Wednesday, 1 February 2012

TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI
PENDAHULUAN
A . Pengertian / Defenisi
Fistulografi adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan kontras media dari saluran abnormal yang menghubungkan antara dua area dan dapat terjadi di berbagai jaringan atau organ tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud untuk memperlihatkan arahdan hubungan fistula, yang mana ditujukan guna membantu pengoperasian dan memperbaiki anatomi seutuhnya
B . Anatomi  dan Fisiologi                                               Keterangan :
1.    Saluran – saluran hati.
2.   Saluran sistem kandung
                                                                                      empedu.
                                                                                 3.   Kolon asendens.
4.      Ileum.
5.      Apendiks.
6.      Orifisium pilori.
7.      Lambung.
8.      Saluran pankreas.
9.      Duodenum.
10.  Yeyunum.
11.   Kolon sigmoid.
12.     Rektum.
Gambar 1.  Gambaran usus halus
Dalam garis besar saluran pencernaan.
                                                                                                                                                                  Keterangan :
1.      Epigastrik.
2.      Duodenum.
3.      Umbilikal.
4.      Yeyunum bagian proksimal.
5.      Yeyunum bagian distal.
6.      Ileum bagian distal.
7.      Ileum bagian proksimal.
Gambar 2 . Kedudukan normal
Usus halus.
  1. Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira – kira dua setengah meter panjangnya dalam keadaan hidup, enam meter setelah mati bila otot telah kehilangan tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileokolika, tempat bersambung dengan usus besar.
Usus halus terletak didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar, usus halus terdiri dari beberapa bagian :
Duodenum adalah bagian pertama dari usus halus yang panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk kedalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepato pankreatika atau ampula vateri, sepuluh centimeter dari pylorus.
Yeyunum menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus yang selebihnya ileum menempati tiga per lima akhir.
b.      Usus besar
Usus besar atau colon yang kira – kira satu setengah meter panjangnya adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileo kolik atau ileo sekal, yaitu tempat sisa makanan lewat.
Colon mulai sebagai kantong yang mekar dan terdapat apendix vemiformis atau umbai cacing. Apendix juga terdiri dari keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya , hanya lapisan submukosanya yang berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Dalam appendix yang meradang , umumnya di operasi appendiktomi.
            Selain terletak didaerah iliaka tengah dan menempel pada otot ileopsoas . Dari sini colon naik melalui daerah sebelah kanan lumbal disebut colon ascendens di bawah hati berbelok pada tempat yang disebut flexura hepatica,lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilikal sebagai kolon tranversus.Dibawah limfa colon membelok sebagai flexura sinistra atau flexura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kiri lumbal sebagai colon desendens .Didaerah kiri iliaka terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus atau colon pelvis ,dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rectum.
            Rectum ialah sepuluh senti meter terbawah dari usus besar ,dimulai pada colon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira tiga senti meter panjangnya.saluran ini berakhir kedalam anus yang dijaga oleh otot internal dan eksternal .
C.PATOLOGI:
Ø      SIR EDWARD,ALAN,MARK :
1.      Kebocoran anatomi sesudah operasi.
2.      Penyakit chronis.
3.      Perembesan dari abses kolon.
4.      Timbulnya peptic-uller.
5.      Adanya maligna neoplasma.
6.      Diverkulisis.
7.      Cacat bawaan.
PENATALAKSANAAN
 A.PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN ;
a.Peralatan radiologi dan proteksi radiasi.
    -Pesawat rontgen dengan fluoroscopy dilengkapi TV monotor.
    -Apron,kacamata Pb,dan hand scoon Pb.
    -Kaset ukuran 24X30 cm
    -Kacamata lonpe
b.Peralatan steril:
   -Spuit 50 cc 1 buah
   -Spuit 3cc 1 buah
   -Catheter tip no.8
   -Hand scoon
   -Lacrimal probe
   -Klem
   -Kapas berlidi
   -Haas steril
c.Peralatan unsteril :
   -Betadine
   -Plester
   -Gergaji ampul
   -Bahan kontras ;Urografin 60 % sebanyak 2 ampul .
B.PERSIAPAN PEMERIKSAAN :
-.Bersihkan luka pasien dengan haas steril
-Oleskan betadine dengan kapas berlidi pada luka tersebut
-Cari lubang luka dan diukur kedalamannya dengan lacrimal probe
-Masukkan bahan kontras sebanyak 50 cc kedalam spuit
C.PERSIAPAN PASIEN
 Pada pemeriksaan fistulografi eksternal tidak di lakukan persiapan khusus.
D.PENATALAKSANAAN RADIOGRAFI
Teknik balon pada fistulografi eksternal :
1.      Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan.
2.      Balon kateter diberi udara secukupnya ( agak besar sedikit dari rongga mulut luka ).
3.      Masukakan ujung distal kateter kedalam rongga luka, lalu diplester.
4.      Dengan bantuan tangan pasien atau petugas, balon ditekan dengan kuat.
5.      Hubungkan ujung proksimal kateter dengan spuit yang telah diisidengan bahan kontras.
6.      Injeksikan bahan kontras perlahan-lahan, dengan pantauan fluoroscopy tampak bahan kontras bergerak masuk keusus halus, pada saat ini diekspos ketika pasien tahan nafas.
7.      Kontras diinjeksikan lagi, dengan patauan fluoroscopy tampak bahan kontras masuk ke colon ascendens dan diekspos pada saat pasien tahan nafas.
8.      Pasien diposisikan oblique kiri, lalu kontras diinjeksikan perlahan-lahan dan tampak pada TV monitor kontras mengisi usus halus dan menuju colon ascendens.
Posisi Radiografi  :
1.  AP
PP : - Supine pada meja pemeriksaan.
-     MSP tubuh berada pada midline pada meja dengan kedua tangan              
      diletakkan di samping dengan nyaman.
PO : Batasan pemeriksaan obyek dapat dilihat pada tv monitor dengan
        daerah fistula pada pertengahan film.
CR : Sinar di arahkan tegak lurus.
CP : Pertengahan kaset menembus daerah fistula.
KG: Bahan kontras mengisi fistula
     2.  Lateral
PP : - Supine diatas meja pemeriksaan.
2.      MSP tubuh berada pada pertengahan meja.
          PO :  Batasan pemeriksaan objek dapat dilihat pada tv monitor dengan
                    daerah fistula di pertengahan film.
            CR : Sinar diarahkan horizontal tegak lurus kaset ( Kaset dalam posisi   
                    vertikal ).
            KG : Tampak kontras mengisi fistula dengan gambaran lateral.
       3. Oblique
Oblique kanan atau kiri diambil tergantung pada letak fistel dengan tujuan sebagai pelengkap untuk mendiagnosa fistula.
PP : RAO atau LAO.
PO : Fistula berada di pertengahan film.
CR : Tegak lurus.
CP : Pertengahan film menembus fistula.
KG : Kontras mengisi fistula dengan posisi oblique.
Perawatan setelah pemeriksaan :
            Setelah selesai pemeriksaan, cabut introduser dan selanjutnya bersihkan kontras yang tumpah, tunggu film selesai di proses. Pasien diperbolehkan istirahat.                                                 

