Friday 19 September 2014

PENJAMINAN MUTU PERALATAN RADIOLOGI,



BAB IV

Jenis-jenis program Jaminan mutu dan

kendali mutu di bidang radiologi

A. Program Kendali Mutu (QCP) dan Menjalankan tugas Profesi
QCP dilaksanakan dengan maksud berupaya agar meminimalkan  dosis radiasi  ke pasien, QCP juga berupaya agar meningkatkan kualitas radiograf sehingga berakibat pada diagnosa yang akurat, disamping itu QCP mengupayakan agar sumber daya yang ada akan dimanfaatkan bersama-sama dengan peralatan yang tersedia seoptimal mungkin. Radiografer sebagai tenaga yang punya tanggungjawab melekat patut terlibat dalam aktivitas program sebagai perwujudan  tugas  profesinya.
Kelebihan dan kelemahan bagi seorang tenaga profesional radiografi (radiografer) dalam mengimplementasikan QCP pada suatu unit pelayanan radiodiagnostik diantaranya adalah setiap Radiografer Harus  dilatih menggunakan test tool, harus  tersedia peralatan test di setiap ruangan dan membutuhkkan Radiografer yang berdedikasi dan bermotivasi tinggi.
Untuk aktivitas QCP yang lebih spesifik pada Rumah sakit dengan kapasitas yang lebih besar (RS kelas A atau B), kegiatan dilakukan oleh  2 atau 3 radiografer penuh waktu (full time) dan memerlukan komitment yang kuat untuk bekerja dalam tim QC, sehingga ada orang yang bertanggung jawab penuh dan bila diperlukan sebaiknya tersedia seorang Technogist dengan kemampuan lebih, seperti misalnya radiografer dengan spesial training, menempati posisi yang kuat (kebijakan Department). Dengan adanya tanggungkjawab penuh bagi kegiatan QC oleh seorang Technologist maka  akan cukup waktu untuk melakukan program test, Off- dari tugas klinik dan bisa berkonsentrasi untuk tugas-tugas QC misal : Tanggung jawab klinik hingga jam 12 setiap hari atau bebas tugas klinik pada hari Selasa, Rabu dan Kamis.
B. Jumlah personel, kualifikasi dan keberhasilan Program Kendali Mutu  serta  aktivitasnya
Jumlah orang yang telibat dalam QA/ QC tergantung besarnya fasilitas pelayanan
1). Ukuran 5 Ruang atau kurang
Pelayanan kunjungan physicist sekali sebulan
tersedia tenaga engineer untuk perawatan panggilan secara darurat
Perawatan reguler untuk cheking peralatan
2). 5 - 15 ruang pemeriksaan
Part time QC technologist
Full time pelayanan yang akan dilakukan engineer
Pelayanan konsultasi Physicist sekali dalam seminggu
3). 15 - 20 Ruang pemeriksaan
Full time QC technologist, 2 atau lebih full time services engineers
Pelayananan Physicist minimal paruh waktu atau 20 jam seminggu dengan jadual yang tetap, Konsultasi by telepon
                  4). 25 - 30 ruang pemeriksaan
Minimal tersedia 1 technologist untuk masing-masing ruang (25 ruang)
Full time engineer, Full time physicist, Program QC radiodiagnostik
X-Ray Equipment & Daily Processor, Check out ruang radiografi umum (tanpa fluoroscopic dan peralatan tomografi) ==  1 -2 jam
Ruang Radiographic dan Fluoroscopi == 2 - 4 jam
Ruang Tomografi === sampai 3 jam
Sediakan waktu untuk sepervisi orag yang bertugas di kamar processing dan orang yang membaca kontrol strip
      Kualifikasi QC Technologist:
a)     QC Technologist harus cakap, tangkas dan penuh pengalaman tentang peralatan
b)     QC technolist terampil dan aktif dlm kegiatan-kegiatan pertemuan departemen
c)      Dapat membantu menyiapkan spesifikasi pembelian equipment
C. Keberhasilan program QA/QC
Tergantung dari
·                                Komitmen dari pimpinan puncak
·                                Komitment dari semua personel
·                                Kejelasan tanggung jawab jaminan mutu
·                                Mau melakukan perubahan sikap
·                                Pencatatan yang akurat
·                                Komunikasi yang efektif pd setiap tingkat organisasi
·                                Pelatihan tenang pengetahuan dan keterampilan
D. Bentuk Program Jaminan Mutu
1. Program Jaminan Mutu Prospektif (Prospective Quality Assurance)
              Program Jaminan Mutu yang dilakukan sebelum sebelum pelayanan dilakukan dan difokuskan pada standar masukan dan lingkungan diantaranya Standarisasi, Perizinan, Sertifikasi, Akreditasi
2. Program Jaminan Mutu Konkuren (Concurrent Quality Assurance)
Program Jaminan Mutu yang diselenggaraan bersamaan dengan pelayanan dan
Difokuskan pada standar proses. Biasanya kegiatannya memantau tindakan medis dan non medis, Terkadang ada masalah kesulitan dalam pelaksanaannya karena faktor tenggang rasa kesejawatan sehingga  perlu dibentuk tim kerja  atau peer group
3. Program Menjaga Mutu Retrospektif  (Retrospective Quality Assurance)
Program Jaminan Mutu yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan setelah pelayanan diberikan dan difokuskan pada standar keluaran seperti reviu rekam medis, reviu Hasil, reviu klien              
E. Aplikasi sensitometri dalam program jaminan mutu dan program kendali mutu radiologi
1. Sensitometri:
Sensitometri adalah metode mengukur karakteristik respon film terhadap radiasi baik dari cahaya tampak atau  sinar-X. Caranya film diekspose dengan sinar-X atau cahaya tampak dengan nilai eksposi tertentu untuk menghasilkan serial densitas, kemudian film di proses dan hasil densitasnya diukur dengan densitometer dan dibuat sebuah kurva yang dikenal dengan kurva karakteristik.
Dalam sensitometri dikenal 2 (dua) metode, yaitu sebagai berikut :
n                                                      X-ray Sensitometry adalah metode mengukur karakteristik respon film yang diekspose dengan menggunakan sinar-X (X-ray)
n                                                      Light Sensitometry adalah metode mengukur karakteristik respon film yang diekspose dengan cahaya tampak (light)
2. Densitas (D)
Dapat didefinisikan sebagai jumlah penghitaman pada film, Densitas diperoleh dari perbandingan antara intensitas cahaya yang diteruskan dengan intensitas cahaya mula-mula. Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
D                                       : Densitas
It                                        : Intensitas cahaya yang diteruskan
Io                                       : Intensitas cahaya mula-mula 

3. Opasitas (O)
            Opasitas adalah perbandingan antara intensitas cahaya mula-mula dengan intensitas cahaya yang diteruskan.
Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
O                                       : Opasitas
It                                        : Intensitas cahaya yang diteruskan
Io                                       : Intensitas cahaya mula-mula 

