Diagnostic
Ultrasound
Diagnostik ultrasound, bebas dari bahaya radiasi pengion. Pencitraan
diagnostik dengan ultrasound berdasarkan sifat mekanik jaringan.
Limitasi pemeriksaan
·
Barrier/rintangan oleh gas dan tulang
·
Derajat skill dan
pengalaman pemeriksa
Bunyi merupakan gelombang getaran mekanis yang dapat ditangkap oleh alat
pendengar bila mempunyai frekuensi 16 – 20 kHz. Ultrasound mempunyai frekuensi
> 20 kHz.
Bunyi dan ultrasound membutuhkan medium untuk merambat. Gelombang
ultrasound adalah gelombang longitudinal, menyebabkan partikel medium bergetar
searah dengan arah rambat gelombang.
Karakter gelombang dinyatakan
oleh
·
Frekuensi
·
Perioda
·
Panjang gelombang
·
Laju
·
Amplitudo
·
intensitas
Frekuensi (f)
Frekuensi atau laju
getaran, ultrasound untuk diagnostik 1 – 15 MHz, untuk opthalmologi dipakai
frekuensi mencapai 30 MHz. Frekuensi berkaitan dengan bentuk berkas gelombang,
kenaikan frekuensi menurunkan diameter divergensi berkas. Divergensi berkas
juga dipengaruhi oleh diameter sumber pemancar. Frekuensi berpengaruh pada
resolusi citra dan daya tembus gelombang.
Perioda (T)
Perioda, waktu getar = 1/frekuensi
T (sekon) = 1/f (sekon)
T (m sek) = 1/f (MHz)
Laju (c)
Laju ditentukan oleh sifat medium, elastisitas dan
kerapatan. Elastisitas dinyatakan dengan modulus elastisitas bulk (k), ukuran tegang-lentur
medium, rasio tekanan yang diberikan pada massa medium tertentu dengan
perubahan volume
c =
r menyatakan densitas
medium.
Jaringan mempunyai perbedaan lebih tinggi dalam kompressibilitas
dibanding dengan densitas, sehingga laju ultrasound dalam tulang (tidak dapat
ditekan, nilai k tinggi) relatif tinggi. Harga c
dalam jaringan lunak 1540 m/sekon atau 1.54 mm/m sek. Dalam paru-paru cepat
rambat sekitar 0.3 – 1.2 mm/m sek.
Panjang gelombang (l)
Panjang gelombang adalah jarak yang dibutuhkan
oleh satu getaran gelombang.
l = c/f
c (mm/m sek) = l (mm) x f (MHz)
Panjang gelombang ultrasound yang dipakai dalam medis 0.1 – 1.5 mm, berpengaruh pada resolusi citra.
Amplitudo (A)
Amplitudo menyatakan perubahan maksimum tekanan dari keadaan dasar.
Amplitudo berpengaruh pada intensitas.
Intensitas (I)
Intensitas menyatakan jumlah energi yang datang tegak lurus permukaan per
satuan luas per satuan waktu. Satuan I adalah W/m2s dan untuk
ultrasound sering dinyatakan dalam W/cm2s atau mW/cm2s
atau daya per satuan luas watt/m2 atau watt/cm2
I = (½) A2/r c
Perbandingan intensitas sering diperlukan, agar harganya tidak terlalu
besar dinyatakan dengan logaritmanya dengan satuan bel atau decibel (0.1 bel)
Intensitas relatif dB = 10 log (I1/I2)
dB
Karena I sebanding dengan A2 maka
Intensitas relatif dB = 20 log
A1/A2 dB
Dalam praktek, mengingat (I1/I2)= 2 dan 10 ekuivalen
dengan 3 dB dan 10 dB, maka harga rasio yang lain biasanya dinyatakan sebagai
kombinasi faktor 2 dan 10
Impedansi (z)
Tekanan meningkat bila partikel ditekan dan didorong ke depan, dan menurun
pada saat partikel ditarik balik dan meregang. Kecepatan positif bila partikel
menjauhi sumber, sebaliknya negatif bila mendekati sumber. Kecepatan (sesaat) gelombang
(v) sebanding dengan ekses tekanan p
p = konstanta x v
Konstanta kesebandingan antara p dan v dalam suatu medium disebut impedansi
(z)
z = p/v dan dapat diperoleh sebagai perkalian densitas r dengan laju ultrasound c
z = r c
Nilai z tidak tergantung pada frekuensi, untuk jaringan lunak dan air ~ 1.5
kg/m2s (rayl)
Pulsa ultrasound
Gelombang ultrasound dalam bentuk pulsa tidak kontinu. Pulsa pada umumnya
berisi 2 siklus/getar, dengan maksimum tekanan dalam orde MPa (megapascal).
