MATERI I
(SATU)
ISTILAH,
DEFINISI DAN PENGERTIAN
“ETIKA”
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Etika berasal
dari bahasa Yunani yaitu Ethos, yang secara etiminologi berarti ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam kamus umum
Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, 1953) etika dijelaskan sebagai ilmu
pengetauan tentang azas-azas akhlak (moral), sedangkan dalam kamus besar Bahasa
Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988) etika
dibedakan dalam tiga arti:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
2. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
oleh suatu golongan atau masyarakat
Etika
merupakan suatu ilmu yang normatif, dengan sendirinya berisi norma dan nilai-nilai
yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Titik berat penilaian etika
ialah perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak.
Manusia dalam
semua perbuatannya, bagaimanapun juga mengajarkan sesuatu yang baik. Perbuatan
baik merupakan tanggung jawab moral bagi semua manusia dan pelaksanaan dari
tanggung jawab ini sebagai pencerminan dari jiwa yang berpribadi. Bertanggung
jawab berarti pula memfungsionalkan sifat-sifat manusia untuk mempertahankan
pribadi yang luhur, serta dapat mendudukkan nilai harga dari manusia sebagai
manusia. Seperti kita ketahui etika itu sangat menentukan kebiasaan kita dan
tingkah laku kita terhadap sesuatu hal yang menyangkut akan budi pekerti
manusia.
I.2 TUJUAN
Tujuan kita mempelajari etika adalah
meningkatkan diri kita terhadap moral, norma dan sikap kita dalam menjalani
sesuatu, etika itu harus digunakan sebagai taraf kesopanan kita untuk
menghadapi manusia dengan berbagai sifat, suku, ras, bahasa, dan negara. Dengan
kita mempelajari etika jadi kita mengerti mana yang baik dan buruk, sehingga
kita bisa mengambil manfaatnya.
I.3 MANFAAT
Etika dapat
mengatur tingkah laku dalam kehidupan kita, baik itu dalam kehidupan pergaulan, pekerjaan atau
bermasyarakat. Sehinggga kita dapat
membedakan mana yang baik atau buruk dalam melakukan suatu perbuatan.
Dan etika juga dapat menjadikan tolak ukur dari kita sebagai manusia dengan
manusia lain, yang menimbulkan sikap saling menghormati dan menghargai walaupun
berbeda agama, ras, bahasa, bangsa, suku, dan adat isitiadat satu sama yang
lain.
BAB II. ETIKA
A. PENJERNIHAN ISTILAH
I.
Etika/Moral
Moral berasal dari
bahasa latin yaitu mos yang berarti juga adat kebiasaan, sedangkan moralitas
adalah sifat moral atau keseluruan azas dan nilai yang berkenaan baik dan
buruk.
Etika berasal dari
bahasa Yunani yaitu Ethos, yang secara etimologi berarti ilmu apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam kamus bahasa Indonesia yang
lama (Poerwandardamita, 1953) dijelaskan sebagai “Ilmu pengetahuan tentang
azas-azas akhlak (moral)”, jadi etika sebagai ilmu sedangkan dalam Kamus Besar
Indonsia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), Etika dibedakan
dalam 3 arti : “ 1) Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak) ; 2) Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak ; 3) Nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Jadi kata “Etika”
sama denga etimologi kata “moral”, keduanya berasal dari kata yang berarti adat
kebiasaan. Menurut istilah lain etika, biasa digunakan kata: moral, susila,
budi pekerti, akhlak (Arap). Menurut sejarahnya, istilah etika itu mula-mula
digunakan oleh Montaigne (1533-1592), seorang penyair Prancis dalam syair yang
terkenal pada tahun 1580 (Fr, etika = etiqueI).
II.
Amoral dan Immoral
Mengenai istilah
dibedakan antara amoral dan immoral. Oleh Concise Oxford dictionary kata
amoral diterangkan sebagai “unconcerned with, uot of the sphere of
moral, non moral”. Jadi kata moral berarti tidak berhubungan dengan kenteks
moral. Immoral dijelaskan sebagai “opposed to morality, morally evil”. Jadi immoral
berarti bertentangan dengan moralitas yang baik, ”secara moral buruk”.
Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia tidak terdapat amoral ataupun immoral, tetapi dalam kamus yang
baru dijelaskan sebagai tidak bermoral atau tidak berakhlak.
III.
Etika dan Etiket
Etika berati moral
dan Etiket berarti sopan santun. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia,
baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya
memberi norma bagi perilaku manusia dan demikian menyatakana apa yang harus
dilakuan atau tudak biloeh dilakukan.
Perbedaan antara Etika dan Etiket :
·
Etiket
menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia, Etika menyangkut
masalah apakah suatu perbuatan itu bole
dilakukan atau tidak.
·
Etiket
hanya berlaku pada pergaulan, sedangkan Etiaka selalu berlaku, juga bila tidak
ada saksi mata. Etika tidak tergantung pada tidak hadirnya orang lain.
·
Etiket
bersifat relatif, sedangkan Etika jauh lebih absolut.
·
Etiket
memandang manusia dari segi lahiriyah saja, sedangkan Etika menyangkut manusia
dari segi dalam.
Setelah
memahami perbedaan antara etika dan etiket ini, barang kali tidak sulit untuk
disetujui bawa konsekuensinya cukup besar, jika kedua istikah ini
dicampuradukan tanpa berpikir panjang. Bisa sampai fatal dari segi etis, bila
orang menganggap etika saja apa yang sebenarnya termasuk lingkup moral. Juga
tentang istilah lain yang kita pakai dalam konteks ini haruslah jelas kita
maksudkan etika atau etiket.
B. Etika sebagai Cabang Filsafat
a. Moralitas adalah Ciri khas manusia. Sebagaimana yang kita
lihat lagi, moralitas selalu mengendalikan adanya kebebasan.
Banyak
perbuatan manusia berkaitan dengan baik atau buruk, tapi tidak semua. Ada juga
perbuatan yang netral dari segi etis. Baik buruk dalam arti etis seperti dalam
peranan dalam hidup setiap manusia. Bukan hanya sekarang ini tapi juga di masa
lampau. Ilmu seperi antropologi budaya dan sejarah memberitahukan kita bahwa
pada semua bangsa dan dalam segala zaman ditemukan keinsyafan tentang baik dan
buruk, tentana yang hrus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Akan tetapi,
segera perlu ditambah bahwa tidak semua bangsa dan zaman mempunyai pengertian yang
sama tentang baik dan buruk.
b. Etika adalah Ilmu tentang moralitas atau tentang manusia
sejauh berkaitan dengan moralitas. Suatu cara lain untuk merumuskan hal yang
sama adalah etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral, terdapat 3 pendapat :
i.
Etika Deskriptif
Etika
deskriptis hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, tidak memberi
penilaian.
ii.
Etika Normatif
Etika
normatif mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Bersifat preskriptif
(memerintahkan), tidak melukiskan, melainkan menentukan benar tidaknya tingkah
laku atau anggapan moral. Etika
normatif dibagi menjadi :
Ø
Etika
umum, memandanga tema-tema umum
Ø Etika
khusus , menerapkan prinsip-pinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia
yang khusus.
iii.
Metmaetika
Matematika tidak membahas
moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan dibidang moralitas.
Metaetika bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis. Disebut juga
Etika Analisis. Dapat disimpulkan bahwa studi tentang moralitas, dibedakan :
Ø
Pendekatan
Non-Filosofi : Etika Deskripsi
Ø
Pendekatan
Filosofi : Etika Normatif
dan Metaetika
Dalam suatu sudut pandang
lain, etika apat dibagi juga kedalam :
Ø
Pendekatan
Normatif : Etika Normatif → penelitian
mengambilan suatu posisi.
Ø
Pendekatan
Non Normatif : Etika deskripsi dan
Metaetika → penelitian netral.
c. Hakikat Etika Filosofis
Etika adalah
refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut baik an buruk. Etika
merupakan cabang filsafah paling tua. Etika adalah ilmu tapi sebagai filsafah
tidak merupakan suatu ilmu empiris. (ilmu yang diasarkan fakta dan dalam
pembicaraan tidak meninggalkan fakta). Filsafah berbicara juga tentang yang
kongkret, pada yang secara yang faktual ilakukan, tapi ia bertanya tentang yang
harus dilakukan atau tidak bole dilakukan, tentang yang baik atau yang buruk untuk dilakukan.
Tapi perlu
diakui, etika sebagai filsafah praktis mempunyai batasannya juga. Mahasiswa
yang memperoleh nilai gemilang untuk ata kuliah etika, belum tentu dalam
perilakunya akan menempuh tindakan-tindakan yang paling etis, malah bisa
terjadi nilai tersebut bagus karena menyontek, jadi hasil sebuah perbuatan jadi
tidak etis. Etika juga bukan filsafah praktis dalam arti ia menyajikan
resep-resep siap pakai. Tapi setidak-tidaknya tentang cabang filsafat yang
disebut etika itu kan muda disetujui relevasi bagi banyak persoalan yang kita
hadapi. Kita semua sering berjumpa dengan pertanyaan baik dan buruk, mengenai
yang dilarang dan harus dilakukan. Pertanyaan seperti ini bahkan bisa mengrogoti
ketenagan jiwa kita. Orang yang sebetulnya tidak tahu tentang filsafah, tidak
jarang memperaktekkan etika filosofi, paling tidak secara implisit. Tidak sulit
untuk diakuai bahwa etika membicarkan tentang masalah mahapenting yang
menyangkut inti kehidupan kita sebagai manusia. Hal ini akan lebih jelas lagi
bila kita memandang perenan etika dalam dunia modern.
C. Peranan Etika dalam Dunia Modern
Menanggulangi
timbulnya masalah-masalah etis, yang terutama disebabkan perkembangannya. Setiap
masyarakat mengenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Dalam masyarakat homogen
dan agak tertutup (masyarakat tradisional), katakanlah nilai-nilai dan normanya
itu tidak pernah dipesoalkan. Dalam keadaan seperti itu secara otomatis orang
akan menerima nilai dan norma yang berlaku disuatu tempat. Pesan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis meningkatkan suatu
kepedulian etis yang tampak diseluruh terutama dalam era globalisasi.
Mempertanggungjawabkan perilaku kita berdasarkan alasan-alasan rasio.
D. Moral Agama
Setiap agama
mengandung suatu ajaran moral yang menjadikan pegangan bagi perilaku
penganutnya. Agama dan filsafah berbicara tentang hal-al etis.
E. Moral Hukum
Hukum
membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak apabila tidak dijiwai oleh
moralitas. Tanpa moralitas, hukum akan kosong, kualitas dasar hukum sebagian
besar ditentukan oleh mutu moral-moralnya. Hukum selalu akan diukur dengan
norma moral. Moral juga membutukan hukum, moral akan mengawang-awang saja
apabila tidak diungkapkan dan dilembakan dalam masyarakat. Baik ukum maupun
moral mengatur tingkah laku manusia. Hukum membatasi diri pada tingka laku
lairiyah saja, sedangkan moral menyangkut juga batin seseorang.
F. Objek Formal Moral/Etika
Hal yang
secara kabur terdapat pada kehidupan shari-hari, kalau kita perdalam akan jelas
akan makna dan maksud yang lebih dalam.
Tiap ilmu
mempunyi sasaran tertentu dan tersendiri, ilmu hayat mempunyai sasaran pebuatan
manusia (apa-apa yang hidup) dipandang dari sudut gejala hidup. Antropologi
budaya memandang manusia dalam hubungan kelompok dilihat dari sudut
kebudayaannya, begitulah selanjutnya. Dan
kini kita bertanya dari segi manakah yang menjadi sasaran moral itu?
Seperti yang kita ketahui, orang-orang dapat mengatakan orang ini baik, oarang
itu jelek, dan dalam pernyataan itu terkandung isi yang mengatakan bahwa orang
mempunyai pengertian tentang perbuatan-perbuatan manusia dipandang dari sudut
selaras atau tidak selaras dengan norma kesusilaan. Maka daripada itu kita
dapat berpikir lebih lanjut, bahwa sasaran moral adalah keselarasan dari
perbuatan manusia dengan aturan-aturan yang mengenai perbuatan-perbuatan
manusia itu.
G. Objek Materiil Moral/Etika
Moral masih
memakai dasar akal budi manusia, tetapi moral tidak puas dengan alasan-alasan
yang dangkal saja, moral ingin menyelam lebih dalam lagi, dan lebih menyelam
lebih dalam pula asal masih terdapat dasar laut norma kesusilaan dari
kehidupan manusia. Dari itu lazim dikatakan bahwa orang termasuk bagian
dari fisafah, karena mutu dari ilmu itu sendiri.
Tiga hal
telah kita temukan keselarasan dari prbuatan
manusia dengan kodrat manusia, akal budi pekerti dipakai untuk menyelami
ilmu itu dan dalam mencari dasar-dasar sedalam-dalamnya. Untuk dapat menentukan kualifkasi demikian orang
itu melihat kebiasaan mereka perbuat. Dari situ orang akan mendapat moralita
dari mereka. Kebiasaan orang berbuat itu dilihat dari sudut selaras dengan norma-norma
kesusilaan. Jelas bagi kita bahwa yang menjadi bahan pnyelidikan adalah perbuatan/tindakan
manusia, atau dapat kita katakan tindakan insani.
H. Definisi Ilmu Moral/Etika
Kita telah
banyak menemuai mengenai moral, etika dan kesusilaan. Yang telah kita temukan
yang lain : bahan dari ilmu itu ialah perbuatan-perbuatan manusia. Yang kita
cari pertama kali adalah keselarasan dari perbuatan-perbuatan itu dalam
hubungan alam manusia, disamping itu kita mencoba untuk menyelam sedalam
pebuatan manusia itu.
Yang terakhir
ialah kita kita berjalan dalam analisis itu berbekal akal manusia belaka yang
tidak dipimpin oleh salah satu wahyu. Itulah inti dari ilmu yang dinamakan moral
atau etika. Dapat dikatakan bahwa yang mempunyai moralitas adalah manusia,
selain itu di dunia ini tidak ada yang mempunyai moralitas.
I. Fungsi Ilmu moral/Etika
Etika sebagai
suatu ilmu, merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sifatnya praktis,
normatif dan fungsional sehingga dengan demikian merupakan suatu ilmu yang
langsung berguna dalam pergaulan hidup sehari-hari. Etika juga dapat menjadi
asas dan menjiwai norma-norma dalam kehidupan, disamping sekaligus memberikan
penilaian terhadap corak perbuatan seseorang sebagi manusia. Suatu sikap tealh
menjadi sifat atau kelakuan, menerut psikologi, itu dibentuk oleh sedikit 4
jenis pengaruh :
1. Kebiasaan, Habitat dan Custom
Suatu kebiasaan yang sudah
mempola, dibentuk oleh lingkungan hidup, oleh kebutuhan/needs ataupun oleh
kehendak meniru, kepatuhan mengikuti, bisanya sukar diubah karena kebiasaan ini
pun sudah meghilang pengaruh dari kewibawaan diri sendiri.
2. Pendidikan
Tidak dapat disangkal, bahwa
pada prinsipnya pendidikan itu membawa dan membina mental seseorang itu lebih
baik, dalam arti menjadikan seseorang itu lebih cerdas, lebih bermoral,
tegasnya lebih maju daripada sebelumnya menerima pendidikan. Pendidikan yang
baik tercermin pada sikap, cara berpikir, cara berbicara dan pada sikap yang
baik. Pendidikan tidak hanya menata pakaian lahir saja, terutama pakaian jiwa
(budi pekerti). Yang biasa mengelirukan orang ialah orang yang hanya
mementingkan lahir saja. Jadi kelihatannya necis, pakaian bersih, sepatu
mengkilap, dan bicaranya cas-cus, tetapi ternyata kemudian: pencopet kelas
kakap, ataupun koruptor besar dikantor.
3. Pengaruh Agama
Ajaran agama dapat diperoleh
dengan jalan mempelajari pendidikan agama itu sendiri. Pengaruh agama dimaksudkan dapat membina dua
sektor pada diri sendiri. Pertama membina budinya. Kedua membina otaknya, sebab
orang beragama itu menurut ajaran agama tertentu ialah orang yang mementingkan
rohani. Jadi tinggi budinya dan orang yang menggunakan otaknya jadi harus
cerdas, sedikitnya dapat lebih cerdas. Beragama, berarti bersedia hidup sesuai
dengan ajaran dan tuntutaan dari agama itu. Bila mengikarinya, lebih baik jangan ikut didalam
ajaran agama.
4. Kesadaran Jiwa / Internal Consciousness
Kesadaran jiwa itu
timbulnya adalah sebagai akibat satu hasil dari pengalaman, pertimbangan akal
tau pikiran, dan dikuatkan oleh kemauan. Seseorang yang selalu mau meriksakan
dirinya, mengoreksi perbutannya akan memiliki kesadaran jiwa yang peka. Kesadaran
jiwa yang disertai dengan kemauan yang membaja untuk merombak dan mengubah
segala jenis kebobrokan jiwa, dapat menjadikan seseorang bajingan menjadi
seorang moralis yang penuh tanggung jawab. Kemaun itulah yana harus dibina dan
diarahkan :
· Menyadari
diri sendiri bersikap angkuh, dapat dihilangkan apabila mempunyai kemauan keras
untuk menghilangkan.
· Menyadari
diri sendiri besikap takabur, dapat diubah bila ada kemauan untuk mengubahnya.
· Menyadari
diri berakhlak immoral, dapat diubah menjadi akhlak yang bermoral, bila kita
mempunyai kemauan yang keras untuk mengubahnya.
Dapat disimpulkan fungsi
etika ialah mensingkronkan kerja jiwa dengan kerja otok, dimana kemauan itu
diletakkan sebagai indikator, supaya idup ini dapat ditempuh dengan harmonis.
J. Jenis Etika
Masih banyak
lagi jenis-jenis etika lainya. Sekadar untuk dikenal, dibawah ini dicantumkan beberapa diantaranya seperti
:
·
Ethics
Algedonsic : Etika yang membincangkan
masalah perbincangan masalah kesenangan dan penderitaan (pleasure and pain)
·
Ethics
Bisiness : Etika yang berlaku
dalam hubungan dagang
·
Ethics
Education : Etika yang berlaku
dalam perhubungan pendidikan
·
Ethics
Hedonistic : Etika yang hanya
persoalkan masalah kesenangan dengan cabang-cabangnya.
·
Ethics
Humanistic :Etika kemanusian,
membicarakan norma-norma ubungan antara manusia/antar bangsa
·
Ethics
Idealistic : Etika yang
membicarakan sejumlah teori-teori etika yang pada umunya berdasarkan psikologi
dan filosofi
·
Ethics
Materialistic: Etika yang mempelajari segi-segi etika ditinjau dari segi
materialistis. Lawan dari etika yang idealistik.
·
Ethics
Epicurianism: Etika aliran epicurian, hampir sama ajaran dengan aliran
idealistik
BAB III. DISKUSI KELOMPOK
- Untuk apa manusia perlu mengembangkan etika pada zaman sekarang ini ?
Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin
pluralistik, juga dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang-orang
dari suku, daera dan agama yang berbeda-beda. Kesatuan normatif sudah tidak ada
lagi. Kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling
bertentangan dan semua mengajukan klaim mereka pada kita.
Kedua, kita hidup dalam masa transformasi
masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan itu terjadi di bawah hantaman kekuatan
yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi.
Ketiga, tidak mengerankan bahwa proses
perubahan sosial budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan berbagai
pihak untuk memancing di air keruh. Mereka menawarkan ideologi – ideologi
mereka sebagai obat penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk
menghadapi ideologi – ideologi itu dengan kritis dan objektif dan untuk
membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak mudah terpancing.
Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum
agama yang disatu pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman
kepercayaan mereka, dilain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut –
takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat
yang sedang berubah itu.
- Apakah etika itu penting dalam agama ?
Sangat penting, karena suatu agama
mempunyai ajaran yang menyngkut pegangan perilaku para penganutnya. Dan bagi
seseorang yang sama sekali tidak mendapatkan pendidikan dan ajaran agama , maka
langkah-langkah dan kebiasaan hidupnya dengan sendirinya tidak dilandasi oleh ajaran agama yang dianut. Contoh :
seseorang yang menganut agama islam sudah mengerti bahwa daging babi itu haram
menurut agama Islam. Tetapi bagi mereka yang tidak mengerti hukum agama dengan
sendirinya mengabaikan larangan itu, walaupun ia suda mengaku beragama Islam.
- Apakah etika penting dalam pergaulan ?
Penting sekali karena etika dapat mengatur
tingkah laku kita dalam mengadapi unsur ras, suku,bangsa, dll. Sehingga kita
dapat menghargai dan menghormati sikap atau perilaku seseorang di dalam
pergaulan.
Contoh : Dalam pergaulan kita di kampus,
kita harus bisa menjaga sikap kita tehadap teman kita yang berasal dari daerah,
dengan tidak membedakan sikap dalam memilih teman. Dan sikap kita terhadap
pengajar yang berada dikampus, kita harus dapat mengatur tingkah laku sebagai
mahasiswa yang mempunyai budi pekerti yang baik
BAB IV. KESIMPULAN
I. KESIMPULAN
Jadi moral
ataupun etika mengatur periaku kita yang berkenaan tentang baik atau buruk
sesuatu perbuatan itu secara etis. Setelah memahami pengertian etika itu
sendiri, etika mempunyai sejarah sendiri baik menurut filsafah maupun
kebudayaan dimasa lampau atau sekarang. Etika pada masa modern berperan penting
untuk membatasi kita terhadap perkembangan yang buruk. Maka dari itulah etika
bisa membuat moral dasar dari pembangunan bangsa dan negara yang lebih baik.
Etika disini
juga mengatur moralitas manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika bisa
menyelelaraskan masalah-masalah etis yang terutama perkembangannya, oleh sebab
itu secara otomatis orang akan menerima nilai dan norma yang berlaku disuatu
tempat. Etika juga membuat pertanggungjawaban perilaku kita berdasarkan
alasan-alasan rasio, etika juga berperan penting dalam bidang agama,
pendidikan, budaya, dan hukum yang membuat jati diri manusia itu berubah. Jadi
etika ataupun moral mempunyai fungsi baik dalam kehidupan seseorang baik itu
dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan bermasyarakat.
II. SARAN
Pergunakanlah
etika itu dalam kehidupan kita sehari-hari baik dalam pekerjaan maupun pergaulan
kita dimasyarakat. Sebab etika bisa mengatur tingkah laku kita untuk melakukan
suatu perbuatan yang baik atau buruk dalam keidupan. Sehingga etika tidak akan
bisa lepas dari diri manusia untuk menghadapi berbagai sifat, suku, ras,
budaya, bahasa, dan negara yang menjunjung tentang hak dan kewajiban moral
sebagai manusia.
DAFTAR PUSTAKA
K, Berten. Etika.
Jakarta : Gramedia.
2004
Magnis-Suseno,
Franz. Etika Darsar. Jakarta : Kanisius. 1987
Salam, H. Burhanudin. Drs. Etika jakarta : Rineka
Cipta. 2000
No comments:
Post a Comment