Prinsip dasar MRI
Pembentukan citra berdasarkan sifat kemagnetan
proton
Citra MRI, memberikan informasi lebih lengkap
dibanding dengan citra CT.
CT – tergantung satu parameter, daya atenuasi
sinar X (rapat elektron), menggunakan radiasi pengion (bahaya radiasi)
MRI – tergantung pada banyak parameter, tidak
menggunakan radiasi pengion.
CT- dimulai sekitar th 1970, penggunaan komputer
dalam bidang medis
MRI – Damadian (1971), dapat membedakan jaringan
normal dan cancer pada tikus dengan NMR.
Lauterbur (1973), menunjukkan cara pembentukan
citra dengan gradien medan magnet
1977, MRI mulai dipakai dalam bidang medis.
Dasar elektromagnet
Muatan bergerak atau arus menimbulkan medan magnet.
Loop yang dialiri arus, mempunyai moment magnet
m = i A
Perubahan fluks magnet dalam suatu rangkaian, menimbulkan arus, gaya gerak
listrik
e = - N df/dt
Perhatikan bahwa f = B.A
B kuat medan magnet, A luas loop. Perubahan f dapat disebabkan oleh
perubahan B ataupun perubahan A.
Sifat kemagnetan inti
Komponen inti, proton dan neutron. Gerakan spin
proton menimbulkan momen (dipol) magnet sebanding dan searah dengan spin S
(momentum sudut spin).
m = g S
g gyromagnetic ratio
m - vektor
S = ± ½ h/2p dan h menyatakan
konstanta Planck.
Neutron partikel neutral, namun juga mempunyai momen dipol magnet, arahnya
berlawanan dengan spin S
Inti dengan jumlah proton ataupun jumlah neutron
ganjil mempunyai momen magnet, sedangkan inti dengan proton atau neutron genap
tidak memiliki momen magnet. Contoh inti yang memiliki momen magnet 1H,
31P, 19F, 13C.
Momen magnet material/jaringan
M = Si mi
Materi yang mengandung banyak hidrogen atau
proton, pada umumnya mempunyai momen magnet nol, karena masing-masing proton
mempunyai arah momen magnet sembarang yang saling menghilangkan.
Bila materi diletakkan dalam medan magnet B0 arah z, setiap proton akan brpresesi dengan arah paralel dan anti paralel dengan medan magnet
Medan magnet memberi tambahan energi
E = - m . B0 = ± (- ½ h/2p g B0)
Tingkat energi proton
Dalam kondisi keseimbangan termal, jumlah proton
yang berpresesi anti paralel lebih sedikit dibanding dengan yang berpresesi
paralel, sehingga momen magnet materi M0 searah dengan medan magnet
B0. Komponen momen magnet arah x dan y (Mxy) saling
menghilangkan dan sama dengan nol.
M0 = (N m2/ k T) B0
k konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23
J/K
T suhu absolut = 273 + t 0C
Bila sistem diberi energi dari luar dalam bentuk
gelombang elektromagnet, dengan komponen B tegak lurus B0, dan
mengakibatkan proton pada tingkat energi dasar meloncat ke tingkat energi yang
lebih tinggi, maka energi dari luar harus sama dengan perbedaan kedua tingkat
energi proton
D E = h/2p w0 = h/2p g B0
w0 = g B0
f0= (g/2p) B0
Frekuensi w0 identik dengan frekuensi
presessi proton mengelilingi B0. Persamaan w0 = g B0 dikenal
sebagai persamaan Larmor. Perhatikan bahwa f dan w menyatakan frekuensi linier dan
frekuensi sudut.
Harga rasio giromagnetik g untuk proton 42.6 MHz/T.
Sesuai dengan persamaan Larmor, gelombang
elektromagnet yang diperlukan untuk resonansi terletak pada daerah frekuensi
radio (RF). Frekuensi Larmor tergantung pada kuat medan B0 dan inti
yang diamati yang mempunyai harga g spesifik
Dibanding dengan rasio giromagnetik atom lain dalam tubuh, harga g untuk hidrogen tertinggi
Inti
|
g (MHz/T)
|
1H
|
42.6
|
19F
|
40.1
|
31P
|
17.2
|
23Na
|
11.3
|
13C
|
10.7
|
3H
|
6.5
|
17O
|
5.8
|
39K
|
2.0
|
Pemberian energi resonansi menimbulkan efek pada
sistem
·
Populasi proton berpresesi dengan spin berlawanan arah
medan meningkat, sehingga momen magnet arah z, Mz, mengecil.
·
Presessi momen dipol magnet setiap proton cenderung
mempunyai fase sama, sehingga momen magnet arah x dan y, Mxy, tidak
saling menghilangkan lagi.
