FISIKA RADIODIAGNOSTIK
1. PRODUKSI SINAR-X
1.1 Tabung
sinar-x
Tabung sinar-x terdiri dari tabung
gelas hampa udara yang didalamnya terdapat katoda dan anoda. Radiasi sinar-x
timbul dengan terjadinya tumbukan electron yang bergerak cepat pada material ( anoda
) . Energi kinetic electron diubah menjadi
energi panas ( > 99 % ) dan energi elektronik yang kita gunakan
sebagai sinar-x ( < 1 % ).
Electron-elektron yang bergerak
cepat dihasilkan dengan cara memberikan tegangan percepatan sekitar 25 s/d 150
kV antara katoda dan anoda . Elektron-elektron terebut akan bergerak makin
cepat didalam medan listrik dan energi kinetiknya ditentukan oleh tegangan yang
diberikan.Tegangan tinggi yang diberikan , dihasilkan dari Generator Tegangan
Tinggi ( High Voltage Generator ), yang diubah dari tegangan listrik P L N.
Gambar tabung Ro
1.2 Anode ( Target )
Bahan yang dipakai untuk anode sebagai target yang
akan ditembaki oleh electron-elektron , dimana energinya yang dilepaskan dari
filament ( katode ) hanya sedikit sekali yang yang diubah jadi sinar-x ( < 1 % ) yang selebihnya menjadi energi
panas , oleh sebab itu diperlukan bahan yang dipakai untuk target ( anode )
haruslah bahan yang tahan panas ( bahan yang mempunyai titik didih yang tinggi ) seperti Paltina , Tungsten
atau Wolfram . Pilihan bahan untuk target ditentukan oleh beberapa factor , yang paling
penting adalah efisiensi ( ditekankan
prosentase energi electron yang mencapai target diubah menjadi radiasi
sinar-x dan daya tahannya harus cukup kuat ). Untuk efisiensi lebih ditekankan
yang mempunyai nomor atom tinggi, seperti Tungsten ( Z = 74 ), Platina ( Z = 78
)atau emas ( Z = 79 ), juga mempunyai titik didih yang tinggi seperti Tungsten
( 3350 0C ) ,Platina ( 1770 oC
) dan Gold ( 1060 0C ).Pemakaian bahan target anode diam biasanya
digunakan Tungsten
Gambar anode
1.3
Sifat-sifat sinar-x
1 Mempunyai daya
tembus yang sangat tinggi.Dapat menembus bahan / materi yang diliwatinya. Ini dapat kita manfa’atkan untuk membuat photo Rontgen dibidang diagnostik dan di
bidang Terapi kita dapat memberikan
dosis tertentu untuk membunuh sel-sel kanker yang terdapat dalam tubuh manusia dan
sinar-x tidak dapat dilihat dengan mata.
- Dapat menimbulkan Ionisasi dan exitasi pada atom / molekul-molekul bahan yang diliwati
- Dapat merubah susunan kimia bahan yang diliwati
- Dapat menimbulkan fluorecense pada material seperti Calsium Tungstate dan Zinc Cadmium Sulphate. Efek ini menghasilkan gambaran yang tampak pada alat fluoroskopi sinar-x dan juga digunakan untuk bahan Intensifying screen.
- Dapat menghasilkan bayangan latent pada film Rontgen dan apabila dibangkit kan akan menjadi bayangan tampak. Efek ini juga dapat digunakan untuk keperluan dosimeter, yaitu alat monitoring personil yang kita kenal dengan film badge.
- Menimbulkan efek biologi dalam kehidupan organisme. Mematikan sel-sel tubuh , juga bisa memutasi sel-sel reproduksi manusia.
1.4 TENAGA DAN RADIASI.
Tenaga bukan berupa materi, jadi tidak memerlukan
ruang, tapi merupakan suatu azas kegiatan.
Tenaga ada didalam setiap gerakan dan karena itu
dapat dikatakan bahwa tenaga merupakan suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu
/ kemampuan untuk bekerja.
Didalam fisika kita mengenal berbagai bentuk
tenaga seperti , tenaga mekanis , tenaga kalor, tenaga cahaya , tenaga listrik,
tenaga magnetis, tenaga kimia tenaga atom dan tenaga inti , tenaga
radiasi dan bentuk-bentuk tenaga tersebut dapat diubah dari suatu bentuk
kebentuk lain.. Tenaga atom merupakan tenaga yang bersumber dari reaksi fisika
, yaitu reaksi penyusunan yang terjadi dalam atom-atom . Dalam hal ini terjadi
suatu reaksi fisika maka sejumlah tenaga akan dilepaskan. Apabila reaksi yang
terjadi mencakup perubahan-perubahan massa didalam inti atom( reaksi inti
), jumlah tenaga yang dilepaskan sangat
besar.Pelepasan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat , akan menimbulkan
suatu ledakan yang dahsyat, bom
atom.misalnya.
Didalam reaktor inti , tenaga itu dilepaskan
secara terkendali sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Tenaga radiasi merupakan
bagian penting dalam pengetahuan atom. Radiasi adalah suatu bentuk tenaga yang
dapat dirambatkan dari suatu titik ke titik lain didalam alam,tanpa membutuhkan
medium apapun. Radiasi yang paling dikenal adalah cahaya dan gelombang radio..
Tenaga dari permukaan matahari dirambatkan ke bumi dalam bentuk radiasi cahaya
, ketika mencapai permukaan bumi , tenaga ini diserap oleh daun-daun hijau dan
disimpan dalam bentuk tenaga kimia, atau tenaga ini diubah menjadi panas dalam
atmosfir. Pada gelombang radio, sejumlah tenaga yang kecil dirambatkan dari
suatu pemancar dan ditangkap oleh alat penerima pada jarak tertentu .Gelombang
radio tidak dapat dilihat karena panjang gelombangnya tidak dapat memberi kesan
pada mata kita. Bentuk lain dari
radiasi yang tidak dapat dilihat
adalah sinar Rontgen , sinar gamma. Gelombang-gelombang radio ,cahaya, sinar-x
dan sinar gamma merupakan gelombang-gelombang elektromagnetis , yang dibuktikan
oleh Maxwell ( 1864 ) secara matematis
dari pengamatan spektrum yang dipancarkan oleh benda hitam .
Spektrum radiasi
digambarkan sebagai berikut :
1020 1018 1016 1014 1012 1010 108 106 104 f
10-10 10-8 10-6 10-4 10-2 100 102 104 106 cm
u.v sinar infra merah radar MW , FM radio siaran
tampak
sinar
– x
sinar gamma
Gelombang
elektromagnetis timbul akibat efek dari medan listrik dan medan magnit dengan
intensitas yang berubah-ubah, sedangkan arah rambatannya selalu tegak lurus
terhadap arah medan listrik maupun arah medan magnit. Gelombang elektro
magnetis , yaitu gelombang yang dapat merambat tanpa memerlukan medium, dengan
kata lain gelombang elektromagnetis dapat merambat melalui ruang hampa.
Formulasi Maxwell -----à cahaya tidak lain adalah suatu bentuk radiasi
elektro-magnetis..
Gelombang
elektromagnetis mempunyai sifat seperti cahaya tampak, mempunyai kecepatan
rambat didalam ruang hampa sebesar 2,99 x 108 meter/sekon dan dapat
dipantulkan, dibiaskan , interferensi dan difraksi.
Herzt adalah orang
pertama yang membuktikan dengan suatu eksperimennya , bahwa semua gelombang
elektromagnetis merambat dalam ruang vakum dengan kecepatan rambat yang
sama yaitu :
C =
3 x 108 m / detik.
Radiasi elektromagnetis
adalah perpindahan energi dari suatu tempat ketempat lain. Tipe dari gelombang
kita sebut dengan gelombang transversal. Gelombang ini bergerak keatas dan
kebawah sebagaimana terlihat pada gambar.
Untuk semua gelombang
elektromagnetis yang merambat dalam ruang vakum , berlaku persamaan dasar
gelombang
C = l f
Dimana :
C
= 3 x 108 m / detik
l = panjang gelombang
l = panjang gelombang
f =
frekuaensi gelombang ( Hz )
1.5 TEORI
KWANTUM RADIASI
Hukum klasik menyatakan
besarnya tenaga radiasi sebagai fungsi dari pada frekwensi dan suhu mutlaknya.
Besarnya tenaga radiasi
persatuan frekwensi persatuan volume didalam medan radiasi telah dihitung oleh
Rayleigh – Jeans (1900) , dan untuk frekwensi tinggi oleh Wien ( 1896 ).
Kedua hukum ini menunujukkan adanya sifat diskontinu dari tenaga radiasi untuk
frekwensi menengah, dimana besarnya tenaga menjadi tak hingga . Dilemma ini
dipecahkan oleh Max Planck ( 1901 ) dengan menurunkan suatu rumus interpolasi
terhadap hukum Rayleigh-Jeans dan Wien.
Menurut Max Planck
didalam penyerapan maupun dalam pancaran radiasi oleh benda hitam , jumlah
tenaga selalu bersifat diskrit dan harganya selalu merupakan kelipatan bulat
dari kwanta tenaga tertentu.Kwanta-kwanta tenaga tersebut tergantung pada
frekwensi radiasi dan besarnya dinyatakan dengan :
E = h f
Dimana : h = 6,625 x 10 -34 joule.sekon = 6,625 x 10 –27 erg.sekon
Dengan gagasan Planck
ini , mulailah terjadi perubahan pola pikir dalam fisika dengan berpedoman pada
sifat kwantisasi dari tenaga, dan dari hubungan panjang gelombang l
(lamda) , frekwensi ( f ) dan kecepatan rambat gelombang c , sehingga rumus
dapat ditulis menjadi :
h c
E = ---------
l
dengan memasukkan
harga-harga : h = 6,625 x 10 –27 erg.sekon
c = 3 x
1010 cm/sekon,
maka tenaga kwanta dalam
erg adalah :
6,625 x
10 –27 x 3 . 1010 erg.cm
E ( erg ) = ----------------------------------------------
l
( cm )
1,99 x 10-16
= ----------------------- erg
l
misalnya sinar gamma
dengan l = 10-10 cm , akan memiliki tenaga dalam setiap kwanta sebesar
1,99 x 10-6 erg.
Dalam teori atom , satuan tenaga dinyatakan dengan
elektronvolt yang disingkat dengan ev.
Satu elektronvolt
didefenisikan sebagai besarnya tenaga yang dimiliki oleh sebuah benda yang
muatannya sebesar muatan elektron , jika kepadanya diberikan tegangan listrik
sebesar 1 volt.
1 ev = 1,6 x 10-19
Joule = 1,6 x 10-12 erg.
Dengan ini rumus E
(tenaga ) menjadi :
1,99 x 10-16
1,24 x 10-4
E ( ev ) = -------------------
= ------------------
1,6 x 10-12 l l( cm)
Bila tenaga dinyatakan
dalam Mega-elektronvolt ( Mev ) dan
panjang gelombang dalam nanometer, dimana
1 Mev = 106 ev
1 nm = 10-9 m = 10 –7 cm
maka akan kita dapatkan
rumus :
1240
E = -----------
x 10 –6
l( nm)
Didalam perkembangannya
, teori kwantum radiasi dari Planck mendapat
kesulitan dalam menerangkan beberapa peristiwa , yaitu :
a. Pancaran sinar x :
Sinar ini sebagai suatu radiasi dapat mengionisasi
atom-atom atau molekul - molekul gas
yang dilaluinya , yang berarti sinar x
dapat melepaskan elektron dari atomnya.
b. Efek foto listrik :
Suatu berkas sinar yang jatuh pada sebuah
permukaan logam dapat mengeluarkan elektron-elektron dari permukaan logam .
