Data processing sebenarnya merupakan penyusunan
prinsip matematika yang ada pada CT. Data processing terdapat 3 tahap proces (Fig
4-11). Pertama, data mentah yang mengalami beberapa bentuk sebelum processing,
yang mana terdapat perbaikan dan beberapa reformatting (format ulang) pada data
yang terjadi. Hal ini diperlukan untuk mempermudah tahap selanjutnya pada data
processing, yaitu rekonstruksi gambar (fig. 4-12). Pada tahap ini, scan data ,
yang menggambarkan proses attenuasi, yaitu diubah kedalam karakteristik gambar
digital oleh CT numbers.
Perubahan
proses atenuasi kedalam gambar CT dilakukan dengan ketentuan matematika sebagai
teknik rekonstruksi atau rekonstruksi logaritma. Teknik rekonstruksi meliputi
simple back-proyection (proyeksi kembali sederhana), iterative methods (metode
ulangan) dan analytic methods (metode analitic).
Tahap
terakhir pada data processing adalah penyimpanan gambar dari reconstruksi
gambar digital. Gambar ini disimpan pada disks memori sebagai penyimpanan sementara
(penyimpanan jangka pendek).
CT Numbers
Seperti yang ditunjukan pada Fig. 4-12,
tiap pixel pada rekonstruksi gambar ditunjukkan oleh CT Numbers.
TABLE 4-1
Linear Attenuation Coefficients for Various
Body Tissue*
Tissue LINEAR
ATTENUATION COEFFICIENT (cm-1)
Bone 0.528
Blood 0.208
Gray matter 0.212
White matter 0.213
Cerebrospinal fluid 0.207
Water 0.206
Fat 0.185
Air 0.0004
* Pada 60 keV
|
|
|
FIG. 4-11. 3 tahap processing data pada CT
CT Numbers berhubungan dengan koefficient
attenuasi linier (µ) pada jaringan termasuk slice (Table 4-1) dan dapat
dihitung sbb:
µt - µw
CT Number = . K
µw
dimana µ, merupakan koefficient attenuasi pada
jaringan yang diukur, µw
merupakan koefficient attenuasi air dan K merupakan
kontras atau faktor kontras.
Nilai K menentukan faktor kontras, atau
faktor scaling. Pada EMI scanner yang pertama, nilai K adalah 500, yang
dihasilkan oleh contras scale 0.2% per CT number. CT numbers diperoleh dengan
faktor kontras 500 yang disebut sebagai EMI numbers. Kemudian, faktor kontras
digandakan untuk mendapatkan 1000 faktor, dan CT numbers yang diperoeh dengan
faktor tersebut maka disebut dengan Hounsfield (H) scale. H sacle menyatakan µ
lebih tepat karena contras scale adalah 0.1% per CT number. (keduanya yaitu H
dan EMI scale ditunjukkan pada Fig. 4-13). CT numbers ditetapkan pada basis
relatif dengan attenuasi air sebagai sumber. Untuk demikian CT number untuk air
adalah 0, dimana pilihan untuk tulang dan udara masing-masing adalah + 1000 dan
– 1000, pada H scale.
Perhitungan komputer pada CT numbers,
dapat dicetak seperti gambar numeric (Fig.4-14). Gambar ini harus diubah ke
dalam gambar gray scale (Fig. 4-14) karena ini lebih berguna untuk radiologist
dibandingkan cetakan numeric. Untuk memudahkan dalam pengubahan (conversi),
penyesuaian tingkatan brigthness dengan CT numbers harus ditetapkan (Fig. 4-16). Pada Fig. 4-16, bagian atas (+
1000) dan bawah (- 1000) masing-masing merupakan batasan skala yang menunjukkan
putih dan hitam. Semua nilai yang lainnya menunjukkan variasi dari bayangan
abu-abu (gray).
Hubungan antara CT numbers dan bayangan
keabu-abuan merupakan variabel dan dapat disebut sebagai windowing.
Fig. 4-12 menggambarkan hubungan antara
voxel jaringan dari data atenuasi linier yang dikumpulkan dan pixel gambar
untuk CT number dihitung dan berpengaruh pada windowing.
