FILM RADIOGRAFI
1 Spektrum kepekaan dari mata
Jika cahaya sebuah kaca prisma maka akan dihasilkan bermacam-macam
warna. Mata manusia akan melihat spektrum warna dari violet,
biru, kuning, orange dan merah. Warna hijau-kuning yang berada di
tengah spektrum akan tampak lebih terang atau lebih kemilau dari
warna-warna yang lain. Hal ini karena mata msanusia palimng peka
terhadap kuning-hijau.
Gambar 2. Kurva sensitivitas mata terhadap panjang gelombang
(Chesney’s Radiographic Imaging, 1990)
Spektrum kepekaan dari film
Emulsi perak halida yang belum diolah sangat peka terhadap bagian
biru-violet dari spektrum. Bahan-bahan film yang sangat peka terhadap
bagian dari spektrum, cahaya dalam daerah panjang gelombang pendek, mata
relatif tidak peka. Emulsi film peka terhadap cahaya ultra violet
dimana mata tidak bisa melihat dan bahkan peka terhadap panjang
gelombang yang lebih kecil sekalipun (contoh sinar-X) dalam spektrum
elektromagnetik.
Film radiografi Green sensitive
Green sensitive
adalah jenis film yang peka terhadap cahaya warna hijau. Hal ini
disebabkan oleh penambahan pemeka warna yang diberikan pada lapisan
emulsi sehingga film ini mempunyai panjang gelombang sampai ke bagian
hiaju dari spektrum warna. Film green sensitive ini disebut juga
orthocromatic emulsion. Warna hijau dari cahaya tampak diserap oleh
permukaan butiran perak halida dan didistribusikan menjadi bayangan.
Film radiografi jenis orthocromatic ini mempunyai butiran perak halida
yang berbentuk kotak (tabular grains).
Gambar 3. Irisan melintang film green sensitive.
Keterangan gambar :
1. Lapisan pelindung supercoat
2. Butiran tabular
3. Sensitivity Speck
4. Lapisan perekat (subtratum)
5. Lapisan dasar film (base)
Karakteristik Film
Karakteristik utama film diklasifikasikan sebagai resolusi, kecepatan (speed) dan kontras.
Resolusi
Resolusi adalah kemampuan untuk mengakuratkan antara gambaran dengan
obyek. Resolusi biasa disebut juga dengan detail, ketajaman dan daya
urai (resolving power).Kecepatan (Speed)
Kecepatan (speed) adalah
kecepatan atau besarnya kemampuan emulsi film dalam merespon sejumlah
cahaya untuk mendapatkan D =1. Nilai speed dipengaruhi oleh ukuran
kristal perak halida dan tebalnya. Makin besar kristal maka makin cepat
kecepatan (speed) film tersebut. Film dengan kecepatan (speed) rendah
memerlukan faktor eksposi yang besar, sedangkan film dengan kecepatan
(speed) yang tinggi memerlukan faktor eksposi yang kecil.
Contoh MR 100 (untuk Film AGFA) D=1 bila film dieksposi sebesar 100 mRo
Kontras
Kontras film adalah banyaknya warna kehitman (densitas) yang membedakan
antara densitas minimum dan densitas maksimum. Adapun range densitas
yang biasa digunakan dalam bidang radiografi adalah antara 0,25-2,00.
Larutan Prosesing
Developer
Karena dalam processing otomatis waktu pembangkitan cukup cepat, maka
untuk menghasilkan densitas dan kontras yang optimal digunakan developer
dengan keaktifan tinggi dan dengan suhu yang tinggi juga. Suhu yang
tinggi dapat mengakibatkan atau menambah pembengkakan emulsi film dan
emulsi tersebut dapat terkikis saat melewati roler. Oleh karena itu
untuk menjaga film dari kerusakan tersebut maka pada larutan ditambahkan
hardener untuk memperkeras gelatin selama processing. Hardener ini
harus dapat bekerja dalam larutan alkali dan bahan yang sering digunakan
untuk hardener adalah Formaldehyde (HCOH) atau glutaraldehyde. Suhu
yang tinggi tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik dari emulsi tapi
juga berpengaruh pada kondisi kimiawi larutan, semaki tinggi suhu
larutan maka oksidasi yang terjadi juga semakin tinggi. Oleh karena itu
larutan developer pada processing otomatis mempunyai lebih banyak
preservatif pada larutan developer dibandingkan pada larutan developer
processing manual. Selain itu, suhu tinggi serta penambahan hardener
akan menyebabkan kemungkinan bertambah terjadinya fog pada developer.