Setelah pemberian pulsa gelombang elektromagnet dihentikan, proton-proton akan kembali kekeadaan keseimbangan semula, dan prosesnya disebut relaksasi. Waktu yang dibutuhkan oleh komponen searah z, Mz kembali ke arah mendekati M0 disebut waktu relaksasi longitudinal, ditandai dengan T1. Sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh Mxy kembali mendekati nol disebut waktu relaksasi transversal, dan ditandai oleh T2.
T1 juga disebut sebagai relaksasi
spin-lattice (spin –kisi). Dalam zat padat kehilangan energi spin diberikan
kepada kisi kristal di lingkungannya (atom dalam kristal). Dalam sistem cairan kisi
yang menerima penurunan energi spin ekuivalen dengan gerakan termal molekul.
Dengan demikian T1 dipengaruhi oleh lingkungan proton, kekuatan
kopling antara spin dengan kisi. Dalam zat padat ataupun struktur jaringan
tegar, gerakan atom terbatas, penyerapan energi lambat, T1 menjadi
panjang, sinyal MR dengan pembobotan T1 kecil sekali mendekati nol
(gelap). Sebaliknya dalam cairan gerakan lebih bebas, penyerapan energi lebih
cepat, sehingga T1 menjadi pendek.
T2 juga disebut waktu relaksasi
spin-spin, merupakan fungsi laju pertukaran spin. Dalam struktur tegar atau
struktur dengan gerakan lambat, proses relaksasi cepat, sehingga T2
pendek. Kenaikan gerakan molekul, penurunan berat molekul, kenaikan temperatur,
ataupun fleksibilitas molekul yang tinggi, menyebabkan efesiensi proses
relaksasi menurun, sehingga T2 menjadi panjang.
Waktu relaksasi T1 dan T2
ditentukan oleh kekuatan dan sifat interaksi antara inti dengan lingkungannya,
sehingga sinyal MR mampu memberikan informasi dinamis suatu struktur.
Waktu relaksasi
Pulsa 900 merebahkan
M0 menjadi Mx atau My
Pulsa 1800 mengubah
arah magnetisasi sebesar 1800.
a)
sebelum
diberi pulsa RF
b)
sesudah
diberi pulsa 900
Perubahan Mz sebagai fungsi waktu relaksasi T1
Medan lokal tidak homogen (B0
± D B0),
sehingga frekuensi presesi proton berbeda-beda. Proton yang mengalami medan B0
+ D B0 berpresesi lebih
cepat dibanding dengan proton yang mengalami medan B0 - D B0. Magnetisasi transversal Mx
akan hilang pada saat grup proton yang tercepat dan terlambat mengalami defase
1800.
a) sebelum defase, b) setelah defase
Inhomogenitas mengakibatkan waktu relaksasi transversal
yang teramati menjadi T2*.
1/ T2*.= 1/ T2
+ ½ g D B0
dMx/ dt = - Mx/
T2
Mx = M0 e-
t/T2
Perubahan magnetisasi transversal sebagai fungsi T2
Deteksi signal
Perubahan fluks magnetisasi tranversal dideteksi dengan
lilitan.
e = - df/dt
Deteksi signal secara langsung
disebut peluruhan induksi bebas (free induction decay, FID). FID hanya sensitif
terhadap T1, namun hampir tidak memberikan kontras T2.
Oleh karenanya, FID tidak dideteksi langsung, ekho FID mampu memberikan kontras
lebih baik.
Salah satu cara untuk membentuk
ekho FID dengan memberi pulsa 1800 arah x atau y selang waktu t setelah pulsa 900. Ekho signal diperoleh pada
selang waktu t
setelah pulsa 1800, berarti 2t
setelah pulsa 900.
Koherensi fase terjadi pada saat
2t setelah pulsa 900.
Bila setelah 3t
diberikan lagi pulsa 1800, maka ekho terjadi lagi setelah waktu 4t, dan seterusnya.
Urutan ekho 900 - t - 1800 - t - ekho
- t - 1800 - t - ekho…..
Amplitudo ekho spin mengecil dipengaruhi
pula oleh medan eksternal yang tidak homogen, menambah pengaruh waktu relaksasi
spin-spin T2.
Cara lain untuk membentuk ekho,
dengan pemberian gradien magnet balik. Bila proton pada posisi x mengalami
medan magnet B0 + gx selama waktu t,
kemudian diberi gradien magnet balik yang sama besar B0 – gx, maka
presesi setiap proton juga berubah, sehingga mereka mempunyai fase sama setelah
waktu 2t. Ekho demikian disebut ekho
gradien.
Untuk membentuk citra, pulsa RF diberikan berulang-ulang.
TR (time
repetition) waktu antara 2 pulsa
TE (time echo) waktu antara pulsa 900 dengan
pengambilan signal
TR dan TE merupakan variabel utama yang digunakan untuk
memanipulasi kontras citra, sesuai dengan informasi yang diinginkan (distribusi
proton, waktu relaksasi T1 atau waktu relaksasi T2).
TR mengontrol kontras berkaitan
dengan T1.
