BAB
17
COMPUTER
TIGA DIMENSI
TOMOGRAPHY
: KONSEP DASAR
3D imejing pada kedokteran adalah suatu metode dimana pengaturan data
diperoleh dari obyek 3D dari pasien, diproduksi oleh computer dan ditampilkan
dalam layar computer dua dimensi (2D) untuk memberikan gambaran kedalaman.
Persepsi kedalaman menyebabkan gambar ditampakkan dalam 3D.
Manfaat dari 3D pada teknologi spiral/helical CT dan magnetic resonance
imaging (MRI) adalah meningkatkan hasil pada tampilan sectional anatomi. Dari
hasilnya, 3D imaging akan menjadi paling luas di lingkungan departemen
radiology, peneliti berkelanjutan untuk menggali patensi aplikasi 3D. untuk
contohnya, penelitian Brain Image Analisis Laboratorium di Universitas California/ San Diego
menggunakan model 3D untuk mempelajari AIDS, penyakit Huntingtons, dan schizophrenia. Di Duke
universitas , model 3D digunakan untuk mempelajari cardiac arrhythmias. Di
Radionics Software Applications di Burlington, aplikasi tersebut disebut XKnife
menggunakan informasi dari CT dan MRI brain scan untuk menunjukkan bentuk tumor
dan lokasinya untuk perencanaan tindakan penyinaran (Mahoney,1996).
Di radiology, 3D imaging ditemukan untuk aplikasi terapi radiasi,
craniofacial imaging untuk rencana surgical, orthopedics, neurosurgery, cardiovascular
surgery, angiography, dan MRI.(Wu et al,1999;Udupa,1999;Calhoun et al,1999).
Lainnya menggunakan 3D imaging untuk visualisasi mumi mesir kuno tanpa merusak
plaster atau perban (Yusada et al,1992).
Lebih lanjutnya, 3D imaging dapat menghasilkan gambaran endoscopy,
teknik adalah “fly through” pada tubuh akan berusaha untuk memeriksa struktur
dari otak, tracheobronchial tree, vessels, sinus, dan colon (Vining,1996 ;
Rubin et al,1996). 3D medical menyusun kembali movie clips dan sekarang tersedia
di internet, Pengamat sekarang bisa
mengamati “fly through” pada colon, skull, brain, lung, torso, dan
arteri dari jantung. Sekarang ini 3D imaging adalah keseluruhan dimensi baru
dengan pemeriksaan contrast-filled vessels dari volumetric spiral/helical CT
data, CT angiography (CTA). CTA dan virtual gambar yang sebenarnya akan dibahas
lebih lanjut pada Bab 18 dan Bab 19.
Pada Bab ini menggambarkan konsep dasar
3D imaging dan di CT untuk menyediakan teknologi dengan peralatan yang
diperlukan yang berinteraksi dengan 3D imaging system.
RASIONAL
UNTUK 3D IMAGING
Tujuan dari 3D imaging adalah mengumpulkan jumlah data dari pasien pada
volume CT scaning (ataupun gambaran dari modalitas yang lain seperti MRI) untuk
menyediakan informasi kualitatif dan kuantitatif pada aplikasi klinis dengan
range yang luas. Informasi kualitatif adalah cara pengamat membandingkan
tampilan yang specific untuk menetapkan nilai diagnostic pada gambaran 3D.
informasi kuantitatif didapat dari akses tiga elemen teknik yaitu :precision
(reliability), accuracy (true detection), dan efficiency (feasibility) dari
produksi 3D imaging (Udupa,1999).
SEJARAH
Di tahun 1970 Greenleaf et al memproduksi tampilan gerakan dari
ventrikel dengan menggunakan biplane angiography. Setelah itu memperkenalkan ,
CT terbaru untuk kepentingan medis 3D imaging karena menampakkan kecerahan
lebih baik serta bisa menghasilkan sectional image informasi 3D. Pikiran ini
menghasilkan perkembangan spesifikasi hardware dan software untuk memproduksi dari
3D imaging dan perkembangan algoritma untuk 3D imaging.
