Saturday, 16 June 2012

Dewasa ini kanker payudara semakin banyak menyerang kita (para wanita). Angka kejadian tumor ganas payudara di Indonesia cukup tinggi, sedangkan angka kematiannya tak banyak berubah walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam pengobatan, baik berupa tindakan bedah, penyinaran, pengobatan hormonal, atau sitostatistika. Untuk itu, diagnosis dini keganasan payudara akan banyak memegang peranan penting dalam memperbaiki prognosis, selain faktor-faktor lain seperti letak tumor, ada  tidaknya metastatis kelenjar, dan lain-lain.
Sebelumnya apa sih kanker payudara itu? Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Sedangkan penyebab dari kanker itu sendiri tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Risiko kanker payudara meningkat secara bertahap sebagai seorang wanita tua. Namun, risiko terkena kanker payudara tidak sama bagi semua wanita. Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa faktor meningkatkan kesempatan seorang wanita mengembangkan kanker.
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
7. Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen.
8. Obesitas pasca menopause.
9. Pemakaian alkohol.
10 Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
11. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
12. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki risiko tinggi menderita kanker payudara.
13. Penyinaran.
Pada saat ini untuk mengenal keganasan payudara selain pemeriksaan klinis yang teliti juga diperlukan pemeriksaan penunjang lain, antara lain mamografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan penunjang ini harus bekerja saling mengisi dan bukan bersaing, serta pelaksanaannya harus semudah mungkin dengan biaya yang relatif rendah. Pada pembahasan ini saya akan membahas tentang mamografi.
Apa itu mamografi?
Mamografi (mammography) merupakan metode pencitraan payudara dengan menggunakan sinar X berdosis rendah. Tes yang sesungguhnya disebut mammogram. Terdapat dua tipe mammogram. Pertama, screening mammogram ditujukan untuk wanita dengan payudara yang tak bermasalah. Mencakup dua pencitraan sinar X untuk masing-masing payudara.
Kedua, diagnostic mammogram yang dilakukan untuk mengevaluasi ketidaknormalan pada pasien baru ataupun pasien lama yang membutuhkan pemeriksaan lanjutan (sebagai contoh, wanita dengan kanker payudara yang ditangani dengan lumpectomy atau pengangkatan benjolan payudara). Sinar X tambahan dari sudut lain ataupun pencitraan khusus pada area tertentu (yang diduga ada kanker) pun dilakukan.
X-ray mamografi menempatkan perempuan pada risiko yang lebih tinggi bahkan mengembangkan kanker payudara ‘radiation induced’.Telah ada perkembangan yang signifikan dalam kemampuan imaging unit x-ray dan yang cukup menurunkan dosis radiasi pada jaringan payudara. Bahaya yang mungkin dari mamografi x-sinar sangat rendah dan tidak harus menjadi faktor dalam pengambilan keputusan individu untuk menjalani prosedur ini. Hal yang sama berlaku untuk kebanyakan prosedur x-ray diagnostik. Meskipun demikian, paparan radiasi yang tidak perlu harus dihindari dan kewaspadaan terus diperlukan untuk memastikan bahwa manfaat yang berkaitan dengan prosedur tertentu lebih besar daripada risiko di masa mendatang.
Risiko kanker berhubungan dengan usia pada saat paparan radiasi dan dosis radiasi yang diterima.Sebuah mamografi x-ray mungkin mengakibatkan dosis jaringan payudara dari sekitar 0,3 cGy. Jika seorang wanita menerima 10 mammogram sebagai seorang wanita muda, dosis total akan menjadi sekitar 3 cGy. Untuk menempatkan dosis mammografi ke dalam perspektif seorang wanita yang menerima terapi radiasi sebagai pengobatan untuk kanker payudara akan menerima 40 sampai 60 Grays. Gray adalah satuan SI untuk dosis radiasi diserap. Jika seorang wanita memiliki skrining mamografi tahunan selama 50 tahun dimulai pada usia 40 dan berlanjut sampai usia 90, ia akan menerima total 0,1 sampai 0,2 abu-abu abu-abu radiasi per payudara selama 50 tahun. Oleh karena itu, tidak ada risiko signifikan radiasi yang terlibat. Apakah risiko yang terkait dengan eksposur seperti itu?Mengingat bahwa studi epidemiologi belum terdeteksi statistik peningkatan yang signifikan di bawah dosis sekitar 20 cGy, kita tahu bahwa 100 meningkatkan risiko cGy oleh sekitar 40%. Seseorang dapat memperkirakan bahwa cGy 3 dari pemutaran mamografi berkala, akan meningkatkan risiko sekitar 1,2% atau risiko relatif dari 1,012. Risiko rendah seperti ini tidak terdeteksi dalam studi manusia. Namun, semua radiasi yang tidak perlu harus dihindari dan meskipun risiko dianggap sangat kecil, harus jelas bahwa manfaat dari paparan medis akan jauh lebih besar daripada itu. Keputusan untuk memiliki prosedur diagnostik karena gejala medis, bagaimanapun, tidak harus ditunda karena keprihatinan atas risiko radiasi dianggap.