Untuk informasi 1 MPa mendekati sama dengan 10 tekanan atmosfer. Bila z
mendekati 1.5 Mrayl, dengan menggunakan rumus z = p/v, kecepatan maksimum
partikel menjadi kurang dari 1 m/s. Pergeseran maju dan mundurnya partikel akan
berbanding terbalik dengan frekuensi, dan juga kecil, pada umumnya sekitar 0.01
μm
Karakteristik spektrum energi adalah centre frequency (fc), yang
terjadi pada saat spektrum memiliki nilai maksimum, dan pulse bandwidth
didefinisikan sebagai lebar spektrum energi pada ½ maksimum. Pulse bandwidth
meningkat dengan penurunan panjang pulsa.
Pulse bandwidth (MHz) =
1/panjang pulsa (ms)
Gelombang kontinu dianggap
sebagai pulsa dengan amplitudo konstan dan panjang tak hingga, sehingga
mempunyai bandwidth sempit (spektrum garis tunggal). Untuk pulsa dua siklus, bandwidth
sekitar 50% fc. Sehingga pulsa pencitraan 3 MHz berarti pulsa
mempunyai centre frequency fc 3 MHz, namun berisi banyak energi
dengan frekuensi antar sekitar 2.2 MHz dan 3.8 MHz.
Propagasi ultrasound dalam jaringan
Atenuasi diakibatkan oleh
· divergensi berkas
· refleksi dan refraksi parsial
· absorpsi dan hamburan
Absorpsi merupakan proses konversi energi gelombang menjadi panas.
Perubahan tekanan meningkatkan gerakan molekul jaringan, menghasilkan energi
panas. Fraksi energi yang diubah menjadi panas sama untuk setiap siklus,
sehingga absorpsi sebanding dengan frekuensi.
Hamburan terjadi bila gelombang menemui halangan kecil dengan ukuran
sekitar panjang gelombang atau lebih kecil. Fraksi daya yang datang dihamburkan
oleh struktur kecil meningkat tajam dengan kenaikan frekuensi dan ukuran
struktur. Atenuasi sebagai akibat absorpsi dan hamburan naik dengan kenaikan
frekuensi.
Koefesien atenuasi (a)
Koefesien atenuasi (a) bervariasi dengan perbedaan
jaringan dan meningkat dengan kenaikan frekuensi f, sedemikian sehingga harga a/f mendekati konstan.
Untuk air dan udara a sebanding dengan f2.
Half depth atau kedalaman jaringan untuk mengurangi intensitas menjadi setengah
(-3 dB) sama dengan 3/a cm.
Propagasi gelombang ultrasound dalam jaringan
Laju gelombang, tidak banyak bervariasi dengan frekuensi.
Bila ultrasound jatuh tidak tegak lurus (membentuk sudut) pada bidang batas antara dua medium dengan kecepatan ultrasound di dalamnya berbeda, gelombang transmisi dibelokkan. Mengikuti hukum Snellius
Pulsa pendek diperlukan untuk memperoleh resolusi aksial yang baik. Namun pada saat eksitasi listrik berhenti, gelombang ultrasound masih bergerak dalam PZT untuk sementara waktu, proses demikian disebut ringing, dan diredam oleh backing layer.
Dalam daerah far field, berkas divergen dengan sudut q terhadap sumbu berkas, dan sin q = 0.6 l/a. Dapat dilihat bahwa peningkatan frekuensi (penurunan l) berakibat daerah near field lebih panjang dan divergensi (q) berkas far field mengecil
Dalam B scan, sumbu berkas (scan line) digerakkan menyapu tubuh pasien untuk memperoleh bidang scan. Sebelum ada scanner real time B mode, gerakan transduser dilakukan manual (static B scanner). Dalam modern scanner, berkas menyapu atomatis yang dikontrol oleh a hand held probe. Sudut dan posisi sumbu berkas/scan line relatif terhadap probe dimonitor secara elektronis. Echo dari semua sumbu utama/garis scan membentuk citra dan ditayangkan citra dua dimensi bidang citra. Amplitudo setiap echo menentukan derajat keabuan (brightness) titik pada display.
Artefak dalam B mod
Artefak citra mengakibatkan kesalahan interpretasi struktur jaringan yang diamati. Artefak dapat dalam bentuk derajat keabuan, ukuran, posisi, ataupun adanya atau tidak adanya echo.
Artefak lebar berkas
Mirror image
Acoustic shadow
Efek Doppler
Teknik spectral Doppler
Propagasi gelombang ultrasound dalam jaringan
Laju gelombang, tidak banyak bervariasi dengan frekuensi.
Atenuasi
Atenuasi
sebagai akibat
· divergensi
· refleksi parsial
· refraksi parsial
· absorpsi
· hamburan
Absorpsi, konversi
energi gelombang menjadi panas. Jumlah panas yang diubah/diserap menjadi panas
sama untuk tiap siklus, sehingga absorpsi meningkat sebanding dengan kenaikan
frekuensi.
Hamburan
terjadi bila gelombang merambat dan menemui halangan dengan ukuran sekitar atau
lebih kecil dari panjang gelombang. Fraksi energi yang dihamburkan meningkat
cepat dengan kenaikan frekuensi ukuran struktur. Atenuasi akibat absorpsi dan
hamburan, meningkat dengan kenaikan frekuensi.
Koefesien atenuasi
Koefesien atenuasi (a), laju
pengurangan intensitas per satuan jarak tempuh gelombang dalam jaringan (dB/cm)
a dipengaruhi oleh frekuensi dan jenis jaringan,
a/f konstan, a sebanding dengan f2 untuk air dan udara.
Refleksi
Bila gelombang ultrasound menjumpai
permukaan/batas dua meterial dengan karakteristik akustik berbeda, terjadi
refleksi yang membawa sebagian energi gelombang datang. Bila permukaan halus,
dikatakan specular reflector, yang bersifat seperti cermin.
Bila R rasio intensitas
gelombang pantul/refleksi dengan gelombang datang, maka harga R tergantung pada
karakteristik impedansi kedua material z1 dan z2
T menunjukkan
fraksi transmisi.
Bila dalam dua media z1
= z2, tidak terjadi refleksi pada bidang batas. Bila z1
berbeda jauh dengan z2 fraksi energi yang direfleksikan tinggi. Gas
mempunyai z sangat rendah, sehingga bidang batas dengan gas akan ultrasound
tidak ditransmisikan bila melalui gas (koefesien refleksi 0.999)
Refleksi ultrasound dari
batas dua organ jaringan lunak kecil, karena perbedaan impedansi akustik z
rendah (koefesien refleksi sekitar 0.01), batas antara darah dan gumpalan darah
~ 10-6 (-60 dB).
Permukaan kecil dan
tidak teratur, mengakibatkan ultrasound datang tidak tegak lurus pada
permukaan, mengakibatkan refleksi ke semua arah, disebut diffuse dan
menghasilkan echo lebih rendah.
Refraksi/pembiasan
Bila ultrasound jatuh tidak tegak lurus (membentuk sudut) pada bidang batas antara dua medium dengan kecepatan ultrasound di dalamnya berbeda, gelombang transmisi dibelokkan. Mengikuti hukum Snellius
c2 > c1
berkas didefleksikan menjauhi garis normal
c2 < c1
berkas didefleksikan mendekati garis normal
c2 = c1
gelombang datang tegak lurus tidak terjadi refraksi
Variasi
kecepatan gelombang dalam jaringan kecil, refraksi kecil
Bila c2 >
c1, dan sudut datang besar, sin sudut refraksi > 1, sehingga
tidak terjadi transmisi, berarti terjadi total internal reflection dan
gelombang kembali ke medium pertama.
Hamburan
Bila target
lebih kecil dari bebrapa panjang gelombang, hamburan terjadi ke segala arah
(diffuse). Bila ukuran target lebih kecil lagi, hamburan Rayleigh terjadi, dan
daya (W) yang dihamburkan tergantung pada frekuensi f, dan ukuran penghambur
(a).