Perkembangan teknologi pada 3D berlanjut
pada tahun 1970 dan awal tahun 1980, banyak CT Scaner memperlihatkan 3D
software paket yang penuh pilihan. Pada
awal tahun 1980, gambaran 3D memperlihatkan untuk aplikasi klinik, dimana
beberapa peneliti mulai menggunakan teknologi tersebut di craniofacial surgery,
orthopedic, rencana pelaksanaan radiasi, dan gambaran kardiovascular. Pada
halaman 280 meringkas perubahan dan perkembangan gambaran 3D sampai tahun 1991.
sekarang gambaran 3D telah berubah sesuai keinginan masing-masing, menuntut
pemahaman dari variasi processing control seperti preprocessing, visualization,
manipulation, dan analisa operational.
KONSEP
DASAR 3D
Untuk memahami bagaimana
pengaturan image 3D pada dunia kedokteran, pertama sangatlah perlu untuk
mengenal bagian 4 sistem coordinate untuk menghubungka dengan CT scanner,
display, obyek, dan layar. Koordinat system tersebut ditampakkan pada gambar
17.1 dan termasuk scanner coordinate system, display coordinate system, dan
scene coordinate system. Semuanya didefenisikan pada gambar 17.1. system
tersebut lebih dikenal dengan x,y,z layar system atau Cartesian koordinat
system . di system ini ada x,y,z axis yang diposisikan sudut kanan (orthogonal)
yang berbeda satu sama lainnya. Lebar obyek dituliskan dengan x axis, sedangkan
berat obyek dituliskan dengan y axis dan z axis pada tangan yang lainnya
didefenisikan dengan kedalaman. Semuanya berhubungan dengan image.
Menggunakan coordinate system menggambarkan obyek dengan mengukur jarak
dari titik antar bagian atau titik nol. Jarak ini bisa positip atau negative
dari titik nol dan image dapat diatur dengan berputar pada 3 axis. Dengan
terjadinya perputaran terjadi penyerahan 3D space dan software computer
membantu pengamat untuk melihat 3D space dengan menampilkan dari depan,
belakang, atas, bawah dari obyek memberikan titik keuntungan. Teknik tersebut
dikenal dengan computer-aided visualization atau 3D visualization, dan aplikasi
visual 3D di kedokteran.
Di kedokteran, 3D imaging menggunakan tangan kanan x,y,z system
koordinat karena gambaran ditampilkan pada layar computer. Koordinat
x,y,z didefinisikan berupa ruangan dimana multi dimensional data (pengaturan slice) ditampakkan. Ruang tersebut disebut 3D space atau
scene space. System koordinat membantu mendefenisikan voxel (elemen volume) di
3D space dan menggunakan informasi voxel seperti CT number atau intensitas
signal di MRI untuk merekonstruksi 3D images.
TRANSFORMASI
3D SPACE
Umumnya, 3D space bisa menjadi subyek untuk
transformasi 3D secara keseluruhan. Ahli radiology bisa mengatur bagian,
struktur, geometric, dan projective transformasi mengontrol dengan baik image
processing dan image analisis. Ahli teknologi mungkin mentransformasi 3D space
dalam empat cara.
MODELING
Pengaturan obyek 3D menggunakan software computer yang disebut dengan
modeling. Modeling menggunakan mathematic untuk melukiskan prinsip bentuk dari
obyek. Salah satu definisi, modeling adalah simulasi computer mengenai prinsip
obyek dimana panjang, luas dan kedalaman adalah komponen yang real. Modelnya
dengan x,y,z axis yang bisa dirotasikan untuk dilihat dari sudut yang berbeda. Sebagian
teknik modeling telah menggunakannya. Seperti dalam ilustrasi, satu dari teknik
pada umumnya, software computer menggunakannya untuk transformasi dari bentuk
2D menjadi 3D obyek. Pada fix.17.3, untuk contohnya perubahan bidang-bidang
dalam kotak. Gambar bisa menghasilkan wireframe model dari bentuk 2D. wireframe
itu dibentuk dari triangles atau polygons setelah kembali dari polygonal mesh. Wireframe
umumnya dilakukan pada awal pengembangan dari 3D display di kedokteran dan
sampai sekarang mereka masih menggunakannya pada aplikasi yang lain. Untuk
langkah ke depan dari modeling , surface adalah memperbanyak obyek dari
menempatkan pixel (image mapping) dan patterns (procedural textures) pada
wireframe yang tertinggi. Ahli
radiology bisa mengontrol variasi attributes dari surface, seperti texture.