Peranan Mamografi pada tumor payudara
Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk mengenal secara dini keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika mamografi dan ultrasonografi dipakai bersama-sama dalam prosedur diagnostic, maka akan diperoleh nilai ketepatan diagnosis sebesar 97%.  Apabila kedua teknik tersebut dipergunakan secara tersendiri akan diperoleh nilai ketepatan untuk mamografi sebesar 94%, sedangkan USG hanya 78%.
Mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit dan ini biasanya ditemukan pada wanita dewasa diatas umur 40 tahun, yang pada umur tersebut kekerapan akan terjadinya keganasan payudara makin meningkat. Peranan mamografi menjadi berkurang pada payudara yang mempunyai jaringan fibroglandular padat dimana keadaan ini sering terdapat pada wanita muda dibawah umur 30 tahun.
Pada mamografi, perbedaan kepadatan suatu tumor dengan jaringan sekitarnya dapat jelas terlihat terutama pada payudara wanita tua, hal ini disebabkan karena absorpsi sinar-X oleh jaringan tumor akan lebih banyak dari pada jaringan sekitarnya. Mamografi juga berperan dalam mengenal keganasan payudara pada penderita yang secara klinis teraba benjolan yang bersifat jinak, baik itu di payudara yang sama atau payudara yang kontralateral. Penilaian yang teliti pada kasus-kasus keganasan payudara untuk melihat respons penyinaran atau sitostatika juga dimungkinkan dengan pemeriksaan mamografi.
Indikasi pemeriksaan mamografi
Indikasi pemeriksaan mamografi, ialah :
  1. Adanya benjolan pada payudara.
  2. Adanya rasa tidak enak pada payudara.
  3. Pada penderita dengan riwayat risiko tinggi untukmendapatkan keganasan payudara.
  4. Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan.
  5. Penyakit Paget pada putting susu.
  6. Adanya penyebab metastatis tanpa diketahui asal tumor primer.
  7. Pada penderita dengan cancer-phobia.
Teknik pembuatan mamografi
Posisi utama yang digunakan pada mamografi ialah kranio-kaudal dan mediolateral. Pada beberapa pusat kedokteran sering juga dipakai posisi mediolateral oblik, terutama untuk mengenal tumor-tumor yang letaknya di sebelah lateral. Bahkan beberapa penyelidik hanya menggunakan satu posisi  saja untuk menilai keganasan pada screening (gamb. XVII.1.1 dan VXII.1.2).
Biasanya dipakai tegangan antara 30-50 Kva dan ini dapat diatur sesuai dengan besar kecil dan padat tidaknya payudara.
Film yang dipakai juga khusus, umumnya adalah film non-screen, tetapi akhir-akhir ini sering dipakai kombinasi film-screen terutama untuk mengurangi dosis radiasi di kulit. Dosis untuk satu kali pemotretan diperkirakan 1.1 Rad dibandingkan film non-screen yang menghasilkan dosis rata-rata 4.9 Rad.
Pembacaan  mammogram
Kelainan pada mammogram dapat diketahui dengan adanya tanda primer dan sekunder.
Tanda primer pada kelainan ini adalah :
  1. Kepadatan tumor dengan peningkatan densitas, batas tumor tak teratur, merupakan spikula atau mempunyai ekor seperti komet.
  2. Perbedaan besar tumor padapemeriksaan klinis dan mamografi.
  3. Adanya mikroklasifikasi yang sokesifik.
Tanda sekunder pada kelainan ini adalah :
  1. Perubahan pada kulit berupa penebalan dan retraksi.
  2. Kepadatan yang asimetris.
  3. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular yang tak teratur.
  4. Bertambahnya vaskularisasi yang asimetris.
  5. Pembesaran kelenjar aksiler.
Sedangkan untuk tumor jinak, mamografi memberikan tanda :
  1. Lesi dengan densitas meningkat, batas tegas, licin dan teratur
  2. Adanya halo
  3. Kadang-kadang tampak perkapuran yang kasar dan umumnya dapat dihitung
Nilai ketepatan diagnostik dengan mamografi sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain mammogram yang berkualitas baik dan pembacaaan oleh ahli radiologi yang berpengalaman. Nilai ketepatan diagnostik mamografi  berkisar antara 80-94% untuk tumor ganas dan 90-93% untuk tumor jinak (Gambar XVII.1.3,XVII.1.4,XVII.1.5 dan XVII.1.6).




