PENGGUNAAN IPTEK NUKLIR
DALAM PEMBERIAN
TERAPI RADIASI
YANG AMAN DAN NYAMAN
DR. Dr.
SoehartatiA . Gondhowiardjo, Sp.Rad.(KO) Onk.Rad
Perhimpunan
Onkologi Radiasi Indonesia
Departemen
Radioterapi FKUI -Perjan RSCM, Jakarta
I. PENDAHULUAN
Radioterapi atau terapi radiasi adalah pengobatan
dengan menggunakan sinar
pengion, yang saat ini merupakan salah satu jenis
terapi penting untuk penyakit kanker
disamping pembedahan dan kemoterapi [1].
Onkologi radiasi adalah cabang ilmu yang mempelajari
penerapan terapi radiasi
terutama dalam pengobatan penderita keganasan, baik
sebagai pengobatan tunggal
maupun kombinasi dengan pengobatan lain, yang
berlandaskan pada berbagai
penemuan dasar biologi clan fisika radiasi [2].
Penggunaan sinar pengion dalam bidang pengobatan ini
dimulai tidak lama setelah
sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada
bulan November 1895, dan
penemuan radium oleh Curie tahun 1898. Efek biologi
dan sinar tersebut mulai dikenal
saat itu, dan laporan pertama mengenai kesembuhan
penderita dituliskan pada tahun
1899. Sejak masa tersebut terjadi berbagai perkembangan
dalam teknologi peralatan, dan
ilmu pengetahuan mengenai dasar-dasar clan penggunaan
terapi radiasi. Perkembangan
teknologi tampaknya terjadi lebih cepat dibandingkan
penemuan dasar-dasar biologi
efek radiasi, dengan dikembangkan berbagai tabung
sinar-X yang dimulai tahun 1913
[2,3,4].
Dengan berjalannya waktu, perkembangan berbagai ilmu dan
teknologi berjalan
terus menerus termasuk berkembangnya ilmu
radiobiologi, dan radiofisika, sebagai ilmu
dasar dari terapi radiasi. Disamping itu dalam
teknologi terjadi juga dengan pesat
perkembangan
berbagai hal misalnya computerized treatment planning, bermacam-macam
tehnik
imejing sebagai alat bantu diagnostik dan lokalisasi dan juga penggunaan
komputer
dalam terapi radiasi. Kemajuan berbagai teknologi canggih ini memungkinkan
dilakukan
terapi radiasi dengan tingkat ketepatan yang sangat tinggi [3]. Hal ini sejalan
dengan
tujuan radioterapi untuk mengeradikasi tumor in vivo dengan memberikan
sejumlah
dosis radiasi yang diperlukan secara tepat didaerah target radiasi, tanpa
merusak
jaringan sehat disekitamya, dengan harapan memperbaiki kwalitas hidup clan
memperpanjang kelangsungan hidup penderita [5]. .
-Dengan digunakannya sinar pengion disertai berbagai
peralatan yang kompleks
beserta diperlukan kerjasama yang juga kompleks diantara
berbagai tenaga professional
yang berbeda dalam menjalankan atau menyelenggarakan
terapi radiasi, maka
diperlukan tindakan-tindakan khusus untuk menjaga
keamanan dari terapi tersebut.
Untuk menjamin keamanan tersebut dapat dipertahankan
perlu diadakan program
Qualihj Assurancedisertai program Qualihj Control-nya.
PENGGUNAAN RADIASI DALAM TERAPI
1. DASAR-DASAR RADIOFISIKA
RADIASI
Sinar pengion
Sinar pengion adaIah gelombang elektromagnetik (foton)
atau partikel berenergi
yang alan menimbulkan proses ionisasi bila meliwati
berbagai materi termasuk materi
biologik. Terdapat dari 2 golongan besar sinar pengion
yaitu pertama, gelombang
elektro~gnetik yang terdiri dari sinar-X clan gamma.
Sinar ini merupakan gelombang
yang mempunyai energi tanpa mempunyai masa clan muatan,
sehingga mempunyai daya
tembus yang dalam. Dan yang kedua adalah kelompok
partikel yang mempunyai masa
clan muatan, misalnya yang bermuatan positif adalah
proton clan helium. Elektron
merupakan partikel bermuatan negatif, sedangkan neutron
merupakan contoh partikel
tanpa muatan (netral) [4,6].
Interaksi photon dengan materi organik akan menyebabkan
terjadi perpindahan
elektron dari orbit sekitar inti atom atau molekul yang
dilewati. Sehingga atom atau
molekul tersebut akan mempunyai kelebihan muatan positif
yang dikenal sebagai ion,
dan
proses tersebut dikenal sebagai ionisasi radiasi. Interaksi yang menyebabkan
transfer
energi
tanpa terjadi pelepasan elektron disebut sebagai proses eksitasi [1,4,7] elektron
sekunder dengan kandungan energinya tersebut akan
menyebabkan proses ionisasi dan
eksitasi selanjutnya hingga energi yang dikandung sudah
sangat menurun untuk
menyebabkan kedua proses tersebut [4,8].
