Sunday, 29 January 2012


Oesofagografi

Andi Nurzaman,Brenda Erica,Ecih Anengsih, Hendra Yepta, Irwan Ramadani, M. Helmi,Paulinus Kurniawan,Suhendar,Yuniarti

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK

DAN RADIOTERAPI NUSANTARA JAKARTA

 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberi nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang pemeriksaan Tractus Digestivus yaitu Oesofagografi yang diberikan oleh Bapak Kukuh Nurcahyo, SST.
Adapun dalam penulisan makalah ini, kami mendapatkan bantuan bahan materi dari berbagai literatur dan nara sumber terpecaya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada nara sumber atas bimbingannya dalam membantu tugas ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis meminta maaf atas ketidaksempurnaan makalah ini. Pembuatan  makalah  ini  disusun  atau  ditujukan  untuk  menambah  pengetahuan pembaca agar dapat mengaplikasikannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya kedepannya bisa lebih baik lagi dan sangat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta,   Januari 2011 
PENULIS
BAB  I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
            Pada era sekarang ini perkembangan ilmu-ilmu dan pengetahuan teknologi sangat pesat terutama untuk pemeriksaan radiologi.
            Secara garis besar pemeriksaan radiologi dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan yang menggunakan kontras media dan pemerikssan yang non-kontras media. Dalam makalah ini penulis akan membahas pemeriksaan yang menggunakan kontras media pada sistem pencernaan yaitu Oesofagografi.
            Dimana oesofagografi merupakan salah satu dari pemeriksaan tractus digestivus yang menggunakan bahan kontras positif dan dimasukan per oral. Esofagus merupakan sebuah tabung berotot yang panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.  Esofagus berfungsi menyalurkan makanan ke lambung dan dikendalikan oleh rangsangan simpatis peristaltik.
BAB  II
PEMBAHASAN
I. Anatomi Fisiologi Sistem Tractus Digestivus
            Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan      ( pengunyahan, penelanan, dan pencampuran ) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut ( oris ) sampai anus.
            Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
1.      Oris → rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan.
2.      Faring → organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus.
3.      Esofagus → organ yang berfungsi menyalurkan makanan ke lambung.
4.      Lambung → menampung, menghancurkan, dan menghaluskan makanan.
5.      Usus Halus → mencerna dan menyerap zat-zat makanan dari lambung.
6.      Usus Besar → menyerap air, tempat tinggal bakteri koli, dan tempat fases.
7.      Rektum → tempat penampungan calon fases sebelum dikeluarkan.
8.      Anus → lubang pengeluaran fases.
2
II. Pengertian
            Oesofagografi adalah pemeriksaan radiografi dari esofagus dengan menggunakan bahan kontras media per oral dengan perbandingan 1:1 atau 1:2.
Tujuannya adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi dari Esofagus.
III. Anatomi dan Fisiologi
           



















