FISIKA RADIOTERAPI
Pengukuran
dosis absolut berkas foton dan elektron energi tinggi
Pendahuluan
Pengukuran dosis absorpsi untuk tujuan
radioterapi pada umumnya menggunakan bilik ionisasi. Seperti pengukuran besaran
fisika yang lain, untuk menjamin ketelitian dan konsistensi, Sistem Pengukuran
Internasional untuk metrologi radiasi memiliki jaringan dengan skema seperti di
bawah ini.
Di Indonesia, pengguna (users) adalah
instalasi radioterapi. Kita beruntung karena BATAN (Badan Tenaga Nuklir
Nasional) telah memiliki SSDL (Secondary Standard Dosimetry Laboratory) yang
langsung diawasi oleh IAEA, sehingga kalibrasi dosimeter secara regular dapat dilakukan
dengan mudah. Bagi negara yang belum memiliki SSDL, terpaksa untuk kalibrasi
dosimeter harus mengirimkannya ke luar negeri SSDL negara lain. Sedangkan SSDL
akan melakukan kalibrasi pada PSDL (Primary Standard Dosimetry Laboratory)
ataupun SSDL milik IAEA, yang selanjutnya mengacu pada BIPM (Bureau
International des Poids et Mesures di Sevres, Perancis [1].
Untuk menentukan dosis absopsi absolut
dalam air dapat dilakukan dengan 3 metoda: kalorimetri, dosimetri kimia, dan
dosimetri ionisasi. Hampir semua PSDL (Primary Standard Dosimetry Laboratory)
umumnya dosis radiasi absolut standard dalam air diukur dengan menggunakan berkas
radiasi gamma Co 60, dan beberapa PSDL juga menggunakan berkas radiasi lain seperti foton energi tinggi, elektron,
dan sinar X kilovolt. Untuk sinar X kilovolt pengukuran dosis absolut standard
sejauh ini hanya menggunakan bilik ionisasi. Sedangkan untuk radiasi Co 60 atau
berkas foton dan elektron energi tinggi yang diproduksi linac pengukuran dosis
absolut standard primer dapat dilakukan berdasarkan pada salah satu metoda
pengukuran di bawah ini [2].
·
Bilik
ionisasi primer standard yang terdiri dari bilik kaviti grafit dengan volume
bilik tertentu yang operasionalnya mengikuti persyaratan detektor Bragg-Gray.
·
Kalorimeter
grafit yang dikembangkan oleh Domen dan Lamperti.
·
Kalorimeter
air yang dapat menentukan dosis absorpsi langsung pada suatu titik acuan dalam
fantom air.
·
Kalorimeter
air dengan dosimeter transfer Fricke. Pengukuran berdasarkan kenaikan suhu air
murni yang diinduksi oleh radiasi, yang kemudian dikalibrasi dengan hasil
pengukuran dosimeter Fricke standard pada kondisi penyinaran sama.
·
Dosis
absorpsi standard Fricke dalam air menentukan tanggapan larutan Fricke
menggunakan absorpsi total berkas elektron dalam larutan.
Pengukuran dosis absorpsi radiasi dalam
air yang dilakukan oleh institusi radioterapi umumnya menggunakan bilik
ionisasi. Oleh karenanya pada kesempatan ini akan dibahas pengukuran dosis absorpsi
aboslut dalam air untuk berkas radiasi gamma Co 60 dan sinar X serta elektron
yang diproduksi oleh linac.
Ruang/kaviti Bragg-Gray
Untuk mengukur langsung dosis absorpsi
dalam medium, diletakkan bilik ionisasi dalam medium. Medium sensitif dalam
bilik ionisasi adalah gas yang sangat berbeda dengan medium tempat pengukuran.
Teori kaviti menghubungkan antara dosis yang diabsorp oleh medium gas dengan
medium di sekelilingnya. Ukuran kaviti dinyatakan kecil, intermediate, atau
besar relatif terhadap jangkauan elektron sekunder yang dihasilkan oleh foton dalam
medium kaviti. Berbagai teori kaviti telah dikembangkan dan salah satunya
adalah teori kavitu Bragg-Gray, yang aplikasinya harus memenuhi persyaratan
berikut:
a.