PENUTUP

A.KESIMPULAN
            Dari Bab II Pembahasan yang telah di bahas oleh kelompok kami,dapat di simpulkan dalam beberapa point yaitu sebagai berikut:
1.      Fistulografi merupakan suatu pemeriksaan radiografi dari saluran abnormal yang menghubungkan dua organ atau lebih yang dikarenakan tukak yang dalam ,cacat bawaan atau tindakan medis yang dapat terjadi diberbagai jaringan organ tubuh dengan menggunakan kontras media positif.
  1. Pemeriksaan fistulografi memerlukan penanganan yang khusus dan yang perlu diperhatikan adalah tahap-tahap pemeriksaan seperti persiapan pasien sebelum pemeriksaan,persiapan peralatan dan bahan ,dan teknik pemeriksaan fistulografi serta perawatan pasien setelah pemeriksaan.

B.Saran

1.      Hendaknya radiografer sebelum melakukan pemeriksaan fistulografi dapat mempersiapkan alat dan bahan secara lengkap sebagai penunjang pemeriksaan agar pemerksaan dapat berjalan dengan lancar.
2.      Radiografer hendaknya memberikan penjelasan tentang pemeriksaan fistulografi kepada pasien sehingga pasien dapat diajak bekerja sama pada saat pemerksaan berlangsung. 
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, Philip, W ( 1986 ), Merril Atlas of Radiographic position  andRadiologic Procedure, Sixth Edition, Columbus : CU Mosby Comp.
Evelyn C.pearce ;Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis,1995.
Clark, KC ( 1973 ), Positioning in Radiography Ninth Edition, London . Ilford Limited

1 comment: