TEKNIK PEMERIKSAAN TOMOGRAFI KOMPUTER
CT SCAN
Pendahuluan
|
Sejak ditemukannya sinar-x th 1985 oleh
Prof WC Rontgen, teknik pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x semakain
berkembang mengikuti kemajuan teknologi termasuk teknik pemeriksaan Tomografi
sebagai perkembangan ke arah tomografi komputer. Pada tahun 1972 ahli fisika
berkebangsaan Inggris bernama Godfrey Hounsfiled memperkenalkan suatu metode
alat baru ”Computed Axial Tomography”. Pada tahun 1979 Dr.Godfrey Hounsfield
bersama dengan Prof. Cormak mendapat hadiah nobel sebagai penghargaan untuk
penelitiannya dibidang medis. Dr Hounsfield melakukan penelitiannya
berdasarkan fakta bahwa banyak fakta yang sebenarnya berguna, tetapi hilang
karena keterbatasan peralatan dalam pengolahan dan presentasi data, maka data
tadi menjadi tidak berguna, hal ini banyak terjadi pada radiologi
konvensional. Dengan meneliti dan mengukur sinar X yang melalui tubuh dengan
menggunakan skening dari berbagai arah untuk pengumpulan data dan
memanfaatkan komputer untuk perhitungan dan interpretasi data dapat
direkontruksi suatu gambar (4,11)
|
Pengertian
|
Komputer Tomografi ( CT Scan ) merupakan
suatu alat yang menggabungkan teknik sinar-x dengan pemanfaatan komputer
dalam menganalisa, mengolah serta merekontruksi data menjadi suatu gambar
potongan tubuh yang diperiksa.
|
Tujuan
|
Mendapatkan
gambaran suatu obyek dalam bentuk volume sehingga memungkinkan tidak adanya
gambaran yang overlapping antara organ satu dengan yang lain.
|
Komponen
|
Untuk mendapatkan gambaran dalam bentuk volume dibutukan
beberapa komponent yaitu :
1. Gantry : yang didalamnya terdapat Tabung
Rontgen yang dapat berputar 360 0 dengan kecepatan berputar yang
tinggi
2. Detektor yang dapat merubah radiasi yang
telah melalui obyek menjadi sinar tampak.,fotokatode yang mengubahcahaya
tampak mennjadi sinyal-sinyal listrik
3. System komputer yang mampu mengubah signal2
elektrik, menjadi bayangan digital dan
sistem DAC mampu menampilkan gambaran
dalam bentuk gambar organ yang diperiksa pada CRT.
4. Meja pemeriksaan/pasen yang mampu bergerak
selama tabung berputar sambil memancarkan radiasi.
|
Prinsip kerja
|
Sinar-x
yang keluar dari tabung dikolimasikan
sedemikian rupa mnjadi berkas sinar yang sempit, yang setelah meliwati
jaringan tubuh sebagian diserap, dan sebagian lain akan menembus tubuh menuju
detector.
Detektor bias terbuat dari bahan padat kristal phosporencent ( Kristal
NA.I ) atau detector gas yaitu terdiri dari tabung gas Xenon. Kedua jenis
detector ini disebut detector jenis scintillation detector yaitu jenis
detector yang apabila terkena radiasi akan mengeluarkan pendaran cahaya
tampak, terang redupnya pendaran cahaya sangat tergantung dari banyaknya
radiasi yang diserap detector.Detector dihubungkan dengan suatu alat yang
disebut PMT ( Photo Multiplier Tube ) untuk merubah cahaya tampak menjadi
signal2 listrik dan sekaligus menguatkan sinyal2 listrik tsb. Tabung sinar-x,
detector dan PMT dan DAS terdapat didalam Gantry. Respon detector tergantung
pada intensitas foton yang yang mengenainya sedangkan intensitas foton yang
mengenai detector tergantung dari kerapatan ( densitas) jaringan yang
diliwati berkas sinar-x. Perbedaan kerapatan jaringan mengakibatkan perbedaan
pendaran detector, perbedaan pendaran detector mengakibatkan perbedaan data gambaran
organ yang di tampilkan dalam skala gray scale, oleh system computer diolah,
dianalisa dan menghasilkan perbedaan pembacaan sesuai dengan jumlah foton
kemudian dilakukan rekontruksi sehingga menghasilkan gambar pada layer TV
monitor. Dari kumpulan data yang terkumpul pada storage computer dengan
kemajuan teknologi computer data tersebut dapat dibuat reformasi gambar organ
dengan berbagai potongan koronal, sagital ataupun dibuat rekontruksi
gambar menjadi tiga dimensi dalam
bentuk potongan axial.
