Aplikasi Dosimeter TLD dalam
Bidang Kesehatan
Heru Prasetio*
Bidang Dosimetri, Pusat Teknologi
Keselamatan dan Metrologi Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional
Abstrak
Radiasi nuklir atau radiasi pengion hanya dapat
dideteksi dan diukur dengan dosimeter atau detektor yang dirancang khusus. Detektor
TLD merupakan yang salah satu detektor
cukup sensitif dan bisa diaplikasikan secara luas. Jenis detektor TLD memiliki
beberapa keunggulan antara lain, memiliki rentang energi yang lebar μGy –Gy, tidak dipengaruhi oleh laju dosis, tidak
mengalami saturasi, dapat digunakan untuk periode yang lama dan cocok untuk
mengukur dosis lingkungan, lebih sensitif dan dapat membedakan dosis
0.05mSv/bulan, fleksibel untuk pengukuran ekstremitas, dapat digunakan berulang-ulang,
dan hasil pengukuran dapat dibaca dengan cepat <30second. Kelemahan detektor
TLD antara lain data pengukuran hanya dapat dibaca satu kali, membutuhkan kondisi
penyimpanan yang stabil, memiliki efek fading, dan sensitif terhadap cahaya. Dalam
pengukuran radiasi. Detektor TLD merupakan detektor cukup fleksibel dan dapat
diaplikasikan untuk pengukuran dosis diseluruh bidang kesehatan. Bentuknya yang
kecil membuat detektor TLD dapat digunakan hampir diseluruh kondisi. Diharapkan
penggunaan TLD yang cukup luas dapat memudahkan fisikawan medik dalam melakukan
kegiatan penelitian dan proteksi radiasi.
Pendahuluan
Menurut data dari Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) pada tahun 2002 terdapat sekitar 2000 instansi
memanfaatkan radiasi pengion, dengan 29% pada bidang industri, 69% bidang
kesehatan, dan 2% Litbang[1]. Perkembangan pemanfaatan radiasi pengion ini
harus diimbangi dengan sistim keselamatan yang mencakup asas justifikasi (asas
manfaat), optimasi dan limitasi (pembatasan dosis). Sistim dosimetri yang tepat
dan akurat sangat diperlukan untuk meningkatkan keselamatan dalam pemanfaatan
radiasi pengion.
Radiasi nuklir atau
radiasi pengion hanya dapat dideteksi dan diukur dengan dosimeter atau detektor
yang dirancang khusus. Perancangan detektor dilakukan berdasarkan efek-efek
yang dihasilkan akibat proses radiasi. Detektor yang mendeteksi radiasi melalui
efek ionisasi yang muncul pada saat radiasi berinteraksi dengan materi disebut
detektor kamar pengion. Efek lain yang bisa diamati untuk mengkuantisasi jumlah
radiasi adalah perubahan sifat kimia, detektor yang digunakan antara lain
fricke dan detektor Gel. Beberapa material setelah terkena radiasi akan
memberikan efek pencahayaan jika dipanaskan, efek tersebut dikenal dengan nama
efek thermoluminisensi. Detektor yang menggunakan material tersebut dikenal
dengan nama Thermoluminisence Dosimetry atau TLD. Detektor TLD merupakan
yang salah satu detektor cukup sensitif
dan bisa diaplikasikan secara luas dalam pengukuran radiasi.
Prinsip kerja
TLD
Fenomena termoluminisensi
dapat didekati dengan menggunakan teori model pita energi. Model pita energi
digambarkan dengan tingkat energi yang disebut pita konduksi atau conduction
band dan pita valensi atau valence band. kedua pita tersebut dalam suatu bahan
dipisahkan dengan jarak energi tertentu yang disebut energy gap. Bahan TLD yang
masih murni umumnya mempunyai energy gap yang cukup besar, dan untuk menurunkan
jarak tersebut diberikan komponen pengotor atau impuritas yang pada akhirnya
akan mengubah kemurnian dan memperkecil jarak pita konduksi dan valensi.
