Friday, 27 January 2012



SPESIFIKASI ANODA TABUNG SINAR-X DIAGNOSTIK
1. Pendahuluan
Untuk menghasilkan Sinar-X yang dapat digunakan dalam menegakkan diagnosa suatu kelainan dalam tubuh manusia, diperlukan Sinar-X dengan energi antara 20 keV – 150 keV. Rentang energy Sinar-X diagnostic tersebut memerlukan spesifikasi anoda sebagai tempat tumbukan dengan elektron proyektil dari katoda, yaitu anoda harus mampu menahan panas selama proses produksi Sinar-X dimana dalam proses tersebut probabilitasnya akan terbentuk panas 99% dan 1 % Sinar-X, serta hanya 10% dari 1% Sinar-X tersebut yang merupakan Sinar-X primer.
Apabila satu unit pesawat Sinar-X diagnostic mengalami kerusakan tabung Sinar-X maka pergantiannya perlu memperhatikan spesifikasi tabung yang sesuai, bila tidak maka kemungkinan besar pemakaiannya tidak tahan lama.
2. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui perbedaan spesifikasi tabung Sinar-X, terhadap berkas foton Sinar-X dan citra radiografi yang dihasilkan, dengan menganalisa property tabung Sinar-X, terutama anoda, diantaranya;
a)      material anoda (target),
b)      luasan bidang anoda (focal spot),
c)      sudut kemiringan bidang anoda,
d)      type anoda (diam atau anoda putar),
e)      jarak antara anoda dan kotoda, dan
f)        kapasitas arus tabung pesawat Sinar-X yang dinyatakan dalam milliampere (mA).
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas adalah; apakah ada perbedaan terhadap berkas foton Sinar-X dan citra radiografi, apabila satu unit pesawat Sinar-X diagnostik diganti tabung Sinar-X dengan spesifikasi berbeda, ditinjau  dari ke-6 hal tersebut diatas dalam tujuan penulisan.
4. Kajian Teori
a)      Tabung Sinar-X


  Gambar 1. Insert Tube


diff TUBES
 

X-Ray tube
 

















                  Gambar 2. Tabung Anoda Diam                                   Gambar 3. Tabung Anoda Putar

 
 
b)      Anoda
Anoda atau target terbuat dari material yang memiliki nomor atom tinggi karena intensitas Sinar-X sebanding dengan nomor atom target, memiliki titik lebur tinggi untuk menahan panas yang tinggi akibat tumbukan dengan elektron proyektil sehingga dapat meminimalkan kerusakan anoda, sebagai penghantar panas yang baik agar mampu melepaskan panas dengan cepat, sedikit mungkin mengalami penguapan bahkan pada temperatur sangat tinggi sehingga atom-atom tidak terlepas (boiled off) dari material anoda yang akan menyebabkan permukaan anoda menjadi rusak, biasanya terbuat dari tungsten yang memiliki nomor atom 74 dan titik lebur 3370 0C disamping tungsten juga dapat dikombinasikan dengan bahan lain, misal tembaga berbentuk batang tersambung keluar tabung untuk melepaskan ekses panas. Anoda (Focal spot) mempunyai dimensi 0.1 x 0.1 mm2 sampai 2 x 2 mm2

