URUTAN PULSE (
PULSE SEQUENCE ) DALAM PEMERIKSAAN MRI
Dalam pemeriksaan MRI ( Magnetis Resonanse Imaging ),
dikenal urutan-urutan pulse ( pulse sequence ), yaitu :
- Spin Echo
- Fast Spin Echo
- Gradien Echo
- Short Tau Inversion Recovery (STIR)
- Fluid Acquisition Inversion Recovery (FLAIR).
- SPIN ECHO.
Ø
Urutan sequencenya
adalah : setelah pemberian RF pulsa 90° di off kan lalu dikenai lagi
180° dikenal dengan spin echo.
Ø
Jadi 180° tersebut adalah refocusing.
Ø
2 parameters
Ø
TR : waktu antara RF
pulse 90°
Ø
TE : waktu antara RF pulse 90° hingga puncak echo.
Ø
Single echo
menghasilkan T1
Ø
Kelebihan :
Ø
Aplikasi 180 0 bisa lebih dari 1, dikenal dengan dual echo, menghasilkan PD & T2
Ø
Artefak minimal
Ø
High ignal to noise
Ø
Least artifact prone sequence
Ø
Contats mechanisme easier to understand
Ø
Kekurangan :
Ø
Waktu scanning lama, sehingga PD & T2 jarang di pakai untuk
pemeriksaan, hanya T1.
Ø
SAR nya lebih tinggi
daripada gradient echo disebabkan oleh pulsa 90° dan 180°
RF.
Ø
Waktu TR panjang yang
bertentangan dengan aquisisi 3D.
Penggunaan
spin echo :
Ø
Hampir semua
pemeriksaan klinik dapat dilakukan dengan spin echo.
Ø
Pembobotan T1 memberikan gambaran anatomis organ.
Ø
Pembobotan T2 memberikan gambaran pathologis karena adanya cairan
(odema/haemorhage) dalam jaringan.
Ø
PD memberikan gambaran berdasar jumlah hidrogen proton dalam jaringan.
Ø
Kelebihan spin echo :
Ø
High signal to niose,
signal to noise ratio adalah perbandingan sinyal yang dihasilkan dengan noise.
Sinyal dihasilkan oleh spin proton pada irisan yang dikehendaki, sedangkan
noise berasal dari beberapa bagi-an seperti pasien maupun jenis coil. Semakin
besar ukuran/volume co-il akan semakin besar noise. Nilai SNR bergantung dari
kalibrasi sis-tem misalnya RF maupun flip angles, coil tuning, RF shielding,
image prosesing dan scanning parameter. Nilai SNR yang baik adalah
setinggi-tingginya. Masing-masing sinyal yang didapatkan oleh masing-ma-sing
elemen voxel akan terukur dalam peralatan MRI menjadi suatu nilai SNR yaitu
perbandingan sinyal yang diperoleh masing-masing ele-men voxel terhadap noise.
Nilai SNR ini yang akan menentukan citra yang diperoleh karena SNR adalah
menggambarkan besar intensitas sinyal yang didapat pada elemen voxel, maka SNR
akan bergantung pada langkah pengkodean fase dan dapat dijumlahkan serta
diratakan.
Ø
Sedangkan waktu citra
yang diperlukan untuk mendapatkan citra ter-gantung dari faktor pengkodean fase
yang dipilih ( 128, 192 atau 256), jumlah akuisisi yang diperlukan dan waktu
pengulangan TR yang di-berikan untuk melakukan satu evaluasi atau studi untuk
satu slice.
Ø
Artefact prone sequence
sangat sedikit.
Ø
Pengaturan kontras
lebih mudah untuk dipahami.
- FAST ( TURBO) SPIN ECHO.
Ø
Nama lain : RARE =
Rapid Acquisiion with Relaxation Enhancement.
Ø
Digunakan hampir 40-60%
dalam pemeriksaan MRI.
Ø
Banyak digunakan untuk
gambar pembobotan T2 karena waktu bisa lebih singkat.
Ø
FAST SPIN ECHO (FSE)
sama dengan spin echo akan tetapi waktu scanning jauh lebih singkat.
Ø
Pada spin echo
sequencenya adalah 90 kemudian diaplikasi 180 ( re-focusing echo), dan hanya
satu phase encodeng step per TR pada ma-sing-masing slice sehingga hanya satu
baris K-space yang terisi per TR.
Ø
Fungsi waktu scanning :
TR x NEX x phase encodeng.