4. Densitas Optik (DO)
Adalah logarithma opasitas, sehingga dapat dirumuskan menjadi :

Optikal densiti diperoleh dari logaritma opasitas, sehingga sangat mudah dimanipulasi secara matematik. Hubungan antara densitas, opasitas dan transmisi dapat dilihat pada ilustrasi sebagai berikut :
Densitas 1 + Densitas 1 = Densitas 2
         1
      2
      3

Transmisi
10 %
1 %
0.1 %
Opasitas
10
100
1000
Silver Weight
X
2X
3X

Gambar 1. Densitas: hubungan antara silver weight, opasitas dan transmisi

Tabel 1 : Contoh opasitas, optikal densiti, dan persentase dari transmisi cahaya

Opasitas
OD number
Percentace of light transmitted through the film

1
2
4
8
10
20
40
80
100
200
400
800
1000
2000
4000
8000
10000

0.0
0.3
0.6
0.9
1.0
1.3
1.6
1.9
2.0
2.3
2.6
2.9
3.0
3.3
3.6
3.9
4.0

100
50
25
12.5
10
5
2.5
1.25
1
0.5
0.25
0.125
0.1
0.05
0.025
0.0125
0.01


Dari tabel 1 diatas terlihat contoh dari perhitungan opasitas, optikal densiti, dan persentase dari transmisi cahaya lebih jelas.
5. Kurva Karakteristik
( Kurva D LOG E/ HURTER AND DRIFFIELD/H AND D )
H & D kurava adalah kurva atau gambar  yang memberikan ilustrasi sebuah film atau film-secreen system dalam memberikan respon terhadap berbagai tingkat eksposi.
Ilustrasi dari kurva karakteristik dapat dilihat pada gambar berikut ini :
     
      Gambar 2. Kurva Karakteristik
Curve

   Gambar 3. Bagian-bagian dari kurva karakteristik 
6. Manfaat Kurva Karakteristik antara lain yaitu :
n                  Mengetahui besar kecilnya fog level
n                  Menilai kontras film
n                  Menilai kecepatan film
n                  Menilai densitas maksimum
n                  Untuk membanding satu film dengan yg lain
n                  Membandingkan IS satu dengan yg lain
n                  Mengetes cairan pembangkit
n                  Mengetahui latitude film
n                  Kontrol kualitas otomatik prosesing.
7. Cara Membuat Kurva Karakteristik adalah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut
n                  Eksposi dan procesing film
n                  Mengukur densitas yg dihasilkan
n                  Plotting kurva
8. Seri Eksposi Sensitometri ada 2 (dua) metode yaitu :
            a).  Time Scale Sensitometry
  Pada metode ini tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) tetap
  yang diubah waktunya (s).
n                  Tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan jarak (FFD) tetap
n                  Waktu eksposi selalu divariasi oleh faktor 2.
n                  Dilakukan 11 kali eksposi yang diperlukan untuk membuat plot titik pada
kurva karakteristik sehingga didapatkan grafik yang baik.
n                  Keuntungan :
n                  Diketahui waktunya
n                  Memungkinkan film dengan densitas yang rendah pada saat masuk pada processor terjadi “reducing bromide drag” sehingga mengurangi terjadinya streak artefak pada film.
n                  Kerugian :
n                  Eksposi dilakukan secara kontinyu dimulai dengan 0.1 s dan dilanjutkan dengan  0.2, 0.4, 0.8, 1.6, 3.2, 6.4,12.8, 25.6, 51.2, 102.4 --- diperlukan timer khusus pada meja kontrol sinar-X
n                  Kesalahan perulangan “reciprocity failure” sebesar 0.01 s
n                  Pengujian ini yang terpenting adalah waktu yang diperlukan untuk pembentukan kurva.
b) Intensity Scale Sensitometry :
                        - dengan menggunakan step wedge/penetrometer
                        - dengan sensitometer
  Pada Intensity Scale Sensitometer ada 3 cara yaitu :
Dengan X-ray dengan variasi intensitas sebagai berikut :
1.                     Tegangan tabung (kV) dan jarak (FFD) konstan
2.                     Variasi nilai arus tabung  ( waktu (s) tetap, variasi arus   tabung / mA).
3.                     Biasanya dibentuk oleh variasi tinggi tabung (tube) dalam kaitan antara film dengan hukum kuadarat jarak terbalik ( inverse square law)
4.                     Membutuhkan  ketelitian/akurasi pada pengontrol sinar-X (X-ray set), perhitungan dan pengukuran.
Dengan menggunakan step wedge :
1.               Disiapkan stepwedge/penetrometer
2.               Dieksposi dengan cara menempatkan stepwedge dan   tercover keseluruhan bagian dari stepwedge
3.               Faktor eksposi yang meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung dan waktu (mAs)  disesuaikan dengan kombinasi film-screen yang digunakan.
4.               Hasil pengukuran densitas dengan menggunakan densitometer dicatat dan plotting kurva
5.               Keuntungan :
n       Penetrometer dapat membuat sejumlah step, sehingga kurva karakteristik yang didapat bisa lebih akurat
n       Penetrometer dapat digunakan kembali
n       Ini dapat digunakan pada kombinasi screen-film yang berbeda
n       Waktunya diketahui
n       Memungkinkan memproses film dengan densitas rendah masuk pertama kali pada processor.
6.               Kerugian :
         Kurva karakteristik film yang dihasilkan hanya untuk tegangan tabung (kV) tertentu.
                                Gambar 4. Stepwedge

Dengan menggunakan sensitometer
1.               Keuntungan :
n            Cepat dan mudah digunakan
n            Dapat digunakan pada kombinasi film-screen yang berbeda
n            Pemrosesan film pada interval waktu yang sudah diketahui
n            Memungkinkan pemrosesan film dengan densitas yang rendah masuk pada processor pertama kali
2.                                          Kerugian
                                                   Harga alat mahal


                       
                            Gambar 5. Sensitometer 
 
                               Gambar 6. Densitometer  
Penggolongan bagian-bagian kurva karakteristik dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 
   Gambar 7. Penggolongan kurva karakteristik
 

Keterangan :
b.                                           Point A, basic fog
c.                                           Point B Toe
d.                                           Point C ( B – D) – straight line
e.                                           Point D – shoulder
f.                                             Point E – densitas maximum
g.                                           From E onwards – region of reversal / solarisation