Posisi Saat Mammogram
Pasien akan diminta membuka baju dari pinggang ke atas dan diganti dengan pakaian rumah sakit. Kemudian berdiri di depan mesin mamografi. Penyinaran dilakukan satu per satu payudara dengan menempatkan payudara di atas penjepit lembar filem dari plastik atau metal. Kemudian, payudara akan ditekan sedatar mungkin diantara penjepit filem dan kotak plastic yang disebut paddle, yang menekan payudara dari atas ke bawah. Posisi ini disebut frontal-position. Proses berlangsung hanya beberapa detik saat sinar X dipancarkan. Tekanan yang baik dapat dirasakan tidak nyaman, tetapi hal ini diperlukan untuk menghasilkan gambar yang jelas dari seluruh jaringan payudara.

Langkah selanjutnya, pasien berposisi di samping mesin mamografi. Penjepit filem akan dinaikan sehingga sisinya persis dengan posisi luar payudara, sedangkan sudutnya menyentuh ketiak. Paddle akan menekan payudara kembali beberapa detik saat sinar X dipancarkan. Prosedur ini akan diulang untuk payudara satunya. Posisi ini disebut oblique-position. Totalnya empat sinar X, dua untuk masing-masing payudara. Sinar X tambahan dan teknik khusus biasanya diperlukan untuk mammogram diagnostic.

Mamogram dilihat dan diintepretasikan oleh seorang ahli radiology. Jika ditemukan area yang dicurigai atau menampakkan ketidaknormalan, sinar X tambahan akan direkomendasikan dan dapat dilakukan pada waktu yang sama. Namun biasanya, mammogram lanjutan akan dilakukan beberapa hari kemudian.
Pemeriksaan dengan mamografi biasanya membutuhkan waktu 15 sampai 30 menit. Pasien dengan mammogram diagnostic dapat membutuhkan waktu sampai 1 jam.
Perkembangan Teknologi Mamografi Digital
Sebuah riset penting bernama DMIST (Digital Mammographic Imaging Screening Trial) yang disponsori New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa 65% wanita akan diuntungkan dari penggunaan digital mamografi, dibandingkan mamografi tradisional yang menggunakan film.

Wanita tersebut adalah:
  1. Wanita dibawah 50 tahun (tanpa memandang tingkat kepadatan jaringan payudaranya).
  2. Wanita segala usia dengan jaringan payudara yang heterogeneously dense (sangat padat) atau extremely dense(kepadatan ekstrem).
  3. Wanita pada masa pre atau perimenopausal disegala usia (didefinisikan sebagai wanita yang mendapat menstruasi terakhir 12 bulan sebelum mamografi).
Di Amerika, National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan:
  1. Wanita usia 40 tahun harus periksa mamografi setiap satu atau dua tahun
  2. Wanita usia 50 tahun keatas harus periksa setiap satu atau dua tahun.
  3. Wanita dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi harus berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan mamografi sebelum usia 40 tahun.
Pada mamografi dengan film (telah digunakan selama 35 tahun), gambar dihasilkan di lembar film tersebut. Sekali gambar dihasilkan, tidak dapat dilakukan perubahan ataupun pengulangan. Jika gambar kurang terang, tidak dapat diperbaiki. Berbeda dengan mamografi digital yang menghasilkan gambar elektronik, gambar dapat diolah serta disimpan langsung di dalam komputer. Dengan teknologi digital, sensitivitas yang lebih tinggi dapat diciptakan dan akan sangat membantu pasien dengan ketidaknormalan payudara.

Riset DMIST memperlihatkan bahwa mamografi digital secara signifikan terbukti lebih baik daripada mamografi film, dalam pemeriksaan pada wanita di bawah 50 tahun, atau wanita segala usia dengan payudara yang memiliki kepadatan sangat tinggi. Teknologi digital telah mampu menangkap 30% lebih banyak ketidaknormalan payudara wanita yang melakukan pemeriksaan ini.

Sejak 1990, tingkat kematian wanita akibat kanker payudara telah menurun. Hal ini diyakini karena kemajuan teknologi deteksi kanker payudara serta meningkatnya kesadaran wanita untuk memeriksakan payudara mereka secara lebih dini. Saat ini, hanya sekitar 8% dari unit mamografi yang ada di Amerika yang telah berteknologi dan bersystem digital.

No comments:

Post a Comment