Esofagus merupakan sebuah tabung berotot yang panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Esofagus terletak di belakang trakhea dan di depan tulang punggung setelah melalui thoraks menembus diaphragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. Esofagus mempunyai 2 spincter ( katup ) yaitu Spincter Proximal yang menghubungkan faring dengan esofagus dan Spincter Distal yang menghubungkan esofagus dengan lambung.
            Esofagus berdinding 4 lapis. Di sebelah luar terdiri atas lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas 2 lapis serabut otot, yang satu berjalan longitudinal dan yang lain sirkuler, sebuah lapisan mukosa dan di paling dalam terdapat selaput lendir ( mukosa ). Esofagus berfungsi menyalurkan makanan ke lambung dan dikendalikan oleh rangsangan simpatis peristaltik.
IV. Indikasi Pemeriksaan
o       Disfagia → kesulitan menelan.
o       Akhalasia esofagus → kelainan neomuskular yang menyebabkan kegagalan gerak esofagus.
o       Massa → tumor.
o       Varises esofagus → pelebaran pembuluh darah vena pada esofagus.
o       Striktura esofagus → penyempitan esofagus.
o       Divertikula → terbentuknya kantong-kantong kecil pada dinding esofagus yang mengarah ke bagian luar.
V. Kontra Indikasi
            Pasien dikhawatirkan tersedak atau dalam keadaan tidak sadar.
VI. Alat dan Bahan
ü     Bahan kontras media
ü     Peswat konvensional atau fluoroscopy
ü     Gelas ukur
ü     Sendok pengaduk
ü     Kain bersih atau tissue
ü     Gelas berisi air
VII. Kontras Media
            Umumnya menggunakan kontras tunggal ; kontras media (+), tetapi dapat juga menggunakan kontras ganda ; kontras media (+) dan (-).
Kontras (+) : Barium sulfat dengan perbandingan 1:1 atau 1:2
Kontras (-) : Kristal-kristal carbon dioksida ( menelan tablet yg bisa menimbulkan gas ).
Keuntungan memakai kontras ganda adalah dapat lebih jelas memperlihatkan dinding / mukosa esofagus.
VIII. Teknik Pemasukan Bahan Kontras
Ø      Pasien erect di antara meja pemeriksaan yang diatur vertikal dengan layar flouroscopy.
Ø      Siapkan barium sulfat dangan perbandingan 1:1
Ø      Kemudian berikan barium sulfat, instruksikan untuk menelan beberapa teguk, proses ini dikontrol dengan flouroscopy.
Ø      Bila pasien tidak memungkinkan untuk diposisikan erect, dapat dilakukan dengan recumbent, posisi ini memungkinkan :
§         Pengisian lumen esofagus lebih sempurna terutama bagian proximal.
§         Diperlukan pada klinis varises esophagus.
IX. Teknik Pemeriksaan
            Tidak perlu persiapan pasien secara khusus karena esofagus tempat sementara yang dilewati makanan.
A.     Posisi AP/PA
Menggunakan Kaset 24 x 30 cm memanjang.
Siapkan bahan kontras kemudian berikan kepada pasien.
Posisi Pasien :
o       Pasien diposisikan supine.
Posisi Objek :
o       Kedua lengan lurus di samping tubuh.
o       Kemudian atur mid sagital plane sejajar dengan garis tengah meja.
o       Pasien true AP.
o       Batas atas mencakup cv cervical IV.
o       Esofagus mencakup dalam kaset.
o       CR : vertikal tegak lurus kaset.
o       CP : setinggi cv thoracalis V – VI.
o       FFD : ± 75 cm.
o  Kriteria : tampak esofagus terisi barium meliputi bagian proksimal sampai bagian distal, esofagus superposisi dengan cv. Thoracalis, tidak ada rotasi dari pasien.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhl5aQfAWF73AtuaRiF_BlvGC3UHLYxLZsSrABbz6W5dhKGiDUPZo-3i6i9RcXTMueAhS608Y_bE_jcVX6WMiieCWksdJy3y14nzmCfnkCxKn3tVuWHnWo8_SluIpdsGftLggAjhxkVfM/s400/1.jpg









  
B.     Posisi Lateral
Menggunakan Kaset 24 x 30 cm memanjang.
Posisi Pasien :
o       Pasien diposisikan supine / prone dan salah satu sisi tubuh menempel meja pemeriksaan.
Posisi Objek :
o       Kedua lengan diangkat diatas kepala atau ke belakang.
o       Pastikan posisi pasien true lateral.
o       Mid sagital plane sejajar garis tengah kaset.
o       Batas atas mencakup cv cervical IV.
o       Esofagus mencakup dalam kaset.
o       Dagu sedikit ekstensi.
o       CR : vertikal tegak lurus kaset.
o       CP : setinggi cv thoracalis V – VI.
o       FFD : ± 75 cm.
o       Kriteria : tampak esofagus terisi barium meliputi bagian proksimal sampai bagian distal, bagian proksimal esofagus tidak superposisi dengan gambaran lengan.
 Posisi Oblique RAO/LAO
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCytFFLlMk831FyPg9jqk4tL0v2ruvMB88vvcsXanHsRGk7X6JKbtlDZuBy0D3r2RU8B4h5V9jhN2p6cRtjp23LndySJsXEf5Tu5oIMMPTwauKZYQDJgbr4X_D1sW1xFjKD5ijge1HUIo/s400/2.jpg
C.     