Shading dan Lighting
Shading dan Lighting juga berhubungan dengan obyek 3D. sebagian shading
algoritma, termasuk wireframe shading, flat shading, gouraud shading, dan phong
shading. Tiap teknologi punya keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri.
Bagaimanapun itu diskusi penuh tentang algoritma shading dibahas diluar Bab
ini. Meskipun shading tergantung hasil akhir yang ditampilkan dari surface pada
obyek 3D, lighting membantu untuk melihat bentuk dan texture dari obyek
(fix.17- 4). Variasi teknik lighting digunakan untuk membedakan tampilan 3D
image. Satu dari kebanyakan pada umumnya menyebutnya dengan “ray tracing”
Rendering
Rendering pada langkah akhir adalah proses pengaturan obyek 3D. itu
termasuk kreasi dari simulasi 3D image dari data yang diperoleh dari obyek
space. Lebih spesificnya, rendering adalah program computer yang mengubah data
anatomi yang diperoleh dari pasien menjadi image 3D pada layar computer. Dengan
software 3D, obyek harus di render sebelum di lighting dan attributes yang lain
harus diamati. Rendering antara lain lighting, texture, dan color sampai pada
image terakhir. Dua tipe dari rendering 3D algoritma yang digunakan di
radiology : surface rendering dan volume rendering. Surface rendering hanya
menggunakan kontur data dari pengaturan slice di 3D space, sedangkan volume
rendering menggunakan seluruh data yang didapat di 3D space because itu
menggunakan informasi lebih, volume rendering memproduksi image yang lebih baik
dari surface rendering, tetapi itu lebih lama dan memerlukan powerful computer
yang lebih besar.
KLASIFIKASI
UNTUK PENDEKATAN 3D IMAGING.
Udupa dan Herman (1991) mengidentifikasi tiga kelompok untuk pendekatan
3D imaging : slice imaging, projective imaging, dan volume imaging.
SLICE
IMAGING
Slice imaging adalah metode paling sederhana untuk 3D imaging. Di tahun
1975 Glenn dan colleagues menghasilkan displayed coronal dan sagital image dari
pengaturan data CT axial. Teknik tersebut dikenal dengan multiplanar
reconstruction (MPR). Peneliti lainnya seperti Herman dan Liu (1977), Marvilla
(1978), dan Rhodes, Glenn dan Azzawi (1980) juga menggunakan slice imaging dari
transaxial scan. Sekarang, MPR terpakai di semua CT dan MRI scanner. Meskipun
MPR tidak bisa memproduksi 3D image yang sebenarnya tapi lebih dari 2D images
yang ditampilkan pada computer layar datar.
PROJECTIVE
IMAGING
Projective imaging lebih popular pada pendekatan 3D imaging. Meskipun,
itu tetap tidak memberikan mode 3D yang sebenarnya ; hanya menghasilkan mode
visualisasi 2.5D, sebagai akibat suatu tempat diantara 2D dan 3D.