CT and Energy Dependence
Koefficient attenuasi linier (µ) dipengaruhi
oleh faktor yang terdiri energi radiasi. Contohnya, koefficient attenuasi
linier untuk air pada 60, 84, dan 122 keV masing-masing adalah 0.206, 0.180,
dan 0.166. Energi photon juga juga
dipengaruhi oleh CT numbers karena dapat dihitung pada persamaan koefficient
attenuasi linier
In Io/I = ∫ µ (E,x) dx
Dalam
persamaan ini, E menunjukkan energi photon dan menggambarkan bahwa koefficient
attenuasi ditukar dengan berkas energi.
FIG. 4-13. Distribusi (pembagian) CT numbers
pada Hounsfield dan EMI scales. ( Seeram E:computed tomography technology,
Philadelphia, 1982, WB Saunders.)
Pada original CT scanner, CT numbers telah dihitung pada basis 73 keV, yang
mana berkas energi efektifnya 230 kVp setelah melalui 27 cm pada air (Zatz,
1981). Pada 73 keV, koefficient attenuasi linier untuk air adalah 0.19 cm-1.
Contohnya, jika koefficient attenuasi linier untuk tulang dan air masing-masing
adalah 0.38 dan 0.19 cm-1, dan faktor scaling (K) scanner adalah
1000, CT numbers untuk tulang dan air dapat dihitung :
CT bone = µ bone - µ water .K
µ water
= 0.38 – 0.19 .
1000
0.19
=
0.19 . 1000
0.19
= 1000
Demikian CT number
untuk tulang adalah 1000
CT water = µ water - µ water
.K
µ water
= 0.19 – 0.19 .
1000
0.19
= 0
. 1000
0.19
= 0
Demikian CT number
untuk air adalah 0
FIG. 4-14. Tampilan
gambar CT setelah processing pkomputer. Ini merupakan cetakan numeric proses
gambar.
Fig. 4-15. Gambar
CT gray scale lebih memiliki tujuan penggunaan pada radiologistdibandingkan
dengan cetakan numeric. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)
Pada CT, teknik kV tinggi (sekitar 120 kV)
secara umum digunakan untuk beberapa alasan:
1. Untuk mengurangi ketergantungan koefficient ettenuasi pada energi photon.
2. Untuk mengurangi kontras tulang pada
jaringan lunak
3. Untuk memproduksi radiasi tinggi pada
detektor
Alasan tersebut sangat penting untuk
respon detektor secara optimum (e.g., untuk mengurangi artefact yang disebabkan
oleh perubahan pada ketebalan kepala, yang mana dapat menyembunyikan perubahan
kecil pada attenuasi dalam jaringan lunak, dan untuk meminimalkan artefact
hasil dari efek berkas).
CT numbers mungkin berubah karena
tergantung pada energi. Oleh karena itu penting bahwa sistem CT menjamin
akurasy (keakuratan) dan terpercaya pada numbers karena konsequensi dapat
menjadi buruk dan mungkin dapat salah diagnosa. Sistem menyatukan number skema
perbaikan untuk memaintain presisi pada CT numbers.
Image Display
Tahap ketiga dan terakhir pada proces CT
meliputi tampilan gambar, penyimpanan, dan dokumentasi. Setelah gambar
direkonstruksi, gambar yang keluar pada komputer berbentuk digital (lihat
Fig.4-12 dan 4-14). Hal ini harus diubah menjadi bentuk yang sesuai untuk
penggambaran dan pengetahuan pada observer (Seeram,1982).
Pada CT rekonstruksi gambar digital diubah
kedalam gambar gary scale (lihat Fig. 4-15) untuk interpretasi radiologist.
Karena diagnosa dibuat dari gambar tersebut, ini sangat penting untuk menunjukkan
gambar tersebut dalam memudahkan dianosa.
Display Devices
Gambar gray scale ditampilkan pada tabung
sinar katoda (cathode ray tube / CRT), atau tv monitor, yang mana merupakan
komponen pengontrol yang penting atau meja console (Fig. 4. 4-17) . Fig. 4-17
memperlihatkan 2 monitor, 1 untuk informasi text dan 1 untuk gambar.
FIG. 4-16. Hubungan
antara CT number dan brightness level.
FIG. 4-17. 2 garay scale CRT display monitor
diletakkan pad control console sistem CT. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)
Pada tampilan (display) dan manipulasi gambar gray scale untuk diagnosa,
hal ini sangat penting untuk mengoptimize gambar (i.e., faithfullness dengan
device dapat menamilkan gambar). Ini dipengaruhi oleh karakteristik fisik
seperti luminance, resolusi, noise dan dynamic range.