Ø
Untuk bisa mengurangi
waktu scanning dapat ditempuh dengan mengurangi faktor-faktor tersebut. Jika TR
dan NEX dikurangi akan ber-pengaruh pada pembobotan image dan SNR. Sedangkan
bila mengu-rangi phase encoding akan menurunkan resolusi.
Kelebihan :
Ø
Pada FSE, waktu
scanning dikurangi dengan cara melakukan lebih dari satu phase encode per TR, yang dikenal dengan Echo
Train yakni aplikasi beberapa RF pulse 180 per TR.
Ø
Pada masing-masing
rephasing/refocusing, dihasilkan satu echo se-hingga dapat melakukan phase
encode yang lain.
Ø
Contoh pada SE, bila
menggunakan phase matriks 256 maka 256 pha-se encode harus dilakukan, bila NEX
1, maka waktu scan membutuh-kan sebesar 256xTR.
Ø
Pada FSE dengan
parameter yang sama, dengan echo train misal 16, artinya akan dilakukan 16
phase encode setiap TR. Sehingga waktu scannya menjadi 256/16 x TR = == waktu
lebih singkat 1/16 nya.
Penggunaan :
Ø
Contras FSE sama dengan
SE sehingga banyak digunakan untuk pemeriksaan.
Ø
Pada pemeriksaan sistem
syaraf pusat, pelvis dan muskuloskeletal – sudah menggantikan panggunaan spin
echo.
Ø
Pada thorax dan
abdomen, kadang dapat menimbulkan respiratory artefact sehingga perlu adanya
respiratory compensation technique
Kelemahan
FSE :
Ø
Fat tampak putih pada
T2 diakibatkan karena multiple RF pulse se-hingga akan mengurangi efek
interaksi spin-spin pada lemak ( J-Cou-pling). Untuk mengurangi digunakan
teknik fat saturation.
Ø
Dengan pengulangan RF
pulse dapat meningkatkan efek magnetisati-on tranfer, sehingga otot tampak
lebih gelap pada FSE daripada SE.
Ø
Juga akan mengurangi
efek magnetic suspectibility yang sangat pen-ting bilamana melihat hemorhage
yang kecil, namun bila ada implant dari metal artifactnya tidak terlalu muncul.
Ø SAR lebih tinggi dari SE.
Ø Meningkatnya artefact karena
flow dan motion.
Ø Incompatible dengan beberapa
opsi imaging.
Ø Image blurring dapat terjadi
karena koleksi data dilakukan dengan TE yang berbeda-beda.
Parameter FSE :
Ø TR : bisa lebih panjang hingga
6000 ms.
Ø TE efektif : tidak bisa diatur
oleh operator.
Ø ETL = Echo Train Length/Turbo
Factor, sangat penting dalam pem-bobotan :
Ø
Short ETL :
o
Meningkatkan pembobotan
T1
o
Menurunkan TE efektif
o
Waktu scan lebih lama
o
Slice lebih banyak per
TR
o
Menurunkan image
blurring
Ø
Long ETL :
o
Meningkatkan pembobotan
T2
o
Meningkatkan TE efektif
o
Mengurangi waktu scan
o
Mengurangi jumlah slice
per TR
o
Meningkatkan image
blurring
Ø
ETS : Echo Train Spacing/ waktu antara 180
dengan 180, parameter ini tidak bisa diubah operator.
Ø
Contoh parameter pada
FSE :
§
T1 : Short TE eff (kurang dari 20 ms)
·
Short TR 300-600 ms
·
Turbo factor (ETL) 2-6
·
Typical waktu scan 30
detik-1 menit.
§
T2 : Long TE ( 100 ms+)
·
Long TR (4000 ms+)
·
Turbo factor 8-20
·
Typical waktu scan 2
menit
§
PD/T2 : TE eff short (
20 ms)/ long Te eff 100 ms.
·
Long TR ( 2500 ms+)
·
Turbo factor 8-12
·
Typical waktu scan 3-4
menit.
- GRADIENT ECHO
Ø
Flip angles (< 90°
) dan TE
Ø
Untuk rephasing tidak
menggunakan RF pulse 180, tetapi mengguna-kan gradient.
Ø
TR dan waktu scan singkat.
Ø
Menghasilkan T2*, T1 dan PD
Ø
Berguna untuk abdomen,
thorax,MRA. Pembuluh darah tampak hi-perintense.