c)      Proses terjadinya Sinar-X
Arus filamen diproduksi oleh suatu transformator tegangan rendah yang akan mempengaruhi temperatur filamen, filamen memijar ± 20000C sehingga elektron terlepas dari filamen, semakin tinggi temperatur semakin banyak elektron terproduksi. Saat dihubungkan dengan tegangan tinggi dari transformator tegangan tinggi, elektron-elektron tersebut dipusatkan oleh alat pemusat (focusing cup) yang ada pada katoda, dipercepat dengan kecepatan tinggi menuju anoda.
Apabila pada bidang focus, elektron proyektil dihentikan dan tidak mengalami tumbukan dengan elektron target maka energi kinetik elektron berubah menjadi Sinar-X bremstrahlung dan bila elektron proyektil bertumbukan dengan elektron target maka akan terbentuk Sinar-X karakteristik, sebagian besar energi kinetik elektron proyektil berubah menjadi energi panas.
Pada rentang energi Sinar-X diagnostik, probabilitas interaksi energi foton paling dominan adalah efek fotolistrik dan hamburan Compton.
d)      Faktor geometri tabung Sinar-X
Faktor geometri tabung Sinar-X dalam menghasilkan citra radiografi, diantaranya; luas dimensi anoda (focal spot), sudut kemiringan anoda, focus film distance (FFD) dan object film distance (OFD)
5. Metoda Penulisan
Metoda penulisan yang diambil adalah deskriptif berdasarkan data spesifikasi tabung Sinar-X dan spesifikasi anoda, kemudian di analisa dengan pendekatan teoritis.
6. Data Penulisan
Spesifikasi pesawat yang diganti tabung Sinar-X :
a. Nama Pesawat                     : Acoma X-Ray mobile unit
b. Pabrik pembuat                    : Japan
c. Tabung sinar X                                   
§         Model/Type                 : DFX 50         
§         Nomer Seri                  : 1032             
§         Nilai proteksi                : ½ mm inherent filter ± 1.5 mm Al.
§         Anoda                          :          
Tipe                    : Stationary (anoda diam)
Material              : Wolframat (Tungsten)
Kemiringan          : 120
Focal spot           : 0.2 x 0.2 mm2
Arus Tabung       : 40 mA                                   
d. Kapasitas tersedia             : 90 kV,   40 mA,  5.0 s
e. Kapasitas biasa terpakai   : 60 kV,  30 mA,  0.5 s
Spesifikasi tabung Sinar-X pengganti :
§      Nama Tabung     : Mednif
§      Pabrik Pembuat   : Mednif China
§      Model                 : MFX 60
§      No seri                : 3889 ; 100 kV
§      Nilai proteksi       : ½ mm inherent filter ± 1.5 mm Al.
§      Anoda                 :
Tipe                    : Stationary (anoda diam)
Material              : Wolframat (Tungsten)
Kemiringan          : 130
Focal spot           : 0.2 x 0.2 mm2
Arus Tabung       : 60 mA
7. Analisa
Dari spesifikasi diatas, penulis mencoba membuat analisa.
a)      Material anoda (target)
Material kedua anoda sama, terbuat dari Wolframat (Tungsten) dengan nomor atom 74. Ditinjau dari material anoda maka berkas foton Sinar-X yang dihasilkan tidak ada masalah, apabila digunakan dengan factor eksposi (kV, mA, s) tertentu. Electron proyektil katoda akan berinteraksi dengan electron orbit tertentu dalam material anoda menghasilkan energi Sinar-X karakteristik Tungsten yang diperoleh dari transisi electron kulit lebih luar menuju ke kulit lebih dalam, energy Sinar-X karakteristik tersebut tergantung dari electron kulit tertentu menuju kulit tertentu juga, misal electron kulit M menuju kulit K (radiasi Kβ) akan berbeda dengan perpindahan electron kulit L menuju kulit K (radiasi Kα), dan bila electron proyektil katoda berinteraksi dengan medan listrik inti maka akan mengasilkan Sinar-X bremstrahlung dengan energy maksimum sebanding dengan tegangan tabung (kilovoltage) yang digunakan untuk mempercepat electron proyektil katoda menuju anoda, semakin tinggi kV akan semakin cepat electron menumbuk target dan akan semakin tinggi energy Sinar-X bremstrahlung. (muatan 1 elektron (Q) x Voltage (V) = ½ massa electron (me) x kuadrat kecepatan (v2))