VOLUME
IMAGING
Volume imaging harus tidak boleh bertentangan dengan volume rendering. Volume
rendering termasuk kelompok dari projective rendering, dimana volume imaging
memproduksi model visualisasi 3D yang sebenarnya. Volume imaging termasuk
holography, stereoscopic displays, anaglyphic methods, varifocal mirrors,
synthalyzers, dan arah perputaran multi dioda (Budinger,1983)
SISTEM
UMUM 3D IMAGING
Pada artikel ini menceritakan perspektif dari 3D imaging, Udupa (1999)
memberikan kerangka kerja untuk system imaging 3D (Fix.17-6). Empat besar elemennya
antara lain : input, workstation, output, dan user. Input memberikan tujuan
data yang diperoleh. Imaging input bertujuan, contohnya seperti pada CT dan MRI
scanner.data yang diperoleh dikirimkan pada workstation, dimana disitu
merupakan pusat dari system. Dengan kekuatan penuh computer dapat mengatasi
segala variasi operasional 3D imaging. Operasional tersebut meliputi
preprocessing, visualisasi, manipulasi, dan analisis. Waktu processing sudah
selasai, hasil akan ditampilkan untuk dilihatdan direcord pada output. Pada
akhirnya, user bisa berinteraksi dengan masing-masing tiga komponen tersebut :
input, workstation, dan output untuk memaksimalkan penggunaan system tersebut.
Tujuan dari masing-masing 4 besar operasional 3D (preprocessing, visualisasi,
manipulasi, analisis) diringkas pada Fix.17-3.
ASPEK
TEKNIK DARI IMAGING 3D DI RADIOLOGY.
Imaging di kedokteran bertujuan menghasilkan image yang ditampilkan pada
computer secara visualisi underlying
spatial reliationships (Herman,1993). Udupa,1999 menekankan bahwa imaging
3D bisa juga menunjuk 4 kategori dari operasional 3D : preprocessing,
visualisasi, manipulasi, analisis.
4 langkah yang dibutuhkan untuk membuat
image 3D :
1. data akuisisi
slice atau sectional image dari anatomi
pasien yang diproduksi. Metode dari data akuisisi di radiology termasuk CT dan
MRI, ultrasound, positron emisi tomography (PET), single photon emisi
tomography (SPECT) dan digital radiography dan fluoroscopy.
2. kreasi 3D space
informasi voxel dari sectional image yang
disimpan pada computer.
3. processing untuk tampilan 3D image
itu merupakan fungsi dari workstation dan
termasuk empat operasional yang tertera didalamnya (preprocessing, visualization,
manipulation, analisis).
4. tampilan image 3D
simulasi image 3D ditampilkan pada layar
computer 2D.
variasi 4 langkah operasional tersebut
tergantung pada modalitas yang digunakan pada proses pengambilan data.
Masing-masing langkah tersebut akan dideskripsikan secara detail pada metode
akuisisi data CT.
AKUISISI
DATA
Pada
CT,
data didapat dari pasien menggunakan sinar-X dan special elektronik detector.
Data bisa didapat dari slice demi slice dengan scanner CT konvensional atau
volume dengan spiral/helical CT detector.
KREASI
3D SPACE
Seluruh informasi diperoleh dari voxel yang masing-masing disusun pada
scanner slice yang kemudian dikirim ke computer untuk dilakukan proses
rekonstruksi. Informasi voxel pad CT number dikalkulasi dari atenuasi tissue
yang dilakukan dengan voxel. Di MRI informasi voxel adalah intensitas signal
dari tissue dengan menggunakan voxel. Hasil dari rekonstruksi image adalah
kreasi 3D space, dimana semua image data disimpan. Data dalam 3D space adalah
organisasi sistematik yang masing-masing titik dalam 3D space dadalah spesifik.
Masing-masing titik di 3D space memberikan informasi (CT number atau intensitas
signal MRI) dari voxel dari slice.