Monitor
gray scale adalah funnel-shape, pembungkus kaca dikosongkan dengan penembakan
elektron pada tabung yang sempit. Bentuk screen tabung yag dilebarkan,
permukaan dalam phospor yang dikeluarkan lebih terang ketika terjadi tembakan oleh elektron
(seeram, 1985).
Pada
CT gambar digital yang berasal dari komputer harus diubah kedalam signals
analog oleh digital-to-analog converter. Signals menghasilkan berkas elektron screen
phospor. Monitor gray scale dapat menampilkan input gambar digital, pixel by
pixel.
Resolusi
merupakan parameter fisik yang penting pada tampilan monitor gray scale dan
berhubungan dengan pixel matrix, atau ukuran matrix. Tampilan matrix berjarak
dari 64 x 64 sampai 1024 x 1024, tetapi monitor dapat menampilkan gambar dengan
2048 x 2048 matrix (Dwyer, et al, 1992).
Windowing.
Gambaran CT memiliki jarak CT numbers dari (+ 1000 sampai – 1000, untuk total 2000
numbers) untuk menunjukkan bayangan gray (lihat Fig. 4-16). Jarak CT numbers disebut dengan Window
Width (WW), dan titik tengah dari jarak tersebut adalah Window Level (WL).
Antara WW dan WL keduanya berada pada control console; pada Fig. 4-17, terdapat
2 knob yang ada dibawah monitor gambar. Pengontrol tersebut dapat mengubah
kontras gambar. Dengan WW 2000 dan WL 0,
jumlah gray scale dapat ditampilkan dan kecakapan observer untuk melihat
perbedaan yang kecil pada attenuasi soft tissue akan hilang karena mata manusia
dapat melihat hanya sekitar 40 bayangan gray (Castleman, 1994).
Proses
perubahan gambar gray scale CT disebut
dengan windowing (Fig. 4-18). Fig.
4-18 memperlihatkan kontras yang dapat diubah menjadi lebih terang pada tumor
kepala.
Format of the CT Image. Scan original CT terdiri dari 80 x 80
matrix untuk total 6400 pixel.
Dengan teknologi ukuran matrix dapat dipilih sebelum dilakukan pemeriksaan
CT dan tergantung pada pengetahuan anatomi. Teknologi harus memilih FOV atau
reconstruction circle, yang mana daerah circular dari pengaturan transmisi
direkam selama scanning. Daerah ini diebut dengan FOV scan.
Selama
pengumpulan data dan rekonstruksi gambar, matrix berada diluar scan FOV untuk
melindungi atau menutupi irisan / slice untuk menjadi gambar. Secara umum,
teknologi dapat memilih FOV untuk pemeriksaan tanpa 3 atau 4 scan FOV.
Karena
irisan / slice di scan dalam dimensi, pixel di pindahkan kedalam voxel atau
volume element. Berkas radiasi yangmengalir melalui tiap voxel dan CT numbers
kemudian dihasilkan untuk tiap pixel pada penampilan gambar. Tampilan FOV dapat
menjadi sama atau hilang dari scan FOV.
FIG. 4-18. Efek
windowing. Kontras pada tulang dan soft tissue pada gambar sebelah kiri ditukar
untuk ditunjukkan pada gambar sebelah kanan. Tumor terlihat lebih terang pada
gambar sebelah kanan, dengan menghilangkan kontras gambar untuk tulang dan soft
tissue. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)
Ukuran
pixel dapat dihitung dari FOV dan ukuran matrix melalui hubungan sbb:
Pixel size, d = field of view/matrix size
Untuk contoh, jika reconstruction
circle (FOV) adalah 25 cm dan ukuran matrixnya adalah 5122, ukuran
pixel dapat dihitung sbb:
Pixel
size = 25.10 mm / 512
= 250 mm / 512
= 0.488 mm
= 0.49 mm
= 0.5 mm
Ukuran pixel umunya berjarak mulai dari 1 sampai 10 mm pada scanner. Dengan
demikian ukuran voxel tidak hanya tergantung dengan ketebalan tetapi juga pada
ukuran matrix dan FOV (Fig. 4-19).
