Saturday, 4 February 2012

MENGAPA HARUS D IV USG Written by Wahyu Hidayat   
Friday, 11 March 2011 08:41

Saat ini di Indonesia Jenjang pendidikan untuk bidang radiografi baru sampai tingkat Diploma 4. Dan belum ada jalur Strata 1 ataupun Strata2. Kebanyakan rekan-rekan radiografer yang melanjutkan pendidikannya ke S1 atau S2 harus keluar dari jalurnya sebagai radiografer (walaupun pada kenyataannya sebagian besar dari mereka akan bekerja kembali sebagai radiografer, red). Kalau idealnya, lulusan DIII Radiodiagnostik atau biasa disebut radiografer, saat ini hanya ada satu pilihan pendidikan yang sejalur dibidangnya yaitu D4 Teknik Radiologi yang saat ini hanya bisa ditemui di TRO Kemenkes Jakarta dan TRO Kemenkes Semarang.
Ada 4 major peminatan untuk D4, yaitu CT Scan, MRI, Radioterapi, dan USG. (USG hanya ada di TRO Depkes Jakarta). Untuk saat ini jumlah peminat terbesar ada pada peminatan CT Scan dan MRI, yang memang pada saat ini kedua modalitas imajing tersebut sedang berkembang pesat di Indonesia serta operator kedua modalitas imajing tersebut merupakan radiografer. Sedangkan peminatan Radioterapi dan USG merupakan jumlah mahasiswa yang paling sedikit. Padahal kedua peminatan tersebut masih jarang, dan masih sangat banyak dibutuhkan.Pada kesempatan ini saya mencoba mengupas lebih jauh lagi tentang peminatan USG.
Bagi radiographer, USG merupakan bidang yang masih sangat baru dan hampir tidak dilirik oleh kebanyakan orang. Banyak sekali alasan seorang radiographer tidak memilih bidang USG sebagai spesialisasinya. Padahal USG juga dipelajari waktu kuliah di semester 4. Dan juga ada praktek labnya, walaupun Cuma sekedar pengenalan.
Berikut ini mungkin alasan seorang radiographer enggan atau tidak berminat untuk meneruskan perkuliahan dengan peminatan USG :
1. Ada anggapan lulusan USG akan susah sekali dapat kerja.
2. Saat ini USG masih dipegang dokter, sehingga mereka tidak akan melimpahlan pekerjaannya kepada lulusan USG.
3. Kompetensi lulusannya masih diragukan banyak pihak, khususnya dokter radiolog.
4. USG sangat susah dipelajari
5. Income tidak jelas
6. Tidak akan bisa bekerja di RS besar, karena dokternya pasti akan menolak.
7. Semua dokter radiologi tidak setuju dengan Radiografer yang mempunyai kompetensi sonografer.
8. Dan mungkin ada banyak alasan lainnya.
Kalau dilihat secara umum, semua alasan itu memang benar dan sangat masuk akal.
Tetapi, kalau ditelaah lebih lanjut lagi, kita bisa membandingkan berbagai alasan tadi den\gan fakta yang sebenarnya terjadi. Saya akan mencoba membandingkan alasan tersebut dengan fakta yang ada
1. Ada anggapan lulusan USG akan susah sekali dapat kerja.
Fakta : saya kira jurusan lain juga sama potensi untuk mendapatkan pekerjaan, tergantung dengan skill tiap person. Lulusan USG yang terampil bisa koq bekerja di RS atau klinik yang mempunyai pelayanan USG, atau perusahaan yang mempunyai usaha bisnis USG baik itu pelayanan atau penjualan alat. Buktinya lulusan USG sudah bekerja semua, baik itu PNS, RS Swasta, Klinik, atau Trainer dan aplikan USG. OK lah sejelek2nya gak ada yang mau nerima. Beli aja alatnya,, buka praktek sendiri dan kerjasama dengan radiolog. Alat USG khan harganya ada yang murah, beda dengan CT Scan atau MRI, apalagi Radioterapi. Dan lulusan USG, sudah ada lho yang mempunyai bisnis tersebut..
2. Saat ini USG masih dipegang dokter, sehingga mereka tidak akan melimpahlan pekerjaannya kepada lulusan USG.
Fakta : Memang benar USG masih dipegang oleh Radiolog, karena radiographer yang kompeten di USG baru sedikit sekali. Saya rasa jika dokter radiolog tahu tentang kompeten Radiografer USG, mereka akan dengan senag hati mendelegasikan sebagian bahkan pekerjaan USG yang tadinya mereka tangani sendiri ke Radiografer USG/sonografer. Sudah ada koq, sonografer yang melaksanakan Pemeriksaan USG di RS atau klinik.
3. Kompetensi lulusannya masih diragukan banyak pihak, khususnya dokter radiolog.
Fakta : Memang masih banyak radiolog yang kontra dengan lulusan D4 USG, mungkin karena mereka belum mengetahui secara langsung dengan keahlian lulusan USG. Tetapi tidak sedikit dokter yang mendukung. Kalau tidak ada dokter yang mendukung, khususnya radiolog, mungkin peminatan USG tidak akan terbentuk. Buktinya PUSKI sebagai perhimpunan dokter Ultrasound di Indonesia dan PDSRI, sebagai Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi, mendukung terbentuknya Program Teknik Radiologi Peminatan USG. Walaupun ada dokter radiolog yang kurang mendukung. Artinya lulusan D4 USG, sudah diakui kompetensi nya dikalangan radiolog.
4. USG sangat susah dipelajari
Fakta : Kalau ini relatif. Tergantung dari individu yang mempelajarinya. Untuk mempelajari USG, terlebih dahulu harus mengetahui sectional anatomi. Kalau Foto rontgen akan menghasilkan anatomi organ secara keseluruhan. CT Scan dan MRI, menghasilkan gambaran sectional anatomi secara keseluruhan dan tinggal melaksanakan pengaturan alat. Tetapi USG sangat berbeda, gambaran yang dihasilkan merupakan sectional anatomi by part organ, tidak keseluruhan abdomen/thorax contohnya. Dan hasil gambaran sangat bergantung dari keterampilan tiap sonografer yang mengerjakannya. Jadi USG terkesan sangat sulit dipelajari. Padahal dengan belajr serta praktek hands on yang teratur, hal ini bisa diatasi. Yang penting ada kemauan kuat untuk belajar, dan mau menerima tantangan.
5. Income tidak jelas
Fakta : Kalau ini saya tidak setuju. Kalau Sonografer USG yang bekerja di RS atau Klinik selain gaji, mereka mendapatkan fee per pasien seperti radiolog. Karena USG memerlukan keterampilan personal yang tinggi, dan biaya untuk yang melaksanakan lebih tinggi dari modal bahan yang digunakan.
Pada medical check up, fee untukl USG jauh lebih besar dari melakukan foto rontgen. (untuk perbandingan melakukan foto rontgen biasanya dikasih fee Rp.1000 s/d Rp. 3000 per orang, tetapi melaksanakan USG untuk medical check up minimal dibayar Rp 30.000/orang). Trainer atau aplikan USG malah mendapat bayaran yang cukup tinggi untuk sekali mengajarkan keahliannya. Jadi saya rasa potensi income yang bisa didapat cukup menggiurkan ;)
6. Tidak akan bisa bekerja di RS besar, karena dokternya pasti akan menolak.
Fakta : sudah ada sonografer yang bekerja di RS. Kalau skill USGnya baik, dokter akan mendelegasikan pekerjaan USG dengan senang hati.
7. Semua dokter radiologi tidak setuju dengan Radiografer yang mempunyai kompetensi sonografer.
Fakta : Memang ada banyak Radiolog yang belum menerima keberadaan radiographer USG, tetapi tidak sedikit radiolog yang menerima, buktinya lulusan D4 USG sudah bekerja semua. Malah banyak juga radiolog yang mencari tenaga sonografer, tetapi tenaganya tidak tersedia.
Mungkin ada alasan lain yang dikemukakan dari sebagian rekan-rekan tentang keberadaan radiographer USG, saya harap tulisan ini dapat menjawab pertanyaan beberapa rekan yang menanyakan potensi lulusan D4 USG.
Dari fakta-fakta tersebut saya rasa, tidak ada alasan untuk tidak mendukung D4 USG.
Yuuk… kita sama-sama memajukan radiographer, dengan mempelajari kompetensi yang ada di radiographer, khususnya USG. Karena USG merupakan kompetensi yang dimiliki oleh radiographer, berdasarkan Standar Kompetensi radiographer Tahun 2007. Nggak mau khan kompetensinya diambil oleh profesi lain, seperti perawat atau operator.