Oleh karena itu pada developer ditambah antifog atau yang disebut dengan
restriner yang berfungsi untuk menahan terjadinya fog yang berlebihan.
Umumnya restrainer yang digunakan adalah kalium bromida. Untuk jelasnya,
maka diuraikan tentang larutan kimia yang terdapat dalam developer :
2Developer agent
Bahan penbangkit adalah bahan yang dapat merubah perak halida menjadi
perak metalik. Bahan pembangkit ini merupakan bahan pereduksi, karena
menetralisir ion perak dalam perak bromida dengan memberikan elektron
kepadanya.
Sifat utama yang penting dimiliki oleh bahan pembangkit
ini adalah kemampuan untuk mereduksi kristal-kristal perak halida yang
terkena penyinaran menjadi perak metalik, tanpa mempengaruhi kristal
yang tidak terkena penyinaran.
Hardener
Hardener banyak
digunakan untuk developer yang dipakai pada allumuanium temperatur yang
tinggi, seperti developer untuk daerah tropis dan developer untuk
pengolahan film dengan automatic processing. Fungsi dari hardener ini
adalah untuk mencegah terjadinya pembengkakan yang berlebih dari emulsi
film dan menyebabkan emulsi film lepas dari alas film. Bahan yang
digunakan untuk hardener adalah Chlorida dan potassium alum.
Presevative
Developer agent mudah teroksidasi dan cepat menyerap oksigen dari
udara. Jika terjadi oksidasi akan melemahkan cairan developer, oleh
karena itu dibutuhkan preservatif. Penambahan preservatif kedalam cairan
developer tidak menghetikan reaksi oksidasi secara total, tetapi hanya
mengurangi efek yang lebih buruk. Jenis larutan yang berfungsi untuk
oksidasi adalah Natrium sulfada (Na2SO3).
Restrainer
Jenis
larutan yang dipakai adalah benzotriazole yang mempengaruhi perak
bromida (AgBr) yang tidak tereksposi, sehingga tidak mudah terjadinya
fog. Kalium bromida menghalangi aksi developer yang berlebihan pada
perak bromida yang tereksposi dan yang tidak tereksposi, agar tidak
terjadinya fog yang berlebihan. Pengaturan perbandinmgan dua larutan ini
dapat mengontrol pertumbuhan atau perkembangan fog dari aktifitas
developer.
Buffer
Merupakan susunan kimia yang mempunyai fungsi
untuk menjaga pH larutan. Larutan ini dapat mencegah akibat yang tidak
diinginkan dari perubahan pH pada proses oksidasi. Bahan buffer ini
dilengkapi oleh Sodium Karbonat (NaCo3), berfungsi sebagai penambah
aktifitas dan sebagai pengawet. Pada processing otomatis biasanya
memiliki Ph antara 9,6-10,6.
Accelerator
Cairan developer
membutuhkan medium yang bersifat alkali untuk proses pembangkit. Adapun
fungsi dari bahan accelerator adalah untuk mengatifkan kerja dari
bahan-bahan pembangkit. Menurut Jhon Ball dan Tony price ( 1989 ), pH
dari larutan harus diperhatikan, jika pH terlalu rendah ( basa lemah )
cairan akan bereaksi lambat, tapi jika pH terlalu tinggi ( basa kuat )
cairan terlalu aktif dan sulit untuk dikontrol, sehingga akan
menghasilkan gambar seperti kabut pada foto rontgen.
Menurut Josep
Selman, alkalis atau basa yang digunakan adalah Sodium karbonat (NaCO3)
dan Sodium hidroxida. Sodium hidroxida (NaOH) adalah basa kuat yang
digunakan dalam developer akan berhubungan dengan bahan hidroquinone
untuk mengahasilkan aktifitas dan kontras yang tinggi.