Bagian-bagian kurva karakteristik meliputi :
n                                                                                          Point A (Daerah sebelah kiri Toe)
Densitas base, fog, threshold

a.            BASIC FOG = Densitas base + Fog
Basic fog  adalah densitas yang terekam pada base (dasar film), misalnya pada dasar yang memberi warna biru, ditambah dengan densitas chemical fog yang terekam pada saat penyimpanan film, processing film dan lain-lain.
Contoh : Basic fog <= 0.11  ( densitas base) + 0.11 (fog) pada daerah mediastinum thorax
§               DENSITAS NETO = Gross density – basic fog
a.                  TRESHOLD adalah daeradimana emulsi film mulai merespon eksposi dan densitasnya mulai meningkat di atas basic fog
b.                  Ada tiga kategori penyebab terjadinya fog yaitu :
Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan film (Storage Faults) meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.                              Terlalu lama waktu penyimpanannya
2.                              Temperatur terlalu tinggi
3.                              Kelembaban terlalu tinggi
4.                              Penyimpanan film secara horisontal
5.                              Radiasi alam (background) terlalu tinggi
6.                              Radiasi hambu
Kesalahan yang terjadi di kamar gelap (Darkroom Faults) meliputi :
a.                           Lampu pengaman yang tidak benar
b.                           Waktu penanganan film di kamar gelap terlalu lama
c.                            Terlalu banyak lampu pengaman
d.                           Lampu pengaman terlalu dekat
e.                           Lampu pengaman terlalu terang
f.                              Lampu pengaman yang sudah retak/pecah
g.                           Kebocoran pada lampu pengaman
Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film (Processing Faults) meliputi :
n                        Over-replenishment
n                        Temperatur developer yang terlalu tinggi
n                        Waktu pemrosesan film terlalu lama
n                        Kontaminasi
n                        Temperatur fixer terlalu dingin
n                        Waktu pemrosesan di fixer terlalu pendek
n                        Fixer under-replenishment
n                        Point B-D (Daerah antara Toe-Shoulder/ straight line portion)
kontras, gradient, latitude film, lat.eksposi, speed
Information from straight line portion
n                  Gamma
n                  Contrast
n                  Average gradient (average gamma)
n                  Useful exposure range
n                  Useful density range
n                  Film latitude
n                  speed
A.                 KONTRAS :
-     GAMMA (G)
             G = tan A
-     GRADIENT RATA-RATA
   -     Densitas guna = net density 0.25 – 2.0.
   -     Gradient rata-rata / kontras ditentukan oleh :
emulsi film, jenis film( single/double), kondisi prosesing, dan tabir penguat (Intensifying Screen).

Ilustrasi tentang gamma dapat dilihat pada gambar berikut ini :
              Gambar. 8 Ilustrasi Gamma

 
 
Sedangkan gradien rata-rata dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
                        Gambar 9. Gradien rata-rata
 LATITUDE
Adalah kemampuan sebuah film utk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu.
- Latitude Film
Menggambarkan selisih antara batas atas dan bawah log eksposi relative atau  log Ey – log Ex  kontras naik, lat. Film turun
- Latitude exposi
Toleransi film terhadap kesalahan pemilihan faktor eksposi seperti tegangan (kVp), arus tabung (mA), dan waktu (s), serta jarak (FFD) pada saat eksposi dilakukan.
Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontrast subject
SPEED
Speed sebuah film adalah sejumlah X- ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas tertentu.
Film A memiliki kecepatan relative terhadap film B maksudnya adalah rasio eksposi yang diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg sama.
Speed reference = 100
densitas ref         = 1.0
n            Speed point : titik pada kurva karakteristik dimana nilai densitasnya adalah 1 + b+f
n            Speed exposure point: log eksposi yg menghasilkan speed point
n            Bila film A speed eksp point = 2,0
         film B speed eksp point = 1,5
         Beda speed kedua film =
         antilog (2,0-1,5) = 3,16
         Jadi film A 316 % kali lebih cepat dari film B.
n            Point E ( Daerah sebelah kanan Shoulder) maksimum density dan reversal                                                                        
5.      Program pengujian esensial terhadap kebocoran Kamar Gelap dan lampu pengaman, automatic film processor, x-ray  kaset dan IS
g. Screen/Film Contact test

Latar belakang
            Sebagai salah satu komponen pencatat bayangan kaset radiografi dituntut untuk dapat mencatat bayangan sebaik mungkin seperti obyek aslinya. Artinya kaset radiografi dapat tetap menjaga parameter-parameter radiografi seperti densitas, kontras radiografi dan ketajaman. Kaset radiografi memegang peranan penting dalam menjaga mutu ketajaman radiografi dalam kaitan dengan struktur kaset radiografi.
Gambar kontak screen-film yang baik 
 
Gambar non kontak film-screen  
Beberapa faktor penyebab ketidak kontakan antara film dan skreen antara lain:
§                                         Ada suatu benda dibawah screen
§                                         Pecahnya bingkai kaset
§                                         Pecah, bengkok dan lepas engsel
§                                         Pecah, bengkok dan lepas kunci kaset
§                                         Melengkungnya screen karena kelembaban tinggi
§                                         Melengkungnya sisi depan kaset
Kalau kita melihat gambar diatas maka akan nampak bahwa antara lapisan busa tidak sama ketebalannya, sehingga pada bagian tersebut akan “menarik” screen karena lapisan screen menempel pada lapisan busa dan pada bagian tersebut menyebabkan ketidak-kontakan dengan film. Akibat adanya gap tersebut maka akan ada 2 efek yaitu peningkatan densitas dan adanya ketidak tajaman.
Munculnya ketidak tajaman bayangan karena terdapatnya jarak antara butiran screen dan film sehingga informasi yang dibawa oleh screen mengalami ketidak tajaman akibat adanya penumbra.
Peningkatan densitas terjadi karena penumbra-penumbra yang timbul saling berdekatan bahkan saling overlapping diantara mereka.
Pada hasil pengujian akan tampak bahwa bayangan lubang-lubang wire-mesh pada area non-kontak akan menampakkan gambaran lubang-lubang yang tidak tajam, sedangkan pada area lainnya lubang-lubang tersebut akan terlihat tajam. Pada suatu instalasi radiologi yang tidak memiliki wire-mesh tidak berarti tidak dapat melakukan pengujian kontak screen-film kontak. Kita dapat memakai alat lainnya yang fungsinya mirip dengan wire-mesh, yaitu kita dapat menggunakan klip kertas yang disebarkan ke seluruh permukaan kaset dan hasilnya dapat diamati apabila bayangan klip tidak tajam berarti pada daerah itu dapat diduga terjadi ketidak-kontakan antara film dan screen
1.                                          Program pengujian terbatas terhadap parameter fisik generator sinar-X   berikut  peralatan pendukung pelengkap lainya:



 
 
Pengukuran Radiasi
Banyak data dapat diperoleh selama proses pengujian performance alat sinar-X. Pengukuran-pengukuran terhadap kinerja generator pembangkit sinar-X pada dasarnya melibatkan pengukuran-pengukuran terhadap radiasi yang keluar dari tabung sinar-X sehingga beberapa type detektor radiasi dijadikan alat standart pengukuran dalam uji-uji yang dilakukan. Detektor yang sering digunakan untuk uji performance adalah detektor gas (gas-filled chamber). Diagram skematik berikut ini adalah gambar dari detektor gas .
         
