuh.
1)
Berapakah dosis efektif ekivalen yang diterima
teknisi
2)
Apakah kasus ini menerima dosis berlebihan
menurut kriteria ICRP
a. HE = ∑
WT. HT
=
0,03 x 123 + 0,97 x 0,26
= 3,9 mSv
b.
Dosis efektif ekivalen yang diterima jauh lebih
kecil dari NBD tahunan 50 mSv dank arena dosis yang diterima oleh kelenjar
gondok jauh lebih kecil dari 300 mSv, maka menurut kriteria ICRP dosis yang
diterima pada kecelakaan tersebut tidak merupakan dosis berlebihan.
3. BEBAN TERTINGGI YANG DAPAT
DITERIMA TUBUH
Rekomendasi IRCP suppelmen No.6 1955
menberikan beban tertinggi yang dapat di terima oleh tubuh berdasarkan seorang
yang berkerja dengan radium berpuluh tahun. Diketahui bahwa radium sebagai
pemancar alfa dan tidak terdistribusi secara merata. Oleh karena itu untuk
keperluan perhitungan factor ketidak seragaman distribusi di ambil N= 1 untuk
radium dan 5 untuk pemancar alfa dari radioisotope lain. Beban tertinggi dapat
diterima oleh tubuh mengikiti persamaan :
F2 =
fraksi organ kritik dari seluruh tubuh
E = Energi efiktif
RBE = efek
biologi secara relative
N =
factor distribusi tidak seragam
Nilai lain untuk menghitung beban tertinggi
Yang dapat
diterima tubuh dikembangakan berdasar konsabtrasi tertinggi radioisitop yang di
izinkan dalam air dan udara mengendap
pada organ kritik, sehingga laju dosis rata –rata yang diterima 0,3 rem/minggu.
Oleh karena beban maksimum yang dapat diterima tubuh dapat diturunkan dalam
persamaan:
Q
3,7
x10-4 = luruhan/ uCi-detik
1,6
x 10-6 = ug/Mev
6,05x
10-5 = detik/minggu
100 = erg/g/rad
W = 0,3 rem/minggu
M = masa organ kritik
F2 = Farksi organ kritik
dari seluruh.
∑
ZE (RBE) N = bobot energy yang di serap
menurut persamaan (14)
4.
KONSENTRASI TERTINGGI YANG DIIZINKAN DIDALAM AIR
DAN UDARA
Konsentrasi tertinggi yang diizinkan
dalam periode waktu penyinaran yang lama.
Konsentrasi maksimum yang diizinkan
diperoleh dengan mengintegrasi persamaan (16) dari o sampai t
qf2 = beban radiosotop pada organ kritik
= konstanta luruhan efektif = 0,693 T
P = laju pengambilan oleh organ kritik dalam
uCi/ hari
= MPC. R, R hasil kali laju masukan air atau
udara per hari yang mengandung radiosotop dalam uCi yang sampai pada organ
kritik atau
2200 fair dan 2. 107 F udara,
dan
(MPC) udara =
3.5 x 10-8 qf2
Tf
udara (1-e-0,693 t/l)
(MPC) air =
3,1 x 10-4 qf2
Tf air (1-e-0,693 t/l)
(MPC) udara = konsentrasi tertinggi yang diizinkan di
udara uCi/cm3
(MPC) air = konsentrasi tertinggi yang diizinkan di air
uCi/cm3
T = waktu pora efetif
(hari)
F udara = fraksi udara yang masuk pada organ
kritik
F air = fraksi air yang masuk pad
organ kritik
T = priode penyiaran
(hari)
Tabel 7. Beban tertinggi
yang di izinkan yang dapat di terimatubuh. Dan Konsentrasi tertingi yang di
izinkan di udara dan air untuk penyinaran terus menerus.