Hidroquinon
Bahan ini memerlukan media basa kuat untuk kegiatannya. Pada proses
pembangkitan hydroquinone agak lambat. Hydroquinone {C6H4 (OH)4} akan
aktif bekerja untuk membangkitkan kristal AgBr yang terkena eksposi
tinggi dan kurang aktif pada kristal yang terkena eksposi rendah. Oleh
karena itu bahan ini cenderung menghasilkan kontras dan densitas yang
tinggi. Menurut G. T. Z Field ( 1963 ), hydroquinone akan bekerja dengan
baik pada suhu dibawah 20C.
Methol
Sifatnya memerlukan alkali
yang rendah tetapi dalam proses pembangkit metol akan bekerja sangat
cepat, setelah film dimasukkan ke dalam larutan, metol {C6H4OH (NHCH3)}
akan cepat bekerja. Menurut D. H. D Jhon dan G. T. Z Field akan aktif
bekerja diatas 18C. Oleh karena itu metol akan menghasilkan detail yang
sangat baik tetapi densitas yang dihasilkan rendah. Dan pada phenidone
berfungsi sebagai merekam gambaran yang mempunyai densitas rendah.
Larutan ini dicampur dalam larutan hidroquinone.
Sequetering agent
Gunanya untuk melawan garam yang tidak dapat dilarutkan seperti pada
kalsium karbonat yang berasal dari air yang sering dipakai.
Cara kerja Developer
Pada dasarnya developer bekerja untuk mereduksi logam perak.
Butir-butir perak halida yang telah tereksposi dari pada butir-butir
perak yang belum tereksposi. Reduksi dilakukan dengan developer
menyalurkan elektron-elektron ke ion perak pada butiran, menetralisir
muatan positif dan mengubahnya ke logam perak.
Suatu kristal perak
memiliki titik sensitifitas yang memuat atom-atom perak. Ketika
developer kontak dengan perak tersebut,akan menyalurkan elektron untuk
menetralisir ion perak positif. Hal ini akan membuat ion perak lebih
jauh terikat pada titik sensitifitas, sehingga menetralisir logam perak
sampai seluruh kristal menjadi logam perak. Ion bromida negatif yang
membentuk kisi-kisi kristal dengan ion perak positif yang berpencar ke
dalam cairan developer sebagai ion bromida bebas karena tidak memiliki
ion perak untuk menjaganya tetap ditempatFungsi atom-atom perak pada
titik-titik sensitifitas (sensitifitas specks) adalah membuat elektron
developer dapat menyatu dengan ion perak, dan juga mempercepat proses.
Masing-masing kristal perak bromida pada emulsi dikelilingi penghalang
muatan negatif dari ion bromine, dan akan cenderung menolak
elektron-elektron dari developer dan tetap menjaga di luar. Kristal yang
tereksposi bagaimanapun juga memiliki suatu jarak atau kesenjangan
(gap) dalam penghalang elektron, lengkapnya dimana bayangan laten titk
perak telah terbentuk. Hal ini membuat ion negatif developer menembus
tempat dimana penghalang ion bromine lemah.Penjelasan ini menjabarkan
kemampuan developer untuk menyeleksi butiran-butiran yang telah
tereksposi maupun yang belum. Hanya butiran yang telah tereksposi
memiliki pusat-pusat sensitifitas sentifitas (Sensitive Speck)yang
membuat lemahnya penghalang ion bromine, dan hanya bitiran yang sudah
tereksposi memilki kombinasi atom-atom perak dan ion silver yang
terikat. Fakta tersebut membuktikan developer dapat mengubah suatu
kristal yang tereksposi dan mereduksi seluruhnya menjadi logam perak,
membuat penampakan bayangan hitam.
Teori bayangan laten dan kerja developer diringkas dibawah ini dalam istilah dasar yang umum ; kerja fotografi dasar :
Dilakukan oleh cahaya atau sinar – X
Perak bromine = ion-ion bromine (negatif) dan ion-ion perak (positif)
ion bromine + cahaya emisi elektron.