        
Jenis ion chamber adalah salah satu jenis detektor gas yang lazim digunakan pada alat-alat ukur radiasi sinar-X. Ion Chamber hanya memerlukan tegangan ± 100-3000 volt untuk dapat bekerja dengan baik. Dibandingkan dengan jenis detektor radiasi lainnya. (prosposional center 300-900 volt dan Geger Muiler center 900-1200 volt). Karena pengukuran sumber sinar-X tidak membutuhkan detektor-detekor yang sangat peka seperti jenis9jenis detekor yang sering digunakan pada Kedokteran Nuklir. Pocket dosimeter adalah contoh jenis detekor radiasi sinar-X yang cukup baik dan mudah dijumpai di pasaran dan dapt dipergunakan untuk pengukuran radiasi sinar-X.
Gambar di atas  menjelaskan bagaimana intensitas signal dari suatu detektor gas meningkat bila tegangan yang terjadi pada chamber juga meningkat. Daerah A adalah daerah recombinasi, daerah b adalah ionisasi, daerah C adalah daerah proposional, daerah D adalah daerah Geger-Muiler dan daerah E adalah daerah discharge.

Grafik ini perlu dipahami oleh praktisi yang akan melakukan pengukuran radiasi, karena setiap jenis detektor membutuhkan voltase yang berbeda untuk dapat bekerja secara optimum.
Voltase tabung sinar-X mempunyai efek yang signifikan terhadap kontras gambar, densitas optik dan juga dosisi radiasi kepada pasien. Oleh karena itu pemilihan kV pada meja kontrol seharusnya memproduksi out kVp dengan tingkat energi radiasi sinar-X yang proposional. Kejadian tidak proposionalnya energi sinar-X yang keluar dengan setting kVp pada kontol merupakan indikasi ketidakakuratan nilai kVp.
Variasi perbedaan setting kvP dengan kualitas`berkas`sinar-X masih diperkenankan s.d ± 4 kVp dari nilai sesungguhnya.
Pengujian terhadap akurasi kVp dapat dilakukan dengan alat ” wisconsin test cassete ” atau ’ Digital kVp meter`seperti terlihat pada gambar berikut.
  Gbr. Wisconsin cassete
Gbr. Full function 
Akurasi dan presisi timer
Waktu eksposi secara langsung mempengaruhi kuantitas keseluruhan dari radiasi sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X. Dengan demikian, keakuratan waktu eksposi adalah bersifat kritikal bilamana dikehendaki eksposi terhadap radiograf memadai dengan dosis radiasi yang beralasan terhadap pasien.
Variabilitas yang di perbolehkan untuk akurasi waktu eksposi adalah ± 5 % untuk penggunaan waktu eksposi lebih b esar dari 10  mA, dan ± 20 % untuk eksposi lebih kecil dari 10 mS.
Cara termudah untuk mengukur akurasi nilai waktu eksposi adalah dengan menggunakan dengan menggunakan”digital timer meter atau multi funtion meter”. Namun demikian bila fasilitas radiologi tidak memiliki peralatan non invansif semacam ini, sebuah alat sederhana yang dikenal dengan ” Spinning Top Device” guna menggukur akurasi waktu eksposi pada suatu sistem generator pembangkit sinar-X.
Interpretasi gambar dari hasil pengukuran dapat dilihat sebagaimana contoh gambar berikut ini
   
                          
  






 Gbr a. Exposure time (digital) – QC Equipment
                                        b. Spinning top devices (manual) – QC Equipment
Bila generator sinar-X adalah half wave rectifier ( penghantar setengah gelombang) maka untuk menghitung atau mengkonversi waktu eksposi yang sesungguhnya adalah dengan cara:
Banyaknya titik hitam =  waktu eksposi (secons) x 60 )
Selanjutnya bila generator yag dimiliki full have rektifier (penghantar gelombang penuh) Maka,
Banyaknya titik hitam =  waktu eksposi (secons) x 120
Pengujian dengan spining top sebaiknya menggunakan pengaturan waktu pada 1/10, 1/20, 1/30 & 1/40 untuk peralatan dengan phasa tunggal. Untuk peralatan dengan fassa tiga atau hight frequency generator. Produksi sinar-X sudah konstan, sehinnga gambaran spining top akan berupa busur melingkar dan bahan gambaran titik. Karena alasan ini maka alat manual spining top tidak bisa digunakan, dan harus menggunakan alat ukur yang dilengkapi dengan penggerak motor elektrik (syncronous spining top devices)
Akurasi dan konstansi mA
mA Exposure time linierity dan reciprocity
mA selektor pada generator sinar-X adalah digunakan untuk mengatur temperatur filamen tabung sinar-X, sepanjang waktu eksposi radiasi terjadi. Lebih penting lagi mA selektor menentukan kuantitas dari radiasi sinar-X yang terjadi dalam suatu berkas sinar. Dengan demikian maka akurasi nilai mA yang dipilih adalah sama pentingnya dengan akurasi timer eksposi (waktu eksposi). Satu metode untk pengujian akurasi mA yang dapat dilakukan adalah dengan membuat satu eksposi radiasi sambil mencermati mas meter pada panel kontrol. Metode terbaik selain ini adalah dengan menguji resiprok dan kelinieran dari mA.
Reciproc berarti : Eksposi dilakukan pada nilai mAs yang sama diperoleh dengan kombinsi mA dan S yang berbeda.
Output Radiasi seharusnya adalah sama sepanjang kVp yang digunakan dijaga pada posisi konstan. Untuk menghitung nilai resiprok dari suatu eksposi radiasi maka dapat digunakan rumus sbb:
Reciprocity varience = ( mR/mAs max-mR/mAs min) : 2
                                            mR/mAs rata-rata
Variasi resiproksiti masih diperkenankan pada prosentase ± 10 % 
Dikatakan bahwa resiprok generator adalah baik bila perhitungan variancenya adalah lebih kecil dari 10 %. Alat untuk mengukur eksposi dan mengitung resiprok dapat mengunakan dosimeter saku atau menggunakan Al.
Linierity
Linierity berarty bahw peningkatan yang teratur dalam nilai mas seharusnya memproduksi peningkatan yang teratur dalam nili eksposur yang di ukur. Dengan kata lain, jika kita mengatur 70 kv an 10 mas untk memproduksi eksposi sebesar 50 mR pada dosimeter, maka selanjutnya bila kita mengatur 70 kV, 20 mAs untuk alat yang sama seharusnya memproduksi nilai eksposi sebesar 100 mR, tentunya bila mA station dan timer sudah terkalibrasi. Variasi linierity masih diperkenankan antar ± 20 %.
Pengukuran linierity dapat ilakukan seoerti  apa yang di kerjakan pada pegukuran recprocity atau dengan cara yang sama dngan ruus sbb:

