Sunday, 29 January 2012


MATERI I (SATU)
ISTILAH, DEFINISI DAN PENGERTIAN 
 “ETIKA”
BAB I. PENDAHULUAN 
I.1 Latar Belakang
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos, yang secara etiminologi berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, 1953) etika dijelaskan sebagai ilmu pengetauan tentang azas-azas akhlak (moral), sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988) etika dibedakan dalam tiga arti:
1.      Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
2.      Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3.      Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
Etika merupakan suatu ilmu yang normatif, dengan sendirinya berisi norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Titik berat penilaian etika ialah perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak.
Manusia dalam semua perbuatannya, bagaimanapun juga mengajarkan sesuatu yang baik. Perbuatan baik merupakan tanggung jawab moral bagi semua manusia dan pelaksanaan dari tanggung jawab ini sebagai pencerminan dari jiwa yang berpribadi. Bertanggung jawab berarti pula memfungsionalkan sifat-sifat manusia untuk mempertahankan pribadi yang luhur, serta dapat mendudukkan nilai harga dari manusia sebagai manusia. Seperti kita ketahui etika itu sangat menentukan kebiasaan kita dan tingkah laku kita terhadap sesuatu hal yang menyangkut akan budi pekerti manusia.
I.2 TUJUAN
Tujuan kita mempelajari etika adalah meningkatkan diri kita terhadap moral, norma dan sikap kita dalam menjalani sesuatu, etika itu harus digunakan sebagai taraf kesopanan kita untuk menghadapi manusia dengan berbagai sifat, suku, ras, bahasa, dan negara. Dengan kita mempelajari etika jadi kita mengerti mana yang baik dan buruk, sehingga kita bisa mengambil manfaatnya.
I.3 MANFAAT
Etika dapat mengatur tingkah laku dalam kehidupan kita, baik itu dalam  kehidupan pergaulan, pekerjaan atau bermasyarakat. Sehinggga kita dapat  membedakan mana yang baik atau buruk dalam melakukan suatu perbuatan. Dan etika juga dapat menjadikan tolak ukur dari kita sebagai manusia dengan manusia lain, yang menimbulkan sikap saling menghormati dan menghargai walaupun berbeda agama, ras, bahasa, bangsa, suku, dan adat isitiadat satu sama yang lain.





BAB II. ETIKA
A. PENJERNIHAN ISTILAH
             I.      Etika/Moral
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mos yang berarti juga adat kebiasaan, sedangkan moralitas adalah sifat moral atau keseluruan azas dan nilai yang berkenaan baik dan buruk.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos, yang secara etimologi berarti ilmu apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam kamus bahasa Indonesia yang lama (Poerwandardamita, 1953) dijelaskan sebagai “Ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral)”, jadi etika sebagai ilmu sedangkan dalam Kamus Besar Indonsia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), Etika dibedakan dalam 3 arti : “ 1) Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) ; 2) Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak ; 3) Nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Jadi kata “Etika” sama denga etimologi kata “moral”, keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Menurut istilah lain etika, biasa digunakan kata: moral, susila, budi pekerti, akhlak (Arap). Menurut sejarahnya, istilah etika itu mula-mula digunakan oleh Montaigne (1533-1592), seorang penyair Prancis dalam syair yang terkenal pada tahun 1580 (Fr, etika = etiqueI).
          II.      Amoral dan Immoral
Mengenai istilah dibedakan antara amoral dan immoral. Oleh Concise Oxford dictionary kata amoral diterangkan sebagai “unconcerned with, uot of the sphere of moral, non moral”. Jadi kata moral berarti tidak berhubungan dengan kenteks moral. Immoral dijelaskan sebagai “opposed to morality, morally evil”. Jadi immoral berarti bertentangan dengan moralitas yang baik, ”secara moral buruk”.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia tidak terdapat amoral ataupun immoral, tetapi dalam kamus yang baru dijelaskan sebagai tidak bermoral atau tidak berakhlak.
       III.      Etika dan Etiket
Etika berati moral dan Etiket berarti sopan santun. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia, baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan demikian menyatakana apa yang harus dilakuan atau tudak biloeh dilakukan.
Perbedaan antara Etika dan Etiket :
·        Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia, Etika menyangkut masalah apakah  suatu perbuatan itu bole dilakukan atau tidak.
·        Etiket hanya berlaku pada pergaulan, sedangkan Etiaka selalu berlaku, juga bila tidak ada saksi mata. Etika tidak tergantung pada tidak hadirnya orang lain.
·        Etiket bersifat relatif, sedangkan Etika jauh lebih absolut.
·        Etiket memandang manusia dari segi lahiriyah saja, sedangkan Etika menyangkut manusia dari segi dalam.
Setelah memahami perbedaan antara etika dan etiket ini, barang kali tidak sulit untuk disetujui bawa konsekuensinya cukup besar, jika kedua istikah ini dicampuradukan tanpa berpikir panjang. Bisa sampai fatal dari segi etis, bila orang menganggap etika saja apa yang sebenarnya termasuk lingkup moral. Juga tentang istilah lain yang kita pakai dalam konteks ini haruslah jelas kita maksudkan etika atau etiket.

B.     Etika sebagai Cabang Filsafat
a.  Moralitas adalah Ciri khas manusia. Sebagaimana yang kita lihat lagi, moralitas selalu mengendalikan adanya kebebasan.
Banyak perbuatan manusia berkaitan dengan baik atau buruk, tapi tidak semua. Ada juga perbuatan yang netral dari segi etis. Baik buruk dalam arti etis seperti dalam peranan dalam hidup setiap manusia. Bukan hanya sekarang ini tapi juga di masa lampau. Ilmu seperi antropologi budaya dan sejarah memberitahukan kita bahwa pada semua bangsa dan dalam segala zaman ditemukan keinsyafan tentang baik dan buruk, tentana yang hrus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Akan tetapi, segera perlu ditambah bahwa tidak semua bangsa dan zaman mempunyai pengertian yang sama tentang baik dan buruk.
b.     Etika adalah  Ilmu tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Suatu cara lain untuk merumuskan hal yang sama adalah etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral, terdapat                  3 pendapat :
                                                   i.      Etika Deskriptif
Etika deskriptis hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, tidak memberi penilaian.
                                                ii.      Etika Normatif
Etika normatif mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Bersifat preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan, melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Etika normatif dibagi menjadi :
Ø      Etika umum, memandanga tema-tema umum
Ø    Etika khusus , menerapkan prinsip-pinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus.
                                              iii.      Metmaetika
Matematika tidak membahas moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan dibidang moralitas. Metaetika bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis. Disebut juga Etika Analisis. Dapat disimpulkan bahwa studi tentang moralitas, dibedakan :
Ø      Pendekatan Non-Filosofi       : Etika Deskripsi
Ø      Pendekatan Filosofi               : Etika Normatif dan Metaetika
Dalam suatu sudut pandang lain, etika apat dibagi juga kedalam :
Ø      Pendekatan Normatif : Etika Normatif → penelitian mengambilan suatu posisi.
Ø      Pendekatan Non Normatif     : Etika deskripsi dan Metaetika → penelitian netral.




c.       Hakikat Etika Filosofis
Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut baik an buruk. Etika merupakan cabang filsafah paling tua. Etika adalah ilmu tapi sebagai filsafah tidak merupakan suatu ilmu empiris. (ilmu yang diasarkan fakta dan dalam pembicaraan tidak meninggalkan fakta). Filsafah berbicara juga tentang yang kongkret, pada yang secara yang faktual ilakukan, tapi ia bertanya tentang yang harus dilakukan atau tidak bole dilakukan, tentang  yang baik atau yang buruk untuk dilakukan.
Tapi perlu diakui, etika sebagai filsafah praktis mempunyai batasannya juga. Mahasiswa yang memperoleh nilai gemilang untuk ata kuliah etika, belum tentu dalam perilakunya akan menempuh tindakan-tindakan yang paling etis, malah bisa terjadi nilai tersebut bagus karena menyontek, jadi hasil sebuah perbuatan jadi tidak etis. Etika juga bukan filsafah praktis dalam arti ia menyajikan resep-resep siap pakai. Tapi setidak-tidaknya tentang cabang filsafat yang disebut etika itu kan muda disetujui relevasi bagi banyak persoalan yang kita hadapi. Kita semua sering berjumpa dengan pertanyaan baik dan buruk, mengenai yang dilarang dan harus dilakukan. Pertanyaan seperti ini bahkan bisa mengrogoti ketenagan jiwa kita. Orang yang sebetulnya tidak tahu tentang filsafah, tidak jarang memperaktekkan etika filosofi, paling tidak secara implisit. Tidak sulit untuk diakuai bahwa etika membicarkan tentang masalah mahapenting yang menyangkut inti kehidupan kita sebagai manusia. Hal ini akan lebih jelas lagi bila kita memandang perenan etika dalam dunia modern.

C.     Peranan Etika dalam Dunia Modern
Menanggulangi timbulnya masalah-masalah etis, yang terutama disebabkan perkembangannya. Setiap masyarakat mengenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Dalam masyarakat homogen dan agak tertutup (masyarakat tradisional), katakanlah nilai-nilai dan normanya itu tidak pernah dipesoalkan. Dalam keadaan seperti itu secara otomatis orang akan menerima nilai dan norma yang berlaku disuatu tempat. Pesan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis meningkatkan suatu kepedulian etis yang tampak diseluruh terutama dalam era globalisasi. Mempertanggungjawabkan perilaku kita berdasarkan alasan-alasan rasio.

D.    Moral Agama
Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadikan pegangan bagi perilaku penganutnya. Agama dan filsafah berbicara tentang hal-al etis.

E.     Moral Hukum
Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak apabila tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa moralitas, hukum akan kosong, kualitas dasar hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moral-moralnya. Hukum selalu akan diukur dengan norma moral. Moral juga membutukan hukum, moral akan mengawang-awang saja apabila tidak diungkapkan dan dilembakan dalam masyarakat. Baik ukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia. Hukum membatasi diri pada tingka laku lairiyah saja, sedangkan moral menyangkut juga batin seseorang.

F.      Objek Formal Moral/Etika
Hal yang secara kabur terdapat pada kehidupan shari-hari, kalau kita perdalam akan jelas akan makna dan maksud yang lebih dalam.
Tiap ilmu mempunyi sasaran tertentu dan tersendiri, ilmu hayat mempunyai sasaran pebuatan manusia (apa-apa yang hidup) dipandang dari sudut gejala hidup. Antropologi budaya memandang manusia dalam hubungan kelompok dilihat dari sudut kebudayaannya, begitulah selanjutnya. Dan  kini kita bertanya dari segi manakah yang menjadi sasaran moral itu? Seperti yang kita ketahui, orang-orang dapat mengatakan orang ini baik, oarang itu jelek, dan dalam pernyataan itu terkandung isi yang mengatakan bahwa orang mempunyai pengertian tentang perbuatan-perbuatan manusia dipandang dari sudut selaras atau tidak selaras dengan norma kesusilaan. Maka daripada itu kita dapat berpikir lebih lanjut, bahwa sasaran moral adalah keselarasan dari perbuatan manusia dengan aturan-aturan yang mengenai perbuatan-perbuatan manusia itu.

G.    Objek Materiil Moral/Etika
Moral masih memakai dasar akal budi manusia, tetapi moral tidak puas dengan alasan-alasan yang dangkal saja, moral ingin menyelam lebih dalam lagi, dan lebih menyelam lebih dalam pula asal masih terdapat dasar laut norma kesusilaan dari kehidupan manusia. Dari itu lazim dikatakan bahwa orang termasuk bagian dari fisafah, karena mutu dari ilmu itu sendiri.
Tiga hal telah kita temukan keselarasan dari prbuatan  manusia dengan kodrat manusia, akal budi pekerti dipakai untuk menyelami ilmu itu dan dalam mencari dasar-dasar sedalam-dalamnya. Untuk dapat menentukan kualifkasi demikian orang itu melihat kebiasaan mereka perbuat. Dari situ orang akan mendapat moralita dari mereka. Kebiasaan orang berbuat itu dilihat dari sudut selaras dengan norma-norma kesusilaan. Jelas bagi kita bahwa yang menjadi bahan pnyelidikan adalah perbuatan/tindakan manusia, atau dapat kita katakan tindakan insani.

H.    Definisi Ilmu Moral/Etika
Kita telah banyak menemuai mengenai moral, etika dan kesusilaan. Yang telah kita temukan yang lain : bahan dari ilmu itu ialah perbuatan-perbuatan manusia. Yang kita cari pertama kali adalah keselarasan dari perbuatan-perbuatan itu dalam hubungan alam manusia, disamping itu kita mencoba untuk menyelam sedalam pebuatan manusia itu.
Yang terakhir ialah kita kita berjalan dalam analisis itu berbekal akal manusia belaka yang tidak dipimpin oleh salah satu wahyu. Itulah inti dari ilmu yang dinamakan moral atau etika. Dapat dikatakan bahwa yang mempunyai moralitas adalah manusia, selain itu di dunia ini tidak ada yang mempunyai moralitas.
I.       Fungsi Ilmu moral/Etika
Etika sebagai suatu ilmu, merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sifatnya praktis, normatif dan fungsional sehingga dengan demikian merupakan suatu ilmu yang langsung berguna dalam pergaulan hidup sehari-hari. Etika juga dapat menjadi asas dan menjiwai norma-norma dalam kehidupan, disamping sekaligus memberikan penilaian terhadap corak perbuatan seseorang sebagi manusia. Suatu sikap tealh menjadi sifat atau kelakuan, menerut psikologi, itu dibentuk oleh sedikit 4 jenis pengaruh :
1.      Kebiasaan, Habitat dan Custom
Suatu kebiasaan yang sudah mempola, dibentuk oleh lingkungan hidup, oleh kebutuhan/needs ataupun oleh kehendak meniru, kepatuhan mengikuti, bisanya sukar diubah karena kebiasaan ini pun sudah meghilang pengaruh dari kewibawaan diri sendiri.
2.      Pendidikan
Tidak dapat disangkal, bahwa pada prinsipnya pendidikan itu membawa dan membina mental seseorang itu lebih baik, dalam arti menjadikan seseorang itu lebih cerdas, lebih bermoral, tegasnya lebih maju daripada sebelumnya menerima pendidikan. Pendidikan yang baik tercermin pada sikap, cara berpikir, cara berbicara dan pada sikap yang baik. Pendidikan tidak hanya menata pakaian lahir saja, terutama pakaian jiwa (budi pekerti). Yang biasa mengelirukan orang ialah orang yang hanya mementingkan lahir saja. Jadi kelihatannya necis, pakaian bersih, sepatu mengkilap, dan bicaranya cas-cus, tetapi ternyata kemudian: pencopet kelas kakap, ataupun koruptor besar dikantor.
3.      Pengaruh Agama
Ajaran agama dapat diperoleh dengan jalan mempelajari pendidikan agama itu sendiri. Pengaruh agama dimaksudkan dapat membina dua sektor pada diri sendiri. Pertama membina budinya. Kedua membina otaknya, sebab orang beragama itu menurut ajaran agama tertentu ialah orang yang mementingkan rohani. Jadi tinggi budinya dan orang yang menggunakan otaknya jadi harus cerdas, sedikitnya dapat lebih cerdas. Beragama, berarti bersedia hidup sesuai dengan ajaran dan tuntutaan dari agama itu. Bila mengikarinya, lebih baik jangan ikut didalam ajaran agama.
4.      Kesadaran Jiwa / Internal Consciousness
Kesadaran jiwa itu timbulnya adalah sebagai akibat satu hasil dari pengalaman, pertimbangan akal tau pikiran, dan dikuatkan oleh kemauan. Seseorang yang selalu mau meriksakan dirinya, mengoreksi perbutannya akan memiliki kesadaran jiwa yang peka. Kesadaran jiwa yang disertai dengan kemauan yang membaja untuk merombak dan mengubah segala jenis kebobrokan jiwa, dapat menjadikan seseorang bajingan menjadi seorang moralis yang penuh tanggung jawab. Kemaun itulah yana harus dibina dan diarahkan :
·   Menyadari diri sendiri bersikap angkuh, dapat dihilangkan apabila mempunyai kemauan keras untuk menghilangkan.
·    Menyadari diri sendiri besikap takabur, dapat diubah bila ada kemauan untuk mengubahnya.
·      Menyadari diri berakhlak immoral, dapat diubah menjadi akhlak yang bermoral, bila kita mempunyai kemauan yang keras untuk mengubahnya.
Dapat disimpulkan fungsi etika ialah mensingkronkan kerja jiwa dengan kerja otok, dimana kemauan itu diletakkan sebagai indikator, supaya idup ini dapat ditempuh dengan harmonis.

J.      Jenis Etika
Masih banyak lagi jenis-jenis etika lainya. Sekadar untuk dikenal, dibawah ini dicantumkan beberapa diantaranya seperti :
·        Ethics Algedonsic      : Etika yang membincangkan masalah perbincangan masalah kesenangan dan penderitaan (pleasure and pain)
·        Ethics Bisiness           : Etika yang berlaku dalam hubungan dagang
·        Ethics Education        : Etika yang berlaku dalam perhubungan pendidikan
·        Ethics Hedonistic       : Etika yang hanya persoalkan masalah kesenangan dengan cabang-cabangnya.
·        Ethics Humanistic       :Etika kemanusian, membicarakan norma-norma ubungan antara manusia/antar bangsa
·        Ethics Idealistic          : Etika yang membicarakan sejumlah teori-teori etika yang pada umunya berdasarkan psikologi dan filosofi
·        Ethics Materialistic: Etika yang mempelajari segi-segi etika ditinjau dari segi materialistis. Lawan dari etika yang idealistik.
·        Ethics Epicurianism: Etika aliran epicurian, hampir sama ajaran dengan aliran idealistik

BAB III.  DISKUSI  KELOMPOK
  1. Untuk apa manusia perlu mengembangkan etika pada zaman sekarang ini ?
Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang-orang dari suku, daera dan agama yang berbeda-beda. Kesatuan normatif sudah tidak ada lagi. Kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan dan semua mengajukan klaim mereka pada kita.
Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan itu terjadi di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi.
Ketiga, tidak mengerankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan berbagai pihak untuk memancing di air keruh. Mereka menawarkan ideologi – ideologi mereka sebagai obat penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi – ideologi itu dengan kritis dan objektif dan untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak mudah terpancing.
Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut – takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu. 
  1. Apakah etika itu penting dalam agama ?
Sangat penting, karena suatu agama mempunyai ajaran yang menyngkut pegangan perilaku para penganutnya. Dan bagi seseorang yang sama sekali tidak mendapatkan pendidikan dan ajaran agama , maka langkah-langkah dan kebiasaan hidupnya dengan sendirinya tidak dilandasi  oleh ajaran agama yang dianut. Contoh : seseorang yang menganut agama islam sudah mengerti bahwa daging babi itu haram menurut agama Islam. Tetapi bagi mereka yang tidak mengerti hukum agama dengan sendirinya mengabaikan larangan itu, walaupun ia suda mengaku beragama Islam.
  1. Apakah etika penting dalam pergaulan ?
Penting sekali karena etika dapat mengatur tingkah laku kita dalam mengadapi unsur ras, suku,bangsa, dll. Sehingga kita dapat menghargai dan menghormati sikap atau perilaku seseorang di dalam pergaulan.
Contoh : Dalam pergaulan kita di kampus, kita harus bisa menjaga sikap kita tehadap teman kita yang berasal dari daerah, dengan tidak membedakan sikap dalam memilih teman. Dan sikap kita terhadap pengajar yang berada dikampus, kita harus dapat mengatur tingkah laku sebagai mahasiswa yang mempunyai budi pekerti yang baik

BAB IV. KESIMPULAN
I.   KESIMPULAN
Jadi moral ataupun etika mengatur periaku kita yang berkenaan tentang baik atau buruk sesuatu perbuatan itu secara etis. Setelah memahami pengertian etika itu sendiri, etika mempunyai sejarah sendiri baik menurut filsafah maupun kebudayaan dimasa lampau atau sekarang. Etika pada masa modern berperan penting untuk membatasi kita terhadap perkembangan yang buruk. Maka dari itulah etika bisa membuat moral dasar dari pembangunan bangsa dan negara yang lebih baik.
Etika disini juga mengatur moralitas manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika bisa menyelelaraskan masalah-masalah etis yang terutama perkembangannya, oleh sebab itu secara otomatis orang akan menerima nilai dan norma yang berlaku disuatu tempat. Etika juga membuat pertanggungjawaban perilaku kita berdasarkan alasan-alasan rasio, etika juga berperan penting dalam bidang agama, pendidikan, budaya, dan hukum yang membuat jati diri manusia itu berubah. Jadi etika ataupun moral mempunyai fungsi baik dalam kehidupan seseorang baik itu dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan bermasyarakat.
II. SARAN
Pergunakanlah etika itu dalam kehidupan kita sehari-hari baik dalam pekerjaan maupun pergaulan kita dimasyarakat. Sebab etika bisa mengatur tingkah laku kita untuk melakukan suatu perbuatan yang baik atau buruk dalam keidupan. Sehingga etika tidak akan bisa lepas dari diri manusia untuk menghadapi berbagai sifat, suku, ras, budaya, bahasa, dan negara yang menjunjung tentang hak dan kewajiban moral sebagai manusia.
DAFTAR PUSTAKA

K, Berten. Etika. Jakarta : Gramedia. 2004
Magnis-Suseno, Franz. Etika Darsar. Jakarta : Kanisius. 1987
Salam, H. Burhanudin. Drs. Etika jakarta :  Rineka Cipta. 2000

No comments:

Post a Comment