Elektron-elektron + ion perak atom perak.
Dilanjutkan oleh kerja developer
Developer memberikan elektron ke ion-ion perak.
Elektron + ion-ion perak atom-atom perak.
Lebih mudah bagi developer untuk memberikan elektron ke perak bromida
yang telah tereksposi, perak tersebut telah memiliki beberapa atom-atom
perak hasil kerja cahaya dan memecah dalam muatan negatif sekitar
kristal yang mengandung atom-atom perak tersebut. Karena itu elektron
dari cairan pembangkit akan lebih mudah mereduksi semua kristal
tereksposi ke logam perak.
Skala pH dan Suhu Developer
Skala pH
Skala pH digunakan untuk mengartikan derajat keasaman atau basa
(alkalinitas) dari suatu cairan. Kita harus memahami karena nilai pH
dalam cairan processing relatif penting.
Air merupakan cairan netral
dengan formula kimia H2O. Air mengandung ion hidroxyl (OH) yang negatif
dan ion hidrogen (H) positif. Dalam air murni ada 2 ion-ion tersebut
ada dalam konsentrasi yang sama. Konsenrtasi masing-masing adalah 10-7
gram ion perliter. Merupakan pernyataan dalam cairan keadaan netral.
Kebanyakan developer radiografi berfungsi pada pH diatas 9, dan
membutuhkan skala yang tetap atau konstan antara 0,1-0,2. Skala pH
merupakan logaritma dan perubahan kecil pada pH berarti perubahan
keasaman yang besar. Pada skala logaritma suatu perubahan dari1 ke 2
mengindikasikan suatu perubahan dengan kelipatan 10 kali. Pada developer
dapat berarti suatu perbedaan aktiftas antara tidak ada pembangkitan
sama sekali, dan suatu energi yang menimbulkan kabut (fog) pada film
yang dimasukan ke cairan.
2.1.2.1.3.2 Suhu Developer
Suhu
developer berpengaruh pada aktifitas agent yang digunakan, developer
lebih aktif jika hangat. Membuat waktu pembangkitan sebagai periode yang
dibutuhkan untuk membangkitkan bayangan ke titik dengan densitas,
kontras dan fog dengan nilai optimal. Dapat dikatakan suhu yang lebih
tinggi mengindikasikan waktu pembangkitan yang lebih singkat, dapat juga
diartikan suhu yang sangat rendah dapat membuat developer hampir tidak
aktif dan pada suhu yang sangat tinggi dapat membuat kabut bayangan dan
bahkan marusak fisik film, memisahakan gelatin dari base (dasar).
Kerusakan fisik lebih cenderung terjadi jika emulsi membengkak dan
lunak.
Agent-agent pembangkit yang berbeda dipengaruhi lebih luas
dengan perubahan pada suhu, sebagai contoh hyroquinone tidak lebih aktif
dari pada metol ketika suhu cairan menurun. Pada prakteknya suhu cairan
dipilih untuk memberikan kecepatan optimal dari agent-agent developer
yang ada dalam memberikan kombinasi dan untuk mencapai derajat aktifitas
yang seimbang dan sempurna.
Menurut Chesney (1990), suhu mempunyai
pengaruh yang besar pada gambaran. Kenaikan suhu walaupun sedikit
(misalkan 1/2ºC) tanpa perubahan pembangkitan, mengahasilkan kenaikan
“chemical fog“ walaupun kecil dan peningkatan densitas gambaran.
Sedangkan kenaikan suhu yang cukup tinggi mengakibatkan yang tinggi
terhadap densitas.
Fixer
Ketika film keluar dari developer, maka
emulsi dari perak bromida yang tereksposi berubah menjadi perak
berwarna hitam metalik dan gambarpun mulai terlihat. Perak bromida yang
tidak tereksposi tidak terbangkit dan pada kenyataannya tidak larut
dalam air dan membekas pada emulsi sebagai benda yang peka cahaya. Jika
dibiarkan akan menjadi hitam dan akan merusak gambaran jika ada cahaya
yang menyinarannya. Proses fiksasi diperlukan untuk menetapkan gambaran
dengan melarutkan perak yang tak tereksposi, meninggalkan perak metalik
yang tergambar dan tidak terhalang oleh latar yang hitam. Perak bromida
dipindahkan dengan mengubahnya menjadi substansi perak yang kompleks.