PROCESSING
UNTUK TAMPILAN 3D IMAGE
Processing adalah langkah terbesar untuk
kreasi dari simulasi 3D image untuk ditampilkan dalam layar computer 2D dan
ditempatkan pada workstation. Sangatlah penting bagi ahli teknologi untuk
memahami bagaimana cara mentransformasikan sectional image dalam bentuk 3D
image Mankovich, Robertson, dan Cheeseman mengidentifikasi 2 kelompok
processing untul menjelaskan tampilan 3D space : voxel-based processing membuat
determinasi tentang masing-masing voxel yang bertujuan untuk menentukan
seberapa besar kontribusinya pada tampilan akhir 3D. sedangkan object-based
processing menggunakan informasi voxel untuk mentransformasi image yang didapat
dari obyek subsequent processing pada tampilan obyek. Voxel-based processing
telah digunakan pada awal 1975 yang berarti pengaturan image coronal, sagital,
dan oblique dari kelanjutan pengaturan transverse axial image teknik tersebut
dikenal multiplanar reconstruction. Walaupun MPR bukanlah image 3D yang
sebenarnya tetapi bisa menyediakan informasi tambahan untuk pemahaman anatomi
3D. (Mankovich, Robertson, Cheeseman, 1990). Di MPR, scan computer 3D dan
lokasi semua voxel di particular plane digunakan untuk menghasilkan particular
image.
Object-based processing berkaitan dengan beberapa metode processing
untuk menghasilkan model (yang disebut obyek model atau obyek representation)
dari 3D space dan trransformasi menjadi tampilan image 3D pada layar computer.
Processing model obyek menjadi simulasi 3D image terdiri empat langkah :
- segmentation adalah teknik processing digunakan untuj mengidentifikasi struktur yang penting pada gambar. Itu tergantung bagaimana voxel bagian dari obyek bisa ditampakkan dan dihilangkan (Mankovich, Robertson, dan Cheeeseman, 1990).
- Thresholding adalah metode pengelompokan tepe dari tissue seperti bone, soft tissue, atau fat diwakili masing-masing voxel. CT number menggunakan sebagai petunjuk thresholding untuk tissue.
- Object delineation adalah pemotretan obyek untuk digambarkan. Itu termasuk batas dan volume obyek serta metode deteksi.
- Rendering adalah perlakuan saat penggambaran pada 3D space melalui transformasi dan simulasi 3D image kemudian ditampilkan pada 2D monitor computer. Rendering pada teknologi display computer-based approach (computer program) menghendaki special hardware dan software untuk dapat mengidentifikasi jutaan titik pada 3D space.
TEKNIK
RENDERING
Ada dua
kelompok rendering pada umumnya di bagian radiology :
Surface rendering dan volume rendering
SURFACE
RENDERING
Surface rendering atau shaded surface display (SSD) berubah dari tahun
ke tahun dengan peningkatan yang significan pada kualitas gambar. Pada surface
rendering computer berkreasi pada representasi internal surface dan digambarkan
pada image display. Lights mengikuti protocol standard dan image display sesuai
kalkulasi bagaimana light rays dapat direfleksikan oleh mata pengamat. Sesuai
dengan Udupa (1999), surface rendering terdapat 2 langkah yang esensial :
surface formation dan depiction pada layar computer (rendering). Surface
formation. termasuk operasional pada kontur. Rendering mengikuti surface
formation dan bermaksud untuk menambah realisme foto dan membuat gambaran
kedalaman, memunculkan 3D dalam layar computer 2D. Simulasi light source bisa
diposisikan pada lokasi yang berbeda untuk membedakan tampilan pada 3D image.
Keuntungan dari teknik surface rendering adalah tidak memerlukan
kemampuan computer power yang tinggi karena tidak semua informasi voxel dipakai
untuk membuat 3D image, hanya informasi kontur saja yang diperlukan. Walaupun
hasil dari surface rendering ini miskin content informasi image.
Heath et al (1995) mendemontrasikan kerugian saat mereka menggunakan
surface rendering untuk image pada liver. Mereka melaporkan saat pengaturan image
2D. Algoritma diaplikasikan pada “surface” data set margin pada daerah voxel
dengan rentang intensitas antara 6 sampai 9. teknik standar computer graphic
digunakan untuk mengatuir surface yang akan digambarkan dari penentuan wilayah
dari nilai voxel.
VOLUME
RENDERING
Volume rendering merupakan
teknik yang mengesankan dan prosedur gambar 3D yang mempunyai kualitas gambar
dan tersedianya informasi yang lebih dibandingkan dengan teknik surface
rendering. Pemasukan volume rendering mempunyai beberapa batas dibanding
surface rendering karena menggunakan semua data set dari 3D space. Karena
komputerisasi ini volume rendering lebih mahal dan kuat dibanding surface
rendering.