TE mengontrol kontras berkaitan
dengan T2
TR menurun, pembobotan T1
meningkat. Untuk dua material dengan T1 berbeda, akan ada harga TR
yang menyebabkan kontras maksimum. Menurunkan TR lebih rendah lagi akan
mengakibatkan kontras menurun. Bila TR terlalu pendek, pemulihan Mz
belum cukup besar, sehingga pada pemberian pulsa berikutnya, Mz yang
direbahkan kembali lebih kecil, berarti intensitas signal kecil.
Peluruhan signal akibat
relaksasi spin-spin menyebabkan intensitas signal menurun dengan kenaikan TE.
Namun kenaikan TE akan meningkatkan kontras antara dua jaringan dengan T2
berbeda, sampai mencapai maksimum. Pemberian TE di atas harga optimal, kontras
T2 menurun.
Urutan pulsa yang terdiri dari
pulsa 900 dan diikuti pulsa 1800 disebut pulsa tunggal.
TR < T1 untuk memperoleh kontras dengan pembobotan T1.
Urutan pulsa spin ekho yang
terdiri dari pulsa 900 dan diikuti oleh 2 pulsa 1800
disebut pulsa ganda. TR sedikit mendekati T1 untuk menghilangkan
efek pembobotan T1. Ekho pertama diambil dengan TE pendek, kontras T1
dan T2 rendah, sehingga kontras didominasi oleh perbedaan densitas
proton. Ekho kedua, TE panjang, dan TR panjang, mengakibatkan bebas dari
kontras T1. Dengan demikian TR panjang dan TE panjang didominasi
oleh kontras T2.
TE pendek
|
TE panjang
|
|
TR pendek
|
Pembobotan T1
|
Pembobotan T1 dan T2
|
TR panjang
|
Densitas proton
|
Pembobotan T2
|
TR pendek, jaringan dengan T1
panjang nampak gelap
TE panjang, jaringan dengan T2
panjang tampak terang.
Urutan pulsa gradien ekho
Penggunaan gradien ekho ditandai
dengan waktu pengambilan citra relatif lebih pendek dengan menggunakan TR
pendek, dimungkinkan karena tidak menggunakan pulsa 1800. Pemulihan
magnetisasi longitudinal menjadi lebih cepat. Biasanya gradien ekho disertai
dengan pulsa sudut kecil (< 900), disebut metode FLASH (fast low
angle shot). Metode FLASH memungkinkan pengamat memanipulasi sudut rebah, dan
mengkombinasikannya dengan TR.
Dengan TR pendek(TR<T2),
kemungkinan magnetisasi transversal masih tersisa pada saat pulsa eksitasi
berikutnya diberikan, yang dihilangkan dengan memberi gradien magnet tinggi
yang disebut spoiler.
Dalam metoda FISP (fast imaging
with steady state precession), magnetisasi transversal justru dimanfaatkan pada
pengambilan ekho berikutnya. Magnetisasi dibuat refase pada saat pemberian
pulsa berikutnya. Amplitudo jaringan dengan T2 panjang menjadi lebih
besar. Penguatan amplitudo dalam FISP naik dengan kenaikan sudut rebah. Bila TR
>> T2 efek FISP menjadi hilang.
Keuntungan lain penggunaan
kombinasi sudut rebah kecil adalah membuat irisan tipis, memungkinkan
pencitraan 3D. Pengambilan irisan banyak, memerlukan waktu lama.
Urutan pulsa penyembuhan balik
(inversion recovery)
Untuk memperoleh citra dengan
pembobotan T1 kuat, biasanya dipakai metoda inversion recovery
dengan urutan pulsa berikut.
1800 – tD – 900
- t - 180x0 - t - ekho
tD waktu peluruhan longitudinal. Disamping
pembobotan T1 yang kuat, metoda inversion recovery juga memberikan
pembobotan densitas proton. Densitas proton tinggi, T1 pendek,
tampak relatif terang.
Pulsa pertama merebahkan M0 menjadi - M0
Pulsa kedua merebahkan Mz
menjadi Mx atau My.
Selanjutnya pengambilan citra seperti
pada spin ekho.
Dipilih pada saat harga tD
optimal untuk memperoleh kontras dua jaringan optimal. Konsekuensi, terjadi
signal sama dengan nol. Jaringan normal,
signal nol terjadi pada tD sekitar 200 – 400 msekon.
Pemilihan irisan
Pemberian gradien pada arah z
mengakibatkan frekuensi resonansi bervariasi
w (z) = g Bz
= g (B0 + gz)
Bila pulsa RF dan gradien magnet
diberikan, hanya proton –proton dalam lapisan tipis dengan frekuensi tertentu
yang beresonansi. Proton-proton di luar potongan, ikut tereksitasi, namun tidak
beresonansi, menyebabkan citra tidak jelas. Untuk memperjelas, gradien magnet
dibalikkan arahnya setelah RF dihentikan, potongan dapat dipertajam.
No comments:
Post a Comment