Proses penyimpanan dan
pembacaan jumlah radiasi yang terukur pada material TLD terbagi menjadi dua
proses yaitu proses ionisasi dan pemanasan[2]. Pada proses ionisasi, radiasi
pengion akan mengakibatkan elektron pada pita valensi berpindah ke pita
konduksi (langkah 1) seperti terlihat pada gambar 1. Elektron bergerak bebas di
pita konduksi (langkah 2), dan akibat
ketidakmurnian bahan kemungkinan besar elektron akan jatuh ke daerah perangkap
elektren (langkah3). Pada saat yang
bersamaan Hole yang ditinggalkan elektron akan bergerak bebas di pita valensi
(langkah 2), yang kemudian akan terperangkap pada perangkap hole (langkah 3).
Elektron dan hole akan tetap terperangkap sampai mereka mendapatkan energi yang
cukup untuk keluar dari perangkap.
Pada langkah pemanasan,
bahan TLD diberi energi dalam bentuk panas sampai melebihi suhu ruangan. Pada
proses pemanasan elektron dan hole akan memiliki energi yang cukup untuk keluar
dari perangkap dan migrasi ke pita konduksi dan valensi (langkah 4) yang
kemudian bergabung dan akan memancarkan
cahaya. Jumlah cahaya yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah dosis yang
diserap oleh TLD.
Gambar 1. Proses fenomena Luminisensi
Beberapa persyaratan harus dipenuhi agar TLD dapat digunakan sebagai
detektor dosimetri yaitu [2]
- suhu trapping sekitar 2000C untuk menghindari fading pada suhu ruangan
- cahaya yang dihasilkan pada daerah biru, karena sebagian PMT sensitif pada daerah tersebut
- memiliki respon yang sama dengan jaringan tubuh manusia
- puncak pemanasan awal dan pembacaan harus dapat dipisahkan pada proses pembacaan.
Tabel 1. Jenis
dan karakteristik intrinsik TLD [3]
Jenis detektor
TLD memiliki beberapa keunggulan antara lain [2]:
- Memiliki rentang energi yang lebar μGy -Gy
- Tidak dipengaruhi oleh laju dosis
- Tidak mengalami saturasi, kecuali pada dosis yang sangat tinggi
- Tidak memiliki efek foging, dapat digunakan untuk periode yang lama dan cocok untuk mengukur dosis lingkungan
- Lebih sensitif, dapat membedakan dosis 0.05mSv/bulan
- Fleksibel untuk pengukuran ekstremitas
- Dapat digunakan berulang-ulang
- Hasil pengukuran dapat dibaca dengan cepat <30second
Kelemahan
detektor TLD antara lain[2]:
- Data pengukuran hanya dapat dibaca satu kali
- Membutuhkan penyimpanan yang stabil
- memiliki efek fading
- sensitif terhadap cahaya
Persiapan penggunaan TLD
Setiap TLD memiliki
karakteristik dan sifat yang unik, sehingga pengguna harus mencari tahu
karakteristik TLD yang mereka gunakan. salah satu karakteristik yang sangat
penting adalah glow curve atau kurva pendar. karakteristik ini menunjukkan
kapan pengambilan data TLD harus dilakukan. Proses pembacaan TLD terbagi
menjadi 3 bagian utama, yaitu preheated, pembacaan dan annealing. Pada proses
preheat TLD dipanaskan pada suhu dan waktu tertentu, tujuan dari pemanasan awal
ini adalah untuk menghilangkan elektron dan hole yang tidak berada pada trap
yang seharusnya. Setelah pemanasan awal TLD akan diberikan panas yang lebih
tinggi untuk mengeluarkan elektron dan hole pada perangkap, pada saat ini
pembacaan data dilakukan. Jumlah rekombinasi elektron dan hole akan
mengeluarkan cahaya yang sebanding dengan jumlah radiasi yang diterima oleh
TLD. setelah pembacaan selesai akan dilakukan proses annealing dengan suhu yang
sama atau lebih tinggi dari proses pembacaan. Besar suhu dan lama pemanasan
sangat tergantung dengan jenis TLD yang digunakan. Pencarian kurva pendar dapat
dilakukan oleh pihak pengguna atau mengikuti spesifikasi dari pabrik.