Disini terlihat bahwa gelombang radiasi sinar x dapat mempunyai interaksi
dengan materi.
c. Efek Compton
Peristiwa ini menunjukkan adanya interaksi sinar x
dengan inti atom ringan , dimana sebuah berkas sinar –x yang menumbuk sebuah inti atom didalam
rambatannya akan terhambur dengan mengalami perubahan panjang gelombang.
Disini Comptom memandangnya sebagai suatu
peristiwa tumbukan elastis antara dua benda yang mempunyai massa sama , yaitu
sebesar massa dari inti atom yang ditumbuk oleh sinar.x Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan tenaga untuk
peristiwa ini , Compton dapat menghitung besarnya perubahan panjang gelombang
yang dialami oleh sinar x tersebut ,
h
l - l0 = ----------- ( 1 – cos j )
m0 c
Pada tahun 1905 Albert Einstein mengatasi kesulitan untuk menerangkan peristiwa-peristiwa diatas
berdasarkan efek foto listrik. Tenaga radiasi mempunyai sifat terkwantisasi dalam
penyerapan , pemancaran dan juga dalam perambatannya.
Jadi Einstein lebih menekankan
bahwa radiasi memiliki sesuatu butiran ( photon ) tenaga yang besarnya adalah
seperti pada rumus :
E = h f ,
oleh karena itu teori
ini dikenal sebagai teori photon dari Einstein.
Didalam efek photo
listrik , berkas sinar yang jatuh pada permukaan logam akan memiliki tenaga
sebesar h.f dan tenaga ini diubah untuk mengeluarkan
elektron-elektron dari permukaan logam
Persamaan yang diturunkan oleh
Einstein untuk efek foto listrik adalah :
H f = 2 mV 2 + e F
Dimana :
h.f = tenaga photon yang datang.
2 mV 2 = tenaga kinetis
elektron-elektron
e F = work function dari elektron.
1.6 Partikel dan gelombang
Dengan adanya teori
kwantum Planck dan teori photon Einsteins , maka timbul dualisme dalam
sifat-sifat radiasi seperti apa yang dikenal dalam teori klasik mengenai cahaya
, teori gelombang dari Huygens dan teori korpuskel dari-pada Newton. Radiasi merupakan kwanta-kwanta
tenaga, kalau kita lihat dari peristiwa pancaran , rambatan , penyerapan ,
difraksi dan interferensi..Pada peristiwa photo listrik , pancaran sinar x dan
efek Compton , harus ditinjau
radiasi sebagai photon-photon tenaga dengan sifat-sifat sebagai partikel.
Dualisme sifat radiasi
ini membawa para ahli fisika kepada pemikiran bahwa sifat ini tentu juga
berlaku bagi partikel., dan pada tahun 1923 Louis de Broglie mengambil kesimpulan bahwa dualisme merupakan
sifat alam yang pokok. Dengan menggunakan teori kwantum dan teori reletivitas ,
Louis de Broglie menurunkan rumus
sebagai berikut :
H
f =
m c2
Karena c = f l maka :
h.c
-----
= mc2
l
sehingga diperoleh :
h
--- = m.c
l
Dengan demikian sesuatu
radiasi dengan panjang gelombang sebesar l , akan memiliki momentum ( sifat partikel ) sebesar :
h
p
= ---
l
dan sebaliknya , sebuah partikel dengan momentum
sebesar p , akan mempunyai panjang gelombang sebesar :
h
l =
-------
p
Panjang gelombang sebuah
partikel seperti ini dinamakan panjang gelombang de Broglie.
Panjang gelombang yang pendek dapat diamati
,tetapi yang mempunyai tenaga yang cukup rendah belum ada alat yang dapat
mengamati nya.
Sifat –sifat gelombang dari elektron dilakukan
penyelidikan oleh C.J Davisson dan L A Germer ( 1927 ) di Bell
Telephone Laboratory..Dengan mempelajari pemantulan dan hamburan oleh kristal
Nikkel terhadap berkas elektron , dimana elektron telah mengalami percepatan
oleh suatu selisih potensial listrik , terlihat bahwa berkas elektron itu lebih menunjukkan sifat
sebagai berkas gelombang. Untuk selisih potensial 54 volt, hasil percobaan Davisson dan Germer mendapatkan harga panjang gelombang elektron sebesar 1,65 A0,
sedangkan menurut rumus de Broglie
adalah 1,67 A0
Pembuktian
selanjutnya dilakukan oleh G.S Thomson ( 1927 ) putera dari J.J.Thomson, suatu arus eletron
diliwatkan melalui selembar logam tipis dan membiarkan berkas elektron itu
menembus logam tadi dan jatuh
pada plat film. Ternyata lembaran film tersebut terjadi suatu pola
diffraksi berupa lingkaran yang konsentris , seperti yang diperoleh bila
menggunakan sinar x. Efek-efek difraksi ini dapat juga terjadi pada
partikel-partikel lain seperti , proton
,partikel-partikel alpha dan lain-lain.
2.
Intensitas dan kualitas.
Intensitas adalah jumlah tenaga foton sinar-x ( energi ) yang keluar dari tabung sinar-x
pada luasan , jarak dan waktu tertentu.
Dalam produksi sinar-x , besarnya
Intensitas yang dihasilkan ditentukan oleh nomor atom target , arus
tabung , tegangan puncak dan faktor rektifikasi.
I
n
t
e
I = Intensitas sinar-x n
Z = Nomor atom
target
s mA = arus tabung
i
kVp = tegangan puncak
t
f- I
F = faktor rektifikasi ,--------------------------------------------
energi
E = Nomor atom target yang lebih tinggi
menunjukkan jumlah elektron yang lebih banyak, memungkinkan interaksi lebih
banyak terjadi dan sinar-x lebih banyak dihasilkan.
MA = Arus tabung yang lebih besar menunjukkan
jumlah elektron yang menumbuk target semakin banyak memungkinkan interaksi
lebih banyak terjadi dan sinar-x lebih banyak dihasilkan
KVp = mengerjakan tegangan puncak yang lebih
tinggi menghasilkan intensitas sinar-x
lebih banyak
F = tipe rektifikasi yang terbaik menghasilkan
intensitas yang paling tinggi pada produksi sinar – x
Degan
memakai tipe rektifikasi constant potensial diperoleh intensitas paling tinggi
dibanding tipe rektifikasi full wave , maupun half – wave
Kualitas adalah kekuatan / kemampuan sinar-x , diukur dari
daya tembusnya terhadap obyek yang dikenai.
Berdasarkan daya tembusnya sinar-x ini maka
kualitas sinar-x kita bedakan atas Hard beam dan soft beam.
Hard beam ( berkas sinar x keras adalah sinar-x yang mempunyai daya tembus
yang baik.( kuat )
Soft beam ( berkas sinar-x lunak ) adalah sinar-x
yang daya tembus nya kurang.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas sinar-x adalah :
1. Kilovolt ( kV )
2. Filter
3. Rektifikasi
§
Pengaruh kV
terhadap kualitas sinar-x , Bila dibandingkan antara panjang gelombang sinar-x
yang dihasilkan oleh kV yang rendah dengan kV
tinggi adalah panjang gelombang yang dihasilkan oleh kV rendah lebih panjang
dari panjang gelombang yang dihasilkan apabila kita memakai kV tinggi. Semakin tinggi kV yang kita pakai
, panjang gelombang nya makin pendek dan
daya tembusnya semakin kuat. ( kualitas
sinar semakin baik )
§
Pengaruh filter terhadap kualitas . Intensitas sinar-x
sebelum melewati filter adalah berupa berkas sinar x yang heterogen ( terdiri dari berbagai panjang gelombang ) ,
dan setelah melewati filter , berkas berkas sinar-x yang menembus filter hanya berkas yang yang
kuat ( yang mempunyai panjang gelombang yang pendek ) sehingga sinar-x yang
meliwati filter lebih homogen sehingga intensitas sinar-x yang meliwati filter akan berkurang , tapi
kualitasnya meningkat.
Iuf A A = unfilter
B B = inherent
C
C = total filter
If
Filter pada pesawat Rontgen kita bedakan atas 2
bagian , dimana kita sebut :
§
Inherent filter ,
filter yang terdapat di tabung alat Rontgen ( rumah tabung )
- Untuk Radiografi biasa filternya setara dengan 0,5 mm Al
- Untuk Mammografi
filternya setara dengan 1.0 mm Al
§
Additional filter adalah filter yang ditambahkan pada
alat Rontgen selain dari inherent filter
Tebalnya filter additional
berkisar antara 1,0 mm Al s/d 2.0 mm Al.
Total filter =
filter inheren + filter
additional :
0 – 70 kV
total filternya setara denga 1,5
mm Al
70 – 100 kV total filternya setara dengan 2,0 mm Al
> 100 kV total filternya lebih besar dari 2 mm Al.
Dengan memakai filter , radiasi yang mempunyai gelombang panjang akan diserap Radiasi yang mempunyai
gelombang panjang tersebut tidak bisa menghasilkan gambaran yang cukup , bahkan
hanya menambah / memperbesar dosis kulit . Jadi filter juga bermanfa’at /
berfungsi sebagai proteksi radiasi.
Pada penyinaran terhadap
filter atau bahan lain , dimana x adalah ketebalan bahan, sedangkan m adalah angka serap linear bahan tersebut. Apabila kontras radiasi pada
filter atau bahan tersebut = 2 , maka filter atau bahan tersebut dinamakan HVL ( Half Value Layer ) atau HVT ( Half Value
Thickness).
Io
Jika
-------- = 2 , maka I0
= 2 It atau
It = 50 % dari Io
It
Padahal It = I0 e-mx --------------à It = 2 It e-mx ( x ketebalan bahan )
It
------ = e-mx
2 It
2 = e mx
Ln 2
= mx Ln e
0,693
0,693 = mx ----à X
= --------
m
0,693
Jadi HVL =
--------------
m
Pengaruh rektifikasi terhadap kwalitas.
I Dengan memakai model
rektifikasi constant
Potensial ,baik
intensitas maupun kualitas Radiasi menjadi lebih besar dibandingkan dengan model rektifikasi full wave.
Energi
Dalam pemanfaatan sinar-x pada obyek , intensitas
juga dipengaruhi oleh :
1 Waktu ( lamanya suatu
penyinaran kita lakukan ) Semakin lama
waktu penyinaran maka intensitas
sinar-x makin besar pula. Dalam
praktek kita membuat photo Rontgen, waktu penyinaran ( s ) selalu kita kaitkan dengan mA ( arus tabung )
Pada waktu nilai mA ( arus tabung ) tetap , penggunaan waktu ( sekond ) yang
lebih besar akan menghasilkan Intensitas yang lebih besar.
2. Ukuran
bidang fokus . Kita mengenal adanya 2 ( dua) fokus yaitu fokus besar dan fokus
kecil.
Bidang fokus adalah daerah tempat
dikeluarkan sinar-x dari target , maka
penggunaan fokus besar akan menghasilkan intensitas yang lebih besar
dari pada fokus kecil.
Dalam Radiografi fokus besar kita gunakan
untuk memanfaatkan mA yang besar dan luas lapangan penyinaran
yang relatif lebar , sedangkan penggunaan fokus kecil untuk penyinaran obyek yang
kecil.
3. Jarak , jarak adalah
antara sumber dengan tempat dimana intrensitas yang ingin kita ketahui.
Dalam hal ini berlaku hukum kwadrat
terbalik ( inverse squar law )
I1 : I 2
= 1 / R12 ; 1
/ R22
Semakin jauh jarak dari sumber radiasi , maka intensitas radiasi akan semakin kecil.
4. EFEK
INTERAKSI ENERGI FOTON SINAR-X DENGAN MATERI PADA STRUKTUR RADIOGRAFI
Efek Efek
yang ditimbulkan oleh energi foton sinar-x dalam interaksinya dengan materi yang dikenainya pada perjalanan
sinar-x dari fokus ke film dapat digolongkan dalam 3 efek , yaitu :
-
Efek yang bersifat fisik (
physical effect )
-
Efek yang
bersifat Kimia ( chemical effect )
-
Efek yang bersifat biologi ( biological effect )
Efek yang bersifat fisik , apabila sinar-x
mengenai atom maka dapat
menimbulkan 5 kemungkinan :
-
Hamburan klasik
-
Penyerapan foto
listrik
-
Hamburan Compton
-
Pembentukan
pasangan
-
Desintegrasi foto
nuklir
Efek Kimia , apabila energi foton mengenai struktur
kimia tubuh manusia ( 80 % terdiri dari
air )
Radiasi
pengion
H2O -------------------------à H2O +
+ e -
ion positif
+
e - + H2O ----------------------- >- H2O
–
ion negatif
__________________________________________________________________
2 H2O -----------------à
H2O + + H2O
–
H2O +
+ H2O -------------------
>2 OH * + 2 H+aq
H2O – +
H2O
……………….> 2 H * + 2 OH-aq
Radikal bebas
2 H+aq +
2 OH-aq
----------------à 2 H2O
_______________________________________________________ +
Hasil radiasi
pengion
2 H2O ------------------------à 2
H * +
2 OH *
Terjadilah radikal-radikal bebas
OH * + OH * -------------------à H2O2
H2O2 Ini
racun bagi tubuh kita
Bila OH * bereaksi dengan molekul-molekul organic yang ada dalam tubuh manuasia ---à terjadilah radikal organic dalam tubuh manusia
Efek kimia terhadap molekul
organic ( RH )
RH +
E ( radiasi ) -----------à RH + ----------à H + + R -
Penyinaran radiasi pada
molekul organic dapat memecahkan
Structure
DNA
Efek kimia pada emulsi film.
AgBr + E ( radiasi ) ------------à Ag + + Br –
Radiasi yang mengenai emulsi film dapat memecahkan kristal-
kristal AgBr menjadi ion-ion Perak dan ion-ion Bromida.
Efek
Biologi :
Jaringan tubuh bila terkena radiasi , maka akan
mengakibatkan terjadinya perubahan molekuler , dengan kemungkinan lanjutan yang dapat terjadi :
- Jaringan akan melakukan proses penyembuhan / pemulihan kembali secara enzymatic , tanpa efek lanjutan
- Jaringan akan melakukan proses penyembuhan / pemulihan kembali secara enzymatic , tetapi diikuti dengan mutasi genetic.
- Tejadinya efek biochemical , tetapi masih dapat melakukan proses pemulihan kembali tanpa efek lanjutan.
- Terjadinya efek biochemical , tetapi tidak dapat melakukan proses pemulihan kembali , dan berakibat kematian sel . Kematian sel dapat terjadi secara latent atau secara akurat
Jariongan
+ Radiasi ……
> perubahan -à pemulihan
--à efek
Molekul ß-----enzym
<……biochemical
Mutasi kematian sel
genetik laten akut
Efek biologi radiasi terhadap tubuh tergantung :
-
sumber
radiasi
-
organ
tubuh yang kena radiasi
faktor-faktor yang berkaitan dengan sumber radiasi :
-
besarnya
dosis
-
kualitas
radiasi
-
jenis
radiasi
-
distribusi
radiasi tergantung pada faktor ruang dan faktor waktu
Faktor-faktor organ tubuh
-
kepekaan
organ / jaringan
-
kemampuan
perbaikan organ
pada umumnya kepekaan manusia terhadap radiasi berbanding terbalik dengan
tingkat perkembangannya
-
sel
kelamin lebih peka dari pada embrio
-
embrio
lebih peka dari pada bayi
-
bayi
lebih peka dari pada balita
-
balita
lebih peka dari pada usia subur
-
usia
subur lebih peka dari pada manula
Efek biologis dari radiasi ,terutama efek yang merugikan secara
statistik dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
-
Efek non
Stokastik
-
Efek stokastik.
Efek
non stokastik terjadi apabila dosis yang
diterima melebihi dosis ambang Harga dosis ambang untuk macam efek tertentu
tidak sama untuk setiap orang dan
tergantung pada kondisi penyinarannya.Untuk penerimaan dosis diatas dosis
ambang , efeknya akan makin gawat bila dosis yang diterima makin tinggi.
Efek non stokastik dapat menimbulkan :
-
Tingkat sakit bertambah bila penerimaan dosis bertambah.
-
Besar kemungkinan adanya ambang dosis.
-
Selalu timbul bila
efek stokastik terjadi.
Misalnya : - Bila terkena radiasi
sampai 2000 rad terjadi eritema pada
kulit.
Terjadinya efek Stokastik mengikuti hubungan
probabilitas , dalam arti suatu kelompok orang menerima dosis dengan bobot
tinggi, akan makin besar kemungkinan terjadinya efek stokastik tertentu. Efek
ini akan dialami oleh beberapa orang
dalam kelompok ini secara acak. Dalam hal genetik , frekuensi insiden
adanya suatu kelainan pada generasi berikutnya makin tinggi bila dosis yang
diterima oleh kelompok itu makin tinggi.
Efek Stokastik dapat menimbulkan akibat :
-
Tanpa adanya
dosis ambang.
-
Kemungkinan efek tergantung penerima dosis.
-
Tingkat sakit tidak tergantung pada banyaknya dosis yang
diterima
Misalnya
: -
induksi kanker
-
Efek genetik.
5. Formulasi gambar radiografi
Obyek yang terkena berkas sinar-x memiliki
kemampuan untuk menyerap , menghamburkan atau meneruskan berkas tersebut ,
tergantung pada nomor atom bahan ( Z ) , kerapatan bahan ( ρ ),dan besar
kecilnya energi foton yang mengenainya.
Tulang dibandingkan dengan jaringan lunak ,
berbeda kemampuan dalam menyerap, menghamburkan atau meneruskan sinar-x .
Intensitas berkas sinar-x yang dapat menembus
tulang akan lebih kecil dari pada berkas sinar-x yang dapat
menembus jaringan lunak .
Selanjutnya disebut bahwa attenuasi pada tulang
lebih besar dibanding pada jaringan
lunak
Attenuasi,Absorpsi
dan hamburan
*Atenuasi
adalah berkurangnya / melemahnya suatu intensitas sinar-x setelah melewati materi / bahan.
|
Ib = I0. e - υ b.x
It = I0. e - υ t.x
|
|
I0. e - υ b.x <
I0. e - υ t.x
- υ b.x log e <
- υ t.x
log e Log
e
|
Jadi
: υ b > υt
Berkas sinar-x
( sinar primer ) yang meliwati materi / bahan akan menjadi kecil karena
terjadi perlemahan ( atenuasi ) oleh karena adanya :
- Absorpsi
-
Hamburan
*Absorpsi adalah penyerapan sinar-x oleh
atom-atom obyek.
Besarnya
penyerapan tergantung pada :
-
Nomor atom obyek
-
Ketebalan obyek
-
Energi sinar
x (
kV )
*Hamburan
adalah radiasi ysng keluar dari obyek tapi tidak searah dengan sinar primer,
dan besarnya hamburan ini tergantung pada :
-
Volume obyek
-
Energi sinar-x
Hamburan kita bedakan atas :
-
Hamburan primer
-
Hamburan
sekunder.
Sinar bocoran
adalah radiasi yang keluar dari rumah tabung Rontgen.
Koefisien
Attenuasi :
I 0
Koefisien atenuasi dibedakan atas :
-
atenuasi linier , yaitu angka serapan terdadap radiasi pada ketebalan suatu materi
.
-
Atenuasi massa , yaitu angka serapan terhadap radiasi pada kerapatan suatu materi
.
I 1 I 2
5. FILM
RONTGEN
Film mempunyai kemampuan untuk membuat pola dari
bermacam-macam kehitaman ( densitas )
yang sebanding dengan intensitas cahaya / radiasi yang diserapnya
1. Penyinaran terhadap film
Insident light adalah tenaga foton yang berinteraksi dengan film ,
dimana sebagian akan terabsorpsi oleh emulsi film dan selebihnya akan
diteruskan melewati film , yang kemudian disebut dengan “transmitted light.”
Insident
light
Transmitted light
“ Transmission ratio” ( angka transmisi cahaya pada film ) adalah merupakan
perbandingan antara intensitas cahaya yang meliwati film dengan intensitas
yang mengenai film.
Transmitted light Lt
Transmission ratio = ------------------------------- =
----------
Insident light
Li
“Opasitas” adalah nilai kebalikan dari angka transmisi , yaitu perbandingan
antara intensitas cahaya yang mengenai film dengan intensitas cahaya meliwati
film ( menembus )
Insident light Li
Oppasitas =
------------------------------
= -----------
Transmitted light Lt
Densitas film adalah nilai yang menyatakan tingkat penghitaman yang terjadi
film akibat suatu penyinaran . Densitas film merupakan lagaritma dari
perbandingan antara incident light dengan transmitted light dengan kata lain merupakan harga logaritma
dari opasitas.
Li
Densitas ( D ) = Log
-------
Lt
D =
Log Li – Log Lt -----------à
Lt = Li .e-µ x
.
Li = Lt .eµ x
Log
Li =
Log Lt
+ Log e µx
Substitusikan :
D =
Log Li -
Log Lt
D = Log
Lt +
Log e µx- - Log Lt
D = Log
e µx
D = µx Log
e
Log e =
0,4343
Jadi D = µ.x .
0,4343
X = tebal film
( bahan ) dan µ adalah
koefisien atenuasi linear.
Rentang penilaian
densitas secara teoritis adalah antara
0 s/d 4 .
Dalam praktek radiografi karena adanya factor karakteristik film,
keterbatasan pengukuran serta alasan
subyektif kemampuan pengamatan mata maka :
-
Untuk
radiograf pada umumnya berkisar antara 0,25
sampai 2
-
Untuk
Radiografi thorax ,berkisar antara 0,30 sampai
1,50
-
Densitas
diluar obyek pada film yang terkena penyinaran
antara 2.00 sampai 3.00
Sensitivitas warna
Sensitivitas
warna ( colour sensitivity ) atau juga dikenal dengan spectral sensitivity
adalah istilah untuk menjelaskan respon emulsi film terhadap berbagai macam
warna cahaya.
Ada tiga golongan film menurut kepekaannya
terhadap macam warna pencahayaan , yaitu :
1. Panchromatic film , yaitu jenis film yang memiliki
kepekaan terhadap semua warna cahaya .jenis ini digunakan dalam bidang
fotografi
2. Monochromatic film , yaitu jenis film yang memiliki
kepekaan terhadap satu jenis warna cahaya , misalnya warna biru saja.Jenis ini
digunakan untuk x-ray film blue sensitive
3.
Orthochromatic film ,
yaitu jenis film yang memiliki kepekaan terhadap terhadap warna hijau sampai violet. Jenis ini
digunakan untuk x-ray film green sensitive.
Kharakteristik film :
Ada 3 karakter utama pada film , yakni
speed , latitude dan kontras.
Speed film
Speed film adalah kemmpuan film dalam merespon sinar-x , dengan kata lain
ini adalah merupakan sensitivitas dari film itu , selanjutnya lebih dikenal
dengan istilah speed film
1
Speed =
--------------------------------------------------------
Jumlah R ( Rontgen ) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 satuan densiti
Jika untuk menghasilkan 1 satuan densiti dibutuhkan sinar-x sejumlah 25 mR
, maka peed film terebut adalah :
1
1
Speed =
------------------ = ------------------ =
40
25 mR 0,025 R
Dengan demikian
semakin tinggi nilai speed film , maka
semakin rendah jumlah penyinaran ( mR ) yang dibutuhkan.
Speed film dapat
diperlihatkan dalam kurva karakteristik film berikut
Untuk
menghasilkan densitas yang sama yaitu
D = D A = D B
Ternyata film B membutuhkan eksposi
lebih rendah dari Film A ( E film B
> E film A ) berarti :
Speed film
B > speed film
A
Latitude film A
< latitude film B
Speed film A
> Speed fil B
Kontras fim
A >
kontras film B
Speed film adalah kemampuan film dalam merespon sinar-x , dengan kata lain
ini adalah merupakan sensitivitas dari film itu.
*Latitude
Kemampuan film dalam menerima eksposi terbatas
sampai tingkat eksposi tertentu., film mungkin belum merespon sempurna untuk
terjadinya penghitaman. Apabia ditambahkan eksposi , pada rentang nilai eksposi tertentu mungkin film tersebut sangat baik dalam meresponnya,
sehingga menghasilkan penghitaman yang proporsional terhadap eksposi yang diberikan. Tetapi bila ditambahkan lagi
eksposinya, mungkin film tersebut sudah tidak mampu lagi menaikkan
penghitamannya secara proporsional , atau penghitamannya bahkan menurun.
Latitude eksposi menerangkan pada batas eksposi
berapa film terebut dapat merespon eksposi menjadi penghitaman secara
proporsional.
Gambar memperlihatkan kurva kharakteritik film dengan berbagai daerah
eksposi , maing-masing kita kenal dengan daerah kabut ( fog ) , daerah tumit , daerah ekposure ( straight part ) ,
daerah shoulder
Bagian-bagian dari kurva :
Daerah kabut
( Fog ) a ---b
- Tidak tergantung pada besarnya eksposi
- Tergantung pada penyimpanan film
- Densitas dari base
- Diatas densitas fog --------------à densitas akibat eksposi.
Daerah
tumit ( b -----c )
- Daerah eksposi ambang
- Daerah terang ( opasitas )
- Daerah densitas tulang
- Besarnya 0,1 - 0,4
Daerah
garis lurus ( c --- d )
- Daerah yang terpenting dari film
- Densitas berbanding lurus dengan eksposi
- Kemiringan kurva ( slope )
- Perbedaan densitas maksimum dari daerah eksposi yang berbeda ( tertenru ) --à
Υ (
gamma )
Daerah bahu ( shoulder ) d ---- e
- Daerah sangat hitam -à D = 3 – 4
- Daerah radiografi paru
- Daerah kelbihan eksposi
Pada
daerah shoulder , film berkurang kemampuannya untuk menampilkan densitas yang
sebanding dengan besarnya eksposi yang
diberikan , sehingga pada daerah ini dapat
kita katakan batas puncak kemampuan nya untuk menampilkan densitas.
Bila
eksposi kita naikkan lagi sampailah kita pada daerah dimana film mencapai
kejenuhan terhadap eksposi , sehingga walaupun eksposi ditambah , densitas malah menurun
Rentang eksposi yang dapat diterima oleh film ,
yang dapat menghasikan nilai densitas yang sebanding dengan besarnya eksposi
yang diberikan disebut dengan latitude eksposi.
Daerah tumit dan daerah bahu harus dihindari ,
sebab kontras didaerah ini sangat kecil. Ini adalah daerah kekurangan atau
kelebihan eksposi.
Pada daerah tumit , film belum mampu menampilkan
densitas yang sebanding dengan besarnya
eksposi yang diberikan
Pada daerah eksposure , film mampu menampilkan
densitas sebanding dengan besarnya eksposure yang diberikan
Pada daerah shoulder , film berkurang kemampuannya
untuk menampilkan densitas yang sebanding dengan besarnya eksposi yang diberikan , sehingga
pada daerah ini dapat kita kita katakan batas puncak kemampuan nya untuk
menampilkan densitas.
Bila eksposi kita naikkan lagi sampailah kita pada
daerah dimana film mencapai kejenuhan terhadap eksposi , sehingga walaupun
eksposi ditambah , densitas malah
menurun
Rentang eksposi yang dapat diterima oleh film ,
yang dapat menghasikan nilai densitas yang sebanding dengan besarnya eksposi
yang diberikan disebut dengan latitude eksposi.
Kontras film
Kontras film
adalah kemampuan film dalam mengekspressikan rentang nilai penghitaman dari
daerah yang paling terang sampai daerah paling gelap
Dengan demikian
kontras film menunjukkan latitude density dari film tersebut.
(D max - D min )ax
film A terlihat >
(D max –D Min ) film B
Latitude densiti
film A > latiude film B
Kontras film
A > kontras film B
§
Bagaimana
menggunkan filter safe light.
§
Pada
saat menangani film , penting untuk memilih filter safelight yang benar,
pertimbangan rentang sensitifitas warna film yang digunakan , cahaya yang
meliwati filter safelight harus berada dalam rentang sempit yang dapat dilihat
untuk mata manusia tapi pada film tidak sensitif.
·
Film reguler :
Film merah atau kekuningan harus digunakan ,karena ia hanya
meloloskan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang dari cahaya hijau
kebiru-biruan.
·
Film
Orthochromatis. Harus menggunakan filter merah dengan panjang gelombang yang
lebih panjang dari panjang gelombang cahaya jingga.
Waktu yang aman
untuk pemakaian filter safelight tergantung pada kondisi khusus pada film yang digunakan , sumber
cahaya dll. Karenanya perlu untuk melakukan test untuk memastikan keamnan
filter pada kondisi-kondisi tersebut iluminasi dan jarak sumber cahaya dengan
film.
Komposisi .
(A)
Penyangga (
base )
Film Radiografi
Film Imaging
Film Duplikat
|
Ketebalan
sekitar 180 micron base dari
Poliethylene Terephthalate ( PET ), sangat baik ketahanan mekanisnya,
kerataannya dan stabilitas dimensinya
|
Film Fluorografi
|
Ketebalan base Triacetate cellulose ( TAC ) sekitar 120
micron atau ketebalan sekitar 100 micron ketebalan base PET. Base TAC mudah
dipotong dan atau dilipat dan bahan terhadap listrik statis.
|
( B ) Fungsi setiap
lapisan
·
Lapisan
pelindung : Mencegah goresan dan tekanan
·
Lapisan
emulsi : Lapisan yang peka sinar-x yang
berisi perak halida.
·
Lapisan
bawah : Mengikat emulsi pada lapisan penyangga ( base )
·
Lapisan
anti halation : mencegah halasi cahaya (
pemantulan yang tidak teratur pada permukaan base ) untuk meningkatkan
ketajaman gambaran yang dibentuk.
·
Lapisan
backing : mencegah pembentukan listrik statis dilapisan belakang film
fluorografi.
( C ) Silver hallida / perak Halida
Terutama terdiri
dari Silver bromida ( Ag Br ) dengan sedikit silver iodida (Ag I ) silver
hallida bervariasi karakternya sesuai
dengan komposisinya , ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel silver halida Apabila di ekspose dengan
cahaya , lalu dikembangkan , berubah menjadi perak hitam.
( D )
Gelatin
Silver hallida
partikel-partikelnya disebarkan dalam media gelatin yang terbuat dari kulit dan
tulang-tulang binatang.
( E ) Bahan-bahan tambahan.
·
Hardener
/ pengeras : Bereaksi dengan gelatin untuk mengeraskan tiap-tiap lapisan dan
mencegah goresan dan tanda-tanda adanya tekanan.
·
Bahan
pembungkus : pencegah penempelan antara film atau film dan IS dan juga
memberikan kehalusan yang pas pada permukaan film. Bahan ini juga efektif untuk
mencegah pembentukkan listrik statis.
·
Bahan
anti statis : mencegah masalah yang disebabkan oleh listrik statis , yang
menyebabkan permukaan film bersifat konduktif dan film tidak dapat di muati
untuk muatan listrik.
·
Zat
pemeka spektrum : Fungsi-fungsi untuk memperlebar daerah sensitif spektrum
silver hallida.
·
Anti foggant / anti fog : mengurangi kekaburan
akibat penambahan usia atau selama penyimpanan.
·
Campuran antihalasi : menyerap halasi.
Intensifying Screen
Prinsip
dari tabir penguat ( intensifying
screen ) adalah apabila bahan yang
menyerap radiasi sinar-x dan memancarkannya kembali dalam bentuk sinar
tampak Tabir penguat ini dipakai dalam
radiography dan tabir fluoroskopi . Banyaknya cahaya
yang dipancarkan berbanding lurus dengan exposi sinar-x yang mengenai tabir .
Jadi setiap pola yang terbentuk oleh berkas sinar-x akan diubah kedalam pola
yang serupa dan kelihatan.
Luminisensi ( perpendaran )
Bahan-bahan luminisense yang dapat memancarkan cahaya sebagai akibat disinar
dengan sinar-x dapat dibagi kedalam 2 golongan :
1. Bahan Fosforesensi
Bahan ini apabila menerima radiasi radiasi sinar-x
akan menyerapnya terlebih dahulu , baru
memancarkan cahaya tampak setelah selang waktu tertentu. Bahan seperti
ini tidak cocok untuk fluoroskopi , sebab kita menghendaki bahwa setiap
perubahan pola sinar-x harus terlihat dengan segera.Penundaan dalam pancaran
cahaya juga akan mengakibatkan pola menjadi kabur karena pergerakan obyek. Penundaan perubahan dari berkas
sinar-x menjadi sinar tampak disebut
afterglow.
2. Bahan fluoresensi
Bahan ini akan berpendar setelah menerima radiasi ,
langsung memancarkan cahaya tampak Bahan ini sangat cocok untuk tabir
fluoroskopi, sebab setiap perobahan pola
sinar-x dapat terlihat dengan
segera.
Bahan-bahan fluoresensi terbuat dari
kristal-kristal yang mempunyai tingkatan-tingkatan energi elektron seperti dalam atom-atom yang terpisah-pisah,
demgan mempunyai pola tingkatan-tingkatan tenaga yang terpisah pisah ( kulit
K,L, M )
Untuk tingkatan luar kebanyakan kosong. Disini
tiap elektron tidak terikat pada tenaga tertentu , tetapi kehadiran atom-atom
lain memungkinkan bagi tiap elektron untuk mempunyai sembarang tenaga .
Tingkatan-tingkatan tenaga ini membentuk
band ( daerah ) tenaga-tenaga elektron tertentu.
O
Daerah ( band ) konduksi
E1
Daerah terlarang
E2
Band ( daerah ) terisi ( valensi
band )
Makanisme
pencahayan Intensifying screen
Foton sinar-x yang mengenai kristal fosfor , dapat
menghasilkan beribu foton cahaya yang diemisikan oleh kristal fosfor. Proses
perubahan energi sinar-x menjadi cahaya tampak oleh screen disebut dengan
luminisensi ( perpendaran cahaya = pencahayaan )
Mekanisme luminisensi adalah sebagai berikut :
1. Energi radiasi diserap ( penyerapan photo
listrik oleh atom-atom dari material fosfor
2. Elektron yang terlepas meninggalkan pita
valensi menuju pita konduksi . Pada posisi ini electron memasuki kondisi high energi state. Material fosfor yang tidak
murni ( impurity) , menghasilkan luminescence centre yang cenderung memiliki
kekuatan menarik electron.kembali ke pita valensi.
3. Akibat electron kembali ke pita valensi ,
electron kembali memasuki kondisi lower energy state , sambil melepaskan energi
yang berbentuk cahaya tampak.
Fosfor murni sangat sedikit menghasilkan
pencahayaan.
Impurity *( ketidak murnian ) fosfor yang sangat
banyak dipakai dalam radiografi adalah :
Zn ------à ZnCdS
Tl ===è NaLTl dan
WO4 à CaWO4
Ada 2 model pencahayan , yaitu fosforisensi dan
fluororisensi
Fosforisensi adalah pencahayan yang terjadi saat
setelah material fosfor dikenai radiasi ,Delay waktu sampai terjadinya
pencahayaan > 10-8 detik
Fluorisensi adalah pencahayaan yang terjadi
seketika dan sesaat, pada waktu material fosfor dikenai radiasi. Waktu tejadinya pencahayaan < 10-8 detik
Mekanisme Pencahayan pada screen.
Dengan
adanya penyerapan foto listrik, electron
yang dikenai radiasi akan memiliki kelebihan energi segera meninggalkan daerah valensi
( Valence band
) menuju daerah konduksi ( Conduction band ). Selanjutnya electron memasuki
daerah konduksi dan melintas dengan kecepatan tinggi pada daerah konduksi. Pada saat bersamaan
luminicence center bekerja menarik electron kembali ke lower energi state
Karena energinya cukup tinggi maka terjadi lompatan electron dari energi tinggi
ke daerah energi rendah. Pada saat terjadi lompatan energi terebut terjadilah
pelepasan energi foton cahaya ,sebagai bentuk pencahayaan fluoricensi.
Syarat-syarat
bahan fluorosensi ( I S ):
-
Dapat menyerap radiasi cukup besar ( Z tinggi )
-
Mengeluarkan
cahaya ( warna )tertentu
-
Mempunyai after
glow yang singkat .
Bahan-bahan
yang kita pakai untuk intensifying screen ( IS ) adalah :
- Konvensionil
: CaWO4 , ZnSO3 , ZnCdO4 , BaPbSO4, bahan ini biasa disebut
dengan salt screen.
- Rare Earth :
Rare earth substances adalah
material-material fosfor yang secara alamiah jumlahnya sangat terbatas. Rare
earth merupakan material fosfor yang sangat baik efisiensi pencahayaannya,
sehingga banyak dipakai sebagai bahan baku
intensifyaing screen. Keunggulannya adalah dapat menghasilkan pencahayaan 4
kali lebih besar dari Intensifyaing Screen
CaWO4 jenis fast.
§
LaO2S2:Tb ……> Terbium
activated lantanum Oxysulfida.
§
GdO2S2:Tb ……> Terbium
Activated Gadolium Oxysulfida
§
Y2O2S2:Tb…….>
Telerium Activated Yitrium Oxysulfida
Calcium
tungstate bisa dipakai untuk tabir penguat , sedangkan Zinc Cadmium Sulphide
untuk tabir fluoroskopi. Barium lead
sulphide dan Zinc Sulphide tidak dipakai lagi untuk tabir penguat hanya
kadang-kadang dipakai dalam tabir mass miniature radiography ( photo fluoroskopy
)
Intensifikasi gambar
Radiografi
memerlukan Intensifying screen , yang berfungsi sebagai lembar penguat gambar ,
melalui proses pencahayaan akibat penyinaran. Bila memamakai Intensifying
screen dapat menghemat nilai penyinaran , disamping menghasilkan mutu gambar
yang lebih baik. Proses yang demikian kita sebut dengan intensifikasi gambar..
Dengan demikian apabila menggunakan Intensifying screen memerlukan Factor Intensifikasi ,
yaitu nilai perbandingan antara penyinaran tanpa menggunakan Intensifying
screen dengan penyinaran dengan menggunakan intensifying screen.
Eksposi tanpa
I S
Faktor intensifikasi = ------------------------
Eksposi dengan I S
Sebagai contoh , suatu gambar dengan densitas 2.00 membutuhkan nilai
penyinaran tanpa intensifying screen sebesar 6400 mR. Apabila dilakukan
penyinaran dengan menggunakan Intensfying screen , bilai penyinaran hanya 200
mR , jadi factor intensifikasinya adalah
:
6400 mR
Faktor
intensifikasi
=--------------------- = 32
200 mR
Apabila diketahui nilai mAS dengan Intensifying screen pada suatu
pemotretan dibutuhkan 50 , maka kebutuhan mAS pada pemotreten tanpa
intensifying screen adalah 32 x 50
mAS = 1600 mAS.
EA EB
Dengan memakai tabir penguat maka eksposi sinar-x
yang diperlukan untuk menghasilkan densitas film tertentu jauh berkurang.
Pengurangan ini diukur dengan faktor penguat ( IF )
Tabir dengan IF yang tinggi disebut tabir cepat.
Kurva karakteristik dari
film A disinar tidak dengan tabir
penguat , sedangkan film B denga tabir
penguat.
IF untuk kombinasi film dan tabir pada densitas = 1 adalah IF
= EA / EB.
Harga IF dapat menjadi besar , yang berarti pengurangan banyak dalam
eksposi sebagai akibat dari pemakaian tabir penguat.
Faktor-faktor pengaruh I S adalah::
1. Komposisi
phosphor : dimana komposisi yang diproduksi dengan baik ( well manufactured )
tentu akan menghasilkan efisiensi pencahayaan yang baik.
2. Ketebalan
lapisan phosphor ; Lapisan yang lebih tebal akan menghasilkan pencahayaan yang
lebih banyak , akan tetapi lapisan yang tipis menghasilkan detail gambar yang
lebih baik.
3.
Reflective layer ; reflective layer menambah speed ,
tetapi mengurangi resolusi gambar.
4. Crystal
size ( ukuran kristal ). Ukuran kristal
yang lebih besar , menghasilkan emisi pencahayaan yang lebih besar dan sebaliknya.
High speed
screen , ukuran kristalnya = 8 micron
Fine detail
screen , ukuran kristalnya = 4 micron.
5.
Konsentrasi
phosphor ; konsentrsiny tinggi maka
speed dari tabir penguat jyga tinggi juga dan sebaliknya.
6.
Dye (
cat ) berfungsi untuk mengontrol penyebaran cahaya , menyerap cahaya hamburan , sehingga cat (
dye ) dapat meningkatkan ketajaman gambar.
Jenis-jenis intensifying
screen ( I S )
§
Slow screen ( High definition )
§
Par speed ( medium )
§
Fast screen ( low definition )
Speed dari intensifying screen
Intensifying screen yang
effisiensinya tinggi dalam pencahayaan disebut memiliki speed yang tinggi .
Berdasarkan nilai speednya dikenal berbagai macam intensifying screen :
Fine detail
( 50 )
|
Par speed
( 100 )
|
High speed
( 200 – 300 )
|
Ultra high speed
(200 – 1200)
|
|
Jenis fosfor
Emisi cahaya
Faktor intensifikasi
Resolusi lp/mmi
|
Ca WO4
Violet
20 – 30
15
|
CaWO4
Violet
30 – 60
10
|
CaWO4
BaPbSO4
Violet / Ultra violet
200 – 300
7
|
LaOBr : Tb
GdOBr:Tb
Blue / green
200 – 1200
7 - 15
|
Dari table diatas dapat dilihat
bahwa :
- Speed yang rendah , yang berhubungan dengan emisi pencahayaan dengan spectrum yang lebih sempit
- Speed yang rendah , factor intensifikasinya juga rendah
- Speed yang rendah menghasilkan resolusi gambar yang lebih tinggi , kecuali pada ultera high speed resolusi gambar yang baik masih dapat dipertahankan
Pada hakekatnya , penggunaan screen meningkatkan nilai penghitaman gambar
pada film. Dengan demikian berarti meningkat speed film , yang juga berarti meningkatkan kontras
gambar.
Berbagai material dan tipe pencahayaannya
Material
|
Emisi cahaya
|
l maks ( nm )
|
Keterangan
|
Ca WO4
BaSrSO4
GdO2S : Tb
LaOBr :Tb
BaPbSO4
Y2O2S :Tb
BaFCl :Eu2+
(ZnCd)S :Ag
CsI :Na
|
Violet-blue
Violet
Green
Violet-blue
Violet
Blue - Green
Violet – Blue
Blue – Green
Blue - green
|
430
390
545
350 -500
370
350 -600
390
530
420
|
Detail, par speed
Regular
Rare-earth
Rare-earth
High speed
Mammografi
High speed
Image Intensifier
Image intensifier
|
Efek pemakaian Intensifying screen ( I S
)
1.Terjadi ketidak tajaman gambaran.
Sebuah
pola yang tajam / dalam
Berkas
sinar-x menghasilkan gambaran yang tajam pada film bila (a) tidak pakai tabir ,
tetapi gambaran yang kabur ( tidak
tajam) bila (b) dipakai tabir.
Pemakaian tabir penguat dengan If tinggi mengakibatkan pengurangan
eksposi tabung (mAS ) dan dosis pasien
yang besar , akan tetapi menghasilkan pola yang kabur pada film.. Foton sinsr-x
yang diserap dalam lapisan tabir penguat menghasilkan foton cahaya yang
dipancarkan kesegala jurusan . Tidak seluruh foton sinar-x akan mencapai film,
hanya yang sampai ke film yang akan membentuk gambran latent.Dalam praktek
keadaan ini menjadi lebih buruk dengan adanya sinar hambur yang terjadi pada
tabir. Pemasukan bahan cat kedalam tabir akan mengurangi hamburan tersebut.Pada
pembuatan tabir , pabrik akan mengatur tebalnya tabir , besar ukuran kristal , dan jumlah cat untuk menghasilkan
kombinasi optimum dari IF dan ketidak tajaman tabir.
1.
Mottle
Mottle adalah adalah perbedaan densitas yang tidak beraturan pada gambaran
Rontgen
Mottle dapat timbul karena :
-
Ketidak
sama-rataan lapisan screen , sehingga radiograf tidak mendapatkan intensitas
yang sama. Ini disebut dengan screen mottle
-
Pemancaran
sinar-x adalah proses yang random, seingga walaupun dalam berkas uniform,
jumlah rata-rata foton sinar-x yang sampai kesetiap bagian tabir tidak sama /
tidak meratanya intensitas sinar-x sampai ke Intensifyaing screen . Ini
disebut Quantum Mottle
Efek
penyinaran sinar-x pada gambaran Radiografi
Pola pada film sinar-x mempunyai tingkat
kekelabuan yang berbeda-beda berkisar dari film
yang hampir terang berasal dari bagian pasien dimana sinar-x hampir seluruhnya diatenuasi dan tak sampai ke film yang hampir hitam
berasal dari bagian-bagian dimana banyak radiasi melalui pasien dan mencapai
film. Demikian pula tabir fluoroskopi
mempunyai brightness berkisar dari
daerah yang sangat suram dimana sedikit
sinar-x mencapai tabir kedaerah
sangat terang dimana banyak sinar-x mencapainya.
Dari tingkat kekelabuan dan brightness
berbeda-beda ini para Radioloog dapat mengirakan mengenai tebal dan
jenis bahan yang dilalui sinar-x dan membuat
diagnosa klinis.
Bila sinar-x yang keluar dari pasien itu kecil
maka bagian pasien yang dilaluinya adalah
sangat tebal dan
pekat dan /atau dari bahan
yang tidak begitu menyerap.
X o
1
Setelah melalui tulang ( 1 ) intensitas sinar-x
2
berkurang dari X0
menjadi X1 , sedangkan melalui otot ( 2 ) dari X0 menjadi
X2.
Perbedaan
intensitas ini X1 dan X2
membentuk
pola berkas sinar-x.
X1 X2
Transmisi
sinar-x oleh dua bahan
yang berbeda
Fluoroskopi.
Dalam fluoroskopi pola
intensitas yang diteruskan dan disebabkan oleh pasien diarahkan ketabir fluoroskopi.
Brightness ( L ) cahaya yang dipancarkan setiap
titik pada tabir sebanding dengan intensitas ( X ) sinar-x mengenai titik tersebut pada tabir. Jadi pola
intensitas dalam berkas sinar-x diproduksi sebagai pola dari pancaran cahaya tampak yang berbeda.
Bila terdapat banyak sinar-x terdapat pula banyak
cahaya dan sebaliknya.
Faktor-faktor
penting yang mempengaruhi pola tersebut adalah :
§
Kualitas ( kV )
sinar-x
§
Tebal bahan
penyerap ( pasien )
§
Nomor atom dan densitas berbagai bahan.
Sinar-x pada waktu
melalui bahan akan mengalami pengurangan intensitas sesuai dengan hukum
eksponensial .
Jadi hubungan X1 , X2 dan X0 adalah
X1 = X0 e -m1x
X2 = X0 e -m2x
m1 dan m2 = koefisien atenuasi linear kedua
bahan
x = tebal bahan
Dari kedua persamaan
diatas maka :
X1 <
X 2 , maka
X0 e -m1x <
X0 e -m2x
- µ1 x Log e
< - µ2 x log e
- µ1
< - µ2
jadi , µ1
> µ2
Kombinasi
film dengan screen
Energi sinar-x sebelum mengenai film terlebih
dahulu menegnai kristal foosfor pada screen , terjadilah peristiwa penyerapan ,
tenaga foton sinar-x diubah menjadi foton cahaya . Kemudian energi foton cahaya
diserap oleh emulsi film , digunakan untuk megurai AgBrmembentuk bayangan
latent
Sebuah foton sinsr-x diubah menjadi sejumlah foton
cahaya tampak .Dalam hal tersebut , maka
kebutuhan yang ingin di penuhi adalah :
- Jenis pencahayaannya harus sesuai dengan sensitifitas AgBr.
Berbagai jenis
warna cahaya dapat dihasilkan
melalui proses pencahayaan pada intensifying screen , mulai dari ultra violet ,
violet , biru dan hijau.Sementara ketebalan emulsi dan structure kristal AgBr
nya dapat didesain dan dikonstruksi sedemikian rupa , sehingga sesuai untuk
salah satu jenis pencahayaan diatas.
- Jumlah pencahayaannya mencukupi untuk density yang diinginkan . Jumlah pencahayaan yang banyak , menghasilkan nilai density yang tinggi, tetapi tidak semua radiograf ( gambar Rontgen ) menghendaki nilai density yang tinggi.
Emisi
spectral
Kesesuaian
antara kebutuhan film/ penggambaran dengan kemampuan pencahayaan oleh
screen dapat dijelaskan dengan emisi spectral berikut :
Keterangan gambar
Kurva A : menunujukkan sensitifitas film radiograf terhadap cahaya, Berawal dari panjang
gelombang rendah sampai 500 nm.
Kurva B : menunjukkan kemamampuan emisi pencahayaan oleh Intensifying
screen pada spectrum
cahaya dari 350 nm sampai 550 nm
Kurva C : menunjukkan kemampuan emisi pencahayaan oleh fluoresence screen pada spectrum
Cahaya dari 450 nm
sampai 650 nm
Kurva D : menunjukkan sensitifitas / kemampuan mata terhadap cahaya , yang
berkisar antara 430 nm
sampai 700 nm.
Kurva A sesuai berpasangan dengan kurva B dan
kurva C sesuai berpasangan dengan kurva D , sebab puncaknya sama ,
masing-masing pasangan berada pada daerah spectrum yang relative sama, sehingga
disebut sesuai dalah hal :
---------à antara emisi cahaya
intensifying screen dengan sensitifitas film
---------à antara emisi cahaya
fluoresence screen dengan sensitifitas
mata.
Sensitifitas
film blue dan green terhadap emisi cahaya CaWO4 dan Gd2O2S:Tb
I
400 500 600 700 (nm)
Keterangan gambar :
- Film blue dan film green dapat menangkap emisi cahaya CaWO4 , walaupun intensitas emisi CaWO4 relatif kecil
- Film blue tidak dapat menangkap emisi Gd2O2S:Tb khususnys pada daerah yang intensitasnya paling besar
- Film green sangat baik dalam menangkap emisi Gd2 O2 S: Tb , khususnya pada daerah yang
intensitasnya paling bear.
Kesesuaian kombinasi antara film
dan screen , untuk kebutuhan pemeriksaan secara spesifik , harus
dipertimbangkan berdasarkan kualitas film dan screen itu sendiri. Pemilihan
tidakdapat dilakukan dengan menilai film dan screen secara terpisah
KONTRAS
•
Kontras adalah perbedaan densitas antara bagian yang
gelap dengan bagian yg terang dari gambaran radiologi
Dalam penilaian terhadap kontras dibedakan atas :
-
Kontras obyektif
-
Kontras subyektif
Kontras Obyektif
tidak selalu dapat diterima oleh mata , harus melampaui harga ambang.
Diatas nilai ambang ini barulah dapat dibedakan secara subyektif.
Kontras obyektif dapat ditentukan dengan
perhitungan dan pengukuran, sedangkan
kontras subyektif ,berbeda setiap orang ,tergantung dari penglihatan
seseorang.
Kontras dalam ilmu radiografi dapat kita bedakan sebagi berikut :
- Kontras Radiasi
- Kontras subyek
- Kontras film
- Kontras gambar ( radiografi )
*Kontras
Radiasi adalah nilai perbandingan antara intensitas sebelum mengenai obyek
( bahan ) (= I0 ) dengan intensitas yang
menembus bahan ( I t )
Kontras Radiasi = I0 / I t
It =
I0 e-mx
X = tebal bahan.
m = faktor atenuasi bahan
Kontras radiasi
tergantung pada :
-
tebal bahan
-
kerapatan / nomor atom bahan
-
kualitas radasi
Pada penyinaran film
Rontgen , dimana x adalah menunjukkan ketebalan film dan m adalah angka serap linear emulsi
film ( factor atenuasi film ) ,. maka nilai logaritma dari kontras radiasi
adalah adalah nilai densitas film
I0
D = Log---------
I t
*Kontras Subyek adalah perbedaan Intensitas
radiasi yang telah menembus bahan tergantung pada ketebalan / kerapatan obyek ( organ
) dalam suatu bahan
Oleh karena dadalam obyek yang disinar terdiri
dari structure ketebalan maupun kerapatan yang bermacam-macam , maka intensitas
yang keluar setelah menembus obyek itu juga bermacam-macam . Dengan demikian
obyek yang disinar berfungsi sebagai subyek , maka terjadilah perbedaan
intensitas radiasi.Perbedaan ini disebut dengan kontras subyek.
A <
B < C
Maka
I1 >
I2 > I3
Kontras
subyek :
I1 I2
AB = -----
; BC =
-------
I2 I3
Pada
radiograf obyek-obyek yang disinar senantiasia memiliki variasi ketebalan,
kerapatan , sehingga selalu menghasilkan kontras subyek. Kontras subyek yang dihasilkan
dapat dikontrol dengan nilai kV yang diberikan . kV yang semakin tinggi akan
mengurangi nilai kontras subyek yang dihasilkan. Dengan naiknya nilai kV ,
tingkat penyerapan photo listrik akan berkurang , attenuasi bahan berkurang ,
sehingga kontras yang dihasilkan juga berkurang.( menurun )
Kontras subyek dalam radiografi sangat penting , sebab tanpa adanya kontras subyek ,pola yang
didapat pada radiograf tidak akan terbentuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras subyek
adalah :
- Variasi ketebalan bahan
- Perbedaan nilai ketebalan bahan
- Variasi densitas bahan
- Perbedaan antar densitas dalam bahan
- Daya tembus radiasi.
*Kontras
film
Kontras film adalah perbedaan
nilai densitas optik yang dapat dicatat oleh suatu film.
Kontras film dapat dinyatakan
dengan sudut kemiringan garis pada kurva karakteritik. Sudut kemiringan yang
baik dalam radiografi adalah =45 0
*Kontras gambar
Kontras gambar adalah pola distribusi penghitaman
( opasitas dan lusensi ) gambaran tiap tiap organ , yang dimiliki oleh suatu
gambar radiografi,
Kontras gambar adalah suatu gambaran organ atau
struktur obyek tertentu pada suatu hasil radiografi, yang dapat diamati secara
visual ( oleh pengamat ) ,dan dapat dinyatakan nilainya secara subyektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontras gambar
adalah :
-
Ketebalan pasien
-
Penggunaan grid
-
Jenis film dan IS
-
Faktor eksposi
-
Teknik posisi
-
Teknik kompressi
-
Teknik air-gap
-
Teknik kV tinggi
-
Teknik bahan
kontras
-
Teknik pencucian
film.
Kontras gambar merupakan perpaduan seluruh
pengaruh tersebut , baik positif maupun negative , yang disimpulkan dalam suatu
penglihatan. Dengan demikian penentuan
akhir dari nilai kontras radiografi ini sangat mengandalkan keseimbangan dan
keharmonisan antara keseluruhan factor-faktor pengaruh tadi
Ilustrasi diatas menunjukkan ketebalan obyek yang berbeda dan nomor atom / angka serapnya yang berbeda ( X1m1 , m2 X2 ).
Untuk keadaan diatas maka persamaan kontras dapat dinyatakan sebagai
berikut :
C = 0.4343ý. (m1x1 – , m2 x2 )
Apabila ketebalannya berbeda tetapi materialnya
sama ( m1 == m2 ) maka persamaannya menjadi :
C
= 0.4343 ý m (X1 -- X2 )
Apabila ketebalannya sama (X1
= X2) , tetapi
materialnya berbeda , maka persamaannya menjadi :
C
= 0.4343 ý ( m1 -- m2 ) X
MAGNIFIKASI
DAN DISTORSI
Apabila
dilakukan pemotretan terhadap objek ( dalam pembuatan photo Rontgen ) , maka
gambaran yang kita dapatkan akan terjadi perubahan baik bentuk ( shape )
ataupun ukuran ( size ) dari objek yang kita maksudkan. Dalam ilmu radiografi , perubahan ini kita kenal
dengan magnifikasi dan distorsi.
Magnifikasi adalah perubahan ukuran suatu objek
dimana gambaran yang terbentuk akan menjadi lebih besar dari pada benda
aslinya.
Distorsi adalah perubahan bentuk dari objek yang
kita maksud dimana bentuknya menjadi tidak sama dengan bentuk benda aslinya.
F
F
objek
Distorsi
Magnifikasi
Gambar dari kepingan uang logam diatas , dengan
mengatur posisi bidang uang logam tersebut tegak lurus bidang film , maka
hasilnya tidak lagi berbentuk lingkaran ,
melainkan berbentuk batang , tetapi bila kepngan uang logam terebut
diataur posisinya horizontal , sejajar dengan bidang film , maka hasil
gambarannya adalah berupa lingkaran , hanya ukurannya akan lebih besar dari
lingkaran sebenarnya .
Dalam radiografi , distorsi dan magnifikasi adalah
dua hal yang senantiasa terjadi bersamaan dalam satu gambaran
Pengukuran dan perhitungan magnifikasi
Magnifikasi adalah perbandingan
antara bayangan dengan obyek
A B
m = ------------
a b
h
f
f
m
= --------------
h
a b
d
A B
f
m
= -------------------
f – d
Magnifikasi ( m ) makin besar / bertambah besar bila :
-
Jarak objek film ( d ) bertambah , pada jarak
fokus film konstan
-
Jarak fokus film ( f ) berkurang , pada jarak
objek film ( d ) konstan.
Grafik hubungan antara magnifikasi m dengan jarak objek film d , pada jarak
fokus film yang berbeda-beda
Pada sinar oblique
a b
A B
A B f
Pembesaran oleh sinar
oblique m = -------------- = -------------
a b f – d
anak panah , yang sejajar film dan
pada jarak yang sama dari film , memberikan bayangan yang sama besar dimanapun diletakkan.
Jadi bila objek sejajar film, maka
gambaran yang diperbesar (bayangan) akan
berbentuk sama dengan objek pada film.
Magnifikasi dalam makro Radiografi .
f
, m = ----------------
f – d
Bila dikehendaki suatu gambar dengan
megnifikasi 1,5 kali ( 150 % ) , untuk f = 100 cm , maka
jarak objek film film ( d ) :
f
.m = ----------
f – d
100
150 - 100
.1,5 = ---------- d =
---------------- = 33,3 cm
100 – d
1,5
Efek inklinasi
objek
Gambar diatas memperlihatkan
objek ( benda ) tidak sejajar dengan film, dengan membentuk sudut sebesar j dengan film. Ternyata
bayangan benda ( ab ) pada film ( AB ) lebih kecil dari bayangan benda (a’b’ = ab )
yang ditunjukkan dengan A’B’ yang
sejajar film dengan rata-rata jarak yang
sama terhadap film. Pengurangan ukuran
bayangan tergantung dari besarnya sudut j ( inklinasinya ). Bila j nya besar , maka ukuran besar bayangan berkurang dan dapat
lebih kecil dari ukuran objek yang sebenarnya. Bentuk bayangan juga berubah
dari lingkaran menjadi elips Bentuk dan besarnya ukuran bayangan tergnatung
dari sudut inklinasi (j ) dari objek lingkaran
ke film dan juga apakah sinar-x yang dipakai secara sentral atau oblique.
Ukuran dan bentuk bayangan dari
objek miring tergantung dari posisi lateralnya dalam berkas sinar-x.
Inklinasi dengan sudut (j ) , dan ab = a’b’ AB
> A’B’
Makin besar sudut inklinasinya (j ) , maka :
-
Ukuran
bayangannya makin pendek
-
Ukuran bayangan dapat lebih pendek dari bendanya.
Distorsi : Perubahan bentuk bayangan karena posisi
objek
Jika
Jika 2 objek yang sama besar dan sejajar film , tetapi jarak terhadap film tidak sama ,
maka pembesaran tidak sama.
Ukuran dan bentuk bayangan dari 3
bola yang sama besar dan sejajar film , tergantung dari letak lateralnya.
Semakin lateral ( semakin jauh dari sumbu sinar ) semakin panjang bayangan
ellipsnya.
Pada objek yang tipis datar , memungkinkan
menempatkannya sejajar dengan film, tidak demikian halnya dengan benda yang
tebal dan bentuknya yang tidak beraturan , sehingga bayangannya pada setiap
bagian akan mendapat pembesaran yang
berlainan, tergantung pada jarak ke film sehingga bentuk keseluruhan akan
berubah.
Distorsi dari bentuk dan posisi dapat dibuat
sekecil munkin dengan pemakaian jarak fokus film yang besar dan jarak objek
film yang kecil dan berkas sinar-x yang tegak lurus film ditujukan pada bagian
( objek ) yang diperiksa.
Ketidak tajaman gambaran atau pengaburan
Salah satu unsur penilaian terhadap kualitas
gambar radiografi adalah ketajaman gambar. Ketajaman secara subyektif
didefinisikan sebagai kemampuan mata mengamati gambar radiografi dalam dalam
mengekspresikan struktur anatomi tubuh / organ tertentu.
Secara obyektif ekspresi ketajaman dapat diukur
pada media pencatat gambar. Salah satu tolok ukur dari ketajaman adalah
kemampuan media pencatat gambar dalam menampakkan jumlah pasang garis persatuan
lebar tertentu
Dalam radiografi unsur ketajaman sangat dibutuhkan
, disamping juga kontras gambar radiografi sebagai unsur lain dari penilaian
kualitas gambar radiografi. Tiap gambar radiografi menghendaki formula
ketajaman dan kontras berbeda-beda , sehingga kontribusi ketajaman dan kontras
terhadap suatu gambaran Radigrafi perlu
diatur sedemikian rupa , agar gambar tersebut dapat disebut sebagai gambaran
yang berkualitas baik.
Ketajaman gambar dalam radiografi dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai
1.Faktor geometri
Beberapa hal yang termasuk dalam unsur-unsur
proyeksi pembentukan gambar , seperti , ukuran fokus, jarak antara obyek dengan
film ( OFD ) , Jarak fokus dengan film ( FFD ). Besarnya penumbra, dapat
mempengaruhi ketajaman gambar radiografi ( sharpness ) Pengaruh yang posisitf
dapat meningkatkan ketajaman gambar
.Pengaruh negtifnya , dapat mengurangi ketajaman gambar atau bahkan menghasilkan
ketidak tajaman gambar radiografi ( unsharpness ). Oleh sebab itu ketidaktajaman
gambar yang disebabkan faktor geometri disebut geometric unsharpness ( U g ) .
Ketidak tajaman geometri bertambah bila :
a.
Ukuran fokus efektif bertambah
b.
Jarak fokus film (
FFD ) berkurang ( semakin dekat )
c. Jarak obyek film
( O F D ) bertambah ( semakin jauh )
2. Faktor pergerakan
Salah satu komponen dari struktur radiografi (
misalnya tabung , obyek, kaset/film ) mengalami pergerakanselama eksposi , maka
hasil gambarnya akan menjadi kabur
Hal tersebut menyebabkan gambar tidak tajam . Jadi
pergerakan menyebabkan ketidak tajaman oleh pergerakan yang disebut movement
unsharpness ( U m )
3. Faktor kombinasi film –screen
Kombinasi film-screen sangat besar artinya dalam menghasilkan kontras
gambar, walaupun pengaruh nya kurang menguntungkan terhadap ketajaman gambar.
Ketidak-tajaman gambar yang diakibatkan oleh pemanfa’atan kombinasi film-screen
disebut film-screen unsharpness , atau disebut juga photographic
unsharpness ( U f )
Disamping ketiga faktor tersebut diatas , penyebab ketidak tajaman gambar
juga dipengaruhi oleh jenis fim emulsi ganda ( double emulsion ) dan
ketidak tajaman dalam.
Pengaruh dari emulsi ganda adalah terbentuknya gambaran pada kedua sisi
lapisan emulsi ,dimana walaupun sangat tipis tetapi memiliki keduanya batas
yang berbeda. Ketidak tajaman yang
dihasilkan menjadi lebih besar ketika film masih basah , dimana lapisan
emulsinya masih mengembang.Pada sa’at film sudah kering , nilai ketidak tajaman
menjadi sangat kecil. Ketidak tajaman tersebut dinamakan ketidak tajaman
paralax ( Paralax usharpness ) .
Pada ketidak tajaman dalam ,dimana hampir semua organ anatomi dalam pasien
tidak terbuat dari obyek dengan ketebalan yang sama dan dengan tepi-tepi yang
tidak tajam , tetapi dengan tepi-tepi bundar akan menghasilkan ketidak tajaman
gambar.Perbedaan transmisi pada tepi obyek bulat menimbulkan pola densitas yang
serupa tetapi berbeda dengan ketidak tajaman sebenarnya. Pola ini timbul karena
radiasi melalui bermacam-macam tebal bahan dengan atenuasi yang terus berkurang
bila mndekati tepi. Sebetulnya walaupun kelihatan seperti ketidak tajaman , ini
bukan ketidak tajaman tetapi kontras yang berbeda-beda.
Evaluasi ketidak-tajaman ini dapat disatukan kedalam photographic
unshapness.
Ketiga faktor yang mempengaruhi ketajaman gambar tersebut , secara
bersama-sama andil dalam setiap gambar radiografi.. Perihal berapa besar andil
dari tiap-tiap faktor diatas sangat tergantung pada proses pembuatan gambar
radiografi yang bersangkutan
Dengan demikian apabila terjadi ketidak tajaman pada suatu gambar
radiografi , maka hal tersebut terjadi oleh karena konstribusi kumulatif dari
ketiga penyebab ketidaktajaman, yaitu ketidaktajaman geometri , ketidak tajaman
pergerakan dan fotografi. Seluruh ketidak tajaman yang terlihat pada gambar
radiografi kemudian disebut sebagai ketidak tajaman total atau total
unsharpness (U T ) .
3
U T =
U g 3 +
U m 3 U f 3
Ketidak
tajaman geometri
FOKUS AKTUAL
a = fokus efektif
h
= Jarak fokus – obyek ( FOD )
a
d = Jarak obyek – film ( OFD )
f = Jarak fokus – film ( FFD )
h
Obyek
disinar :
P1 dan P2 adalah struktur
f penghitaman
semu , antara gambar
obyek
obyek yang sebenarnya dengan densiti luar obyek.
Densiti luar obyek = D
op
Densiti dibawah obyek = D
min
d
P1 = penghitaman
peralihan dari
D op ke D min ( menurun )
P1 UMBRA P2
Umbra = D min ( dibawah obyek )
P2 = penghitaman peralihan dari
D min ke D op ( meningkat )
Jadi P1
dan P2 adalah pola penghitaman yang menyebabkan gambar tidak tajam,
jadi penyebab ketidak tajaman gambar.
P1 , P 2 = U g
Penumbra d Ug d
d
d
----------------- = -------- ------- = --------- Ug
= a. ----------
a. h a (f – d ) ( f – d )
Ketidak tajaman pergerakan
Benda P Q selama penyinaran
h.
bergerak
posisinya menjadi P1 Q1
menempuh lintasan
sepanjang
PP1 = Q Q1 = x
Diuar obyek = D Optimum
f.
Dibawah PP1
( x1 ) densitinya
menurun = Dx1
P Q
Dibawah P1 Q = D
minimum
P1 Q1
Dibawah QQ1 ( x2
) densitinya meningkat = D x 2
d.
Dx1 dan Dx2 adalah pola
penghitaman yang menyebabkan
Um Um ketidak
tajaman akibat pergerakan
D
Jadi Dx 1 = Dx 2 = U m
Padahal kesebendingan geometri :
U m f
----------- = ------------
x.
h
D op Dx1 D min Dx 2 D optimum
x = lintasan
gerak obyek = v.t
v. = kecepatan dalam satuan cm/det , t = waktu pergerakan dalam detik
h. = f – d
maka rumus menjadi :
U
m f
----------------
= ---------------
v.t ( f – d )
f
U m = ------------- . v t
( f –
d )
Contoh :
Bandingkan besarnya ketidak tajaman pergerakan
antara radiografi jantung dan lambung, apabila diketahui masing-masing organ tersebut bergerak dengan kecepatan 50 mm/det dan
5 mm / det
. Jarak obyek film masing-masing cm , waktu eksposi 0,05 detik
Penyelesaian
:
f.
Rumus : Um
= ---------- v.t
(
f – d )
Pada radiografi jantung
100 cm
U m ---------------------- 50 mm / det .
0.05 det = 2,6
mm
100cm -
5 cm
Pada radiografi
lambung
100 cm
U m = ---------------------5
mm / det . 0.05 =
0,26 mm
100
cm -
5 cm
Dengan demikian radiograf jantung pada teknik
diatas menghasilkan ketidak tajaman pergerakan jauh lebih besar ( 10 kali )
dibandingkan dengan radiografi lambung.
Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa untuk
mengurangi ketidak tajaman pergerakan utamanya adalah dengan mempersingkat
waktu penyinaran
Pada kenyataannya , pergerakan beberapa organ
dalam radiografi tidak dapat dikontrol, walaupun ada juga yang dapat diupayakan
tidak bergerak selama dilakukan penyinaran.
Oleh karena itu dalam radiogfari perlu dicari
waktu penyinaran yang tepat untuk setiap jenis organ, agar gambar yang
dihasilkan ketidak tajaman pergerakan yang mungkin terjadi dapat diminimalkan.
Tabel organ dan lamanya waktu penyinaran maximal yang disarankan :
Organ yang tidak dapat dikontrol
|
t.(detik )
|
Organ yang gerakannya dapat dikontrol
|
t. ( detik )
|
Thorax untuk jantung
Lambung dan usus halus
Usus besar
|
0.05
0.5
1.0
|
Genetalia dan urinaria
Pelvis dan tulang belakang
Anggota gerak
|
2
5
10
|
Upaya lain untuk mengurangi ketidak tajaman
pergerakan pada setiap gambaran radiogarafi, adalah dengan melakukan teknik
pengaturan nafas selama penyinaran dilakukan atau dengan melakukan immobilisasi
terhadap organ yang akan disinar.