Udupa dan Herman (1991) mendiskripsikan :
dua tahap dalam volume rendering pemrosessan. Tiga jenis jaringan , lemak,
jaringan lunak, tulang digunakan untuk klasifikasi voxel, terdiri atas proyeksi
gambardari bentuk simulasi 3D.metode yang sering digunkan untuk gambar proyeksi
adalah traking ilustrasi.
Tidak seperti surface rendering, volume
rendering memberikan keuntungan tampilan permukaan dimana peninjau dapat
memeriksa strukutur interna dan external. Gambar 17
Bagaimana ilustrasi angka ini
diselesaikan ditampilkan pada gambar. Opasitas dari 0-100% ditandai untuk nilai
lima dan atau 9 atau lebih tinggi.hasil dari pertengahan opasitas mempunyai
nilai 6,7,8 adalah 5%, 50%, 75% secara langsung. Bagian terendah dari diagram
menunjukan jumlah dan hasil progresif secara komputer digunakan untuk
menunjukan panjangnya hasil pembobotan x-ray yang melewati volume
Hasil tampilan nilai adalah ditampilkan oleh opasitas ( seperti dijelaskan pada grafik ) dan nilai dibawah voxel.
Alternatifya volume rendering dapat
dijelaskan dapat dijelaskan dengan pemeriksaan data dari CT scan ke komputer.
MAXIMUM
INTENSITY PROJECTION
MIP adalah teknik 3D volume rendering
yang dimulai pada MR angiograpi dan sekarang sering digunakan dalam CT
angiograpy. MIP tidak dibutuhkan hardware komputer yang baik karena seperti
surface rendering itu dibuat kurang dai 10% dari data 3D space
Gambar 17.3 detail konsep dari MIP.
Pentingnya MIP komputer program render
gambar 2D pada gambar komputer dari 3D data set ( slice) sebagai berikut :
- Matematika ray hampir sama dengn satu ray tracking ) diproyeksikan dari mata peninjau melalui ruang 3D.
- Sinar xray melalui voxel tertentu
- Intensitas voxel yang dipilih kemudian disusun pada pixel ditampilkan pada gambar MIP.
- Gambar MIP ditampilkan untuk peninjau. 17.16
Teknik MIP diilustrasikan pada sequence cepat untuk mengajukan peninjau untuk melihat gambar dapat diputar secara kontinue depan dan belakanguntuk menambah visualisasi 3d dari struktur yang komplex.
Menggunakan teknik postprosesing 17.18
menunjukan proyeksi yang banyakyang bervariasi hanya sedikit penambahan sudut.
Salah satu masalah yang mendasar dengan teknik MIP adalah gambar yang berarti 2
macam kecuali isyarat dari kedalaman gambar disediakan.
Untuk membenarkan masalah ini ( Heated,
1995) pembobotan untuk kedalam MIP dapat digunakan. Untuk banyaknya intensitas
banyaknya dari ketajaman voxel, tergantung dari jarak peninjau. Batas yang lain
termasuk tidak dapat menampilkan struktur yang berada diatasnya karena hanya 1
voxel ( salah satu dengan intensitas maximal. Pada bagian dari voxel yang
melintang oleh aretifak yang timbul dari pulsa pembuluh darah. Prokop 1997.
Keuntungan yang signifikan dari
alogaritma MIP itu adalah telah menjadi teknik redering yang paling populer
pada CT angiograpi (prokop 1997) dan MR
angiograpi. Karena pembuluh darah membawa media kontras dan terlihat secara
jelas. Biasanya karena MIP digunakan kurang dari 10% dari volume data pada 3D
space itu mengambil waktu lebih sedikit untuk simulasi gambar 3D daripada
alogaritma volume rendering.
PERBANDINGAN
DARI TEKNIK 3D RENDERING
Satu perbandingan komprehensif dari survace di VR. Ditampilkan pada
tahun 1991 oleh Udupa, Hang & Chuang. Mereka tetrmasduk metode survace
mempunyai keuntungan kecil melebihi metode volume dengan menampilkan kemampuan.
Di tahun 1995 membandingkan VR & SR dan MIP menggunakan spiral /
helikal CTA selama arterial fotografi mereka membandingkan dengan teknik dengan
7 parameter : hubungan gambar 3D, penggambaran tepi, demonstrasi dari struktur
yang bertumpuk, penggambaran lumen pembuluh darah, digunakan prosentasi data
artifak dan harga komputerisasi. Hasilnya adalah ditampilkan ditabel 17.4.
jelas bahwa VR lebih unggul disemua perbandingan perameter dan mengvaluasi
cerotive arteri stenosis (Lecrel et al, 1999).
PERALATAN
Peralatan untuk gambar 3D
dibagi 2 kategori: CT / MRI scaner dan komputer work station. Kedua tipe
peralatan menggunakan sofware desain untuk beberapa kemampuan proses
operasional gambar seperti visualisa interaktif, gambar multi, tampilan,
analisis, perhitungan dan 3D rendering sebanyak proses untuk gambar 3D sudah
dikerjaka oleh komputer workstation menjadi lebih dikenal lebih murah.
Stand Alone Workstation
Pieker, Siemens GE dan
beberapa perusahaan menyediakan paket 3D unit scanner city dan MRI mereka, dan
keduanya menjadi satu paket digunakan pada hardware dan software 3D di
radiologi dan juga spesifikasi teknik dari workstation yang lain.
Variasi tergantung pada
perusahaan, tipe fitur prosesing 3D termasuk sebagai berikut :
- MPR (17.19) menunjukkan kedua rutinitas dan gambar kurva MPR diambil dari potongan melalui alat untuk mendemonstrasikan anatomy interval.
- visualisasi tranparasi (17,23) proses teknik ini mengijinkan operator untuk menampilkan kedua permukaan dan struktur interna dan diwaktu yang sama.
- MIP (17.16)
- 4D Angiografy. Teknik ini menunjukkan tulang dan jaringan serta pembuluh darah secara bersamaan dan mengizinkan peninjau untuk melihat pembuluh darah dengan bersama tulang. (17.24)
- disertifikasi, teknik tampilan permukaan menyeluruh mengijinkan peminjam untuk melihat tingkatan visualisasi struktur tertentu dengan menghilangkan yang lain (17.25).
- virtual reality gambar. Beberapa workstation juga mampu virtual dari endoskopi. Teknik prosesing yang mengijinkan peninjau untuk melihat lumen dari bronkus dan kolon untuk contohnya. Ini juga memungkinkan peninjau “fly trough” dari 3D data set.virtual endoscopy dijelaskan pada chapter 19.
APLIKASI
DARI GAMBAR 3D
Satu dari banyak faktor
motivasi untuk perkembangan dan aplikasi gambar 3D dalam ilmu pengobaatan
adalah untuk menambah celah komunikasi antara radiologi dengan dokter bedah (
Zonoveld & Fukuta )gambar 3D dapat membantu dr.Radiologi menentukan dan
mengidentifikasi jalan terbaik untuk mendapatkannya. Ketertarikan cranioparsial
dari aplikasi klinikal pertama dari gambar medikal 3D digunakan untuk
berkisaran aplikasi dr ortopedi ke terapi radiasi (Udupa & Herman gi),(
Fishman et al, 1992)(Zonoveld dan Fukuta, 1994).
Aplikasi gambar 3D di CT MRI
nuklir medikal & USG berlanjut untuk perubahan dalam scala cepat, dengan
banyak pekerjaan yang diselesaikan dalam CT & MRI contohnya banyak aplikasi
klinik terbaru dari gambar 3D dalam area gambar endoscopic dimana peninjau
dapat”fly trough” CT & MRI set data dengan teknik akhir virtual endoskopy
(Rubin et al, 1996).