Kaviti
harus kecil dibandingkan dengan jamgkauan elektron datang, sehingga
kehadirannya tidak mengganggu fluens elektron dalam medium.
b.
Dosis
absorpsi dalam kaviti diberikan hanya oleh elektron yang menembusnya (interaksi
foton dalam kaviti dianggap kecil dan diabaikan)
Persyaratan aplikasi teori Bragg-Gray
ditunjukkan dalam Gambar berikut [3].
Kondisi (a) akan terpenuhi pada daerah CPE
(charge particle equilibrium) atau TCPE (transient charge particle
equilibrium), yakni saat fluens elektron dalam kaviti sama dengan dalam medium.
Namun perlu diperhatikan bahwa dengan adanya kaviti dalam medium selalu akan
mengakibatkan perturbasi fluens foton, yang dalam perhitungan hasil pengukuran
membutuhkan suatu faktor koreksi perturbasi.
Kondisi (b) menunjukkan bahwa elektron
yang memberikan dosis dalam kaviti diproduksi dari luar kaviti dan seluruhnya
melewati kaviti. Tidak ada elektron sekunder yang diproduksi dalam kaviti dan
tidak ada elektron yang berhenti dalam kaviti.
Laju energi elektron yang hilang per
satuan lintasan dinyatakan sebagai daya henti (). Selanjutnya daya henti massa () akan sama dengan daya henti linear dibagi oleh kerapatan
massa medium. Satuan daya henti linear dan massa biasanya dinyatakan dengan
MeV/cm dan MeV cm2/gm.
Dengan kondisi yang mengikuti teori
Bragg-Gray, hubungan dosis dalam medium dengan dalam kaviti menjadi sebagai
berikut:
..........(1)
atau smed.gas adalah rasio daya
henti massa tak terbatas (unrestricted) rata-rata medium dengan gas. Penggunaan
daya henti massa tak terbatas dimaksudkan tidak memasukkan produksi partikel
bermuatan sekunder (atau eletron delta) dalam kaviti dan medium.
Dalam kaviti gas terjadi pula ionisasi
yang diakibatkan oleh elektron dari medium. Energi (W) rata-rata yang
dibutuhkan untuk memproduksi satu pasangan muatan dalam gas bersifat konstan,
dalam tekanan yang bervariasi dan berbagai energi elektron.
W = 33. 65 eV/pasangan = 33.85 J/C
Dengan demikian bila dalam kaviti gas
terbentuk muatan q (berarti q/e pasangan muatan), dosis yang diserap gas dapat
dikalkulasi sebagai berikut
..........(2)
q dinyatakan dalam coulomb dan mgas
dalam kg. Pada umumnya gas yang digunakan udara dengan densitas rudara = 1.293 kg/m3 pada kondisi STP (00 C, 101.3 Pa atau
1 atm, 760 mm Hg).
Menentutukan dosis absorpsi menggunakan bilik ionisasi
Dengan menggunakan bilik ionisasi gas yang
memiliki volume tertentu dan dinding bilik terbuat dari material tertentu,
dosis absorpsi absolut dalam medium diukur.
Pengukuran dosis absorpsi medium dengan
bilik ionisasi melibatkan 3 macam medium yang saling berhubungan: gas, medium
dinding bilik ionisasi, dan medium medium sekitar bilik ionisasi. Dosis
absorpsi dalam dinding bilik dapat tidak sama dengan dosis dalam medium karena
kerapatan kedua medium berbeda. Mengingat jumlah material bilik ionisasi
dianggap kecil dibanding dengan massa medium, maka spektrum energi foton tidak
terganggu dengan adanya bilik ionisasi. Perbandingan dosis medium dan dosis
pada dinding merupakan perbandingan kerma yang terjadi pada kedua medium yang
bersangkutan.
..........(3)
merupakan perbandingan antara koefesien
absorpsi massa rata-rata medium dan koefisien massa rata-rata dinding.
Dosis absorpsi medium dapat dikalkulasi
dan hasilnya sebagai berikut.
.........(4)
Dengan menggunakan persamaan di atas [pada
kedalaman maksimum D = K (1 – g)], nilai kerma udara dalam udara dapat
ditentukan.