Linierity varience = ( mR/mAs max-mR/mAs min) : 2
                                           mR/mAs rata-rata
Apabila hasil pengulangan/ penghitungan linierity pada kisaran lebih kecil dari 10 % maka dapat dikatakan bahwa linierity sementara adalah baik. Promlem yang sering di jumpai di lapangan bahwa buruknya linierity suatu system karena buruknya timer, rektifier yang buruk.
Tabung sinar-X
1. Evaluasi fokal spot efektif
Terminologi focal spot (focus)
            Dalam tabung sinar-X proses tumbukan antara elektron-elektron yang berasal dari katoda dan bahan anoda berupa tungsten, ada suatu area pada daerah anoda yang tersedia untuk memancarkan foton sinar-X yang dihasilkan ke segala arah. Dari area itulah foton sinar memancar dan energi panas mengalir. Daerah itu untuk selanjutnya disebut dengan focalspot atau focus.
Peranan focal spot dalam pembentukan gambaran radiografi
Untuk dapat memberikan gambaran obyek yang tajam maka diperlukan suatu sumber sinar atau cahaya yang berupa (mendekati) titik kecil. Dengan sumber penyinaran yang sangat kecil tersebut diharapkan proyeksi penggambaran tidak mengalami kekaburan (unsharpness). Karena sumber penyinaran yang relatif luas akan menimbulkan efek penumbra pada proses pencatatan gambaran. Penumbra itu berasal dari adanya penumpukan proyeksi penggambaran terhadap suatu obyek, sehingga seolah-olah tepi dari obyek tersebut menjadi tampak tidak tajam. Ketidak tajaman tersebut secara awam disebut dengan ketidak jelasan gambar. 
Pengaruh ukuran focal spot dalam pembentukan gambaran
Dalam pembuatan gambaran radiografi, khususnya yang memerlukan ketajaman tinggi seperti tulang, jaringan mammae, jaringan lunak, dll. dipersyaratkan adanya sumber radiasi (focal spot) yang ukurannya sangat kecil (mendekati titik) sehingga struktur dari organ-organ tersebut dapat tergambar dengan baik. Kalau gambaran tulang akan terlihat pola gambaran trabekula, pada jaringan mammae akan terlihat jaringan fibroglanduler serta gambaran mikro kalsifikasi dan pada jaringan soft tissue akan terlihat batas-batas dari subkutan. Aplikasinya pada focal spot yang kecil akan menimbulkan gambar tajam dan sebaliknya.
2.      Kolimator & beam alignment
Telah kita ketahui semua bahwa sinar-X dihasilkan karena adanya tumbukan dari elektron-elektron  yang dihasilkan olah katoda yang mengarah pada anoda sehingga hasilnya adalah energi foton sinar-X yang jumlahnya hanya sekitar 1% dan sisanya berupa energi panas yang jumlahnya kurang lebih sampai dengan 99%. Sesuai dengan sifat fisika yang dimiliki maka foton sinar-X yang dipancarkan arahnya adalah menuju kesegala arah (spherical) atau berbentuk bola.
Selain itu foton sinar-X juga tidak dapat diidentifikasi dengan indera yang dimiliki manusia, karena spektrum panjang gelombangnya diluar rentang spektrum sinar yang mampu terlihat oleh mata telanjang manusia, sehingga sangat tidak mungkin untuk mengetahui ada tidaknya sinar-X disekeliling kita.
Keperluan pemeriksaan
Pemeriksaan radiologi khususnya radiodiagnostik hanya memerlukan sejumlah sinar-X  untuk dapat menghasilkan gambaran radiografi. Karena luas permukaan tubuh yang menjadi obyek pemeriksaan relatif tidak begitu luas, maka keluaran sinar-X perlu dibatasi. Karena sifat sinar-X yang tidak dapat diindera itulah kita membutuhkan suatu alat bantu yang dapat menampilkan seolah-olah seperti luas sinar-X yang kita gunakan. Dalam hal ini proteksi radiasi memegang peranan penting dalam pembatasan luas lapangan radiasi, karena kita harus melindungi organ-organ yang tidak diperiksa dari paparan radiasi. Untuk membatasi luas lapangan radiasi yang akan digunakan maka pada tabung sinar-X (tube housing) diletakkan suatu alat yang disebut dengan kotak kolimator.
Fungsi kolimator
Dengan kolimator diharapkan kita dapat menggunakan sinar-X secara efisien, artinya kita dapat mengetahui dengan seksama berapa luas sebenarnya sinar-X yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan gambaran. Bagaimana kolimator dapat membantu kita seperti demikian? Karena sinar-X itu tidak terlihat maka kita menggunakan cahaya tampak yang diproyeksikan seperti arah dan luas sinar-X agar mata kita dapat melihat dengan nyaman seberapa luas sinar-X yang keluar dari tabung  dan akan dimanfaatkan untuk pemeriksaan. Bila cahaya tampak yang terproyeksi keluar ukurannya 24 cm x 30 cm maka kita merasa yakin bahwa sinar-X yang keluar juga berukuran seperti itu.
Konstruksi kolimator dan komponennya
  1. Pengatur bukaan dan skalanya
  2. Tombol lampu kolimator
  3. Daun kolimator (arah kanan-kiri dan depan-belakang)
  4. Cermin kolimator yang bersudut 45o
  5. Rumah kolimator
Macam-macam kerusakan kolimator
  1. Gerakan daun kolimator yang tidak simetris
  2. Macetnya gerakan kolimator disatu sisi
  3. Berubahnya sudut cermin kolimator
  4. Tidak lenturnya kawat pengatur gerakan daun kolimator
Pengaruh kolimator pada pembuatan radiograf
Sesuai kebutuhan klinis maka kita mengharapkan bahwa setiap radiograf yang dihasilkan  hanya akan memuat gambaran anatomi dari organ yang diperiksa saja tidak perlu menampakkan organ lainnya. Misalnya jika kita ingin membuat radiograf thorax  maka hanya organ thorax saja yang tercakup dalam radiograf, tidakperlu menampakkan abdomen dan daerah cervikal karena hanya akan memberi beban dosis radiasi saja.
Tetapi disisi lain dengan adanya kolimator, kita tidak ingin luas lapangan lampu kolimator berbeda dengan luas lapangan sinar-X yang sesungguhnya, sehingga organ yang inginkita tampakkan menjadi “terpotong oleh kolimator itu sendiri, sehingga tujuan klinis menjadi tidak tercapai.
3. Beam alignment test
Apabila kita membaca pada materi tentang kolimator maka salah satu sifat sinar-X adalah merambat kesegala arah membentuk bola (spherical). Dari bentuk menyerupai bola tersebut maka pada dasarnya sebaran foton sinar-X tersebut memiliki banyak sekali sampai tak terhingga arah foton.
Terminologi beam alignment
            Untuk melihat proyeksi suatu benda maka kita perlu memilih arah sebaran foton yang searah dengan benda tersebut, sehingga profile dari benda tersebut dapat menjadi jelas. Sebagai contoh apabila kita ingin menyorot sebuah pohon dengan lampu senter maka sesungguhnya kita sudah memilih arah sebaran foton (serta mengarahkan sebaran foton yang tidak searah dengan benda tersebut) sesuai arah pohon tersebut. Secara geometris maka pertengahan sinar senter tepat mengarah pada pohon tersebut.
Peranan beam alignment dalam pembuatan radiograf
            Dalam aktifitas pembuatan radiograf sesungguhnya kita hanya memerlukan “satu” arah foton saja sebagai suatu pedoman geometris dalam memproyeksikan organ-organ anatomis yang akan diperiksa ke arah film, sedangkan sisanya yang jumlahnya sangat banyak itu dapat kita abaikan. Satu arah foton tersebut nantinya akan berkedudukan searah bersama dengan pusat obyek anatomi yang diperiksa dan pertengahan film. Dengan kesejajaran seperti itu maka diharapkan akan didapatkan gambaran anatomi sesuai dengan profile yang diinginkan dan berada tepat dipertengahan kaset.Untuk selanjutnya kita menyebut beam alignment dengan pusat sinar (central ray).
Jika kita mengarahkan tabung dengan arah vertikal 90o terhadap meja pemeriksaan, maka seharusnya pusat sinar-X (yang menyebar berbentuk bola) akan betul-betul menyudut 90o terhadap meja. Pusat sinar memiliki peranan yang sangat penting pada pembuatan radiograf terhadap organ anatomi yang kecil dan berupa suatu saluran (channel) karena dengan arah pusat sinar yang sejajar dengan arah poros saluran dari organ tersebut akan menampakkan saluran tersebut. Contoh organ yang memerlukan pusat sinar yang akurat antara lain foramen opticum, selle tursica, os nasal, dll.
Pengaruh beam non-alignment dalam pembuatan radiograf
            Apabila kita ingin membuat radiograf dari foramen opticum, apabila beam alignment tidak sesuai, dalam arti poros dari foramen telah tegak lurus terhadap meja tetapi pusat sinar tidak tegak lurus, maka dalam radiograf tidak akan mampu menampakkan kedalaman fontactramen dengan baik. Keadaan tersebut dalam radiografi disebut dengan perubahan bentuk gambaran (distorsi) khususnya yang disebabkan arah sinar yang salah.
5.      Evaluasi kecukupan HVL
Filtrasi sinar-X yang baik adalah bila kondisi low energi level dapat tereduksi dan tidak mencapai pasien atau pada film.Dosis radiasi pasien akan meningkat s.d 90 % bila fluktuasi sinar-X dalam kondisi yang tidak memadai. Penyerapan berlebihan terhadap fiamen tabung sebagai salah satu penyebab utama perubahan inherent filter, yang pada gilirannya mengurangi kecukupan filter radiasi pada suatu tabung sinar-X. Metode terbaik untuk mengukur kecukupan filter adalah dengan uji HVL (Half-Value-Layer). Sebuah dosimeter saku dapat digunakan untuk menguji kecukupan filter. Data yang diperoleh selanjutnya dapat di plot dengan semilog grafik (fungsi mR terhadap ketebalan filter). Bila HVL ≤ 2,3 m pada 80 kVp maka perlu dikalibrasi.
Peralatan pendukung:
a.  Grid alignment test
Fungsi grid adalah mengurangi radiasi hambur yang mencapai film ketika proses pemotretan radiografi terjadi. Kualitas gambar akan meningkat bila scatters (radiasi hambur) dapat dikendalikan atau direduksi. Grid terlihat seperti sebuah lembar metal lembut yang sederhana, tetapi sebenarnya sebuah alat yang dibuat dengan presisi tinggi tetapi alat ini juga mudah rusak.
Grid sinar-x  yang beredar di pasaran memiliki banyak variasinya, pemakaian dari grid yang bervariasi ini tergantung dari tujuan dan fungsi grid itu sendiri dalam ini adalah jenis-jenis grid bila dilihat menurut struktur dan arah gerakannya.
Pembagian jenis grid menurut struktur nya:

a.                   Grid Paralel

§                                                                 Strip Pb paralel satu dengan lainnya dalam satu arah
§                                                                 Ada dua jenis pada garis grid paralel, Fokus dan Non-Fokus
§                                                                 Moving dan Stationary keduanya bisa dengan kontruksi paralel

b. Cross-hatch

§                                                               Dua set strip Pb saling super posisi 90° satu dengan lainnya
§                                                               Umumnya untuk stationary grid dan hanya digunakan untuk teknik kV tinggi dan tanpa penyudutan tabung
§                                                               Desain ini hanya digunakan dalam grid stationary

c. Non-Fakus Grid

§                                                               Merupakan grid paralel
§                                                               Strip satu dengan yang lainya sama
d. Fokus Grid
§                                                               Merupakan grid paralel
§                                                               Berbeda dengan grid Non-Fokus, dimana strip Pb membentuk kemiringan tertentu terhadap garis tengah grid

e. Struktur Grid

§                                                               Strip Pb tipis diantara strip bahan radiolucent
§                                                               Ditutup atas dan bawahnya dengan lembar aluminium

Pembagian Jenis grid menurut arah geraknya:
a. Stationary (Diam)
§                                                             Grid dapat ditempatkan langsung diatas permukaan kaset
§                                                             Grid dan kaset harus berukuran sama
§                                                             Grid rasio biasanya 6 : 1 atau 8 : 1
§                                                             Kaset tersedia built in atau tambahan grid

b. Moving (Bergerak) atau Bucky
§                                                             Grid yang digunakan dengan sistem potter bucky, yang bergerak dari satu sisi ke sisi lain selama ekspos berlangsung, dengan tujuan menghilangkan garis Pb.
§                                                             Grid rasio biasanya 10 : 1 atau 12 : 1
§                                                             Grid rasio harus 16 : 1 jika menggunakan teknik kV tinggi

Setiap jenis grid/bucky biasanya memiliki spesifikasi yang tidak selalu sama, data teknis tentang spesifikasi grid yang perlu diketahui antara lain adalah:

§                     Detail dari struktur grid tertulis pada permukaan grid dengan label atai langsung tercetak pada grid antara lain :
§                     Grid Rasio : Perbandingan antara tinggi strip Pb dengan jarak antara strip Pb
§                     Grid Line : Jumlah strip Pb dalam grid per centimeter/inchi
§                     Focal Range : Grid sudah ditentukan FFD tergantung spesifikasi grid tersebut
§                     Tube Side : Sisi tabung ditunjukkan dengan label TUBE SIDE atau dengan sibul tabung sinar-X
Dalam struktur Grid/Bucky tersusun  dari sejumlah besar  strip Pb yang halus diselingi dengan bahan penyela di sela-sela strip dari terbuat dari bahan yang bersifat radiolucent (plastik atau kayu). Semua lead strip yang trsusun dalam grid/Bucky harus terspasi secara seragam atau bila tidak maka akan menyebabkan terjadinya efek Motle dalam gambar yang bisa menyerupai gambaran patologi. Struktur Pb dan bahan penyela dari Grid/Bucky yang tidak terspasi secara seragam dapat terjadi karena cacat produk pabrik atau kerusakan akibat terjatuh atau bahkan motor sistem penggerak grid yang mengalami kerusakan elektris sehingga momen kosistensi gerakan bahkan grid itu sendiri menjadi statik.
Jika strip Pb mengalami distorsi, maka fungsi grid akan kurang efisien dan akan menjadikan distribusi densitas  optis pada film pada film tidak teratur atau tidak homogen. Selanjutnya, jika grid digunakan dengan cara yang salah, atau fungsi motor penggerak grid (Bucky) mengalami ganggugan maka reduksi densitas optis akibat efek ”cut-off”. Misalnya : Grid fokus digunakan dengan FFD lebih rendah dari yang direkomendasikan vendor pembuat alat grid, maka akan terjadi penurunan densitas pada kanan kiri garis tengah grid tergantung seberapa besar mis-alignment nya terhadap pusat sinar terjadi.
Untuk mengevaluasi kondisi fisik grid/bucky pada pesawat sinar-X, perlu dilakukan uji performance  yaitu Grid alignment test. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui seberapa besar ketidak sesuaian garis tengah grid/bucky terhadap arah datangnya pusat sinar-x (CR). Grid yang mengalami kerusakan fisik atau Bucky malfungsi dapat dievaluasi melalui uji ini. Gambar berikut adalah salah satu bentuk  dari hasil uji grid atau bucky.
Pasangan Densitas optik A dan B bernilai sama atau mendekati. Sementara bagian tengah adalah memiliki nilai densitas optik yang tertinggi. Bila hasil pengujian memperlihatkan kesimetrisan densitas, menunjukan bahwa bucky atau grid sistem tidak mengalami misalignment terhadap pusat sinar datang (CR). 
Pemonitoran kinerja automatic film processor
Processor Quality Control :
Salah satu bagian terpenting dalam program kualitas manajemen bidang diagnostik imejing adalah pengolahan film. Karena ruang lingkup variabel yang sangat kompleks yang berpengaruh pada sistem pengolahan film.
Tabel : Faktor-faktor penyebab masalah pada processor
Problem processor
Trend dalam grafik
Penampakan pada gambar
Aksi korektiv
Darkroom yang tidak aman
B+F naik tajam dengan suatu penurunan yang tibe-tiba pada nilai indikator kontras tetapi tidak ada perubahan suhu developer
Fog level meningkat
Chek filter sfelight, chek kebocoran cahaya dalam kamar gelap, chek kesesuaian jenis safelight dan jenis film, chek kondisi-kondisi penyimpanan film
Suhu developer terlalu tinggi
Speed dan kontras indikator meningkat tajam, dengan sedikit kenaikan pada B+F
Densitas optik yang berlebihan
Chek suhu air yang masuk ke dalam processor, atau setting thermostat dari developer
Suhu developer terlalu rendah
Sedikit penurunan dalam B+F di ikuti dengan penurunan yang tajam pada  speed dan kontras indikator
Densitas optik yang sangat rendah
Chek suhu air yang masuk ke dalam processor, atau setting thermostat dari developer
Konsentrasi developer atau pH nya yang sangat tinggi
Sama denga kejadian bila suhu developer terlalu tinggi
Densitas optik yang berlebihan
Chek replenishment rates dan atau chek pencampuran dari larutan-larutan kimia segar
Konsentrasi developer atau pH nya yang sangat rendah
Sama denga kejadian bila suhu developer terlalu rendah
Densitas optik yang sangat rendah
Chek replenishment rates dan atau chek pencampuran dari larutan-larutan kimia segar
Kekurangan replenishment
Penurunan secara gradual  dari kontras dan speed indikator, sementara B+F dan suhu developer normal
Peningkatan fog level dan penurunan secara umum dari nilai densitas optik
Chek replenishment rates
Kelebihan replenishment
Terjadi peningkatan nilai B+F dan speed indikator dengan kontras indikator mengalami penurunan
Peningkatan fog level dan penurunan kontras gambar
Chek replenishment rates
Developer teroksidasi
Sedikit kenaikan pada nilai B+F dan ada penurunan pada nilai speed dan kontras indikator
Kehilangan kontras gambar
Cuci tangki developer dan buat larutan barunhya. Tambahkan larutan starter dalam perbandingan yang tepat
Pengecekan harian pada operasi automatic processing sangat diperlukan untuk menjaga agar variabel-variabel yang ada tidak menurunkan kualitas gambar yang dihasilkan. Ada empat komponen pada program quality control processor ini yaitu : aktivitas kimiawi (chemical activity), cleaning and maintenance procedures, dan monitoring.
i.   Chemical activity
Pada chemical activity lebih cenderung pada pemrosesan secara kimiawi yang berlangsung. Ada beberapa variabel yang berpengaruh pada aktivitas kimiawi antara lain : temperatur larutan, waktu pemrosesan film, replenishment rate, pH larutan, konsentrasi larutan dan pencampuran larutan.
ii.  Cleaning and maintenace procedures
Processor yang kotor tidak akan dapat berfungsi yang dipengaruhi oleh beberapa parameter dan yang sering terjadi adalah macetnya processor. Sehingga diperlukan pembersihan processor secara rutin baik harian (Daily start up), bulanan (Pembersihan tanki), triwulan (pembersihan tangki replenishment), dan tahunan (Pembersihan Replenisher dan sistem pompa sirkulasi)
Kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan processor (misalnya terlalu kotor) maka tidak dapat berfungsi sesuai standard dan menurunkan kualitas gambar. Pemeliharaan processor (maintenance processor) diperlukan untuk membuat kinerja processor  agar dapat beroperasi dengan baik. Prosedur pemeliharaan processor ini perlu didokumentasikan. Ada 3 type pemeliharaan processor yaitu : terjadual, pengecekan (preventative), dan tak terjadual (jika diperlukan).
Terjadual (Scheduled Maintenance) meliputi prosedur yang diperlukan untuk harian, mingguan, dan bulanan. Prosedur ini meliputi pelumasan bagian-bagian yang bergerak (moving parts),
iii.  Daily Processor monitoring
Monitoring harian bagi otomatik processor sangat perlu dilakukan dengan maksud menjaga konsistensi pengolahan film dari waktu kewaktu.  Dengan pengecekan dan evaluasi rutin ini maka larutan larutan yang ada dalam prosesor dapat dijamin terjaga aktivitasnya tanpa harus mengalami fluktuasi yang berlebihan sehingga berpengaruh langsung terhadap mutu gambar yang diolah.
Untuk melakukan monitoring, maka perlu dilakukan program sensitometri dengan tujuan agar supaya dapat ditetapkan baseline data sebagai informasi awal yang digunakan sebagai pembanding bagi data sensitometrik selanjutnya. Empat parameter penting yang sebaiknya dikuti perkembangannya dari hari ke hari yakni : Medium density, Density Difference, Base+Fog density dan suhu pembangkitan. Variasi-variasi data yang diplot pada monitoring chart untuk masing-masing parameter bisa terjadi secara ekstrim bila terdapat masalah sekaitan dengan larutan-larutan yang dipakai ataupun sistem-sistem yang ada pada prosesor. Interpretasi terhadap grafik yang diperoleh merupakan diagnosa bagi kondisi prosesor dan untuk selanjutnya dapat dilakukan tindakan atau aksi koreksi untuk mengembalikan kinerja prosesor pada level yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat alat tersebut.
Waktu   : 120 ’
1)     Pembukaan         : 5 ’
2)     Penyampaian      : 95 ’
3)     Review     : 15 ’
4)     Penutup    : 5 ’     
Metode :
1)     Ceramah
2)     Simulasi
3)     Diskusi
AVA      :
1)     Whiteboard & Spidol
2)     Laptop
3)     LCD Projector
Penutup :
Latihan 4 :
1.        Jelaskan pentingnya standar dalam pelayanan radiologi
2.        Jelaskan pentingnya replikasi
3.        A management system that gives control, predictability, and controlled improvement of the production process, pernyataan tersebut pengertian quality assurance menurut :
a.Chestnut    b. Ballinger      c. WHO     d. Cosby
4.        Quality Control (QC) are Methodes and procedure used in the testing and maintenance of the components of an x – ray system, pengertian tersebut menurut :
a.Chestnut    b. Ballinger      c. WHO     d. Cosby