Gambar 2. Kurva pendar TLD
Sebelum digunakan ada beberapa langkah
yang harus disiapkan yaitu pengelompokkan dan kalibrasi TLD. Pengelompokkan penggunaan TLD ditujukan untuk
menentukan metode penggunaan TLD yang akan dilakukan, ada beberapa metode yang
digunakan antara lain penggunaan TLD secara individu dengan menggunakan koreksi
untuk setiap TLD, dan pengelompokkan batch atau grup dengan mengumpulkan TLD
yang memiliki sensitifitas yang sama kedalam satu grup dan menggunakan satu
faktor koreksi berdasarkan grup TLD.
Proses kalibrasi dilakukan
setelah dilakukan pengelompokkan TLD. sebelum proses kalibrasi TLD harus
di-annealing di dalam oven terlebih dahulu untuk menghilangkan sisa elektron
dan hole yang masih terjebak dalam perangkap elektron dan hole. Proses
annealing biasanya dilakukan pada suhu 4000C selama 1-2 jam
tergantung jenis TLD yang digunakan. Untuk aplikasi dosimetri personal,
kalibrasi dilakukan di udara bebas menggunakan sumber Cs-137.Pada aplikasi
klinik, proses kalibrasi dapat dilakukan di udara atau dipermukaan phantom yang
ekivalen dengan jaringan tubuh, lapangan radiasi yang digunakan adalah 10cm x
10cm dengan kualitas berkas bisa mewakilkan kualitas radiasi pada aplikasi
klinik. Ukuran phantom sebisa mungkin lebih besar dari 10cm x 10cm atau jauh
lebih besar dari berkas radiasi yang digunakan.
Berdasarkan kalibrasi
tersebut akan diperoleh kurva kalibrasi atau respon TLD terhadap berbagai
energi dan dosis yang digunakan, dan bisa digunakan sebagai acuan dalam
penentuan dosis yang diterima oleh TLD.
Aplikasi Dosimeter TLD
Berikut ini merupakan
beberapa kegiatan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi
(PTKMR)-BATAN dalam memanfaatkan keunggulan TLD dalam bidang kesehatan.
Kegiatan yang dilaksanakan merupakan
kegiatan pelayanan dan penelitian. Unit Lab Fisika Medik memiliki peranan
yang cukup besar dalam penelitian mengenai terimaan dosis pasien yang mengikuti
pemeriksaan radiologi. Salah satu kegiatan utamanya adalah pengumpulan data terimaan dosis pasien , dan
pengumpulan data ini terkait dengan permintaan UNSCEAR untuk mendata besar
terimaan dosis pasien yang mengikuti proses radiografi. Pelayanan proteksi
radiasi ditangani oleh Unit Lab. Keselamatan Kerja, dan jangkauan layanan unit
ini meliputi industri, rumah sakit dan lembaga penelitian. Dalam rangka mengikuti perkembangan
teknologi dan tuntutan sistim proteksi radiasi yang cukup ketat dalam
monitoring dosis pekerja, lab Keselamatan Kerja telah menggunakan TLD badge
untuk memonitor pekerja di lingkungan radiasi.
- Bidang proteksi radiasi
Dalam bidang proteksi
radiasi TLD digunakan sebagai dosimeter perorangan. Sebagai detektor dosimeter
perorangan TLD memiliki keunggulan dibandingkan dengan dosimeter film. Detektor
TLD memiliki rentang dosis yang cukup lebar dan respon yang linier. Dosimeter
TLD telah diterapkan oleh Laboratorium Keselamatan Kerja dan Lingkungan
(Lab-KKL), Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)-BATAN
untuk memonitor personil di lingkungan BATAN Pasar Jumat, Bandung dan
Yogyakarta [ 4 ].
Selain itu beberapa institusi luar juga
telah menggunakan jenis dosimeter perorangan TLD antara lain Rumah Sakit
Pertamina Pusat Jakarta, BAPETEN, dan beberapa industri. Kegiatan kerjasama
penelitian dengan menggunakan dosimeter TLD antara Unit Fisika Medik Lab KKL
dengan beberapa Universitas juga telah berlangsung cukup lama, antara lain
pemetaan laju dosis di lingkungan pabrik semen (Lab Fisika Medik-Jurusan Fisika
Universitas Andalas) [5], pengukuran dosis lingkungan di reaktor TRIGA2000
Bandung (Lab Fisika Medik- Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran) [6].