W = konstanta x a6
f4
Perbedaan antar jaringan dan antar kondisi
patologi akan menghasilkan echo yang berbeda, menimbulkan bentuk speckle
(becak) dan texture pada citra.
Transduser ultrasound
Transduser
ultrasound mengubah signal listrik menjadi gelombang ultrasound, dan mengubah
gelombang ultrasound menjadi signal listrik (efek piezolistrik). Transduser
ultrasound PZT (lead zirconate titanium), mempunyai impedansi akustik tinggi.
Ketebalan transduser,
dipilih sesuai dengan half wave resonance. Contoh untuk ultrasound 3 MHz,
panjang gelombang ~ 1. 33 mm, c dalam PZT ~ 4000 m/s, ketebalan transduser ~
0.67 mm.
Pulsa pendek diperlukan untuk memperoleh resolusi aksial yang baik. Namun pada saat eksitasi listrik berhenti, gelombang ultrasound masih bergerak dalam PZT untuk sementara waktu, proses demikian disebut ringing, dan diredam oleh backing layer.
Matching impedance
layer, digunakan untuk menjembatani perbedaan impedansi antara PZT dan
jaringan. Impedansi matching layer (zPZT x zjaringan )1/2
dengan ketebalan ¼ lPZT
Matching layer tunggal
dapat menghasilkan 100% transmisi ke pasien untuk gelombang kontinu. Bila
gelombang pulsatif, pulsa sebagai spektrum frekuensi, dipakai multiple matching
layers yang berisi beberapa lapis dengan ketebalan dan impedansi bervariasi,
dapat memberikan kesesuaian efektif dalam jangkauan frekuensi lebar.
Berkas Ultrasound
Bentuk dan ukuran
berkas, serta variasi intensitas berkas, ditentukan oleh bentuk transduser dan
panjang gelombang, dipengaruhi oleh proses diffraksi.
Ultarasound l yang
dipancarkan oleh lempengan transduser datar dengan radius a, mempunyai berkas
konvergen sepanjang ~ a2/ l, pada jarak tersebut ukuran berkas sempit ~ a (diukur dari pusat dan
sampai intensitas setengah intensitas pada sumbu). Daya pada penampang lintang
berkas sama, sehingga pada daerah ini intensitas pada sumbu maksimum. Daerah
sebelum daerah maksimum berakhir disebut near field atau Fresnel zone, dan di
luarnya disebut far field atau Fraunhofer zone.
Dalam daerah far field, berkas divergen dengan sudut q terhadap sumbu berkas, dan sin q = 0.6 l/a. Dapat dilihat bahwa peningkatan frekuensi (penurunan l) berakibat daerah near field lebih panjang dan divergensi (q) berkas far field mengecil
Berkas dapat difokuskan
dengan menggunakan transduser dalam bentuk mangkok konkaf. Gelombang
terkonsentrasi menjadi berkas sempit pada kedalaman tertentu, disebut focal
zone. Jarak antara transduser dengan posisi berkas paling sempit, disebut
panjang focal.
Bila panjang focal <
0.5 a2/l, berkas disebut terfokus kuat, lebar berkas pada fokus (wF)
mengikuti hubungan
wF
= F l/a
Untuk berkas tidak
terfokus, frekuensi tinggi menghasilkan berkas sempit. Luas celah (a) lebih
besar dibutuhkan untuk memperoleh lebar berkas sama untuk kedalaman fokus lebih
tinggi.
Bila panjang > 0.5 a2/l,
berkas disebut terfokus lemah. Bila panjang focal tidak dapat divariasi, maka
berkas terfokus lemah lebih baik dibanding dengan berkas terfokus kuat. Untuk
tujuan klinis, berkas sempit panjang lebih bermanfaat dibanding dengan berkas
sangat sempit tetapi pendek.
Selain berkas utama,
gelombang ultrasound mempunyai pula berkas samping yang lebih lemah. Apodisasi
adalah teknik untuk mengurangi amplitudo relatif berkas samping, dengan membuat
kekuatan pancar transduser tidak uniform, kuat di tengah dan lemah di pinggir.
Tranduser berlaku
sebagai pemancar dan penerima berkas. Dalam praktek, dipakai deretan probes
(transduser) untuk memperoleh data dari berbagai posisi.