Rangkuman
  1. Standar adalah suatu harapan mutu faktor input-proses-output yang diinginkan yang tertulis atau yang disepakati sebagai bagian dari sistem pengawasan mutu (quality monitoring).
  2. Kualitas : Suatu karakteristik yang harus dipenuhi sepenuhnya tanpa ada kekurangan sedikitpun (zero defect). (Crosby).
  3. Quality Assurance : An organised effort by the staff operating a facility to ensure that the diagnostic images produced by the facility are of sufficiently high quality so that consistently provide adequate diagnostic information at the lowest possible cost and with the least exposure of the patient radiatiation (WHO).
  4. Quality Control (QC) : Methodes and procedure used in the testing and maintenance of the components of an x – ray system (Ballinger, 1986).

Umpan Balik danTindak Lanjut










Kunci Jawaban :
  1. a. Standar
  2. Pentingnya Standar :
    1. Kemudahan replikasi unit pelayanan/program
    2. Dalam organisasi
    3. Keluar organisasi: lokal-regional-global
    4. Konsistensi estetis/brand image
    5. Sektor swasta: profit meningkat
    6. Sektor pemerintah: good governance
    7. Meningkatkan daya responsif thd perubahan
    8. Pengendalian biaya/ mengurangi inefisiensi
  3. Pentingnya Replikasi :
    1. semakin tinggi otorisasi melakukan standarisasi (STRUCTURE)
    2. semakin sederhana/umum standar dibuat (SIMPLICITY)
    3. semakin efisien bagi organisasi dan klien (SAVINGS)
    4. semakin rasional krn generalisasi (SANITY)
  4. b. Ballinger
DAFTAR PUSTAKA
Borras, Carl. 1997. Organization, Development, Quality Assurance and
Radiation Protection in Radiology Services : Imaging Radioation Therapy.
Washington, WHO
Chestnut, Bill. 1997. Quality Assurance, An Australian Guide to ISO 9000
Certification. Meulbourne. Longman
Harvey, M,J. etc. 1988. Assuarnce of Quality in The Diagnostic X-ray
Departmen. London, British Institute of Radiology
Hidayat, Wisnu. 2000, Statistik sebagai Alat Pengendali Gugus Kendali Mutu.
Jakarta
Reynolds, Tim. 1992. Guidelines For The Introduction Of A Quality Assurance Programme in A Diagnostic Imaging Department. London. NHS
Wiyono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu LayananKesehatan. Surabaya.
Airlangga University  Press. 
Rangkuman
5.                  Standar adalah suatu harapan mutu faktor input-proses-output yang diinginkan yang tertulis atau yang disepakati sebagai bagian dari sistem pengawasan mutu (quality monitoring).
6.                  Kualitas : Suatu karakteristik yang harus dipenuhi sepenuhnya tanpa ada kekurangan sedikitpun (zero defect). (Crosby).
7.                  Quality Assurance : An organised effort by the staff operating a facility to ensure that the diagnostic images produced by the facility are of sufficiently high quality so that consistently provide adequate diagnostic information at the lowest possible cost and with the least exposure of the patient radiatiation (WHO).
8.                  Quality Control (QC) : Methodes and procedure used in the testing and maintenance of the components of an x – ray system (Ballinger, 1986).
Umpan Balik danTindak Lanjut








Kunci Jawaban :
5.                  a. Standar
6.                  Pentingnya Standar :
a.                                          Kemudahan replikasi unit pelayanan/program
b.                                          Dalam organisasi
c.                                          Keluar organisasi: lokal-regional-global
d.                                          Konsistensi estetis/brand image
e.                                          Sektor swasta: profit meningkat
f.                                            Sektor pemerintah: good governance
g.                                          Meningkatkan daya responsif thd perubahan
h.                                          Pengendalian biaya/ mengurangi inefisiensi
7.                  Pentingnya Replikasi :
a.                                          semakin tinggi otorisasi melakukan standarisasi (STRUCTURE)
b.                                          semakin sederhana/umum standar dibuat (SIMPLICITY)
c.                                          semakin efisien bagi organisasi dan klien (SAVINGS)
d.                                          semakin rasional krn generalisasi (SANITY)
8.                  b. Ballinger
DAFTAR PUSTAKA
Borras, Carl. 1997. Organization, Development, Quality Assurance and
Radiation Protection in Radiology Services : Imaging Radioation Therapy.
Washington, WHO
Chestnut, Bill. 1997. Quality Assurance, An Australian Guide to ISO 9000
Certification. Meulbourne. Longman
Harvey, M,J. etc. 1988. Assuarnce of Quality in The Diagnostic X-ray
Departmen. London, British Institute of Radiology
Hidayat, Wisnu. 2000, Statistik sebagai Alat Pengendali Gugus Kendali Mutu.
Jakarta
Reynolds, Tim. 1992. Guidelines For The Introduction Of A Quality Assurance Programme in A Diagnostic Imaging Department. London. NHS
Wiyono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu LayananKesehatan. Surabaya.
Airlangga University  Press.

No comments:

Post a Comment