MENGAPA HARUS D IV USG | Written by Wahyu Hidayat |
Friday, 11 March 2011 08:41 | |
Saat
ini di Indonesia Jenjang pendidikan untuk bidang radiografi baru sampai
tingkat Diploma 4. Dan belum ada jalur Strata 1 ataupun Strata2.
Kebanyakan rekan-rekan radiografer yang melanjutkan pendidikannya ke S1
atau S2 harus keluar dari jalurnya sebagai radiografer (walaupun pada
kenyataannya sebagian besar dari mereka akan bekerja kembali sebagai
radiografer, red). Kalau idealnya, lulusan DIII Radiodiagnostik atau
biasa disebut radiografer, saat ini hanya ada satu pilihan pendidikan
yang sejalur dibidangnya yaitu D4 Teknik Radiologi yang saat ini hanya
bisa ditemui di TRO Kemenkes Jakarta dan TRO Kemenkes Semarang.
Ada
4 major peminatan untuk D4, yaitu CT Scan, MRI, Radioterapi, dan USG.
(USG hanya ada di TRO Depkes Jakarta). Untuk saat ini jumlah peminat
terbesar ada pada peminatan CT Scan dan MRI, yang memang pada saat ini
kedua modalitas imajing tersebut sedang berkembang pesat di Indonesia
serta operator kedua modalitas imajing tersebut merupakan radiografer.
Sedangkan peminatan Radioterapi dan USG merupakan jumlah mahasiswa yang
paling sedikit. Padahal kedua peminatan tersebut masih jarang, dan masih
sangat banyak dibutuhkan.Pada kesempatan ini saya mencoba mengupas
lebih jauh lagi tentang peminatan USG.
Bagi
radiographer, USG merupakan bidang yang masih sangat baru dan hampir
tidak dilirik oleh kebanyakan orang. Banyak sekali alasan seorang
radiographer tidak memilih bidang USG sebagai spesialisasinya. Padahal
USG juga dipelajari waktu kuliah di semester 4. Dan juga ada praktek
labnya, walaupun Cuma sekedar pengenalan.
Berikut ini mungkin alasan seorang radiographer enggan atau tidak berminat untuk meneruskan perkuliahan dengan peminatan USG :
1. Ada anggapan lulusan USG akan susah sekali dapat kerja.
2. Saat ini USG masih dipegang dokter, sehingga mereka tidak akan melimpahlan pekerjaannya kepada lulusan USG.
3. Kompetensi lulusannya masih diragukan banyak pihak, khususnya dokter radiolog.
4. USG sangat susah dipelajari
5. Income tidak jelas
6. Tidak akan bisa bekerja di RS besar, karena dokternya pasti akan menolak.
7. Semua dokter radiologi tidak setuju dengan Radiografer yang mempunyai kompetensi sonografer.
8. Dan mungkin ada banyak alasan lainnya.
Kalau dilihat secara umum, semua alasan itu memang benar dan sangat masuk akal.
Tetapi,
kalau ditelaah lebih lanjut lagi, kita bisa membandingkan berbagai
alasan tadi den\gan fakta yang sebenarnya terjadi. Saya akan mencoba
membandingkan alasan tersebut dengan fakta yang ada
1. Ada anggapan lulusan USG akan susah sekali dapat kerja.
Fakta :
saya kira jurusan lain juga sama potensi untuk mendapatkan pekerjaan,
tergantung dengan skill tiap person. Lulusan USG yang terampil bisa koq
bekerja di RS atau klinik yang mempunyai pelayanan USG, atau perusahaan
yang mempunyai usaha bisnis USG baik itu pelayanan atau penjualan alat.
Buktinya lulusan USG sudah bekerja semua, baik itu PNS, RS Swasta,
Klinik, atau Trainer dan aplikan USG. OK lah sejelek2nya gak ada yang
mau nerima. Beli aja alatnya,, buka praktek sendiri dan kerjasama dengan
radiolog. Alat USG khan harganya ada yang murah, beda dengan CT Scan
atau MRI, apalagi Radioterapi. Dan lulusan USG, sudah ada lho yang
mempunyai bisnis tersebut..
2. Saat ini USG masih dipegang dokter, sehingga mereka tidak akan melimpahlan pekerjaannya kepada lulusan USG.
Fakta :
Memang benar USG masih dipegang oleh Radiolog, karena radiographer yang
kompeten di USG baru sedikit sekali. Saya rasa jika dokter radiolog
tahu tentang kompeten Radiografer USG, mereka akan dengan senag hati
mendelegasikan sebagian bahkan pekerjaan USG yang tadinya mereka tangani
sendiri ke Radiografer USG/sonografer. Sudah ada koq, sonografer yang
melaksanakan Pemeriksaan USG di RS atau klinik.
3. Kompetensi lulusannya masih diragukan banyak pihak, khususnya dokter radiolog.
Fakta
: Memang masih banyak radiolog yang kontra dengan lulusan D4 USG,
mungkin karena mereka belum mengetahui secara langsung dengan keahlian
lulusan USG. Tetapi tidak sedikit dokter yang mendukung. Kalau tidak ada
dokter yang mendukung, khususnya radiolog, mungkin peminatan USG tidak
akan terbentuk. Buktinya PUSKI sebagai perhimpunan dokter Ultrasound di
Indonesia dan PDSRI, sebagai Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi,
mendukung terbentuknya Program Teknik Radiologi Peminatan USG. Walaupun
ada dokter radiolog yang kurang mendukung. Artinya lulusan D4 USG, sudah
diakui kompetensi nya dikalangan radiolog.