SPM = seluruh pencernaan makanan
Pada ketentuan keselamatan kerja
dengan nradiasi BATAN, 1983, Kosentrasi tertinggi yang di izinkan berdasarkan
pada dosis tertinggi yang di izinkan tidak terlampaui, maka di turunkan untuk
pekerja radiasi dan umum nilai konsentrasi tertinggi yang di izinkan, dapat di
lihat sebagai contoh pada tabel 8. Kosentrasi radionuklida tertinggi diturunkan
dari pemasukan tertinggi yang diizinkan (maximum permissible intake) untuk
pekerja radiasi dalam mas kerja 40 jam/minggu dan umum 168 jam/minggu.
5.
BATAS MASUKAN TAHUNAN
Sehubungan penyinaran interna ICRP
Committee 2 telah menetapkan batas masukan tahunan (BMY) untuk radionuklida
dengan jangkauan yang luas, BMT adalah jumlah radionuklida dalam Bq yang
menimbulkan kerusakan pada suatu organ tubuh dengan dosis 50 mSv. Contoh; suatu
radionuklida dengan aktifitas 1 Bq masuk dalam tubuh dan menyinari organ X, Y
dan Z. Dosis ekivalen terikat yang di terima masing-masing organ Hx, Hy,
Hz. Jika factor bobot untuk organ X, Y dan Z adalah Wx, Wy,
dan Wz, maka dosis ekivalen efektif dari masukan 1 Bq adalah :
H =
Wx Hx + Wy Hy + Wz Hz
(19)
DMT
adalah suatu besaran yang di berikan oleh ∑ Wt Ht = mSv
Maka BMT adalah:
(Bq)
Nilai
BMT untuk berapa radionuklida yang penting dapat dilihat pada tabel 9 mulai
pernafasan dan pencernaan.
Oleh
kerena pemindahan bahan dari paru-paru atau dari usus di pengaruhi oleh bentuk
kimia, maka perlu menyebutkan nilai bermacam-macam BMT untuk persenyawaan
beberapa radionuklida, organ atau jaringan yang mempunyai resiko efek non stochastic diperlihatkan pada tabel 9.
BMT untuk sodium 112 dan cesium-137 ditentukan oleh batas dosis stochastic,
sedangkan Iodine-131 dan Plutonium-239 ditentukan oleh batas dosis
nonstochastic
Untuk mengawasi dan menilai jumlah
dosis yang diterima seseorang selama setahun, baik yang berasal dosis eksterna maupun
interna harus di[erhitungkan. Mengikuti ICRP publikasi 26 rumus berikut dapat
digunakan untuk kombinasi pengaruh penyinaran eksterna dan interna yang
diterima secara bersamaan, untuk menjamin.
Tabel
9. Beberapa nilai BMT untuk beberapa Nuklida
NBD untuk efek
stochastic tidak dilampaui :
Hwb = dosis ekivalen
yang diterima selama setahun dari penyinaran eksterna
Hwb, L = batas dosis
ekivalen tahunan
Jj = masukan radionuklida j selama setahun
Jj, L = batas masukan tahunan radionuklida j
Contoh : selama
setahun diperkirakan seorang pekerja radiasi menerima penyinaran dari masukan
106 Bq plutonium-239 dioxide melalui pernafasan. Berapa dosis
ekivalen yang tertinggi yang dapat diterima dari penyinaran eksterna selama
setahun jika NBD tidak dilampaui.
Untuk Sodium-22
BMT melalui pencernaan = 107 Bq, maka
Jj =
106 =
1
JjL 107
10
6.
PENGAWASAN BAHAYA KONTAMINASI
Pengawasan bahaya kontaminasi ialah
melakukan pembatasan kemungkinan dosis yang diterima sampai pada batas yang
diperbolehkan. Bahaya dikendalikan dengan membatasi kedar udara dan tingkat
kontaminasi permukaan.
a.
Turunan kadar udara (TKU)
Turunan
kadar udara ialah radionuklida diudara yang diterima oleh pekerja radiasi 1 BMT
selama setahun melalui pernafasan. TKU diperoleh dengan membagi BMT melalui
pernafasan dari suatu radionuklida tertentu dengan volume udara yang dihirup
selama setahun kerja. Gunakan ICRP “Manusia Acuan” tentang laju pernafasan
selama waktu kerja.