Akhirnya,
tiap pixel pada gambar CT memiliki jarak pada bayangan gray. Gambar dapat
memilki perbedaan nilai gray scale 256 (28), 512 (29),
1024 (210), atau 2048 (211). Karena numbers digambarkan
seperti bits, gambar CT dapat digolongkan dalam numbers pada bits per pixel.
Gambar dapat memiliki 8, 9, 10, 11, atau 12 bits per pixel. Oleh karena itu
gambar terdiri dari rangkaian bit plane yang ada bit didalamnya (Fig. 4-20)
(Seibert, 1995). Nilai numeric pixel menggambarkan brightness gambar pada
posisi pixel. 12-bits-per-pixel gambar CT dapat menggambarkan rentang numbers
dari – 1000 sampai 3095 untuk total 4096 (212) (Barnes dan Lakshminarayanan, 1989).
TECHNOLOGI CONSIDERATIONS
Tujuan
utama CT scanner adalah untuk memproduksi hiqh-quality gambar CT dengan
meminimalkan dosis radiasi dan secara fisik tidak nyaman untuk pasien. Apakah
hal ini dapat dicapai tergantung pada pengaturan sistem CT, yang mempengaruhi
penampilan/pertunjukan sistem komponen. Pada bagian ini, pengaturan teknologi
perlu untuk menghasilkan gambaran CT.
Teknologi
pada CT scanner meliputi subsystem numbers (fig. 4-21). Subsystem yang terbesar
digambarkan lebih pendek atau ringkas untuk menunjukkan mengalirnya data
melalui sistem.
FIG. 4-19. Ukuran
voxel tergantung pada ketebalan, ukuran matrix, dan FOV.
Data Flow in a CT scanner
Subsystem ditunjukkan pada Fig. 4-21 yang terdiri dari x-ray tube, power
supply, sistem pendingin, berkas geometry, dibatasi dengan kollimator dan karakteristik
oleh pergerakan scanning tube, detector, detector elektronik, preprocessor,
computer dengan memory akses cepat, processor dengan kecepatan tinggi,
processor gambar, penyimpanan, display dan system control.
Mengalirnya
data dari Fig. 4-21 diringkas pada Fig. 4-22. Bahasa digambarkan oleh beberapa
event/kegiatan (e.g.,belokan dan proyeksi kembali) akan diterangkan selanjutnya
pada bab berikutnya :
Fig. 4-20. Tampilan gambar digital seperti kumpulan
bit plane. Encoding pada Least Significant Bit (LSB) sampai Most
Significant Bit (MSB) seperti bit plane yang ditunjukkan. Penyesuaian gambar gray scale menunjukkan nilai digital
dan hubungan brightness. (dari Seibert JA: Digital image processing
basics. In Balter S, Shope TB, eds: RSNA categorical course in physics. Physical
and technical aspect of angiography and interventional radiology, Oak Brook,
lll, 1995, RSNA.)
FIG. 4-21. Bentuk
CT scanner generasi ke 4 dengan subsystem utama.
Sequence event
Event
ditunjukkan/digambarkan pada mengalirnya data seperti berikut :
- X – ray tube dan detektor berputar sekitar pasien, yang diposisikan dalam lubang gantry untuk pemeriksaan CT. Pada tahap ini karakteristik oleh berkas geometry dan metode scanning dan membungkus atau mengelilingi aluran X- ray melalui pasien. Berkas X- ray yang tinggi dibatasi oleh kollimator.
- Radiasi mengalami pelemahan atau attenuasi melalui pasien. Photon diukur oleh 2 set detektor, reference (sumber) detektor, yang mengukur intensitas radiasi dari X- ray tube, dan set yang lainnya merekam peminndahan X -ray melalui pasien.
- Pemindahan berkas dan sumber berkas keduanya diubah kedalam aliran signals electric yang diperluas oleh daerah khusus.
- Sebelum data dikirim ke komputer data harus diubah kedalam bentuk digital. Ini dilakukan dengan Analog-to-digital converter (ADCs), atau digitizer. Tahap 2, 3, dan 4 menyusun tahap ke 2 pada proses aquisisi data.
- Data processing dimulai. Data digital mengalami beberapa bentuk sebelum processing, yang meliputi perbaikan dan reformatting. ”beberapa perbaikan pada data akan menyamakan attenuasi data, diperoleh daerah rata-rata detektor untuk menentukan jika beberapa detektor diluar standar yang sebelumnya ditentukan yaitu detektor yang buruk, dan perbaikan yang salah untuk waku yang hilang (i,e., waktu deteksi yang hilang) oleh individual detektor (Huang, 1987). Data tersebut disebut dengan reformatting data mentah. Perbaikan data tambahan ditunjukkan pada penggunaan data software komputer.