Dinding bilik berfungsi sebagai daerah
buildup, ketebalan dinding bilik beserta tudung harus melebihi jangkauan
elektron sekunder dalam material dinding agar menjamin elektron yang masuk
dalam kaviti diproduksi oleh dinding bilik bukan oleh medium. Dinding bilik
tebal yang demikian biasanya dipakai untuk kalibrasi berdasarkan kerma udara.
Bila bilik ionisasi digunakan dalam fantom dan tidak menggunakan tudung,
mengingat ketebalan dinding bilik jauh lebih tipis dibanding dengan jangkauan
elektron sekunder, maka proporsi dosis kaviti yang diakibatkan oleh fantom jauh
lebih besar dari yang dihasilkan oleh dinding, sehingga medium fantom bertindak
sebagai medium dan dinding bilik ionisasi diperlakukan sebagai material
perturbasi.
Bila pengukuran dilakukan dalam medium dengan
bilik ionisasi tipis dalam berkas foton atau elektron energi tinggi, dinding
kaviti dan anoda sentral diperlakukan sebagai perturbasi pada fluens foton, dan
persamaan berkaitan dengan rasio daya henti tumbukan massa dalam medium dan
dalam gas.
.........(5)
pfl
adalah faktor koreksi perturbasi fluens
pdis
adalah faktor koreksi penggantian titik pengukuran
pdind
adalah faktor koreksi dinding
pcel
adalah faktor koreksi elektroda sentral
Konstanta kalibrasi ND,w
Pada umumnya bilik ionisasi untuk
pengukuran dosis absorpsi medium dikalibrasi dengan menggunakan berkas Co 60. Standar
dosis absorpsi air umumnya telah digunakan untuk pengukuran dosis absorpsi
absolut untuk tujuan radioterapi. Badan internasional IAEA telah mengeluarkan
Technical Report Series No. 398 yang isinya berkaitan dengan pengukuran dosis
absorpsi yang didasarkan pada dosis absorpsi air.untuk berkas foton maupun
elektron energi tinggi.
Dosis absorpsi air pada kedalaman
referensi zref dalam air untuk kualitas berkas acuan Q0
dan tanpa hadirnya bilik ionisasi diberikan sebagai berikut:
........(6)
adalah bacaan dosimeter pada kondisi referensi
yang digunakan oleh laboratorium standar dan adalah faktor kalibrasi dosimeter yang
dinyatakan dalam dosis absorpsi air yang dikeluarkan oleh laboratorium standar.
Bila dosimeter digunakan dalam berkas
dengan kualitas Q yang berbeda dengan yang digunakan untuk kalibrasi, maka
dosis absorpsi air dapat dinyatakan sebagai berikut:
........(7)
adalah faktor koreksi
yang didefinisikan sebagai perbandingan antara faktor kalibrasi bilik ionisasi
untuk berkas Q dan berkas Q0.
.........(8)
Kualitas berkas yang umum digunakan untuk
referensi dalam kalibrasi adalah radiasi gamma Co 60, sehingga sering faktor
koreksi kualitas berkas digunakan kode kQ.
Bila faktor koreksi kualitas berkas tidak tersedia, maka
nilai koreksi ini secara teori dapat dikalkulasi dengan menggunakan teori
Bragg-Gray.
........(9)
yang berlaku untuk semua jenis berkas
energi tinggi dengan kualitas Q dan Q0, sw,air adalah
rasio daya henti massa, Wair adalah energi yang dibutuhkan untuk
produksi satu pasangan ion dalam udara, dan pQ adalah faktor
pertubasi total yang merupakan perkalian semua faktor pertubasi.
Dalam terapi menggunakan berkas elektron
maupun foton, dianggap Wair untuk berkas Q dan Q0
dianggap sama sehingga nilai koreksi kualitas berkas dapat dinyatakan sebagai
berikut:
........(10)
Untuk berkas sinar X dengan energi rendah
dan medium kondisi Bragg-Gray tidak dapat digunakan, oleh karenanya nilai
faktor ND,W,Q dan diperoleh dari hasil
pengukuran untuk masing-masing bilik ionisasi.