Cara pencitraan
ultrasound
Metoda pulse-echo
mengandaikan laju ultrasound dalam jaringan mendekati konstan, ~ 1540 m/s
sesuai dengan pulang-pergi 1.3 ms per mm. Asumsi kedua, berkas ultrasound lurus dan sempit sehingga echo
datang dari target berada dalam sumbu berkas.
Laju transmisi pulsa
disebut pulse repetition frequency (prf) mempunyai maksimum, sesuai dengan
persyaratan waktu agar echo dari struktur paling dalam dapat ditangkap sebelum
pulsa berikutnya dipancarkan. Untuk kedalaman 15 cm, bila laju gerak ultrasound
1.3 ms/mm,
echo akan diterima ~ 200 ms kemudian. Oleh karenanya prf tertinggi dipilih sehingga 200 ms dalam
1 s, yang berarti sekitar 5000 pulsa per sekon. Harga prf lebih tinggi dipakai
untuk scanning organ superfisial.
A-mode scans (amplitudo)
Amplitudo echo sebagai
fungsi waktu ditayangkan pada monitor.
Waktu dihitung mulai pulsa dipancarkan dan menjadi sumbu horizontal. Posisi
horizontal pada amplitudo maksimum menunjukkan waktu perjalanan ultrasound
(pergi-pulang), sesuai dengan kedalaman pemantul.
A mode adalah cara yang
teliti untuk mengetahui jarak antara dua target.
M-mode scans (motion)
M-mode scans menunjukkan
tayangan 2 dimensi posisi permukaan atau pemantul sepanjang garis scan sebagai
fungsi physiological time, berarti diukur dalam sekon tidak dalam mikrosekon
yang sesuai dengan orde waktu tempuh ultrasound. Pada umumnya mode ini digunakan
pada pemeriksaan jantung (melihat gerakan katup, dinding bilik). Pada saat
M-mode dilakukan, proses pencitraan B-mode berhenti, transmisi pulsa hanya
diarahkan pada garis scan. Ekho yang dihasilkan setiap pulsa transmisi
direpresentasikan sebagai modulasi brightness sepanjang satu garis scan mode M
dengan brightness menunjukkan amplitudo ekho. Setiap urutan transmisi-echo
menghasilkan garis M mode baru, hasilnya ditayangkan setelah tayangan
sebelumnya. Beberapa unit ultrasound menayangkan sampai sekitar 10 sekon.
Dengan adanya 2D real time echocardiography, Doppler, dan pencitraan aliran
berwarna, pencitraan dengan M mode menjadi ditinggalkan.
B-mode scans
(brightness)
Dalam B scan, sumbu berkas (scan line) digerakkan menyapu tubuh pasien untuk memperoleh bidang scan. Sebelum ada scanner real time B mode, gerakan transduser dilakukan manual (static B scanner). Dalam modern scanner, berkas menyapu atomatis yang dikontrol oleh a hand held probe. Sudut dan posisi sumbu berkas/scan line relatif terhadap probe dimonitor secara elektronis. Echo dari semua sumbu utama/garis scan membentuk citra dan ditayangkan citra dua dimensi bidang citra. Amplitudo setiap echo menentukan derajat keabuan (brightness) titik pada display.
Posisi pada citra B mode
sesuai dengan arah sumbu berkas, tidak selalu vertikal. Merupakan suatu konvensi
bahwa untuk target yang berada pada sumbu utama probe akan ditunjukkan terletak
pada pusat scan line vertikal pada displai, untuk sembarang orientasi probe. Dalam
beberapa unit, memungkinkan operator memutar citra 900 ataupun 1800.
Pencitraan Doppler
Pencitraan Doppler
digunakan untuk mengamati partikel bergerak, terutama aliran darah. Distribusi
gerakan partikel ditayangkan dengan pemberian warna pada citra.
B-mode scanners
Lebar daerah citra
(lapangan pandang) ditentukan oleh jenis probe
·
linear probes menghasilkan lapangan pandang terlebar pada target
superficial
·
sector probes menayangkan lapangan pandang lebih lebar untuk target
yang dalam.