Penggunaan TLD dinilai memiliki fleksibilitas yang sangat baik dan tidak
mengganggu aktifitas didaerah yang sedang diteliti, selain itu sensitifitas
yang cukup tinggi memungkinkan TLD untuk mendeteksi radiasi lingkungan yang
cukup rendah.
Beberapa studi mengenai
proteksi radiasi di lingkungan radiologi juga dapat memanfaatkan detektor jenis
TLD, karena TLD sangat fleksibel, bisa diletakkan di mana saja dan dapat
digunakan untuk mengukur dalam jangka waktu yang panjang sehingga data yang
didapat bisa mewakili kondisi sesungguhnya di lapangan. Salmi et al [7],
Kasmira et al[8], Rika et al[9] dan Helfi et al[10] telah melakukan beberapa
penelitian terkait dengan pemetaan laju dosis dan evaluasi efektifitas dinding
penahan radiasi di lingkungan radiodiagnostik, kedokteran nuklir dan terapi.
Pemeriksaan yang memanfaatkan fluoroskopi merupakan kontributor dosis yang
dominan terhadap pekerja radiasi dan pasien. Djarwani et al[11], telah
melakukan penelitian mengenai terimaan dosis pasien, dokter dan staff yang terlibat dalam kegiatan
kateterisasi. Waktu pengukuran yang lama dan titik pengukuran yang cukup sulit
dapat diatasi dengan penggunaan detektor TLD.
(a) (b)
(c)
Gambar 3. Jenis personal dose monitoring bentuk
cincin(a), ekstremitas(b) dan badge(c)
- Bidang radiodiagnostik
Pada bidang
radiodiagnostik TLD memiliki peranan penting dalam pengukuran terimaan dosis
pasien yang mengikuti proses radiografi. Detektor TLD memiliki fleksibilitas
yang cukup tinggi dalam melakukan pengukuran. Ukuran detektor yang kecil
memudahkan pengukuran untuk setiap pemeriksaan, selain itu detektor TLD tidak
radio-opaque sehingga pada radiografi konvensional TLD tidak akan muncul pada
citra radiografi. Salah satu tipe TLD yang digunakan pada pengukuran terimaan
dosis pasien adalah TLD-100 LiF Harshaw. Detektor TLD merupakan salah satu
ujung tombak dalam melakukan pengumpulan data terimaan dosis pasien. Herry et
al[12], Amelya et al[13], Yulfiatri et al[14], Widyantari et al[15], dan
Djarwani et al[16,17] telah melakukan penelitian mengenai terimaan dosis untuk
pasien yang mengikuti pemeriksaan gigi, hepatoma, organ resiko tinggi,
mammography, dan pasien kateterisasi jantung. Penelitian tersebut menunjukkan
fleksibilitas detektor TLD dalam melakukan pengukuran pada kondisi yang sulit.
Pengukuran dosis pada proses CT scan dapat dilakukan dengan menggunakan TLD100
dan Rando Alderson
anthropomorphic humanoid phantom.
Gambar 4. Penempatan TLD pada potongan Phantom Rando Alderson anthropomorphic humanoid
Saat ini Lab Fisika Medik
PTKMR-BATAN sedang berupaya untuk melakukan pengumpulan data terhadap terimaan
dosis pasien yang mengikuti pemeriksaan radiografi. Berdasarkan data tersebut
akan dapat diketahui hubungan antara dosis dan citra yang dihasilkan, sehingga
dapat ditentukan apakah dosis yang selama ini diterima oleh pasien dapat
dikurangi tanpa menurunkan kualitas citra.