Waktu
kerja 50 minggu(=2000jam) per tahun, 5 hari kerja (=40 jam) per minggu dan 8
jam per hari.
Laju
pernafasan selama kerja manusia acuan 9,6 m3 per 8 jam kerja, maka selama
sehari
1,2
adalah volume udara yang dihirup per jam dan selama 1 menit
0,02
adalah volume udara yang dihirup selama 1 menit.
Contoh :
hitung TKU selama sehari kerja untuk Plutonium 239 dioxide BMt melalui
pernafasan 239 pu o2= 5x102 bq.
b.
Turunan Batas Kontaminasi Permukaan (TBKP)
Untuk
mengawasi bahaya kontaminasi permukaan dijabarkan turunan batas kontaminasi
permukaan sebagai berikut :
i.
Jumlah melalui pernafasan tidak menyebabkan TKU
dilampaui
ii.
Jumlah melalui pencernaan tidak menyababkan BMT
dilampaui
iii.
Jika pada kulit (biasanya pada tangan) dosis
kulit tidak dilampaui
Turunan
batas kontaminasi bergantung pada golonganradioteksisitas radionuklida atau
campuran radionuklida. Nilai turunan batas kontaminasi permukaan diberikan pada
tabel 10. Untuk jenis pemancar alfa umumnya lebih rendah factor 10 dari
pemancar lainnya. Disebabkan oleh pemancar alfa mempunyai toksisitas yang
sangat tinggi.
PENGAWASAN DAERAH KERJA DAN LINGKUNGAN
1. PENDAHULUAN
Untuk mengetahui dipenuhinya
ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi maka perlu dilakukan suvei radiasi
baik di daerah kerja maupun di lingkungannya untuk meyakinkan apakah kondisi
kerja secara radiologi aman dan tingkat radiasi di daerah kerja dan lingkungannya
tidak melampaui NBD yang telah di tetapkan, sehingga kemungkinan bahaya radiasi
eksterna dapat dihindarkan.
Kemungkinan bahaya radiasi interna,
baik yang berasal dari sumber radiasi berbentuk cairan dan gas maupun yang
berasal dari kontaminasi, maka perlu dilakukan pemonitoran secara priodik atau
terus-menerus.
2. SURVAI DAERAH KERJA
a.
Survai berkas sinar-X dan radiasi gamma
Survai berkas radiasi di daerah
kerja baik di daerah pengawasan maupun di daerah pengendalian harus dilakukan
oleh petugas proteksi radiasi. Survai termasuk pengukuran berkas radiasi
sesudah selesainya pemasangan pesawat sinar-X dan teleterapi gamma untuk
meyakinkan apakah sudah dipenuhi persyaratan proteksi dari gedung instalasi
nuklir. Apabila hasil survai memberikan petunjuk bahwa keadaannya dibawah
standar, maka tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian dilakukan survai isi
ulang. Sebagai tambahan, survai ulang harus dilakukan setiap kali ada perubahan
dalam peralatan atau letaknya, untuk menjamin bahwa tidak ada pengurangan
proteksi radiasi.
Penguasa instalasi harus juga
menetapkan batas-batas daerah yang diawasi, untuk melindungi orang dari
penyinaran. Jalan ke daerah yang berbahaya ini dapat diawasi dengan berbagai
cara, sekurang-kurangnya dipasangnya tanda peringatan (lampu merah). Penerimaan
dosis di daerah yang diawasi oleh pekerja radiasi tidak lebih dari 15 mSv (1500
mrem) dalam setahun.
Survai berikutnya bagi berkas
sinar-X dan radiasi gamma (diagnostic maupun terapi) sekurang-kurangnya sesudah
setahun tetapi bila terjadi perubahan pada instalasi survai ulang harus
dilakukan. Survai radiasi, mencakup juga pengujian peralatan keselamatan
seperti sistim interlock pintu, sakelar pembatas untuk prientasi berkas dan
penghenti mekanis. Penguji ini harus dilakukan segera setelah pemasangan
selesai, dengan menggunakan perlengkapan radiasi yang sesuai dengan rancangan
fasilitas. Alat tersebut harus diperiksa ulang secara berkala.