7 comments:

  1. Yang dibilang mas Wahyu bener kok, setelah kuliah di USG saya ga nyesel masuk USG, malah saya bersyukur masuk USG....
    Makasih buat semua yang telah mengarahkan saya masuk USG....

    Almi (USG Angkatan VI)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada info gak ,tentang beasiswa lulusan D3 radiologi yg ingin melanjutkan S1 di luar negeri.. kalo ada tolong kirim ke email saya y..trimakasih :)
      (udah nyari2 di google, gk ketemu2 ni, apa emg g ada y? hhe) #addictgotojapan haha

      Delete
    2. usg m emang rumit dan menarik.
      cari beasiswa ke australia aj ke rmit uv ad kok jrsn usg tapi ya tofl ny hrs ngelotok

      Delete
  2. Hemm sepertinya menarik..
    tapi pada kenyataannya selama saya PKL di RS , yg melakukn USG selalu radiolognya , dan tidak ada sonografernya..
    yang saya tanyakan..kemana sonografer2 yg sudah lulus tsb bkerja, apakah malah kembali menjadi radiografer???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya jelas susah mba cari sonografer di RS. lha wong llulusan D4 USG masih di bawah 100 orang. dan yang berprofesi jadi Sonografer masih sedikit. kebanyakan jadi aplikan spesialis USG, ada yg jadi pengusaha, ada yg jadi sonografer freelance.. (seperti Saya.. he..he..he), dan ada juga yg balik lagi jadi radiografer.. (Mungkin belum PD sama ilmu yang dikuasai, jadi tidak menjadi SOnografer, atau mungkin ga PD untuk berkonsolidasi dengan Rodiolog).

      Delete
  3. pengen juga nih,.ngelanjutin d4 usg,.weh tp jauh juga ya,.mesti ke jakarta,.posisi sy di madiun, jatim

    ReplyDelete
  4. pengen juga nih,.ngelanjutin d4 usg,.weh tp jauh juga ya,.mesti ke jakarta,.posisi sy di madiun, jatim

    ReplyDelete