ELECTRON BEAM COMPUTED TOMOGRAPHY (EBCT)
ALASAN MUNCULNYA EBCT
Terjadinya artefak atau
bluring akibat terjadinya pergerakan pada suatu pemeriksaan seperti saat
bernafas, pada anak, organ yang senantiasa bergerak (jantung). Karena itu
diperlukan suatu CT yang memerlukan waktu pemeriksaan dibawah waktu 0,1 detik,
agar efek pergerakan secara optimal bisa dicegah. Hal ini terutama untuk
membuat scanning dengan model helical
EVOLUSI EBCT
Pertama kali dikemukaan oleh Douglas Boyd dan koleganya (1979), sebagai
suatu penelitian di era 70an di Universitas of California, San Fransisco. Pada
tahun 1983 Imatron mengembangkan Boyd’s high speed CT scanner untuk
penggambaran jantung dan saluran darahnya, pada saat itu dinamakan
Cardiovaskuler computed tomography (CVCT) scanner dan cine CT scanner dan
sekarang disebut dengan EBCT.
PRINSIP KERJA DAN
INSTRUMENTASI
- EBCT didasarkan pada teknologi berkas elektron dan tidak menggunakan tabung sinar-x
- Tidak ada pergerakan mekanikal pada komponen yang ada
- Akuisisis data EBCT scanner berbeda jika dibandingkan dengan sistem konvensional
Salah satu ciri dari pesawat ini adalah menggunakan tegangan tabung
berkas elektron sebesar 130 kV. Berkas ini dipercepat, difokuskan dan
dibelokkan menentukan sudut menggunakan elektromagnetik coils untuk menembus
satu dari empat target ring tungsten yang saling berdekatan. Ring ini bersifat
permanen dengan radius 90 cm dari 210 derajat.
Berkas
elektron ini akan diarahkan menuju ke ring, yang dapat digunakan secara
individual atau dengan berbagai tingkatan. Bentuk berkas sinar X berupa kipas
yang menembus pasien, yang mana posisi kolimator pada 47 cm menembus berupa
kurva, susunan posisi detektor yang berlawanan dengan ring target, dengan
jumlah detektor 432 (McCollough, 1995). Susunan ini menghasilkan data akuisisi
salah satu dari dua gambar per slice ketika satu target ring digunakan atau
delapan gambar per slice ketika semua empat target ring tersebut digunakan.
Salah
satu komponen yang digunakan pada pesawat ini adalah adalah photodioda (yang
mana berfungsi merubah cahaya menjadi sinyal listrik) dihubungkan pada
preamplifier. Output dari detektor dikirimkan pada sistem data akuisisi (DAS).
DAS meliputi analog – digital – conveter atau alat digitalisasi, merupakan
sampel dan digitalisasi sinyal output dari detektor. Disamping itu,
digitalisasi data disimpan pada tempat yang berkapasitas besar dengan memori
akses yang acak. Komputer atau monitor untuk EBCT scanner mampu menghasilkan
kecepatan scan 4 detik untuk ukuran pixel 256x256 pada model multislice
dan 10 – 12 detik untuk ukuran pixel 512x512 pada model single slice. Diameter
gambar yang dihasilkan berukuran bermacam-macam dari 9 sampai 47,5 cm untuk
setiap model slice. Rekonstruksi gambar menggunakan metode algorithma back-
projection pada sistem CT scan konvensional.
Memori
komputer dapat menyimpan data pada magnetic tape atau pada optical disk.
Magnetical tape dapat menyimpan data 250 2562, 125 3602 atau
63 5122 gambar, tetapi dengan optical disk menyimpan 15,000 2562,
7500 3602 atau 3750 5122 gambar. Komputer juga dapat
memberikan tiga gambar ukuran matriks yaitu 2562, 3602
dan 5122, dengan ukuran pixel yang sangat kecil untuk kedua model
slice baik single dan multiple slice.
Setelah gambaran telah terbentuk, gambar dapat ditampilkan pada layar monitor
untuk dilihat oleh radiografer dan radiolog. Windoing dapat ditampilkan pada
gambar. Dimana nilai CT number yang dihasilkan antara range – 1000 sampai +
3000 Hounsfield Unit (HU), window level (WL) dan window width (WW) berkisar antara
– 1000 sampai + 3000 HU dan 1 sampai 4000 HU. Gambaran lain yang ditampilkan
dan program analisa gambar termasuk pada movie mode, time density dan film
screen. Gambaran juga dapat dicatat pada fil menggunakan kamera laser.
Pencatatan gambar dapat dilakukan oleh radiolog atau radiografer dengan
menggunakan keyboard dan trackball, yang merupakan komponen penting dalam meja
konsul.
Posisi
Pasien
Tempat posisi pasien untuk pemeriksaan menggunakan EBCT disediakan dengan meja
pemeriksaan dan lubang besar sebagai gantry. Dengan diameter gantry 78 cm,
kedalaman tunel 45 cm. meja pasien dapat digerakan pad berbagai cara untuk
pemeriksaan yang sulit dilakukan seperti posisi posterior dan anterior dinding
jantung dan katup jantung. Selanjutnya gerakan yang biasanya terjadi yaitu
naik, turun, masuk dan keluar pada lubang gantry, meja pemeriksaan dapat
disudutkan dari 00 sampai 250.
Proses
Pengoperasian Pesawat
EBCT scanner dapat dioperasikan pada single slice (SS) mode dan
multislice (MS) mode (McCollough, 1999). Kedua model ini dapat mempelajari
fungsi, sistem dan struktur anatomi suatu organ. Dasar dari model single slice
adalah scanning salah satu dai empat ring target tungsten menggunakan
kolimator, yang mana akan menghasilkan gambaran dengan WW 1,5 – 10 mm. Dengan
menggunakan multislice menscanning semua empat ring target tungsten menggunakan
dua detektor yang disusun 2,4,6 atau 8 scan dengan pergerakan pasien
(McCollough, 1999).
