Teknik Radiografi khusus
Yang termasuk dalam teknik radiografi khusus ini antara lain: ”high
voltage technique”, makro radiografi, radiografi digital, teknik
subtraksi, mammografi, xeroradiografi, radiografi pediatrik, dan
radiologi dental.
High voltage radiography
• Meningkatkan output/mAs
• Penetrasi pasien lebih efesien
• Penurunan dosis pasien
• Penghitaman film lebih efisien
• Lebih banyak radiasi hambur mencapai film,
• Menurunkan kontras
• Exposure latitude meningkat
Untuk pasien dengan ukuran medium, radiografi daerah thorax, cukup
dengan 60 – 70 kVp. Kontras bagus, tulang kelihatan tajam, vaskularitas
pulmonary kelihatan jelas. Namun untuk pasien gemuk (separasi >25
cm), atenuasi dan hamburan mulai tampak mengganggu. Menaikkan mAs
mungkin dapat melebihi batas rating tabung, atau dengan meningkatkan
waktu eksposi. Bila dipakai grid, dosis pasien meningkat, kontras
meningkat berlebihan, sehingga daerah dekat dinding thorax dan
mediastinum menjadi putih dan pusat thorax menjadi gelap.
Teknik
tegangan tinggi (125 – 150 kVp), penetrasi pasien bagus, waktu eksposi
rendah, namun perlu diperhatikan, kemampuan tabung, mungkin tidak dapat
dipakai dengan frekuensi tinggi dengan teknik ini. Bila tabung akan
sering digunakan dengan tegangan tinggi, sebaiknya diberitahukan kepada
manufaktur. Generator harus sering diperiksa karena kemungkinan tegangan
yang dipakai melebihi batas kemampuan pesawat.
Kontras citra pada
film menjadi lebih rendah, mampu untuk mendeteksi jangkauan kontras
lebih lebar, namun detail tulang iga tidak tampak jelas, bila pasien
sangat gemuk, perbedaan daerah atas dan bawah thorax menjadi tampak
tajam dan dapat dikurangi dengan kompensator aluminium.
Teknik kV
tinggi, eksposi latitude meningkat (perhatikan gambar di bawah, pada
daerah eksposi AB). Daerah AB masih dapat digeser ke eksposi ke A1B1
atau A2B2 tanpa mengurangi kontras. Sebaliknya pada kVp rendah, kurva
karakteristik tidak memiliki latitude. Nilai kVp diturunkan kurva sudah
mencapai daerah kaki, dan sebaliknya kVp dinaikkan mencapai kurva
mencapai daerah saturasi. Tegangan tinggi juga mengakibatkan hamburan
meningkat (~ 5 kali dibanding dengan teknik kV rendah). Oleh karenanya
untuk mereduksi radiasi hamburan diperlukan grid. Perlu diperhatikan
bahwa grid rasio tinggi akan meningkatkan dosis pasien. Teknik lain
untuk mengurangi radiasi hambur adalah penggunaan teknik air gap (celah
udara).
Tenik celah udara akan mengakibatkan sumber sinar x
menjauh, pinggir berkas mendekati sejajar (lihat gambar). Ukuran titik
fokus akan berpengaruh pada penumbra, yang bersama dengan gerakan pasien
akan berpengaruh pada ketajaman citra. Selain itu, teknik celah udara
juga meningkatkan dosis pasien. Untuk teknik tegangan tinggi radiografi
dada dengan FFD ~ 3 m, umumnya celah udara ~ 20 cm.
Meskipun teknik
celah udara mempunyai keuntungan, namun High tidak banyak dipakai,
mungkin karena perlu mengubah posisi kaset terhadap meja pasien.
Macroradiography
Perbesaran dalam radiografi (M)
Penumbra, ukuran tergantung pada ukuran fokus, dan proporsional dengan P
= d/(FFD-d), dan akan memiliki penumbra P = 0 bila d = 0. Dapat dilihat
dalam gambar bahwa penumbra akan dipengaruhi oleh ukuran sumber.