Seandainya, material anoda pengganti terbuat dari bahan berbeda, semisal Molybdenum dengan nomor atom 42 yang banyak digunakan untuk anoda pesawat mammografi dimana tegangan tabung yang digunakan berkisar antara 20 keV – 35 keV, maka kemungkinan besar akan menghasilkan Sinar-X karakteristik berbeda dengan Sinar-X karakteristik Tungsten, karena nomor atom keduanya berbeda dan otomatis energy ikat electron tiap orbit juga berbeda sehingga berpengaruh terhadap energy Sinar-X karakteristik. Perpindahan electron dari kulit L menuju kulit K akan menghasilkan Sinar-X karakeristik Kα, akan berbeda antara Kα Molybdenum dengan Kα Tungsten, karena antara kedua material tersebut berbeda energy electron kulit L dan kulit K. Tetapi energy maksimum Sinar-X bremstrahlung antara Molybdenum dan Tungsten akan sama bila digunakan dengan kV sama. Molybdenum sangat tidak efisien bila digunakan sebagai target utama untuk produksi Sinar-X diagnostic energy minimum 40 keV, karena semakin tinggi energy foton maka probabilitas hamburan Compton akan semakin besar, yang tidak akan menjadi masalah bila digunakan untuk menghasilkan citra organ tubuh dengan variasi nomor atom efektif yang besar, misal untuk pemeriksaan abdomen (bagian perut), columna vertebrae (tulang belakang) atau juga cranium (kepala). Molybdenum sangat efektif untuk mammografi (nomor atom efektif rendah). Energy Sinar-X bremstrahlung maksimum 40 keV, akan lebih besar probabilitas kejadian efek fotolistrik dan sedikit hamburan Compton, sehingga terbentuk citra dengan ketajaman dan detail tinggi untuk mengapresiasi kelainan-kelainan kecil organ mammae.
Emas Z=79 sementara ini belum digunakan untuk anoda tabung Sinar-X diagnostic.
1
Gambar 4. spectrum energy Sinar-X Mo42, 74W, 79Au
b)      Luasan bidang anoda (focal spot)
Focal spot kedua anoda sama, 0.2  x 0.2 mm2. Ditinjau dari focal spot tidak ada masalah pada berkas foton Sinar-X yang dihasilkan. Focal spot merupakan factor geometri dalam pembentukan citra yang berpengaruh terhadap resolusi atau ketajaman dan detail citra radiografi.
Focal spot dimensi lebih kecil akan menghasilkan citra radiografi lebih tajam (sharpness) dibandingkan focal spot dimensi besar, hal tersebut terjadi karena Sinar-X bersifat divergen sehingga apabila dimensi focal spot diperbesar maka akan memperbesar central ray dan akan menambah area penumbra, penumbra semakin besar maka citra radiografi akan semakin tidak tajam (unsharpness).
Idealnya, untuk mendapatkan ketajaman maksimum citra, dimensi focal spot berupa titik, tetapi hal tersebut tidak mungkin karena electron proyektil katoda yang keluar dari focusing cup menuju anoda tidak tunggal tetapi electron dalam jumlah sangat banyak (fluence electron), dan apabila berbentuk titik maka panas yang timbul kurang terdistribusi per luas anoda selama bombardir electron dimana energy kinetic electron lebih banyak terkonversi menjadi energy panas. Sedangkan apabila focal spot diperluas untuk pertimbangan disipasi akses panas, akan mengakibatkan citra semakin tidak tajam karena penumbra semakin besar.
Quality assurance yang berhubungan dengan focal spot dapat dilakukan dengan menggunakan pinhole, focal spot test tool, bar pattern, star pattern atau juga wiremash.