- Seperti yang diperlihatkan pada Fig. 4-22, belokan ditunjukkan pada data dengan barisan processor.
- Rekonstruksi algoritma proyeksi kembali kemudian menyusun kembali gambar pada structur anatomi internal sebelum pemeriksaan.
- Rekonstruksi gambar dapat ditampilkan, direkam dengan film laser camera, atau disimpan pada magnetic optical tape atau disks.
- Processor gambar ditunjukkan pada fig. 4-21 menunjukkan variasi operation processing gambar pada tampilan gambar. Fig. 4-21 tidak memperlihatkan digital-to-analog converter (DAC), komponen diletakkan antara processor gambar dan CRT ditampilkan antara komputer dan control terminal, yang merupakan CRT display unit.
- Control terminal biasanya pada operator control console, yang melengkapi control sistem CT.
FIG. 4-22. Data mengalir
pada system CT
ADVANTAGES AND LIMITATION OF CT
ADVANTAGES
Keuntungan yang paling penting pada CT dilihat
dari faktanya adlah untuk mengatasi keterbatasan radiografi dan tomografi
konvensionl. Dibandingkan dengan radiografi dan tomografi konvensional,
keuntungan CT sbb:
1. Utama, low-contras resolusi mungkin karena
(1) tingginya berkas penyinaran yang digunakan untuk mengambil potongan
cross-sectional pada pasien dan (2) detektor khusus yang digunakan untuk
mengukur perpindahan radiasi melalui slice.
2. Pengaturan WW dan WL pada widowing gambar,
contras scale ganbar dapat divariasikan sesuai yang dibutuhkan observer.
3. Dengan aquisisi data spiral, scanning CT
pada spiral geometry telah mengatasi beberapa keterbatasan dari konvensional
start-stop acquisition. Keuntungan ini meliputi volume aquisisi data pada pengambilan
slice dibandingkan slice by slice aquisisi, perkembangan pada gambaran 3D,
gambar reformatting multiplanar, dan aplikasi lainnya, seperti gambar
berikutnya, CT angiografi dan gambaran sesungguhnya, atau CT endoscopy.
4. CT telat membuat variasi teknik untuk yang
akan datang guna mempermudah proses diagnosa seperti Xenon CT (untuk bernafas
didalam), stable xenon (untuk mempelajari aliran darah), quantitative CT
(menentukan jumlah mineral tulang), dynamic CT (untuk mempelajari physikologi),
perfusion CT dan CT scanning dengan spatial resolusi tinggi untum
mengoptimalkan spatial resolusi. Untuk tambahan, CT dapat membantu rencana
perlakuan radiasi.
5. Dengan adanya manipulasi gambar dan
analisa, digital nature gambar CT merupakan kandidat untuk processing gambar
digital. Melalui applikasi, processing gambar algoritma, gambar dapat
dimodifikasi untuk kejelasan sejumlah informasi atau dianalisa untuk mengetahui
informasi tentang bentuk dan texture dari lessi.
LIMITATION
CT tidak tanpa keterbatasan. Dibandingkan
dengan radiografi dan tomografi , kekurangannya adalah sbb:
1. Spatial Resolusi pada CT ”lebih buruk”
2. Dosis pada CT sesungguhnya lebih tinggi
untuk daerah anatomi yang sama.
3. CT dibatasi untuk transverse axial slice
karena hardware dari scanner, meskipun gantry dapat disudutkan untuk mengambil
slice gambar samapi 30° untuk transverse section.
4. Pada CT, sulit untuk gambar daerah anatomi
yang soft tissuenya dikelilingi oleh tulang dalam jumlah besar, seperti fossa
posterior, spinal cord, pituitary, dan interpetrous space.
5. Adanya object metalic pada pasien akan
menghasilkan garis artefact pada gambaran CT, CT juga menunjukkan artefact
lainnya yang tidak biasa untuk radiografi.
Keterbatasan yang telah
menghambat perkembangan CT atau pembatasan penggunaan. Kenyataannya, CT tetap
digunakan untuk alat diagnosa pada obat, pengetahuan untuk pengembangan CT
scanner.
No comments:
Post a Comment