Teknik pengaturan nafas pada radiografi thorax ,
yaitu dengan menginstruksikan tarik nafas dan tahan nafas selama penyinaran ,
maksudnya adalah :
Tarik nafas bertujuan agar volume paru mengembang,
sehingga daerah pengamatan terhadap jaringan paru menjadi lebih luas. Tahan
nafas , bertujuan agar paru dan tubuh secara keseluruhan diam , tenang ,
sehingga tidak terjadi pergerakan selama penyinaran. Meskipun demikian jantung
masih tetap berdenyut selama penyinaran. Oleh karena itu waktu penyinaran
kurang kurang dari 0,05 detik sangat dianjurkan.
Teknik pengaturan nafas pada radiografi abdomen ,
yaitu dengan menginstruksikan keluarkan nafas dan tahan nafas selama penyinaran.,
maksudnya adalah :
Keluarkan nafas bertujuan agar diaphragma naik ,
volume rongga abdomen mengembang , sehingga daerah pengamatan organ-organ
abdomen menjadi lebih luas. Tahan nafas , bertujuan sama seperti pada
radiografi thorax diatas .
Meskipun demikian peristaltik lambung dan usus
masih terus bekerja , sehingga waktu penyinaran kurang dari 0,5 detik tetap
dianjurkan.
Teknik immobilisasi dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pergerakan obyek yang akan disinar ,dengan menggunakan alat-alat bantu
atau alat-alat fiksasi tertentu.
Sebagai contoh
, head clamp untuk radiografi kepala , sand bag dan spon untuk
radiografi ekstremitas , bahkan pengganjal dan lain sebagainya yang dapat
digunakan untuk maksud tersebut.
Aat kompressi pada I V P , selain berfungsi
menyetop / membendung aliran kontras pada ureter , juga sekali-gus dapat
berfungsi sebagai immobilisasi.
Ketidak tajaman fotografi
( fotographic unsharpness = U f )
Ketidak tajaman fotografi disebabkan oeh film dan
screen serta kombinasi keduanya dalam pemanfaatannya dalam penggambaran.
Masing-masing faktor ketidak tajaman tersebut memiliki penyebab tertentu.
Ketidak tajaman oleh karena faktor film
ditentutukan oleh hal-hal berikut :
1.
Ketebalan lapiasan emulsi film. Lapisan emulsi yang lebih
tebal, mengakibatkan ketidak tajaman fotografi semakin besar
2.
Jenis emusi film. Jenis emulsi ganda ( double emulsion )
lebih besar dalam mengakibatkan ketidak tajam fotografi.
3.
Ukuran kristal Ag
Br.Ukuran kristal yang lebih besar mengakibatkan ketidak tajaman fotografi
lebih besar.
4.
Speed film. Speed yang lebih tinggi , menghasilkan
ketidak tajaman fotografi ebih besar
5.
effek paralax. Film basah , menghasilkan keidak tajaman
fotografi lebih besar
Ketidak tajaman oleh karena faktor screen , ditentukan oleh hal-hal
berikut :
- Ketebalan lapisan fosfor. Lapisan fosfor yang lebih tebal , mengakibatkan ketidak tajaman fotografi lebih besar
- Jenis kristal fosfor Kristal fosfor yang lebih aktif , menghasilkan ketidak tajaman tografi lebih besar
- Ukuran kristal fosfor. Ukuran kristal yang lebih besar , menghasilkan ketidak tajaman fotografi lebih besar.
- Speed screen. Speed yang lebih tinggi, menghasilkan ketidak-tajaman fotografi lebih besar
Ketidak tajaman oleh karena faktor kombinasi
film-screen , ditentukan oleh hal-ha berikut :
- Speed kombinasi film screen yang digunakan. Speed yang lebih tinggi menghasilkan ketidak tajaman fotografi yang lebih besar,walaupun beberapa jenis kristal , fosfor tertentu dapat tetap mempertahankan ketajaman , walaupun speednya tinggi.
- Kesalahan kurang kontak( rapat ) antara film dengan screen. Pada bagian yang terjadi kurang rapatnya film dengan screen , maka pada tempat itu ketidak tajaman fotografi meningkat.
Tabel perbandingan penggunaan kombinasi
film-screen , antara penyinaran pada non screen dengan penyinaran dengan
berbagai speed :
Tipe kombinasi
film screen
|
Ketidak tajaman fotografi
|
Karakteristik lain
|
Non screen
Slow speed / fine detail
Par / medium speed
High speed
Ultra high speed
|
Dapat diabaikan
0,25 mm
0,35 mm
0,45 mm
0,55 mm
|
Latitude eksposi besar
Dosis peyinaran besar
Latitude eksposi berkurang
Dosis penyinaran berkurang
Latitude ekposi berkurang
Dosis penyinaran berkurang
Latitude eksposi berkurang
Dosis penyinaran lebh rendah
Latitude eksposi terendah
Dosis penyinaran terendah
|
Dari tabel
diatas dapat dipahami bahwa :
- apabila speed makin meningkat , maka ketidak tajaman fotografi menurun
- Apabila speed makin meningkat , maka latitude ekposi menurun, berarti kontras gambar meningkat
- Apabila speed makin meningkat , maka dosis penyinaran yang dibutuhkan makin kecil /menurun
Effek-efek dan pengawasan radiasi hambur.
Bila kita melakukan pemotretan dengan menggunakan
, tidak semua sinar-x diserap atau diteruskan oleh obyek ( pasien ) , banyak
yang dihamburkan sehingga sinar primer yang datang dari tabung Rontgen dan
sampai ke film berubah menjdi beberapa
macam sinar yang berjalan dalam arah yang berbeda-beda dan dengan kekuatan (
tenaga ) dan daya tembus berbeda pula
Radiasi yang keluar dari pasien dan mengenai film
, kemungkinan –kemungkinan yang akan terjadi adalah :
- Radiasi primer
- Radiasi sekunder
- Radiasi hambur.
- Radiasi primer , adalah sinar-x yang keluar dari tabung Rontgen sebelum mengenai obyek dan kemungkinan sampai kefilm apabila sinar itu langsung mengenai film.
|
- Radiasi sekunder, adalah radiasi yang keluar dari tabung sinar-x melalui obyek ( pasien ) dengan tidak berubah arah, tapi kualitas dan kuantitasnya sudah berkurang dari radiasi primer , karena adanya penyerepan (absorpsi ) oleh tubuh pasien . berkas radiasi ini akan membentuk pola pada film.
- Radiasi hambur, adalah radiasi yang keluar dari obyek ( pasien ), tapi tidak searah dengan radiasi primer. Ini terbentuk dalam tubuh pasien ( obyek ) terutama sebagai hasil hamburan Compton. Radiasi ini umumnya tidak berpola dan menyinari seluruh daerah film secara tidak merata atau pola yang tidak berarti. Efek radiasi hambur yang tidak berpola ini akan mengurangi kontras pada gambaran ( radiografi ) yang kita buat.
Produksi radiasi hambur
Pada dasarnya produksi radiasi hambur dibedakan
atas :
- Hamburan klasik , hanya terjadi pada kV yang sangat rendah dalam rentang kV radiografi
- Hamburan Comptom, makin tinggi kV makin banyak produksi hamburan
Penyebab terjadinya hamburan adalah :
-
Tebal obyek
-
K V
-
Luas lapangan penyinaran
Radiasi hambur mempunyai tenaga jauh lebih kecil
dari foton primer dan daya tembusnya tentu jauh lebih kecil. Meskipun radiasi
hambur bergerak kesegala arah , paling sedikit setengahnya bergerak menuju film
. Banyaknya radiasi yang akan terjadi bertambah bila volume jaringan yang
disinar bertambah dan kenaikan kV dari 50 – 100 , radiasi hambur dapat 5 -10
kali lebih banyak dari radiasi primer .
Karena radiasi hambur ini merusak kontras gambaran
, maka perlu kita batasi jumlahnya dengan jalan :
-
Mengurangi pembuatan radiasi hambur
-
Mengurangi jumlah radiasi hambur sampai ke film.
-
Mengurangi efek radiasi hambur pada film.
Dalam praktekny acara pengurangan radiasi hambur
yang merusak kontras pada film dapat dilakukan dengan cara :
- Pengurangan luas lapangan , radiasi hambur dapat diperkecil dengan pengurangan ukuran lapangan penyinaran, sebab faktor terpenting banyaknya radiasi hambur adalah volume bahan yang disinar. Pembuatan ukuran lapangan dengan konus atau diaphragma adalah cara yang paling efektif untuk memperbaiki kontras radiografi
- Kompresi pasien , dapat mengurangi banyaknya jaringan yang disinar dan banyaknya hamburan yang dihasilkan
- Pemilihan kV yang cocok , usahakan pemakaian kV optimum . Bila kV rendah tidak hanya kontras yang bertambah besar , tetapi efek hambur juga tidak begitu besar.
- Memakai grid . Daam pemakaian grid, seumah radiasi hambur akan diserap disamping sebagian kecil radiasi primer akan diserapoleh grid, sehingga dalam pemakaian grid memerlukan penambahan faktor eksposi agar densitas film tetap.
- Teknik air gap. Pada teknik pemotretan ini dimana kita lakukan dengan memperbesar jarak antara obyek dengan film , sehingga kita harapkan radiasi hambur tidak sampai pada film, tapi gambaran yang kita dapatkan terjadi pembesaran . Teknik ini kita pakai untuk pemotretan makroradiografi.
Ukuran berkas
Dalam praktek kita harus membiasakan menggunakan
berkas sinar-x yang ukurannya sama atau
kurang sedikit dari ukuran film yang dipakai. Cara ini tidak hanya mengurangi
dosis radiasi kepada pasien juga menghasilkan radiograf yang baik.
g.
f a.
a. g
------- =
-------
X f
x
Gb. Konus
Gb. Kolimator variabel
Dipakai untuk mengarahkan berkas sinar Hubungan antara separasi (a) dari
daun-daun penentuan
Keukuran dan bentuk yang diingini berkas dan ukuran berkas pada
film ditentukan oleh
Jarak fokus kedaun dan fakus kefilm
Dalam praktek dipakai 2 ( dua ) sistim penetuan
berkas (kolimator ) ialah
:
- Konus
Konus memberikan ukuran berkas
tertentu , jadi harus mempunyai 1 set konus dari berbagai ukuran yang dipakai
bersama ukuran film tertentu.
- sistim diaphragma
Sistim diaphragma terdiri dari 2
pasang lempengan logam yang dapat digeser-geser , dimana sepasang lempengan
tegak lurus terhadap yang lainnya, hingga membentuk berkas empat persegi
panjang , lobang ( a ) pada gambar dapat dihitung dengan rumus :
a. g
--------- =
--------
X f
a. = X
. g / f
sistim diaphragma bergerak biasanya dilengkapi
dengan sistim cahaya tampak, sehingga ukuran berkas sinar-x pada pasien
kelihatan ebagai berkas cahaya tampak. Lampu dan cermin diletakkan sedemikian
rupa sehingga berkas cahaya searah dan ukuran sama seperti berkas sinar-x.
Ini diperoleh dengan menempatkan cermin 45 0
terhadap berkas sinar-x dan lampu berjarak sama dengan fokus ke cermin.Cermin
terbuat dari kaca berlapis perak atau logam dipoles dan pengurangan intensitas
sinar-x melalui cermin tidak besar.
fokus
cermin
lampu
diaphragma
Gb. Kolimator variable dengan
penunjukkan berkas cahaya
No comments:
Post a Comment