Menggunakan kaset 24 x 30 cm memanjang.
Posisi Pasien :
o       Pasien diposisikan oblique 35° - 45º.
Posisi Objek :
o       Tangan yang dekat ke film diletakkan di atas kepala yang lainnya disamping tubuh.
o       Atur osefagus sehingga berada pada mid sagital plane.
o       Esofagus mencakup dalam kaset.
o       CR : vertikal tegak lurus film.
o       CP : setinggi thorakal V – VI.
o       FFD : ± 75 cm.
o  Kriteria : tampak esofagus terisi barium meliputi bagian proksimal sampai bagian distal, esofagus tergambar diantara cv. Thoraks dengan jantung.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKrKFp2Rp-chfi7y6-I9sSlmwJMBTzUqaLnpoO0HwwzFzuxDfOW9Ef5d485YigkC0Wok82dZkyJtTmC8QTG_12xOJydqgVWj459TfBPnLHGkhXc9Pu3YlLglXiec_DMQ_qj_7xlCH4RIc/s400/3.jpg   https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn8RxB9oRMV1eYIhVbIVdV8Ci0gb2ROaMgC6cTNc6g7HNFsVcYL1mnI9-rtdfNYrYIRSEc3SvBbPrK1YLu_bIHDOCq4VmMPzwRQmrI5OB1C2vqCBFHqiKiUNdT0nh5d8_6-rrFVTPqyOw/s400/4.jpg
Posisi RAO                                                                  Posisi LAO

BAB  III
PENUTUP
1.     Kesimpulan :
Ø      Oesofagografi adalah pemeriksaan radiografi dari esofagus dengan menggunakan bahan kontras media per oral dengan perbandingan 1:1 atau 1:2. Dapat juga menggunakan kontras ganda ; (+) dan (-). Tujuannya adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi dari Esofagus.
Ø      Tidak perlu persiapan pasien secara khusus karena esofagus tempat sementara yang dilewati makanan.
Ø      Tidak perlu dilakukan tindakan pencegahan ( premedikasi ).
Ø      Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan sinar undercouch ( flouroscopy ).
2.     Saran
Dalam Penulisan makalah ini kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa proses penyusunan makalah ini merupakan pekerjaan yang tidak ringan, dari segi tata bahasanya, penulisan maupun isinya.
Kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun dari pembaca, agar kami dapat mengetahui kekurangan dari makalah yang kami buat ini untuk menjadi lebih baik lagi nantinya.
 DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pearce. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta, 1993 Gramedia.
Syaifuddin Drs. H. B.Ac. Anatomi Fisilogi Untuk Siswa Perawat : Edisi 2, 1997.      EGC. Jakarta.
Philips W. Ballinger, Radiographic Positioning & Procedures, Volume II edisi ke sebelas, 2007.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL             ..........................................................................  i
KATA PENGANTAR           ........................................................................... ii
DAFTAR ISI              ...................................................................................... iii
Bab. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang        .........................................................................................       1         
Bab II PEMBAHASAN
1. Anatomi Fisiologi Sistem Traktus Digestivus  ..........................................      2
2. pengertian     ....................................................................    ................................ 3
3. Anatomi Dan Fisiologi           ............................................................................        3
4. Indikasi Pemeriksaan            ............................................................................        4
5. Kontra Indikasi         ....................................................................................... 4
6. Alat Dan Bahan        .......................................................................................         4         
7. Kontras Media         .......................................................................................         4
8. Teknik Pemasukan Bahan Kontras                ...................................................... 5
9. Teknik Pemeriksaan …………………………………………………......  5
A. Posisi AP/PA     …………………………………………………………......  5
B. posisi Lateral      …………………………………………………………….. 6
C. Posisi oblique RAO/LAO          …………………………............................    7         
BAB  III  PENUTUP
1. Kesimpulan        …………………………………………............................    8         
2. Saran     …………………………………..................................................      8
     
DAFTAR PUSTAKA



No comments:

Post a Comment