- Bidang Radioterapi
Beberapa penelitian
berkaitan dengan radioterapi telah dilakukan bekerjasama dengan Departemen
Fisika Universitas Indonesia. Ma'murotun et al[18], Suharyati et al[19],
Refrizon et al[20] dan Prayitno et al[21],
telah melakukan penelitian mengenai material inhomogen pada radiasi photon dan
elektron, dosis permukaan pasien KNF dan dosis fetus. Penggunaan TLD sangat
memudahkan dalam pengambilan data, karena pengukuran dapat dilakukan waktu
singkat sehingga kesalahan dalam pengulangan eksperimen dapat dihindari. Selain
itu beban kerja pesawat yang digunakan dapat ditekan dan penelitian dapat
dilaksanakan tanpa mengganggu pelayanan pasien.
Seiring dengan perkembangan teknologi, beberapa teknik penyinaran mengalami
perubahan yang sangat cepat. Verfikasi dosis merupakan hal yang sangat vital
dalam pemberian dosis pasien. Detektor TLD merupakan salah satu metode alternatif
untuk mem-verifikasi dosis yang dihitung dan diberikan pada saat penyinaran,
selain itu untuk penyinaran eksterna detektor TLD tidak memiliki batasan lokasi
pengukuran. Tehnik penyinaran mutakhir seperti Intensity Modulated Radiotherapy
(IMRT) dan Image Guided Radiotherapy (IGRT) dapat memanfaatkan TLD sebagai
salah satu alternatif metode verifikasi dosis.
Tehnik penyinaran
Tomotherapy, Cyberknife, Stereotactic Radiosurgery (SRS), IMRT dan IGRT
membutuhkan kemampuan pengukuran dosis yang sangat handal. Ketiga tehnik
tersebut memanfaatkan lapangan radiasi yang sangat kecil mencapai 5mm untuk ,
sehingga membutuhkan detektor dengan ukuran yang sangat kecil. Ukuran TLD masih
memungkinkan untuk melakukan pengukuran pada lapangan tersebut.
Gambar 5. Tehnik
penyinaran mutakhir dalam bidang radioterapi Stereotactic Radiosurgery(SRS),
IMRT Static MLC Step and Shoot(Elekta dan Siemens), IMRT Sliding Window
(Varian), Tomotherapy dan Cyberknife.
- Kedokteran nuklir
Dalam bidang kedokteran
nuklir TLD dapat digunakan untuk memprediksi terimaan dosis dan efektifitas
penyerapan radiofarmaka oleh tiroid pada pasien yang mengikuti terapi
I131[anne]. Pada saat ini Lab Fisika Medik sedang menjajaki kemungkinan
penggunaan TLD untuk menghitung terimaan dosis pasien yang mengikuti
pemeriksaan kedokteran nuklir. Penggunaan TLD dalam kedokteran nuklir sebaiknya
diiringi dengan kamera gamma untuk menentukan distribusi dosis pasien dan
perhitungan sebaran dosis dapat dilakukan dengan metode MIRD.
Kesimpulan
Detektor TLD merupakan detektor cukup
fleksibel dan dapat diaplikasikan untuk pengukuran dosis diseluruh bidang
kesehatan. Rentang energi yang lebar, respon dosis yang linier, dapat digunakan
untuk pengukuran yang lama dan sensitifitas yang tinggi merupakan keunggulan
dosimetri dari detektor TLD. Bentuknya yang kecil membuat detektor TLD dapat
digunakan hampir diseluruh kondisi. Diharapkan penggunaan TLD yang cukup luas
dapat memudahkan fisikawan medik dalam melakukan kegiatan penelitian dan
proteksi radiasi.
Referensi.
- www.bapeten.org (2004)
- Dosimetry of Film gadges and TLD, Leture Note, King’s Radiation Services
- Harshaw TLD Model 6600 plus leaflet, www.thermo.com/rmp.