Dalam praktek obyek tidak pernah bersinggungan dengan film. Dengan
mengambil kondisi umum d = 10 cm, FFD = 100 cm, maka M ~ 1.1. Harga M
meningkat dengan kenaikan d dengan FFD konstan. Meskipun meningkatkan
nilai d akan menurunkan hamburan, namun mempunyai beberapa konsekuensi
berikut
1. Ukuran focal spot. Dengan anggapan penumbra termasuk
sebagai citra yang diperbesar, nilai magnifikasi yang sebenarnya dapat
dikalkulasi dan hasilnya sama dengan
M + (M-1)F/xy
F ukuran
focal spot dan xy ukuran obyek. Bila M besar, dan F dalam order xy, maka
penumbra berpengaruh besar pada citra. Oleh karenanya fokus harus
sekecil mungkin, agar ketidak tajaman akibat penumbra kecil. Ukuran
titik fokus ~ 0.1 mm lebih sering dipakai dibending dengan yang yang
berukuran 0.3 mm. Perlu diperhatikan bahwa tidak mudah untuk memperoleh
intensitas homogen dalam berkas sinar X dengan focal spot kecil. Ada
kemungkinan distribusi intensitas pada pinggir relatif lebih tinggi
dibanding dengan pada pusat berkas, ataupun dapat terjadi sebaliknya.
Ketidaktentuan distribusi berkas yang demikian akan menyulitkan
penentuan parameter eksposi dalam radiografi.
2. Film–screen
unsharpness. Magnifikasi mempunyai efek pada ketidaktajaman karena
ukuran titik fokus, ketidaktajaman screen justru akan berkurang akibat
magnifikasi. Contoh, Bila obyek berisi 8 garis/mm, dan obyek menempel
pada film (M~1), maka screen seharusnya dapat menghasilkan citra 8
garis/mm, namun kemampuan screen tidak memungkinkan. Bila diambil d =
FFD/2, M = 2, obyek lebih mudah terlihat dalam citra menjadi 4 garis/mm
[ingat perbesaran M = FFD/(FFD-d)].
3. Movement unsharpness.
Degradasi citra dapat diakibatkan oleh ketidaktajaman gerakan. Effek
movement unsharpness tergantung pada harga d. Dengan meningkatkan d,
bayangan gerakan akan lebih terlihat dibanding dengan bila M mendekati
1.
4. Quantum mottle. Jumlah foton per mm2 yang dibutuhkan untuk
membentuk citra tertentu yang selanjutnya merupakan persyaratan
kehitaman film. Bila harga d dinaikkan, magnifikasi meningkat, jumlah
foton yang dibutuhkan juga meningkat.
5. Bila FFD ditentukan tetap,
faktor eksposi tidak berubah, namun bila obyek didekatkan ke fokus
untuk menaikkan magnifikasi, maka dosis entrans pasien meningkat. Dua
faktor untuk kompensasi kenaikan dosis entrans. Pertama lapangan radiasi
dikurangi, yang dapat dilakukan dengan mengatur bukaan kolimator. Kedua
dengan memberi air gap dengan menghilangkan grid.
Subtraction techniques, eliminasi informasi citra yang tidak diperlukan
Suatu teknik untuk menhilangkan informasi yang tidak diinginkan dalam
citra, yang mengakibatkan informasi yang diinginkan lebih mudah
terlihat. Contoh, angiografi untuk melihat perubahan posisi dan jumlah
kontras media dalam pembuluh darah antara dua citra yang diambil dengan
interval pendek
Radiograf adalah negatif dari object data. Bila
dibuat negatif dari negatif yang berarti positif, kemudian positif dan
negatif digabung maka diperoleh transmisi cahaya dengan intensitas
uniform. Kondisi demikian dikarenakan daerah hitam pada film negatif
asal akan menjadi daerah putih pada film positif, dan begitu pula
sebaliknya. Film positif citra asal disebut “mask” (topeng). Bila
radiograf kedua dibuat dengan detail agak berbeda, misalnya setelah
diberi kontras media, kemudian mask dan radiograf kedua digabung, maka
bagian yang mengalami perubahan akan tampak lebih jelas.