4. USG sangat susah dipelajari
Fakta :
Kalau ini relatif. Tergantung dari individu yang mempelajarinya. Untuk
mempelajari USG, terlebih dahulu harus mengetahui sectional anatomi.
Kalau Foto rontgen akan menghasilkan anatomi organ secara keseluruhan.
CT Scan dan MRI, menghasilkan gambaran sectional anatomi secara
keseluruhan dan tinggal melaksanakan pengaturan alat. Tetapi USG sangat
berbeda, gambaran yang dihasilkan merupakan sectional anatomi by part
organ, tidak keseluruhan abdomen/thorax contohnya. Dan hasil gambaran
sangat bergantung dari keterampilan tiap sonografer yang mengerjakannya.
Jadi USG terkesan sangat sulit dipelajari. Padahal dengan belajr serta
praktek hands on yang teratur, hal ini bisa diatasi. Yang penting ada
kemauan kuat untuk belajar, dan mau menerima tantangan.
5. Income tidak jelas
Fakta :
Kalau ini saya tidak setuju. Kalau Sonografer USG yang bekerja di RS
atau Klinik selain gaji, mereka mendapatkan fee per pasien seperti
radiolog. Karena USG memerlukan keterampilan personal yang tinggi, dan
biaya untuk yang melaksanakan lebih tinggi dari modal bahan yang
digunakan.
Pada
medical check up, fee untukl USG jauh lebih besar dari melakukan foto
rontgen. (untuk perbandingan melakukan foto rontgen biasanya dikasih fee
Rp.1000 s/d Rp. 3000 per orang, tetapi melaksanakan USG untuk medical
check up minimal dibayar Rp 30.000/orang). Trainer atau aplikan USG
malah mendapat bayaran yang cukup tinggi untuk sekali mengajarkan
keahliannya. Jadi saya rasa potensi income yang bisa didapat cukup
menggiurkan ;)
6. Tidak akan bisa bekerja di RS besar, karena dokternya pasti akan menolak.
Fakta : sudah ada sonografer yang bekerja di RS. Kalau skill USGnya baik, dokter akan mendelegasikan pekerjaan USG dengan senang hati.
7. Semua dokter radiologi tidak setuju dengan Radiografer yang mempunyai kompetensi sonografer.
Fakta :
Memang ada banyak Radiolog yang belum menerima keberadaan radiographer
USG, tetapi tidak sedikit radiolog yang menerima, buktinya lulusan D4
USG sudah bekerja semua. Malah banyak juga radiolog yang mencari tenaga sonografer, tetapi tenaganya tidak tersedia.
Mungkin
ada alasan lain yang dikemukakan dari sebagian rekan-rekan tentang
keberadaan radiographer USG, saya harap tulisan ini dapat menjawab
pertanyaan beberapa rekan yang menanyakan potensi lulusan D4 USG.
Dari fakta-fakta tersebut saya rasa, tidak ada alasan untuk tidak mendukung D4 USG.
Yuuk…
kita sama-sama memajukan radiographer, dengan mempelajari kompetensi
yang ada di radiographer, khususnya USG. Karena USG merupakan kompetensi
yang dimiliki oleh radiographer, berdasarkan Standar Kompetensi
radiographer Tahun 2007. Nggak mau khan kompetensinya diambil oleh
profesi lain, seperti perawat atau operator.
|
Saturday, 4 February 2012
Labels:
ULTRASONOGRAFI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Yang dibilang mas Wahyu bener kok, setelah kuliah di USG saya ga nyesel masuk USG, malah saya bersyukur masuk USG....
ReplyDeleteMakasih buat semua yang telah mengarahkan saya masuk USG....
Almi (USG Angkatan VI)
Ada info gak ,tentang beasiswa lulusan D3 radiologi yg ingin melanjutkan S1 di luar negeri.. kalo ada tolong kirim ke email saya y..trimakasih :)
Delete(udah nyari2 di google, gk ketemu2 ni, apa emg g ada y? hhe) #addictgotojapan haha
usg m emang rumit dan menarik.
Deletecari beasiswa ke australia aj ke rmit uv ad kok jrsn usg tapi ya tofl ny hrs ngelotok
Hemm sepertinya menarik..
ReplyDeletetapi pada kenyataannya selama saya PKL di RS , yg melakukn USG selalu radiolognya , dan tidak ada sonografernya..
yang saya tanyakan..kemana sonografer2 yg sudah lulus tsb bkerja, apakah malah kembali menjadi radiografer???
Ya jelas susah mba cari sonografer di RS. lha wong llulusan D4 USG masih di bawah 100 orang. dan yang berprofesi jadi Sonografer masih sedikit. kebanyakan jadi aplikan spesialis USG, ada yg jadi pengusaha, ada yg jadi sonografer freelance.. (seperti Saya.. he..he..he), dan ada juga yg balik lagi jadi radiografer.. (Mungkin belum PD sama ilmu yang dikuasai, jadi tidak menjadi SOnografer, atau mungkin ga PD untuk berkonsolidasi dengan Rodiolog).
Deletepengen juga nih,.ngelanjutin d4 usg,.weh tp jauh juga ya,.mesti ke jakarta,.posisi sy di madiun, jatim
ReplyDeletepengen juga nih,.ngelanjutin d4 usg,.weh tp jauh juga ya,.mesti ke jakarta,.posisi sy di madiun, jatim
ReplyDelete