- http://www.batan.go.id/ptkmr
- Aprileni, Pemetaan Laju Dosis Radiasi Menggunakan Dosimeter TLD100 di Pabrik Indarung V PT. Semen Padang, Skripsi Sarjana, Jurusan Fisika Universitas Andalas, Padang, 2005
- Widya Arrum Gammayani, Pemetaan Dosis Akumulasidi Fasilitas Reaktor TRIGA2000 P3TkN Menggunakan Keping TLD100(LiF), Skripsi Sarjana, Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran, Bandung, 2005
- Salmi Julita, Menentukan Efektifitas Penahan Radiasi pada Fasilitas Radioterapi RS. M. Djamil Padang menggunakan Dosimeter TLD100, Skripsi Sarjana, Jurusan Fisika Universitas Andalas, Padang, 2007
- Kasimira Nur, Menentukan Efektifitas Penahan Radiasi pada Fasilitas Radiodiagnostik RS M. Djamil Padang Menggunakan Dosimeter TLD100, Skripsi Sarjana, Jurusan Fisika Universitas Andalas, Padang, 2007
- Rika Yulia Sari, Pemetaan Laju Dosis Radiasi Sinar-X Menggunakan Dosimeter TLD100 di Fasilitas Radiodiagnostik RS. M. Djamil Padang, Skripsi Sarjana, Jurusan Fisika Universitas Andalas, Padang, 2005
10. Helfi Y, Mukhlis
A, Dyah D K, Indra A, Pemetaan Laju Dosis Radiasi di Fasilitas radiodiagnostik
RS Fatmawati
- Djarwani S. Soejoko, W. Koesharyono, F. Sukma, K. Adi, F. Ginting, Radiation Exposure to Patient and Staffs in Interventional Radiology: a Preliminary Study, International Congress on Quality Assurance and New Techniques in Radiation Medicine, Vienna, 13-15 November 2006
- Herry Irawan, Pengukuran Dosis Kulit Pasien Radiografi Dental Panoramik Menggunakan TLD, Thesis Magister, Program Magister Fisika Universitas Indonesia, Depok, 2005
- Amelya Kusumawati, Analisa Penerimaan Dosis Radiasi Organ Mata dan Tiroid Pasien Foto Gigi Menggunakan Dosimeter TLD di RS. M. Djamil Padang, Skripsi Sarjana, Jurusan Fisika Universitas Andalas, Padang, 2007
- Yulfiatry Yubhar, Pengukuran Dosis Glandular dengan Menggunakan TLD pada Pemeriksaan Mammografi, Skripsi Sarjana, Program Ekstensi Fisika Universitas Indonesia, Depok, 2005
- Widyantari, Entrance Surface Dose Pasien Radiologi Intervensional Kasus Hepatoma, Skripsi Sarjana, Departemen Fisika Universitas Indonesia, Depok, 2004.
- Djarwani.S. Soejoko, R. W. Adi, I. Johannes, E. Gunawan, Entance Surface Dose on Patients from Cardiac Interventional Radiology, Proceeding The Second South East Asian Congress on Medical Physics, Enhancing Quality in Imaging and Therapy in South East Asia, Bangkok, 12-14 November 2003.
- Djarwani.S. Soejoko, Ratih F. Sadikin, Rachmat W. Adi, Ibrahim Ginting, Djoko Maryono, How Safe is Cardiologist and Staff in Cardiac catheterizazion, Proceeding 3rd SEACOMP Congress of Medical Physicist, Kuala Lumpur, 27-29 September 2004
- Ma'murotun, Pengaruh Material Inhomogen pada PDD Berkas Sinar-X 6 dan 10 MV, Thesis Magister, Program Magister Fisika Universitas Indonesia, Depok, 2006
- Suharyati, Pengaruh Material Inhomogen pada PDD Berkas elektron 12 dan 16 MeV, Thesis Magister, Program Magister Fisika Universitas Indonesia, Depok, 2006
- Refrizon, Dosis Permukaan dan Dosis Midline dalam Radioterapi Nasofaring Menggunakan Sinar X 6 MV dengan Lapangan Terbuka dan Kompensator, Skripsi Sarjana, Departemen Fisika Universitas Indonesia, Depok, 2004.
- Prayitno, Djarwani S. Soejoko, Studi Dosis Fetus dalam Radioterapi dengan Radiasi Gamma Menggunakan Fantom dan TLD100, Pertemuan Ilmiah MIPA 2005, Universitas Indonesia, 24-26 November 2005
maaf pak mau tanya. kenapa tahapan annealing pada TLD itu bisa digantikan dengan cara membaca TLD?
ReplyDelete