Untuk dosimeter yang dipakai dalam berkas
elektron, bila kualitas berkas kalibrasi adalah radiasi gamma Co 60, situasinya
sama dengan pada penggunaannya untuk berkas foton yang memerlukan faktor
koreksi kualitas berkas kQ. Sesuai dengan persamaan (10).
Alternatif lain adalah dengan kalibrasi
langsung bilik ionisasi dalam berkas elektron, meskipun pilihan ini sulit
dilaksanakan sampai saat ini karena ketidak tersedianya berkas elektron dengan
berbagai energi dalam laboratorium kalibrasi. Dalam perkembangannya PSDL akan
menyediakan berkas elektron dengan berbagai energi untuk kalibrasi, sehingga
nilai yang sesuai dapat ditentukan dengan pengukuran.
Alternatif ketiga adalah tanpa kalibrasi
langsung dalam berkas elektron, dengan kalibrasi silang bilik plane-parallel
terhadap bilik ionisasi silinder yang telah dilakibrasi dengan berkas elektron
energi tinggi yang berkualitas Qcross. Faktor yang memungkinkan
bilik ionisasi digunakan dalam berkas elektron dengan kualitas Q, mempunyai
nilai non-trivial karena kualitas Qcross
tidak unik, sehingga untuk setiap bilik ionisasi diperlukan tabel
dua dimensi faktor kalibrasi .
Dengan menggunakan suatu berkas elektron
dengan sembarang kualitas Qint, yang dipilih memiliki kualitas
intermediate antara kualitas Qcross dan kualitas Q yang akan diukur,
maka dapat diperoleh faktor koreksi sebagai rasio dan .
Faktor ()-1
mengoreksi faktor kalibrasi bilik ionisasi yang sebenarnya menjadi faktor
kalibrasi untuk berkas dengan kualitas intermediate Qint. Faktor mengoreksi faktor
kalibrasi untuk berkas Qint menjadi Q, sehingga selanjutnya
persamaan umum Dw,Q dapat diberlakukan.
Persamaan yang mengandung dan mengikuti persamaan
(10), nilai rasio daya henti dan faktor perturbasi Qint akan saling
menghilangkan dalam persamaan (11). Dalam rekomendasi IAEA Technical Report
Seies 398, kualitas berkas Qint dipilih yang memiliki R50
= 7.5 g/cm2 (R50 adalah indeks kualitas berkas elektron).
Nilai dan untuk berbagai jenis
bilik ionisasi dapat ditentukan dengan kalkulasi dan telah ditabelkan (Tabel 19
dalam IAEA Tecdoc. 398).
Nilai untuk Q dan Qcross
tertentu ternyata sama untuk semua jenis bilik ionisasi plane parallel berkabel
panjang . Untuk bilik ionisasi silinder nilai faktor tersebut hanya tergantung
pada radius bilik rcyl. Pemilihan nilai Qint memperkecil
perbedaan berbagai bilik ionisasi dengan rcyl yang bervariasi pada
rentang kualitas berkas yang digunakan dalam pengukuran. Metoda ini dapat
dipakai untuk bilik ionisasi plane-paralel ataupun silinder yang dikalibrasi
pada suatu laboratorium standar pada kualitas berkas tunggal Q0.
Hubungan antara (ND,air) dengan
ND,w untuk berkas energi tinggi adalah sebagai berikut:
Meskipun penggunaan tidak direkomendasikan, namun tetap dapat
digunakan untuk sementara bila yang ada faktor kalibrasi kerma. Konversi faktor
kalibrasi kerma menjadi faktor kalibrasi dosis absorpsi biasanya dilakukan
sampai dengan faktor kalibrasi dalam air ditentukan dengan pengukuran.
Apabila koefesien kalibrasi eksposi (NX)
masih digunakan, nilai NK dapat ditentukan melalui hubungan berikut:
dengan g adalah fraksi energi hilang dalam
udara yang diubah menjadi bremstrahlung. Untuk radiasi gamma Co 60 dalam udara
g = 0.003, dan untuk sinar X superficial dalam udara g < 0.0002.
Untuk NX dan NK
memmiliki satuan berturut-turut R/nC dan Gy/nC, sedangkan satuan ND,w
dan ND,air adalah Gy/nC.