Susunan yang terbentuk jadi mudah bercampur dengan air dan tidak larut
dalam air yang ada pada larutan fixer dan kemudian dapat dibersihkan
pada tahap processing selanjutnya. Fungsi lain dari larutan fixer adalah
untuk menghentikan aksi developer yang terserap oleh gelatin pada
emulsi film, dan juga untuk mengeraskan film. Pengerasan sangat penting
untuk melindungi film dari kerusakan. Larutan fixer terdiri dari
berbagai bahan yaitu :
Fixing agent yang bereaksi dengan perak
bromida yang tereksposi dan membentuk senyawa Amonium mono argento
dithiosuphat (asam) ditambah amonium bromida. Ion-ion amonium
akan larut dalam air dan akan mudah lepas dari emulsi. Amonium
thiosulfat {(NH4)2S2O3} Kurang stabil dibandingkan dengan Sodium
thiosulfat (Na2S2O3) Karena jika menggunakan amonium thiosulfat dan film
tidak dibilas dengan baik, maka akan timbul noda yang akan merusak
gambaran. Tapi keuntungan dari amonium thiosulfat adalah sangat cepat
reaksinya sehingga untuk processing otomatis sering digunakan bahan ini.
Acid adalah satu larutan kimia yang berfungsi untuk menghentikan aksi
pembangkitan dari larutanh developer yang mungkin tersisa di film
sehingga tidak merusak gambaran yang dibuat. Selain itu acid juga
berfungsi untuk membantu kerja dari larutan hardener. Asam kuat tidak
terlalu baik untuk dipakai sebagai bahan karena akan menyebabkan
banyaknya terjadi pengedapan sulfur atau sulfurisasi yang akan merusak
cairan. Karena itu sebaiknya dipakai asam lemah karena pengedapan sulfur
yang terjadi tidak terlalu banyak. Untuk mengatasinya ditambahkan
larutan stabilizer atau preservatif. Asam lemah yang digunakan adalah
asam asetat (CH3COOH).
Preservatif adalah larutan kimia yang
bahannya terbuat dari Natrium sulfat (Na2So3) dan gunanya adalah untuk
mengatasi terjadinya reaksi sulfurisasi melalui reaksi
Na2SO3 + S Na2S2O3
Jadi selain sebagai bahan untuk mengatasi sulfurisasi juga sebagai
bahan penghasil fixing agent dengan adanya reaksi kimia tersebut yaitu
Na2S2O3.
2.1.2.2.4 Buffer merupakan bahan kimia yang ditambahkan
pada larutan fixer yang tujuannya adalah untuk menjaga keadaan ph
larutan fixer agar tidak berubah yang disebabkan oleh terbawanya larutan
adalah Asam asetat (CH3COOH). Ph larutan fixer yang
baik adalah berkisar antara 4,5 - 5.
2.1.2.2.5 Hardener dapat
mencegah terjadinya pengelupasan emulsi film yang disebakan oleh suhu
dan sifat alkali dari developer. Karena selama terjadinya proses
pembangkitan, emulsi film akan ikut mengembang. Dan jika pengembangan
emulsi ini tidak dihentikan maka akan dapat merusak dan melepaskan
lapisan emulsi dari basenya. Untuk itu pada larutan fixer diberikan
bahan kimia tambahan yaitu Potassium allum {K2SO4Al (SO4)3 24H2O}
sebagai hardener. Potassium allum paling umum digunakan karena dapat
bekerja sampai ph 5.
Solvent atau pelarut digunakan air.
babeh, saya mahasiswa radiologi dari pdang. jika cairan develover lemah di tambahkan dengan NaOH dapat meningkatkan densitas pada film. apa yang bereaksi pada develover dalam hal tersebut ? mohon jawaban nya. maksi babeh Edi
ReplyDelete