Parameter GRE :
Ø
Parameter yang penting
pada GRE adalah flip angle (sudut balik), TE dan TR. Pembobotan yang dihasilkan
adalah T1,T2* dan PD. Sudut balik dan TR menentukan T1. Agar tidak
terjadi saturasi, sudut balik harus kecil dan TR panjang. Agar terjadi
saturasi, sudut balik harus besar dan TR pendek sehingga full recovery tidak
terjadi. TE mengon-trol T2*, TE pendek maka T2* minimal, untuk memaksimalkan T2*,
TE panjang.
Ø
Karena proses rephasing dengan gradien maka decaynya adalah T2*.
Kelebihan :
Ø
Waktu pencitraan lebih
cepat
Ø
Flip angle yang kecil
memerlukan energi yang sedikit
Ø
Mengurangi SAR
Ø
Dapat dibuat akuisisi
3D
Kekurangan :
Ø
Sulit untuk
menghasilkan pembobotan T2 yang baik
Ø
Inhomogenitas medan magnet karena kehilangan signal
Ø
Lebih jelek dengan
pengurangan waktu TE
Ø
Terjadinya efek
susceptibility
Ø
Terjadinya dephasing
pada air dan proton lemak.
- INVERSION RECOVERY :
Ø
Inversion recovery (IR) merupakan variasi sequence dari SE sequence
Ø
Memberikan gambaran
dengan pembobotan T1 yang lebih gelap.
Ø
Basik sequencenya
adalah : 180-90-180-180. Waktu yang diperlukan dari aplikasi 180 ke 90 dikenal
dengan T1 (time inversion ) atau TAU. Kontras gambar tergantung pada panjang
pendeknya T1.
Ø
Jika dilakukan aplikasi
RF 90 maka NMV akan berada pada bidang transversal, sehingga kontras gambar
tergantung pada longitudinal recovery seperti pada SE. Hasil akhir IR adalah
pembobotan T1, de-ngan kontras antara fat dan air yang sangat baik.
Ø
Jika RF pulsa 90 tidak
diaplikasikan hingga NMV mencapai recovery penuh, maka akan dihasilkan gambar
PD ( tergantung hidrogen proton ), karena lemak dan air sudah recovery penuh
semua.
Ø
Setelah aplikasi RF pulse
90, kemudian refocusing dengan RF pulse 180, yang akan menghasilkan spin echo.
Ø
TR adalah waktu antara
aplikasi inverting pulse 180. TR biasanya di-pilih 3xT1 agar diperoleh SNR yang
baik.
Penggunaan :
Ø
Untuk menampakkan
anatomi dengan heavily T1 daripada SE.
Ø
Dikombinasi dengan FSE
untuk mempersingkat waktu.
Ø
Ada dua macam IR yakni :
-
STIR = short tau
inversion recovery
-
FLAIR = fluid
acquisition inversion recovery.
Aplikasi :
§
Untuk pemeriksaan
abdomen, chest, and MRA
§
Pembuluh darah tampak
hiperintens.
- STIR ( short tau inversion recovery ) :
Ø
Sequncenya 180-90-180, meng-nol-kan fat. Fat tampak gelap pada T1 ( fat
biasanya terang pada T1 ).
Ø
Aplikasi :
Umumnya digunakan pada
musculoske-letal, orbita, liver, tumor pada tulang. Bila media kontras
dimasukkan, jarang dilihat dengan STIR walaupun STIR juga untuk melihat
T1,ka-rena kontras akan memperpendek T1 times, yang tissue akan kelihat-an
terang. Bila kemudian digunakan STIR maka bagian tersebut akan lebih pendek T1
timesnya sehingga T1 times hampir sama dengan fat, dan akan di-nol-kan dengan
STIR. Artinya kontras tidak ada gunanya.
Parameter :
Ø
Short T1 =150-175 ms
Ø
Short TE = 10-30 ms
Ø
Long TR = 2000 ms+
Ø
Rata-rata Scan time = 5-15 menit. Bila dengan FSE, maka 180-90-echo train 180. Maka
waktunya akan lebih singkat.
- FLAIR ( Fluid Acquisition Inversion Recovery ).
Ø
Basic sequncenya :
180-90-180,fluid nulled.
Ø
Menggunakan long T1
untuk bisa nol kan
air karena air nol maka fluid akan nampak gelap pada T2 (biasanya terang pada
T2 SE ).
MS plaque pada brain dan spinal cord
tervisualisasi
No comments:
Post a Comment