Kedalaman maksimum yang memberikan echo berguna
untuk informasi diagnostik dinyatakan sebagai penetrasi. Frekuensi tinggi,
penetrasi rendah, karena atenuasi tinggi.
Sensitivitas merupakan ukuran reflektor atau
penghambur terlemah yang dapat dibedakan dengan noise. Sensitivitas bervariasi
dengan kedalaman, paling tinggi pada daerah dekat fokus transmisi. Sensitivitas
yang dapat dicapai pada kedalaman maksimum ditentukan oleh penetrasi.
Sensitivitas untuk sembarang kedalaman tergantung pada
·
penentuan daya output
·
posisi fokus
·
seluruh gain sistem
Sensitivitas maksimum suatu scanner dinyatakan
dengan dynamic range, rasio antara intensitas echo terbesar yang dapat diterima
(sebelum jenuh) dengan echo terkecil yang dapat dibedakan dengan noise. Dynamic
range dapat divariasi, dapat dikurangi di bawah harga maksimum.
Resolusi spasial
Resolusi aksial, kemampuan menentukan jarak terkecil
(memisahkan) dua titik target, satu di belakang yang lain dan berada pada garis
scan yang sama.
Resolusi lateral,
kemampuan memisahkan dua target yang saling berdekatan pada kedalaman sama
.
.
Resolusi aksial
mendekati sama dengan ½ pulsa transmisi, jarak antar echo dari kedua bidang
menjadi sama dengan panjang pulsa. Penurunan harga d mengakibatkan dua echo
bergabung menjadi echo panjang, dan dua target akan ditayangkan sebagai citra
satu target panjang. Panjang pulsa biasanya dua panjang gelombang (l=c/f),
frekuensi tinggi berarti panjang pulsa lebih pendek dan berakibat resolusi
aksial lebih baik.
Resolusi lateral
mendekati sama dengan lebar transmit –receive beam. Target titik ditayangkan
sebagai deretan titik tegak lurus garis scan. Bila
dua titik target berdekatan, keduanya menghasilkan gabungan dua deretan titik,
bila jarak kedua titik kurang dari lebar berkas. Lebar berkas sempit, resolusi
lateral tinggi dan meningkat dengan kenaikan frekuensi.
Resolusi kontras,
kemampuan sistem scanning membedadakan dua echo berdasarkan amplitudonya,
dipengaruhi oleh lebar berkas tegak lurus bidang scan, menetukan tebal irisan
Temporal resolution,
kemampuan mengikuti perubahan dalam citra jaringan, dipengaruhi oleh frame rate
(tergantung pada kedalaman dan lebar lapangan pandang, densitas garis scan),
dan pemilihan frame averaging.
Artefak dalam B mod
Artefak citra mengakibatkan kesalahan interpretasi struktur jaringan yang diamati. Artefak dapat dalam bentuk derajat keabuan, ukuran, posisi, ataupun adanya atau tidak adanya echo.
Speckle pattern
Citra B mode
menunjukkan bahwa hamburan tissue parenchyma (functional elements of an organ) terlihat
sebagai speckle/bercak dalam bentuk daerah terang dan gelap. Untuk jaringan
stasioner, bentuk speckle terlihat berulang-ulang dari frame ke frame, bersifat
random tidak ada hubungan antara suatu speckle dengan jaringan penghambur
tertentu. Perlu diperhatikan bahwa echo pada suatu saat berasal dari target
yang terdistribusi dalam suatu volume yang ditentukan oleh waktu saat pulsa
ditransmisikan, penampang lintang berkas, dan panjang pulsa. Signal resultan
bervariasi acak tergantung pada distribusi spasial target dalam volume.
Interval terang pada beberapa garis scan yang berdekatan menimbulkan speckle.
Meskipun ukuran dan
bentuk speckle berbeda, namun lebar rata-rata speckle (tegak lurus garis scan)
sama dengan lebar berkas, dan tinggi speckle rata-rata (searah dengan garis
scan) sama dengan setengah panjang pulsa. Suatu sista dalam jaringan padat tidak
terlihat bila ukuran axial dan lateral lebih kecil dari bentuk speckle di
sekitarnya.
