Wednesday, 1 February 2012

HYSTERO SALPHINGOGRAFI (HSG)
A.     Pengertian
a.       HSG Menurut T.Miller
      Adalah suatu pemeriksaan serial foto yang dilakukan dengan memasukkan bahan kontras melalui cervix kedalam cavum uterus dan tuba uterine melalui suatu alat khusus.
b.      HSG Menurut G.Briand
      Adalah pemeriksaan radiology dari uterus dan saluran uterine dengan cara memberikan bahan kontras.
c.       Kesimpulan
      HSG adalah pemeriksaan radiografi system reproduksi wanita bagian dalam dengan cara memberikan bahan kontras media positif melalui suatu alat khusus.
B. Tujuan Pemeriksaan HSG
                  Untuk mendapatkan gambaran dari system reproduksi wanita bagian dalam dengan cara memberikan bahan kontras media positif.
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Organ Genetalia Eksterna Wanita
·        Mons Pubis : jaringan lemak tertutup kulit dan ditumbuhi bulu
·        Labia Mayora : dua bibir besar disekitar kemaluan
·        Labia Minora : dua bibir kecil dari kulit mengitari clitoris
·        Clitoris      : analogi dengan penis dan merupakan bagian paling peka dapat membesar dua kali dari ukuran semula, bisa bereaksi selama aktifitas seksual. Kelompok ini disebut dengan vulva.
2. Organ Genetalia Interna
·        Vagina : saluran sepanjang sekitar 8 cm, berfungsi sebagai jalan penis dan tempat lewatnya bayi lahir.
·        Uterus : organ berbentuk buah pir berongga terletak dirongga perut bagian depan bawah, dibalik kandung kemih. Terdiri dari dua otot yang kuat, yang terkuat dari semua otot manusia, yang bias dilalui janin utuh, mendorongnya ke lubang lahir, dan kembali keukuran semula dalam 6 minggu. Uterus terdiri dari 3 bagian antara lain :
a.      fundus (bagian cembung diatas merupakan tempat muara tuba uterine)
b.    badan uterus (corpus uteri, berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada corpus uteri disebut cavum uteri atau rongga rahim )
c.    cervix uteri (struktur sempit berdinding tebal yang terletak diujung bawah uterus dan menuju ke atas vagina. Bagian dalam cervix adalah lubang antara uterus dan vagina. Lubang cervix yang menuju puncak vagina disebut portio
·        Saluran Fallopian : tempat bertemunya sperma dengan telur matang. Panjang saluran sekitar 10 cm dan berbentuk seperti keranjang terbalik.
·        Indung Telur :kelenjar endokrin yang terletak di rongga perut di bawah pusar. Berfungsi memproduksi telur yang siap dibuahi, serta mengeluarkan hormone estrogen dan progesterone pembawa sifat-sifat kewanitaan dan pola haid.
D.    Indikasi Pemeriksaan
a.       Infertilitas primer dan sekunder
b.      Abortus berulang
c.       Melihat kelainan bawaan (congenital) uterus
d.      Evaluasi post operasi sterilisasi
e.       Tumor kandungan
E.     Kontra Indikasi Pemeriksaan
·        Menstruasi
·        Hamil
·        Perdarahan pervagina yang berat
·        Infeksi organ genetalia bagian dalam atau luar
F.      Persiapan Alat dan Bahan
  1. Pesawat roentgen dengan fluoroscopy
  2. kaset ukuran 18X24 cm, 24X30 cm
  3. apron
  4. peralatan HSG meliputi :
·        sonde uterus
·        speculum vagina sepasang (2 buah)
·        tenaculum (portio tang)
·        conus (ukuran S,M,L)
·        sarung tangan
·        kain kasa (haas)
·        canul injection dan syringe (salphingograf)
·        alas bokong
·        lampu sorot
·        bengkok
G.    Persiapan Pasien
-          Pasien dilarang coitus sebelum dilakukan pemeriksaan
-          Dilakukan pada hari ke 13 siklus haid (jika menstruasi sudah selesai)
-          Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien disuruh buang air kecil (mixie)
-          Mengisi dan menandatangani Consent Inform