Akibat proses tersebut berbagai molekul dalam sel berubah
karena absorbsi energi
tersebut
[1,4].
Berbagai sumber sinar
pengion [8,9,101
Generator listrik yang menghasilkan sinar-X, elektron,
atau berbagai partikel pengion
lainnya. Berdasarkan besar energi sinar pengion yang
dihasilkan, pesawat radiasi jenis
ini dibagi dalam :
a. Jenis ortovolt, yang menghasilkan sinar X dengan
energi 50-300 kilo voltage clan
dihasilkan oleh tabung rontgen. Jenis ~inar ini dibagi
lagi berdasarkan besarnya
energi yang dihubungkan dengan penggunaannya menjadi
kelompok permukaan
(superfisial),
medium clan dalam (deep).
b. Jenis megavoltage, menghasilkan sinar dengan energi
minimall meg.a-voltage.
Sinar ini dapat berupa foton, elektron atau jenis
partikel berat yang dapat
dihasilkan oleh akseleratorlinier, betatron clan
siklotion.
2. Sumber alamiah, yang dihasilkan dan proses peluruhan
radioisotop dan dapat
menghasilkan sinar alfa, beta maupun gamma. Radioisotop
yang digunakan adalah
60Cobalt, 137Cessium,1 92Irridium, 255Radon1, 31Iodium,
125Iodium dll. Jenis ini dapat
dibagi dalam :
a. Sumber terbuka, yang akan mengikuti metabolisme tubuh.
Misalnya 131Iodium,
Fosfor dan 198Aurum.
b. Sumber tertutup, yang dalam penggunaannya akan
dikontakkan dengan bagian
tubuh
penderita, misalnya 60Cobalt, 137Cessium dan 192Irridium.
2. DASAR-DASAR BIQLOGI RADIOTERAPI
Sebagai
dasar digunakannya terapi radiasi adalah terdapatnya perbedaan efek
radiasi pada tumor dan jaringan normal disekitamya. Perbedaan ini dinyatakan dengan
'therapeuticratio'
(TR) [1,2,5].
Efek radiasi pada tingkat molekuler
Pelepasan
energi dari sinar pada materi biologik yang dilalui, yang terjadi secara
random
mengakibatkan perubahan akibat radiasi dapat terjadi pada setiap molekul
dalam
sel. Akan tetapi telah diketahui bahwa kerusakan pada DNA merupakan penyebab
utama
kematian sel. Kerusakan DNA yang dapat terjadi adalah antara lain [4] :
.single
atau double strand breaksirantai DNA
.perubahan
atau kehilangan basa-basa pembentuk DNA
.terjadi
cross-links antara DNA dan protein kromosom.
Kerusakan-kerusakan
yang terjadi ini dapat diikuti dengan proses repair baik yang
dilakukan
secara sempurna, maupun sebagian [4,11,12]. Pada derajat kerusakan tertentu,
terutama
pada double strand breaks tidak dapat lagi dilakukan proses repair, dengan
akibat
dapat
terjadi kematian sel. Kerusakan akibat terjadinya ionisasi pada DNA dikenal
sebagai
efek langsung. Efek tidak langsung merupakan akibat terjadinya ionisasi dari
molekul air, yang merupakan 70% dari sel. Proses ini
menyebabkan terbentuknya radikal
bebas, misalnya adalah OH yang merupakan agen oksidant
yang bersifat paling
destruktif. Proses fisika dan kimia radiasi permulaan ini
akan mengakibatkan proses
biokimia dan interaksi biologi berkelanjutan pada intra
dan ekstra sel dengan akibat akan
terjadikerusakan sel danjaringan [4,13,14].
Efek radiasi
pada tingkat seluler
Perubahan yang dapat terjadi pada tingkat seluler adalah
[4] :
.Aberasi
kromosom
.Hambatan melakukan proses reproduktif.
.Hambatan melanjutkan siklus proliferasi sel (G2 mitotic
delay').
Hilangnya kemampuan sel tumor melakukan aktifitas
reproduksi, sehingga
menurunkan kemampuannya menghasilkan 'viable progeny'
merupakan efek yang
diharapkan dari radiasi dalam pengobatan keganasan,
disamping kematian sel. Tumor
terkontrol bila ' stem cells' tidak dapat lagi
berproliferasi.
Faktor-faktor
biologis yang mempengaruhi respon sel terhadap radiasi
A Fase-fase proliferasi
Dalam populasi sel tumor terdapat kelompok (fraksi)
sel-sel yang sedang aktif
melakukan proliferasi. Kelompok ini dikenal sebagai grolvth fraction. Dalam
kelompok
ini
terdapat beberapa fraksi proliferasi yang berbeda-beda yakni sel dalam fase
S(sintesa), G2, M(mitosis), dan G1 [15,16,17,18]. Sel yang sensitif terhadap radiasi
adalah sel aktif berproliferasi yang berada dalam fase G2
dan M. Terdapat beberapa
teori
mengenai mekanisme ini, antara lain dikatakan bahwa hal ini berhubungan
dengan
target utama kematian sel adalah DNA. Dalam fase G2 dan M ditemukan
jumlah DNA yang terbanyak. Teori lain mengatakan bahwa
gel-gel dalam fase G1 dan
S mempunyai kemampuan melakukan proses repair terhadap
kerusakan sub-Ietal
akibat radiasi yang sangat baik [19].
1. Oksigenisasi
Oksigen merupakan modifikasi kimia sensitifitas
radiasi yang sangat potent. Sel
mamalia hipoksik mempunyai kepekaan 2,5 hingga 3 kali
lebih rendah dari gel
yang teroksigenisasi dengan baik. Teori saat ini
mengatakan bahwa mekanisme
sensitisasi tersebut terjadi akibat terikatnya oksigen
oleh elektron yang tidak
berpasangan dilapisan luar radikal bebas sehingga
terbentuk peroksidase yang
lebih stabil clan lebih toksik dibanding radikal
bebas. Karena usia radikal bebas
hanya beberapa mikrodetik, maka untuk meningkatkan
efek radikal bebas ini
diperlukan keberadaan oksigen pada saat pembentukannya
[20].
2. Panas
Pemanasan disamping mempunyai efek sendiri dalam
melakukan perusakan gel,
juga dapat digunakan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan sensitifitas radiasi.
Efek ini dapat terjadi karena panas bekerja pada gel
dalam fase S yang dikenal
resisten terhadap radaisi dan juga tidak dipengaruhi
oleh kandungan oksigen
jaringan [1, 21]. ,'"
3.Radiosensitizer kimiawi
Beberapa bahan misalnya derivat 1.uidin misalnya
bromodeoxyuridine atau iododeoxyuridine dan pirimidin akan terikat dalam
sintesa DNA. Sehingga bahan-bahan
tersebut akan terikat pada DNA dalam set tersebut.
Sebagai akibat terjadi
kerapuhan dan peningkatan kepekaan DNA yang mengikat
bahan tersebut terhadap radiasi (22.23).
B. Fraksinasi dalam radiasi
Untuk dapat memberikan TR yang tinggi, radiasi
diberikan daIam dosis terbagi
menjadi fraksi-fraksi. Hal ini dilakukan karena
beberapa sifat biologi tumor yang
menjadikannya lebih radiosensitif dari jaringan normal
disekitamya dengan
dilakukannya
fraksinasi.
Sifat
-sifat tersebut adalah [19] :
1. Repair, adalah proses gel normal untuk melakukan
perbaikan kerusakan DNA akibat
radiasi. Pada kebanyakan tumor ganas terdapat gangguan
melakukan proses ini,
sehingga pada radiasi ulangan akan terjadi
kematianfkerusakan gel-gel ~mor yang
lebih banyak dari jaringan normal disekitarnya, yang
telah menjalani proses repair
secara sempurna saat waktu interval radiasi.
2. Reoksigenisasi, yang terjadi karena berkurangnya
masa tumor akibat radiasi yang
berlangsung, sehingga terjadi perbaikan vaskularisasi
tumor. Pada populasi tumor
-terdapat derajat oksigenisasi yang berbeda-beda, clan
kematian gel akibat radiasi
teIjadi terlebih dahulu pada gel dengan tingkat
oksigenisasi yang baik. Kelompok gel
yang belum mengalami kematian akan juga mengalami
kematian setelah teIjadi
perbaikan oksigenisasi pada radiasi ulangan yang
diberikan.
3. Redistribusi, sel yang sensitif terhadap radiasi
adalah gel dalam phase G2 clan M dari
siklus proliferasi. Dalam masa interval radiasi akan
teIjadi pengisian kembali phasephase
radiosensitif olehsel.-sel tumor, yang telah kosong
akibat radiasi sebelumnya.
Sehingga £-ada setiap radiasi diberikan telah terku~pul
kembali gel-gel dalam phase
PuslitbangK eselamatanR adiasid an BiomedikaN uklir-Badan
TenagaN uklir Nasional 4
sensitif terhadap radtasi. Karena kebanyakan tumor
mempunyai aktifitas proliferasi
lebih tinggi dari sel normal asalnya, maka sifat ini
lebih dimiliki oleh populasi tumor.
4. Repopulasi, merupakan sifat sel untuk melanjutkan
proses proliferasi dalam masa
radiasi. Berdasarkan penelitian terakhir,. terdapat
percepatan sel tumor dalam
melakukan proses ini setelah sejumlah tertentu pemberian
bahan sitotoksik termasuk
radiasi dan khemoterapi. Hal ini perlu diketahui dan diwaspadai
untuk tidak lagi
melakukan perpanjangan waktu total radiasi, terutama bagi
sel tumor dengan sifat
aktifitas proliferasinya yang tinggihttp://www.facebook.com/eddy.r.iskandar
No comments:
Post a Comment