 


 
 









          Gambar 5. compare focal spot                                Gambar 6. focal spot - penumbra

c)      Sudut kemiringan bidang anoda
Sudut kemiringan bidang anoda keduanya berbeda, Acoma 120 sedangkan Mednif 130, hal tersebut akan berpengaruh terhadap; focal spot, dimensi efektif berkas Sinar-X, area penumbra dan ketajaman citra. Sudut kemiringan bidang anoda merupakan factor geometri pembentukan citra. Semakin besar sudut kemiringan maka akan semakin besar dimensi luasan bidang anoda yang ditumbuk electron proyektil, akan semakin besar dimensi efektif berkas Sinar-X dan menyebabkan area penumbra akan semakin besar, penumbra besar maka citra akan semakin tidak tajam.






 


 
     Gambar 7b. apabila sudut kurang dari 450, maka dimensi titik efektif untuk produksi Sinar-X akan lebih kecil dari daerah yang ditumbuk elektron proyekti

Meskipun hanya selisih 10 yang mungkin tidak signifikan tetapi sebaiknya pergantian dilakukan dengan sudut kemiringan anoda yang sama, karena ketidaktajaman citra dapat mempengaruhi apresiasi citra, yang mungkin saja dapat menyebabkan kurang tepatnya diagnose kelainan
d)      Type anoda
Type anoda keduanya sama, merupakan anoda diam, pesawat mobil unit menggunakan type anoda diam. Perbedaan anoda diam (stationary anoda) dan anoda putar (rotate anoda) adalah pada area tempat tumbukan dengan electron proyektil. Berkas foton Sinar-X yang dihasilkan sama.
Anoda diam akan terus menerus dibombardir electron pada area yang sama. Anoda putar, area tempat tumbukan dengan electron proyektil akan merata sepanjang lintasan bidang anoda yang lurus dengan focusing cup. Sehingga type anoda diam biasanya akan cepat rusak, selain karena boiled off  akibat panas tinggi menyebabkan material rusak sehingga produksi Sinar-X tidak maksimal, juga penyebaran panas selama pembentukan Sinar-X tidak terdistribusi merata.
e)      Jarak antara anoda dan kotoda
Jarak anoda-katoda tidak tercantum dalam spesifikasi, perkiraan antara ±3-7 cm tergantung kapasitas arus tabung (mA),  Tetapi, berapapun jaraknya, kemungkinan besar tidak berpengaruh terhadap energy Sinar-X yang dihasilkan, karena proses yang terjadi dalam tabung selama produksi Sinar-X adalah proses fisika mikroskopik yang tidak dapat dilakukan pendekatan dengan fisika makroskopik; jarak anoda-katoda (s) = kecepatan electron proyektil (v) x waktu eksposi (t), bila kecepatan electron (v) diperkirakan dalam orde 108 m/dt dan waktu eksposi (t) minimum 0,01 dt maka jarak (s) = 106 meter, suatu hal yang mungkin sangat sulit sekali diwujudkan.        
f)       Kapasitas arus tabung pesawat Sinar-X yang dinyatakan dalam milliampere (mA).
Kapasitas tabung keduanya berbeda, Acoma 40mA dan Mednif 60mA, apabila ditinjau dari segi arus tabung sebenarnya tidak terjadi masalah pada berkas Sinar-X dan citra radiografi, meskipun diganti dengan 60mA tetapi arus tabung maksimum dalam rangkaian sirkuit Acoma x-ray unit hanya menyediakan arus tabung maksimum 40mA dan arus demikian akan tercover oleh tabung Mednif 60mA. Masalah terjadi justru pada bentuk fisik dimensi insert tube (pelindung tabung/tube envelope; tempat anoda-ruang hampa-katoda), berbeda panjang antara Acoma dan Mednif, meskipun hanya ±0.5 - 1cm tetapi sangat mempengaruhi ketahanan insert tube berada pada posisi semula setelah dipakai untuk berkali-kali eksposi. Ketika pesawat digunakan, tabung akan di posisikan sesuai arah sinar (central ray) pemeriksaan; horizontal, vertical, atau penyudutan. Tabung rentan pergeseran. Apabila Insert tube tidak dalam posisi yang tepat dengan rumah tabung (tube housing) maka akan terjadi distorsi citra radiografi yang sangat mempengaruhi apresiasi (pembacaan) citra.
NB ; sekarang pesawat sudah tidak digunakan lagi karena keluaran berkas Sinar-X tidak seberkas dan kongruen dengan cahaya kolimasi (hasil uji menggunakan collimator test tool dan beam aligment test tool).
8. Kesimpulan
Dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pergantian tabung pesawat Sinar-X harus dengan penuh pertimbangan, karena spesifikasi tabung dan anoda setiap produk mungkin berbeda meskipun sekilas sama, kecuali tabung pesawat Sinar-X memang sudah di lisensi oleh pesawat merk lain, misal pesawat Sinar-X Allenger 500mA menggunakan Tabung Sinar-X Produk Toshiba.

Terimakasih.

salam
gunturwinarno      

No comments:

Post a Comment