Reverberasi (refleksi
multipel)
Bila pulsa menemui suatu
pasangan permukaan dengan daya refleksi tinggi, echo dari permukaan yang lebih
dalam sebagian dapat dipantulkan kembali membentuk pulsa baru yang lebih lemah
dan ditransmisikan ke tubuh lagi. Akibatnya suatu target tidak menghasilkan
satu echo dalam citra, melainkan membentuk deretan reverberasi echo dengan
jarak sama, dan secara gradual intensitas melemah. Reverbasi sering membantu
untuk mengidentifikasi suatu struktur yang berisi air.
Artefak lebar berkas
Target terisolasi dalam
lingkungan cairan, seperti batu empedu, jari ataupun lengan foetus, ataupun
bagian usus dalam cairan asam, akan terlihat sebagai ”lapisan” lebar dalam
citra. Kemungkinan dua target berdekatan dalam jangkauan sama, terlihat seperti
target panjang, atau suatu lubang dalam permukaan dikaburkan oleh penggabungan
citra ”lapisan” yang diperoleh dari jaringan pada tiap tepinya.
Slice thickness artefact
Slice thickness mengakibatkan noise dalam citra. Berkas
mempunyai ukuran lebar yang tegak lurus bidang scan, sehingga ekho yang
terdeteksi bukan dari bidang scan saja, melainkan ditambah dari daerah dua sisi
dengan ukuran setengah lebar berkas. Pelebaran berkas pada kedalaman menentukan
ketebalan lapisan/slice. Ekho dari target dalam slice namun tidak dalam bidang
scan akan menghasilkan noise dan mengurangi resolusi citra. Untuk mengurangi
noise ini, digunakan deretan annular scanner.
Mirror image
Suatu batas dengan daya refleksi tinggi dapat
berlaku sebagai cermin, mendefleksikan pulsa transmisi maupun refleksi. Echo
target terlihat sebagai citra dengan arah berlawanan relatif terhadap batas
tersebut.
Missing interfaces
Interface yang halus sering tidak dapat
divisualisasikan penuh dalam citra, karena pulsa tidak jatuh tegak lurus pada
seluruh interface.
Registration error
Dalam B mode scan, dianggap laju ultrasound sama
dalam semua jaringan. Sebagai contoh, axial misregestrasi tonjolan citra bagian
retina yang berada dibalik lensa, karena laju ultrasound yang relatif lebih tinggi
dalam lensa. Dalam gambar (b), misregistrasi akibat refraksi.
Acoustic shadow
Struktur seperti tulang atau kasifikasi batu empedu
dapat merefleksikan dan/atau menyerap seluruh daya ultrasound datang, sehingga
tidak ada echo dari jaringan sesudah struktur tersebut. Masalah dapat diatasi
dengan menggerakkan transducer pada posisi lain, untuk menghindari halangan
tersebut.
Post cystic enhancement
Sebaliknya dengan shadowing, ultrasound melewati
struktur dengan daya atenuasi rendah yang ditayangkan lebih terang. Artefak
sering berguna untuk mengidentifikasi kehadiran cairan dalam suatu area.
Terjadi bila TGC (time gain compensation) diberikan untuk kompensasi absorpsi
jaringan padat, namun di daerah pandang berisi cairan ataupun material dengan
absorpsi rendah. Ekho berasal dari material setelah cairan memperoleh gain
ekstra, yang sebetulnya tidak diperlukan.
Edge shadows
Bayangan ini diakibatkan oleh dinding dengan bentuk
kurva lengkung yang mengelilingi suatu struktur, seperti pembuluh darah, organ
kecil seperti kantung empedu. Bentuk permukaan convex mengakibatkan refleksi
divergen, dan kehilangan intensitas cepat, sehingga struktur sesudahnya
menerima berkas terlalu lemah.
Efek Doppler
Perubahan frekuensi echo akibat gerakan target
disebut efek Doppler. Perubahan frekuensi positif bila target bergerak ke arah
sumber, dan negatif bila sebaliknya.
Hubungan transmitted wave (fT) dan
received back (fR) dengan Doppler shift (fD)
fD = fR
– fT
Bila target bergerak searah atau berlawanan arah
dengan sumber
fD/ fT
= 2 v/c
Umumnya gerakan target membentuk sudut q dengan gelombang datang, sehinggapersamaan
Doppler menjadi
fD
= (2 v cos q)/c
System Doppler,
membandingkan antara daya dan frekuensi ultrasound yang ditransmisikan dengan
yang direfleksikan oleh tubuh. Suatu volume dalam pembuluh darah berisi banyak
(milyunan) sel yang mempunyai range laju gerak yang bervariasi. Akibatnya,
system Doppler menghasilkan spectrum dari banyak signal yang sesuai dengan
range frekuensi Doppler.