Bilik ionisasi
Untuk kalibrasi berbagai berkas radiasi
yang digunakan dalam radioterapi, umumnya digunakan bilik ionisasi dalam bentuk
silinder dan plane paralel. Bilik ionisasi silinder digunakan untuk kalibrasi
berkas sinar X medium energi di atas 80 kV dan yang memiliki HVL di atas 2 mm
Al, radiasi gamma Co 60, berkas foton energi tinggi, berkas elektron dengan
energi melebihi 10 MeV, berkas proton ataupun ion berat [1]. Volume kaviti
harus diantara sekitar 0.1 dan 1 cm3, agar memiliki sensitivitas
cukup dan kemampuan mengukur dosis pada suatu titik. Internal diamter bilik
sekitar 7 mm dan panjang internal tidak lebih dari 25 mm. Material pembentuk
bilik ionisasi sebaiknya homogen, namun dalam kenyataan material anoda sentral
berbeda dengan dinding bilik. Perbedaan kedua material yang demikian dipilih
agar tanggapan bilik ionisasi terhadap energi radiasi tidak banyak bervariasi.
Dinding bilik grafit umumnya memiliki
stabilitas tinggi dalam jangka waktu lama. Mengingatbilik ionisasi merupakan
peralatan dengan presisi tinggi, harus diperhatikan dalam menentukan bilik
ionisasi yang memiliki kinerja dan telah diuji dalam berkas radioterapi.
Karakteristik berbagai bilik ionisasi diberikan dalam Tabel 3. (TRS 398).
Penggunaan bilik ionisasi plane paralel
direkomendasikan untuk semua energi elektron, dan merupakan keharusan untuk
elektron dengan energi <10 MeV. Untuk berkas foton bilik ionisasi plan
paralel dapat digunakan untuk pengukuran dosimetri acuan jika hanya suatu
kalibrasi yang dinyatakan dalam dosis absorpsi dalam air tersedia untuk
kualitas berkas yang digunakan. Salah satu keuntungan bilik ionisasi plane paralel
untuk dosimetri berkas elektron adalah kemungkinan meminimalkan efek perturbasi
hamburan. Bilik ionisasi plan paralel didesain agar menerima fluens elektron
dari jendela depan, dan elektron yang datang/masuk dari samping diabaikan.
Titik pengukuran chamber (Peff) berada pada bagian dalam permukaan
jendela untuk semua kualitas berkas dan kedalaman. Agar persyaratan ini
tercapai, diameter elektroda pengumpul tidak boleh lebih dari 20 mm untuk
mengurangi pengaruh radial non uniformity profile berkas. Tinggi cavity tidak boleh
lebih dari 2 mm, dan elektroda pengumpul harus dikelilingi oleh a guard electrode yang memiliki lebar tidak lebih kecil dari
1.5 kali tinggi cavity. Tebal jendela depan dibatasi sampai 0.1 g/cm2
(atau 1mm PMMA). Udara dalam cavity memiliki lubang sehingga dapat secepatnya
terjadi keseimbangan dengan udara ruang. Bilik ionisasi ini juga dapat
digunakan untuk dosimeter relatif untuk berkas foton.
Bilik ionisasi untuk pengukuran sinar X
energi rendah juga harus menggunakan jenis plan paralel. Bilik harus memilki
jendela entrans dari membran dengan ketebalan 2-3 mg/cm3 . Bila
bilik ionisasi digunakan untuk mengukur sinar X > 50 kV, jendela bilik perlu
penambahan foil plastik untuk menyediakan daerah buildup berkas primer dan
menyaring elektron yang berasal dari berbagai asesoris pembentuk berkas. Pada
saat kalibrasi, bilik ionisasi beserta build-up foil harus dikirim ke SSDL.
Agar ketergantungan pada energi minimum, untuk suatu rentang energi variasi
respons <5% dapat diterima.
Referensi
1. IAEA TRS No. 398, Absorbed dose
determination in external beam radiotherapy, International Atomic Energy
Agency, 2000.
2. E.
B. Podgorsak, Radiation Oncology Physics, A handbook for teachers and students,
International Atomic Energy Agency, Vienna, 2005.
3. H.
E. Johns and J.R. Cunningham, The physics of radiology, Fourth edition, Charles
Thomas Publisher, Illinois, 2000.
No comments:
Post a Comment