Digital substraction angiography
Digital subtraction angiography pada dasarnya mempunyai teknik sama
dengan mask subtraction. Suatu seri individual radiografi dibuat,
biasanya dengan laju satu eksposi per detik, selama dan sesudah
diinjeksi dengan kontras media yang mengandung unnsur dengan nomer atom
tinggi, misalnya, yodium. Selanjutnya setiap eksposi disimpan sebagai
citra digital. Untuk memperoleh resolusi tinggi, diperlukan titik fokus
kecil (sekitar 0.5 mm). Disertai pula “pulsed exposure’ (eksposi
pulsatif) dengan interval pendek, khususnya untuk kateterisasi jantung,
sehingga tabung sinar x membutuhkan rating yang khusus pula. Untuk
memperoleh kontras tinggi, hamburan harus dihilangkan
sebanyak-banyaknya, atau kalau memungkinkan dihilangkan sama sekali.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan dua grid, di depan dan di
belakang pasien yang bergerak secara sinkron. Digital image processor
mungkin dipakai untuk menjamin bahwa semua eksposi sama kecuali pada
daerah yang dipengaruhi oleh kontras. Kemampuan komputer yang
mensyaratkan pengambilan 60 citra per sekon dengan masing –masing 512 x
256 pixel, merupakan salah satu masalah besar dalam koleksi data,
manipulasi, penyimpanan, dan displai.
Dual energy substraction
Teknik substraksi lain, yang memanfaatkan metoda digital, dilakukan
berdasarkan sifat atenuasi berbagai material dalam tubuh yang tergantung
pada kV. Sebagai contoh, sinar x kV rendah dibutuhkan untuk membuat
kontras jaringan lunak, sedangkan tulang memberikan kontras masih tinggi
meskipun dengan kV tinggi.
Dual energy substraction dapat
dijelaskan dengan gambar di bawah. Bagian pertama detektor terdiri dari
ytrium oxysulphide phosphor screen yang digabung dengan barisan
fotodioda. Ytrium memiliki K absorption edge 17 keV, dibentuk signal
yang sesuai dengan energi foton, seperti tulang dan jaringan lunak.
Sinar x selanjutnya melewati filter Cu, berkas diperkeras sebelum
dijatuhkan pada filter tebal gadolinium oxysulphide phosphor screen.
Gadolinium memiliki K absorption edge 50 keV, sehingga signal yang
dibentuk oleh foton energi tinggi dapat dideteksi. Bila citra bentukan
screen kedua dengan pembobotan yang tertentu dikurangkan pada citra
screen pertama, akan diperoleh citra dengan pelemahan struktur tulang.
Time interval differencing
Dalam prinsip substraksi digital antar 2 frame, satu frame dipakai
untuk substrak citra dalam frame yang lain. Frame untuk substraksi tidak
perlu konstan dari frame tertentu. Contoh, citra dalam 30 frame yang
diambil dari beberapa detik. Dalam interval tertentu dapat dilakukan
frame 1 untuk substrak frame 11, frame 2 untuk frame 12, frame 3 untuk
frame 13, dan seterusnya. Dengan demikian setiap substraksi dilakukan
antara dua frame citra yang dipisahkan oleh interval waktu tertentu.
Cara ini efektif untuk memperoleh citra organ yang berubah teratur
secara siklis seperti jantung. Beda waktu dan jumlah frame dalam suatu
kelompok dapat diatur untuk memperoleh citra yang terbaik.
Mantaff. Terimaksih ilmu nya
ReplyDeleteMantaff. Terimaksih ilmu nya
ReplyDelete