Karena Doppler frekuensi
hanya beberapa kHz, umumnya untuk mengenalinya digunakan loudspeaker. Rendah
dan tinggi laju aliran darah dapat dikenali dengan relative rendah dan tinggi
suara loudspeaker. Sistem Doppler menggunakan dua loudspeaker, satu untuk
indicator pergeseran frekuensi negatif, yakni bila arah aliran berlawanan
dengan arah gelombang echo, dan yang lain sebaliknya untuk indicator pergeseran
frekuensi positif.
Amplitudo pulsa echo
Pulsa
echo yang kembali ke tranducer mempunyai amplitudo jauh lebih kecil dibanding
pada pulsa meninggalkan transducer dan mulai masuk ke tubuh.
Amplitudo relatif
Amplitudo relatif (dB) = 20
log (A2/A1)
Perhatikan pengurangan 12 dB
berarti amplitudo berkurang menjadi 0.25 amplitudo semula.
Andaikan ultrasound dengan frekuensi 2.5 Mz masuk ke dalam medium seperti
di bawah ini.
Lemak: atenuasi 0.66 dB/cm MHz, sehingga laju
atenuasi 1.7 dB/cm (lintasan a). Setelah melewati 3 cm lemak, amplitudo pulsa
teratenuasi 5 dB (1.7 dB/cm x 3 cm). Pada batas antara lemak-otot, gelombang
sebagian dipantulkan dan sebagian ditransmisikan. Andaikan pada batas
lemak-otot, amplitudo pulsa mengalami pengurangan amplitudo 20 dB (lintasan b).Pulsa
kembali menempuh lemak lagi dan amplitudi mengalami pengurangan 5 dB (lintasan
c). Sampai di transducer amplitudo pulsa berkurang 30 dB.
Otot: laju atenuasi 5 dB/cm, melewati 3 cm
amplitudo berkurang 15 dB (lintasan d). Pada batas otot-fluida amplitudo
berkurang sekitar 25 dB (lintasan e). Mencapai transducer mengalami atenuasi
dari otot dan lemak (lintasan f dan g), sehingga amplitudo berkurang 65 dB.
Fluida: Hampir seluruh pulsa energi melewati batas
otot-fluida. Atenuasi fluida (air) rendah (lintasan h). Sebagian pulsa
dipantulkan balik setelah bertemu dengan batas fluida-otot (i), selanjutnya
mencapai transducer setelah melalui fluida (j), otot (k) dan lemak (l).
Otot: pulsa mengalami atenuasi sekitar 10 dB
(lintasan m).
Tulang : pulsa mengalami refleksi kuat pada batas
otot-tulang, amplitudo pulsa hanya mengalami atenuasi hanya 3.8 dB (lintasan n).Pulsa
kembali ke transducer setelah melewati beberapa medium (lintasan o, p, q, dan
r). Pada saat mencapai transducer amplitudo mengalami pengurangan sekitar 69
dB.
A Mode
Amplitudo pulsa echo ditunjukkan oleh tinggi pulsa
pada displai. Posisi displai pulsa pada sumbu horisontal sebanding dengan waktu
kembali echo, yang dinyatakan sebagai jarak dari transducer.
Agar amplitudo pulsa dapat menunjukkan kekuatan
refleksi, diperlukan efek pengurangan karena atenuasi dihilangkan. Untuk
memperoleh informasi kekuatan refleksi, dibuat gain amplifier meningkat dengan
waktu setiap pulsa meninggalkan transducer, dan dikenal sebagai TCG (time controlled
gain). Harga TCG berbeda pada berbagai jarak dalam tubuh, dan merupakan
kompensasi pengurangan karena atenuasi.
Brightness
(B Mode)
Displai
menggunakan amplitudo untuk mengontrol brightness spot pada layar. Hubungan antara
brightness citra dengan amplitudo echo ditentukan karakteristik dan kontrol setting
sistem pesawat ultrasound.
No comments:
Post a Comment