Kedokteran Nuklir
Tags: Info Nuklir,
kedokteran
nuklir, terapi
nuklir
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu
kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi
inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan
biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan
penelitian kedokteran. Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke
dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan
biologis antara lain darah, cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil
dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas
percobaan).
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan
ke dalam tubuh pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan
sebagainya maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa:
- Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapat diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik imaging)
- Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma atau kamera positron.
- Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging).
Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging
maupun non-imaging memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa.
Pencitraan (imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan
pencitraan dalam radiologi.
Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil
sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis
tersebut kemudian direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan
radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor radiasi gamma
yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini biasanya
dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah pasien
seperti insulin, tiroksin dll.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu
dalam menunjang diagnosis berbagai penyakitseperti penyakit jantung koroner,
penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit
kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada
saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi
yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada
saat ini berkembang pesat.
Disamping membantu penetapan diagnosis,
kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya
kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap
pemberian obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi
(peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan
biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang
sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang
besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk
melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan
pada akhir tahun 1960an, yaitu setelah reaktor atom Indonesia
yang pertama mulai dioperasikan di Bandung.
Beberapa tenaga ahli Indonesia
dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit
kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di
Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan
Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menyusul kemudian
unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP, RS
Gatot Subroto) dan di Surabaya
(RS Sutomo). Pada tahun 1980-an didirikan unit-unit kedokteran nuklir
berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi (Semarang),
RS Jantung harapan Kita (Jakarta) dan RS
Fatmawati (Jakarta).
Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan
kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, di samping masih terdapat 2
buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih
dikenal dengan nama Renograf
PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI LUAR
KEDOKTERAN NUKLIR
Di luar kedokteran nuklir, teknik nuklir masih
banyak memberikan sumbangan yang besar bagi kedokteran serta kesehatan,
misalnya:
1. TEKNIK PENGAKTIVAN NEUTRON
Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk
menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat
dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co,Cr,F,Fe,Mn,Se,Si,V,Zn dsb)
sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini
terletak pada sifatnya yang tidak merusak dan kepekaannya sangat tinggi. Di
sini contoh bahan biologik yang akan idperiksa ditembaki dengan neutron.
2. PENENTUAN KERAPATAN TULANG DENGAN BONE
DENSITOMETER
Pengukuran
kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma
atau sinar-x. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-x yang diserap
oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium
dalam tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada
alat bone densitometer tersebut. Teknik ini bermanfaat untuk membantu
mendiagnosiskekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering menyerang wanita pada
usia menopause (matihaid) sehingga menyebabkan tulang muda patah.
3.THREE DIMENSIONAL CONFORMAL
RADIOTHERAPHY (3D-CRT)
Terapi Radiasi dengan menggunakan sumber radiasi
tertutup atau pesawat pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan
penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer
canggih dalam dua dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi.
Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah
dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat presisi dan
tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif untuk
membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai radiasi, memformulasikan
serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target. Dengan
memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metoda
pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma
knife). Dengan teknik ini kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan
pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan baik oleh pisau gamma
ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang terpenting tanpa merusak
jaringan di luar target
No comments:
Post a Comment