CLINICAL
APLIKASI DARI GAMBAR 3D PADA CT
Sekarang ini aplikasi dari
gambar 3D in CT digunakan P 61 (gastro intestinal) dan GU sama baiknya dalam
treatment radiasi. Dalam craniota maxilofacial complex. Contohnya 3D sudah
digunakan untulk mengevaluasi konginetal dan perkembangan mental kelainan
bentuk (bentuk dari tulang kepala dan sutura dan untuk melihat trauma.
Perkembangan dari CTA terbuka
untuk jalan digunakan dalam gambar 3D
CLINICAL
APLIKASI DARI GAMBAR 3D PADA MRI
Aplikasi klinik dari gambar
3D pada MRI telah dibatasi karena kelanjutan dari perkembangan teknologi tapi
MRI mempunyai potensi yang sama seperti pada CT. contohnya pada daerah otot,
MRI telah digunakan untuk sublukasi dari hip dan acetabular mengacu pada
(Zonoved & Fukuta 94). Teknik ini mempunyai potensi untuk melakukan penilaian
cairan pada sendi. Potensi lainnya termasuk penguraian formasi femur dan efusi
pada sendi dalam reumaartritis terbaru gambar 3D telah menjadi popular dalam MRA. Pada tertentu
perhitungan MIP sekarang digunakan secara ekstensif dalam study pembuluh
darah(Saloner,1995 dan Laux,1998).
MASA
DEPAN GAMBAR 3D
Penelitian & perkembangan
gambar 3D para ahli memprediksikan pendapatan yang menjanjikan untuk radiologi.
Pada area teknologi hardware komputer karena kita dapat melihat keuntungan pada
penggunaan teknologi, sp 3D pystick, data sarung tangan, control suara dan head
mounted (Zonoverd & vogota 94) tambahan, kita dapat mengharapkan untuk
melihat perkembangan arsitektur computer yang akan meningkatkan kekuatan &
kecepatan dari prosesing.
Perkembangan software termasuk penambahan teknik
segmentasi sebagai contoh. Sebagai tambahan teknik perubahan (Soreusan,1992)
animasi 3D.
Sebagai teknologi menurut
gambar 3D pada perubahan yang menakjubkan dan lebih baik aplikasi klinikal akan
memperluas dan gambar 3D akan menjadi dimanfaatkan dalam hal lain dari tubuh.
Aplikasi dalam CT dan MRI & modalitas hanya akan diperluas dengan
penyediaan formasi tambahan untuk mendukung dalam validitas interpretasi,
contohnya teknik virtual endoskopy dimana
beberapa work station sudah siap dan segera menjadi hal yang biasa.
Penelitian sekarang
menggunakan gambar 4D. menurut Granget & Adam (1996), “rekonstruksi 4D
untuk berbagai waktu obyek dimulai sebagai penjelajahan seperti angiography,
untuk studi sirkulasi aliran darah abdominal antara arteri & venus atau
dalam cardiac gated SPECT, untuk mengurangi dampak pengembunan oleh detak
jantung, atau dalam rekonstruksi gambar 4D dari gambar fungsional.
PERAN
TEKNOLOGI RADIOLOGI
Seperti kemajuan teknologi gambar 3D, ini seperti teknologi radiologi akan
bermain dalam meningkatkan peran proses gambar dan teknik analisis. Teknologi
radiologi mungkin butuh untuk memperluas pengetahuan dasar mereka termasuk
untuk memenuhi kualitas gambar medis 3D, teknologi dan radiologi harus bekerja
sebagai team.
Kemampuan teknik dalam mengerjakan pengujian CT atau MRI dan mengerti
proses gambar 3D adalah sama pentingnya. Sebagai tambahan, komunikasi yang
efektif antara teknologi dan radiologi sangatlah vital dalam mengerjakan gambar
medikal 3D yang akan menjadi lebih penting seperti perluasan teknologi kedalam
aplikasi klinik baru (Udupa 1999 Calhoun 1999).
No comments:
Post a Comment