H.    Kontras Media
Lipiodol ultrafluid
☺ urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%)
☺ hipaque 50% (sodium diatrizoate)
☺ endografin (meglumine iodipamide)
☺ diaginol viscous (sodium acetrizoate plus dextran)
☺ salpix (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone)
☺ isopaque (metrizoate)
I.       Plan Foto
Dibuat untuk menentukan factor eksposi, melihat apakah ada kalsifikasi pada ovarium, kalsifikasi fibrosa pyosalpinx,menggunakan film ukuran 24X30 cm yang diletakkan melintang.
1.      Teknik Pemotretan
o       pasien supine diatas meja pemeriksaan
o       atur posisi pasien agar pelvis simetris
o       sentrasi kurang dari 2,5 cm garis tengah antara kedua SIAS atau 2 inchi di atas Symphisis pubis (menurut Merrill)
o       sinar diarahkan tegak lurus film
2.      Kriteria Gambar
o       Daerah pelvis mencakup vesica urinaria
o       Daerah uterus (pintu panggul atas terlihat di pertengahan film)
J.      Pemasangan Alat HSG
a.      pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong pasien diberi alas
b.      posisi pasien litotomi (cytoscopic position), lutut flexi. Sebelum dilakukan pemasangan alat HSG, pasien diberitahukan tentang pemasangan alat dengan maksud agar pasien mengerti dan tidak takut.
c.       Lampu sorot diarahkan kebagian genetalia untuk membantu penerangan
d.      Bagian genetalia eksterna dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril
e.       Speculum dimasukkan ke liang vagina secara perlahan-lahan
f.        Cervix dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril dan alat forceps/tenaculum
g.       Untuk mengetahui arah dan dalamnya cavum uteri digunakan sonde uterus
h.       Portio dijepit dengan menggunakan tenaculum agar bagian dalam cervix dapat terbuka
i.       Conus dipasang pada alat canulla injection yang telah dihubungkan dengan syringe yang berisi bahan kontras kemudian dimasukkan melalui liang vagina sehingga conus masuk ke dalam osteum uteri eksterna (ke dalam cervix)
j.        Tenaculum dan alat salphingograf di fixasi, agar kontras media yang akan dimasukkan tidak bocor.
k.      Speculum dilepas perlahan-lahan
l.         Pasien dalam keadaan supine digeser ke tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai bawah pasien diposisikan lurus.
m.     Kemudian fluoroscopy pada bagian pelvis dan bahan kontras disuntikkan hingga terlihat spill pada kedua belah sisi.
K.    Teknik Radiografi
1.      Antero Posterior
v     Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus, pervis rapatpada meja pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendelenberg 
v     Kaset ukuran   :  18X24 cm dipasang melintang
v     Bahan kontras :   disuntikkan 2-5 cc
v     CR                  :    pada symphisis pubis, lalu di eksposi
2.      Posisi Oblique ke arah kanan
¤   Posisi pasien   : supine, tungkai kanan lurus, panggul bagian kiri diangkat kira-kira 45º, panggul bagian kanan merapat ke meja pemeriksaan,kedua tangan di atas kepala, meja dalam keadaan trendelenberg.
¤    Kaset ukuran   : 18X24 cm dipasang melintang
¤    CR                : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan sympisis pubis bagian kanan, lalu di eksposi
3.      Posisi Oblique ke arah kiri
·  Posisi pasien    : supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul bagian kanan diangkat kira-kira 45º, panggul bagian kiri merapat ke meja pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, posisi meja trendelenberg.
·  Kaset ukuran       :  18X24 cm diletakkan melintang
·  CR                     : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dengan sympisis pubis
4.      Post Void
            Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto
L.     Gambar dan Kriteria Gambar
1.      Antero Posterior View
               Criteria gambar yang tampak adalah tampak pengisian bahan kontras kedalam tuba fallopi, tampak gambaran corpus uteri dan spill pada peritoneal cavity ( rongga peritoneal ).
2.      Posisi Oblique ke arah kanan
               Criteria gambar yang tampak adalah tampak pada pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tuba uterine, dan spill pada rongga peritoneum.
3.      Posisi Oblique ke arah kiri
             Criteria gambar yang tampak adalah tampak pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tuba uterus bagian kanan dan kiri serta spill di sekitar fimbrae..

M.     TEKNIK PEMERIKSAAN HSG MENGGUNAKAN CATETER
Ø      Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong diberi alas kain steril
Ø      Pasien diposisikan lithotomi, daerah vulva dibersihkan dengan betadine
Ø      Speculum dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan
Ø      Cervix dibersihkan menggunakan kassa steril dan betadine
Ø      Sonde uterus digunakan untuk mengetahui arah fleksi dan dalamnya cavum uteri
Ø     Cateter yang digunakan adalah polycateter yang mempunyai dua cabang pada pangkalnya, satu untuk memasukkan udara sehingga menahan bahan kontras agar tidak keluar, cabang yang kedua untuk memasukkan bahan kontras.
Ø      Poly cateter dimasukkan perlahan sampai canalis cervikalis, balon dikembangkan dengan mengisi udara sebanyak 1,5 cc. kemudian cateter ditarik untuk memastikan balon telah menatap dan sempurna.pada saat memasukkan cateter dibantu dengan alat cocor bebek dan lampu sorot
Ø      Setelah cateter fix, speculum vagina dilepas perlahan-lahan
Ø      Kaki pasien diluruskan dan pasien digeser perlahan ke arah cranial (pertengahan meja)
Ø      Fluoroscopy pada bagian pelvis, sambil memasukkan bahan kontras yang telah terisi didalam spuit 10 cc
Ø      Bahan kontras dimasukkan kira-kira 3 cc sampai terlihat spill sehingga dapat terlihat cavum uteri, dan menentukan apakah kedua tuba uterine terisi bahan kontras atau belum, jika tidak terlihat maka tambahkan lagi bahan kontras 1 cc
Ø      Setelah terlihat spill maka balon cateter dikempiskan dan cateter dilepaskan perlahan-lahan lalu di ekspos
N.       Kesimpulan
               HSG adalah pemeriksaan radiografi dari system reproduksi wanita bagian dalam dengan cara memberikan kontras media positif melalui alat-alat HSG yang dihubungkan dengan syringe yang berisi bahan kontras yang kemudian dimasukkan melalui liang vagina. Pemeriksaan ini diikuti dengan control fluoroscopy, pada saat pemasukkan bahan kontras. Pemeriksaan HSG ini dilakukan pada hari ke 13 siklus haid atau jika menstruasi sudah bersih. Selain menggunakan alat-alat hysterograf, pemeriksaan HSG juga dapat dilakukan dengan menggunakan polycateter.
Daftar Pustaka
  • Merril Vinita, Atlas of roentgen – ographic position and standard radiologic procedures, fourth edition, volume three, 1975.
  • Michael Shopek Albert, Fundamental of special radiographic procedures, 1942
  • Rasyad Syahrial, Kartoleksono Sukonto, Eka Yuda Iwan, Radiologi diagnostic, cetakan VII, Jakarta, 2001
  • Sexton H.M, Strickland Basil, Practical procedures in diagnostic radiology

No comments:

Post a Comment