Yang sangat
penting diperiksa :
i. bila pesawat dijalankan
setiap usaha untuk membuka pintu kamar [enyinaran, akan memutuskan hubungan
rangkaian interlock dan mengakibatkan pesawat tidak bekerja.
ii. pesawat akan dapat jalan
lagi bila rangkaian interlock dihubungkan kembali, pada kondisi pintu kamar
dalam keadaan tertutup.
Laporan hasil survai harus
memberikan petunjuk apakah survai ulang diperlukan setelah modifikasi selesai
dan apakah diperlukan pembatasan waktu kerja atau teknik pengoperasian yang
sesuai. Laporan harus juga menyebutkan apakah pemonitoran lingkungan yang
berulang kali perlu. Hal ini mungkin terjadi, misalnya dalam penggunaan
sejumlah besar zat radioaktif. Berbagai pengujian kebocoran, karena mungkin
perlu dilakukan secara berkala, misalnya pengambilan cuplikan udara dan test
usap.
Survai sumber terbungkus yang
berumur panjang juga harus dilakukan, biasanya disimpan dalam lemari yang
diberi penahan yang terletak dekat meja kerja. Pengukuran instensitas radiasi
perlu dilakukan dalam keadaan sumber berada dalam kotak tertutup.
b.
Survai pada kedokteran nuklir
Survai dibagian kedokterannuklir
dimaksudkan terutama untuk memeriksa apakah prosedur kerja sudah memadai dari
segi keselamatan radiasi. Prosedur yang tak memadai akan terbukti terdapatnya
kontaminasi pada system ventilasi, dalam tempat penampung sampah, dibawah bak
pencuci, kontaminasitingkat rendah yang terkumpul akan sukar dideteksi. Dengan
system penempatan film bagde dibeberapa tempat yang tepat dalam ruangan dapat
dilakukan hasilnya akan memberikan informasi tentang radiasi hambur dan
kebiasaan yang kurang baik oleh pekerja radiasi. Pelaksanaannya sebaiknya film
bagde dibungkus dengan plastic untuk menghindari kontaminasi.
Setiap usul mengenai prosedur baru
yang melibatkan sumber tebuka, terutama bentuk cairan dalam sejumlah
millicurie, harus dipelajari segi proteksi radiasinya sebelum diterapkan. Cara
kerjanya harus dipraktekan lebih dulu dengan menggunakan cairan berwarna dan
tidak aktif untuk mendeteksi kemungkinan kebiciran dan percikan, dan radiasi
hambur jika mungkin diperkirakan dengan menggunakan sumber beraktivitas rendah,
kemungkinan penyinaran pada tangan harus diperkirakan, misalnya dari tabung
penyuntik.
3. PEMONITORAN DAERAH KERJA
Sejumlah kecil radioaktif mungkin
tidak bermakna untuk bahaya eksterna, tetapi mungkin bermakna untuk bahaya
radiasi interna, jika terjadi kontaminasi di meja kerja, lantai dan peralatan laboratorium. Biasanya
intensitas radiasi dari benda yang kena kontaminasi adalah jauh lebih kecil,
oleh karena itu diperlukan detector yang lebih peka.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
untuk menambah kepekaan alat pemonitor kontaminasi diperlukan detector dengan
system penguat seperti pencacah instalasi dan Geiger Muller.
Aktivitas zat radioaktif yang
dicatata dalam laju cacahan (cacah per detik atau per menit), alat pemonitor
harus dikalibrasi lebih dahulu sebelum dipakai untuk mengukur tingkat
kontaminasi :
a.
Pemonitoran kontaminasi permukaan secara
langsung
Alat ukur pemonitoran kontaminasi
telah banyak dijual di pasaran yang dapat mengukur permukaan yang kena
kontaminasi secara langsung seperti permukaan meja, lantai, pakaian kerja dan
lain-lain. Pengukuran secara langsung tingkat kontaminasi permukaan dihitung
dalam Mbq/m2 atau dapat dihubungakan dengan turunan batas
kontaminasi permukaan. Jenis pemonitoran kontaminasi permukaan menggunakan batterai
atau sumber listrik PLN, beroperasi dengan ratemeter yang mempunyai
bermacam-macam tipe detector yang dapat dihubungkan.
Kontaminasi alfa dapat diukur
dengan dintilator ZnS (zine sulphide) disambung dengan tabung dengan “melinex”
suatu bahan plastic yang sangat tipis, ditutup dengan aluminium agar kedap
cahaya. Tutupan ini harus cukup tipis agar partikel dapat tembus melalui
lapisan ZnS. Harus diperhatikan pelaksanaan pemonitoran kontaminasi permukaan
secara langsung partikel alpa diusahakan detector sedekat mungkin dengan
permukaan agar diperoleh hasil pencatatan aktivitas yang sebenarnya.
Kontaminasi beta biasanya diukur
menggunakan detector pencacah Geiger Muller dalam satu wadah yang sesuai
(probe). Wadah mempunyai jendela yang dapat dibuka dan ditutup dengan penutup
(shuthr). Dibuka apabila melakukan pemonitoran. Jika beta kecil digunakan
pencacah Geiger Muller dengan jendela ujung (end window) yang tipis. Tipe detector
beta yang lain menggunakan plastic fosfor.
b.
Fosfor Usap
Survai usap adalah suatu metode
pengukuran kontaminasi permukaan. Metode digunakan tidak hanya untuk mencatat
kontaminasi yang sangat rendah, tetapi juga untuk memonitor kontaminasi
didaerah kerja yang mempunyai latar belakang radiasi yang tinggi. Suatu kertas
tipis diusapkan pada permukaan kontaminasi yang diketahui luasnya, basanya 0,1
m2 dan kemudian kertas tersebut dimasukan kedalam kantong plastic
untuk mencegah penyebaran kontaminasi dan dilanjutkan pada daerah yang
mempunyai latar belakang yang rendah. Dicacah dengan suatu alat ukur
pemonitoran kontaminasi yang diketahui effisiensinya, besaran kontaminasi dapat
dihitung menggunakan formula kontaminasi
Ce =
laju pencacahan yang sudah dikoreksi dengan latar belakang
Ee = persentase
effesiansi dati system pencacahan
A = luas
resapan dalam m2
Ef = persentase
effesiensi kertas tipis
Besaran Ef sangat sukar ditentukan
dan tidak kedapat ulang. Bergantung pada bermacam-macam parameter seperti sifat
fisika dan kimia kontaminasi, kondisi dari permukaan dan lain-lain. Dalam
beberapa kasus besar Ef diambil 100%, bila kontaminasi dapat dihilangkan dan
ditentukan. Lebih umum biasanya diperkirakan 10%. Suatu tekhnik yang biasanya
digunakan dan bermanfaat menggunakan kertas untuk WC (damp paper towel) dan
memonitor dengan mengusapkan pada tempat kontaminasi. Tekhnik ini menguntungkan
dan sekaligus melakukan dekontaminasi permukaan
c.
Pemonitoran Udara
Pemonitoran udara dilakukan,
apabila diperkirakan pada suatu daerah mungkin terjadi kontaminasi udara. Ada
tiga kemungkinan kontaminasi terjadi di udara :
i.
Disebabkan gangguan kontaminasi permukaan pada
permukaan didaerah aktif.
ii.
Disebabkan pengeringan kontaminasi cairan.
iii.
Disebabkan pengeringan, pekerjaan berdebu
seperti pemotongan yang menyebutkan terjadi pelepasan partikel aktif
Partikel aktif di
udara dengan mengisap udara dengan pompa yang diketahui volumenya melalui
kertas tapisan. Kertas tapisan dicacah dengan koreksi latar belakang sama
dengan perlakuan survai usap. Aktivitas udara dihitung dari laju cacahan pada
kertas tapisan dengan menggunakan formula.
Besaran
kontaminasi udara
Ce = laju
pencacahan yang sudah dikoreksi dengan latar belakang
Ee = persentase
efisien dari system pencacahan
V = volume
cuplikan udara lam m3
Aktivitas udara biasanya diukur
dengan memompa udara yang tertentu melalui kertas tipis yang terdapat pada alat
pemonitor udara didalam ruangan cuplikan, yang kemudian ditutup. Kertas tapis
menghilangkan aktivitas partikel, sehingga ektivitas dalam ruangan cuplikan
hanya disebabkan oleh radioaktivitas dalam gas. Tuang cuplikan dicacah pada
latar belakang daerah yang rendah dan besar aktivitas gas dapat dihitung.
d.
Pemonitoran Biologi
Biasanya kontaminasi udara dan
permukaan yang kemungkinan dapat masuk kedalam tubuh pekerja radiasi perlu
dilakukan pemonitoran biologi untuk meyakinkan bahwa jumlah kontaminasi
tersebut tidak berarti, ada beberapa contoh kejadian sebagai berikut :
i.
Untuk mengetahui batas masukkan tahunan yang
sangat rendah dari plutonium.
ii.
Untuk mencatat aktivitas radiosotop secara
normal sangat sukar.
iii.
Bila terjadi kecelakaan.
Tipe pemonitoran yang akan
digunakan bergantung pada tipe radiosotop dalam tubuh. Isotope pemancar gamma
dapat diukur dengan pencacah seluruh tubuh (whole body counter), dengan
meletakkan penderita dalam ruangan latar belakang yang rendah dengan fasilitas
yang tertutup dan radiasi gamma yang diukur dengan pencacah sintilasi NaI (T1)
dengan volume yang besar.
Isotope pemancar alfa dan beta
diukur dengan pemonitoran ekskreta umpama tinja (falcaes), urine. Pemonitoran pernafasan
dapat dilakukan dengan mencatat radium dan turunannya yang menghasilkan gas
radon dengan cara menghembuskan nafas suatu detector alfa.
e.
Pemonitoran Lingkungan
Pemonitoran
effluen
Pelepasan limbah zat radioaktif
dari instalasi nuklir kelingkungan pada dasarnya tidak ada (zero release),
sehingga limbah zat radioaktif yang lepas ke lingkungan kecil dari konsentrasi
tertinggi yang diizinkan. Sebelum limbah zat radioaktif lepas kelingkungan
harus dilakukan :
i.
Pemanpatan sehingga volume menjadi kecil dan
pemadatan sehingga ektivitasnya dilokalisasi.
ii.
Pengeceran dan disperse
Limbah
zat radioaktif yang lepas kelingkungan tidak boleh dilakukan secara langsung,
tetapi harus dilakukan pengolahan dan penyimpanan pada tahap permulaan.
Selanjutnya harus dimonitor secara priodik dan terus-menerus, sehingga limbah
zat radioaktif yang lepas dapat terjamin dan tidak menimbulkan keselamatan
lingkungan.
f.
Pemonitoran diluar kawasan nuklir
Suatu sistem pemonitoran yang canggih diluar
kawasan nuklir, diperlukan pengukuran cuplikan urada terus-menerus (contieus
air samplers) dan pengukuran cuplikan air (water samplers) dipasang sedemikian
rupa sehingga dapat dikendalikan pada jarak jauh dan dapat dibaca pada kantor
pengawasan di pusat. Tetapi peralatan tersebut mahal dan rumit, maka sistem
tersebut bergantung pada besarnya instalasi nuklir dan distribusi penduduk
disekitarnya. Oleh karena itu alat pemonitoran yang dapat diangkat dengan mobil
unit sudah memadai untuk pengambil cuplikan udara dan air. Pengambil cuplikan
sayur-sayuran, tanah dan indicator biologi lainnya dilingkungan instalasi
nuklir adalah sangat berguna untuk memonitor lepasnya zat radioaktif ke
lingkungan.
No comments:
Post a Comment