Disamping itu, EBCT scanner dapat diopersikan menggunakan empat cara akuisisi
yaitu : movie mode, flow mode, step-volume scanning (SVS) mode dan countinous
volume scanning (CVS) mode.
SVS mode sama dengan karekteristik “step-and-shoot mode” pada CT scan
konvensional. Setelah satu slice tergambar menggunakan kolimator width 1,5,3
atau 6 mm, pasien diposisikan untuk slice selanjutnya dengan perlemahan waktu
(time decay) sekitar 1 detik. Pada CVS mode, pasien ditanslasikan pada lubang
gantry secara kontinu, teknik tersebut hampir mirip dengan teknik
spiral/helical CT tetapi terdapat perbedaan kecil. Sebagai contoh, untuk
menghilangkan artefak dari pergerakan pasien diperlukan waktu yang sangat cepat
sekitar 0,1 detik, kemudian dihubungkan dengan perpindahan meja yang lebih
pendek dari scan width (McCollough, 1999).
Meskipun, jika jarak pergerakan meja 0,1 detik sama dengan scan width,
interpolasi algorithma harus digunakan untuk mengurangi artefak dari pergerakan
meja (McCollough, 1999).
Desain spesifik
Seperti halnya dalam tabung X-ray standar, bagian dari energi elektron
memukul target tungsten diubah menjadi foton. Namun sebuah anoda yang merupakan
target kecil berputar untuk mengusir panas limbah, tempat elektron fokus saat
ini adalah tersapu sepanjang anoda sasaran yang besar dan stasioner.
Sapuan arus elektron diarahkan terhadap alat yang berbentuk kumparan
tembaga kuk pembelok magnetik, seperti dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT).
Namun, seluruh struktur katoda, kuk pembelok, anoda dan ukuran tabung vakum
keseluruhan jauh lebih besar, oleh karena itu terbuat dari baja, tidak kaca,
dengan bagian sentral utama terbuka tengah tabung vakum hampa, ruangan untuk
meja scan dan objek atau orang tempat berbaring saat scan dilakukan.
Mengingat ukuran yang sangat besar dan volume produksi rendah desain
EBCT, pada tahun 2004 di dunia hanya ada terdapat sekitar 120, berbanding
dengan ribuan lebih CT Scan konvensional.EBCT scanner tetap lebih mahal
lebih dari dua kali lipat, dari CT konvensional dimana X-ray tube
berputar secara mekanis.
Masa Depan
Apakah keuntungan menyapu-kecepatan yang melekat akan menjaga
kelangsungan hidup komersial dari desain EBCT masih belum jelas saat ini. Pada
tahun 2002, satu perusahaan besar memiliki dan menawarkan model dalam kedua
desain yang kompetitif, dengan teknik penyerbukan silang-teknik antara tim
desain produk. Pada 2005, semakin tampak bahwa desain CT spiral, terutama
mereka dengan (b) 64 detektor baris, (b) 3 x 360 ° / kecepatan rotasi detik dan
dirancang untuk pencitraan jantung, sebagian besar menggantikan desain EBCT
dari komersial dan perspektif medis. Namun, EBCT masih menawarkan kecepatan
sapuan efektif 50 x 360 ° / kecepatan rotasi detik dan paparan radiasi yang
lebih rendah. Versi
terbaru dari EBCT menawarkan kecepatannya 33
ms.
EBCT menggunakan elektron gun dan 'target' tungsten diam daripada
tabung X-ray standar untuk menghasilkan sinar-X, memungkinkan sekali scanning
yang sangat cepat. EBCT sangat cocok untuk pencitraan arteri koroner
dengan kombinasi unik kemampuan tiga-dimensi (3-D), spasial yang tinggi
(9 pasang garis / cm) dan resolusi temporal (50 msec), dan kemampuannya
untuk memicu akuisisi gambar ke elektrokardiogram, yang hampir menghilangkan
artefak gerak yang berkaitan dengan kontraksi jantung. Untuk keperluan
mendeteksi kalsium koroner, 30 sampai 40 gambar transaxial serial diperoleh
dalm 50-100 msec (waktu akuisisi untuk gambar tunggal), dengan ketebalan irisan
3 mm selama sekali menahan nafas . Arteri koroner unopacified mudah
diidentifikasi oleh EBCT karena kepadatan CT rendah lemak periarterial
menghasilkan kontras dengan darah di arteri koroner, sedangkan kalsium mural
jelas karena high CT CT density terhadap darah.
Perangkat lunak snanner juga memungkinkan kuantifikasi kawasan kalsium koroner
dan kepadatan. Agatston dan rekan mengembangkan kalsium skor algoritma
berdasarkan redaman X-ray koefisien (atau nomor CT diukur dalam unit
Hounsfield) dan daerah deposito kalsium. Baru-baru ini Callister dan rekan
telah menggambarkan sebuah metode alternatif untuk menentukan nilai kalsium
EBCT , yang memiliki variabilitas yang lebih kecil dan reproduktifitas maka
lebih baik dengan mengukur volume sebenarnya plak koroner (kalsium skor
volume).
Referensi :
1. Seeram, 2006, Computed Tomography, Phisical Principles, Clinical
Applications, and Qualitry Control, Second Edition.
2. http://www.medscape.com
3. http://en.wikipedia.org, 2010
No comments:
Post a Comment