|
Tomografi
computer mempresentasikan data sebagai suatu display analog dari setiap
irisan jaringan berupa skala keabu-abuan ( Gray scale ) yang warna putih
menyatakan absorbsi/atenuasi radiasi oleh jaringan padat, sedangkan yang
kurang mengabsorbsi radiasi nampak kehitaman.Gray scale ini dapat diatur oleh
window, ada dua window yaitu “ window-width” dan “Window level”. Window width
merupakan pengontrol kontras yang menentukan skala ke abu-abuan dari yang
paling hitam sampai yang paling putih. Window level merupakan pengontrol
kecerahan ( Brightness) yang akan menetukan harga dari skala keabu-abuan (
Mid-Grey Value) sebuah gambar. Hounsfiled memberikan skala tertentu untuk
menetukan kepadatan suatu jaringan, yaitu 0 untuk Air ( sebagai standar ) -
1000 untuk udara dan + 1000 untuk tulang yang padat. Nilai diatas disusun
berdasarkan nilai absorber sinar oleh jaringan.Untuk skening otak biasanya “
window level “ antara 0 – 80 unit Hounsfiled (UH) biasanya 40 UH.Sedangkan
“Window Width “ 100. Untuk tulang “ Window Level “, mempunyai variasi yang
lebar yaitu mulai dari +100 sampai 1000 UH. Hal ini memungkinkan untukuntuk
melihat struktur medulla dan cortex sehingga dapat melihat perubahan
patologis pada tulang seperti osteolitik atau osteolerotik. Bila pada suatu
gambar ditemukan suatu lesi dengan densitas tertent, dapat ditentukan apakah
cairan, darah, tumor dan sebagainya dengan menentukan “ CT Number “: dari
suatu lesi sesuai dengan skala Hounsfiled.
|
|
Artefact
|
Adalah suatu produikl
artifisiel yang timbulpada gambar dengan bermacam-macam-macam bentuk yang
harus dikenal karenabisa menyebabkan kesalahan dalam intrepretasi. Sumber
artefact dpat timbul dari sifat fisik, pergerakan obyek, benda sing metal,
dan peralatannya sendiri. Beberapa macam artefact antara lain:
*.Streak Artefact (garis-garis)
Artefact ini berbentuk garis-garis
vertical yang disebabkan tidak ada keseimbangan antara scaning permulaan dan
scaning akhir, akibat pergerakan pasen atau sifat mekanik yang tidak
seimbang.
* Beam hardening
Artefact yang
berbentuk garis disebabkan perubahan komposisi spectrum sinar-x akibat adanya
material yang lebih padat.Material ini mengapit suatu daerah yang densitasnya
kurang akan lebih banyak mengabsorbsi sianar-x, sehingga daerah tersebut
tampak sebagai garis hitam.
* Partial Volume Artefact
Artefact yang
terbentuk pada daerah antara kedua os petrosus, disebabkan tidak adanya
kolorasiyang tepat antara atenuasi dan absorbsi pda voxel yang tidak homogen.
* Noise
Bukan artefact yang
sebenarnya tetapi menggambarkan penurunan resulusi suatu gambar tomografi
komputer. Hal ini di akibatkan hal ini disebabkan ketidak tepatan penentuan
CT number. Noise yang berlebihan juga dapat terjadi akibat posisi yang tidak
tepat, karena dapat menghalangi radiasi optimal yang berakibat sinar-x tidak
dapat mencapai detector.
* Shading (Bayangan)
Perubahan progresif
dari densitas suatu bagian dengan bagian lainnya dari suatu gambar.
Penyebabnya antara lain respon detector yang tidak sincron dan penurunan
spectrum energi sinar-x.Sebagai contoh adalah ” Cupping ” yaitu artefact
padat pada jaringan otak dekat calvaria.
* Moire Pattern ( Pola Kain Sutra )
Artefact ini
berbentuk sebagai garisradier halus yang biasanya ditemukandekat tulang padat
atau dekat batas lengkung suatu gambar yang padat, hal ini disebabkan fungsi
mekanik yang kurang baik.
* Ring Artefact
Banyak artefact
berbentuk cincin ini antara lain tidak adanya keseimbangan antara detector
dan tabung sinar-x yang berputar. Rekalibrasi alat dapat menghilangkan
artefact ini
|
Teknik
Pemeriksaan
|
Untuk mendiagnosa suatu hasil pemeriksaan
tomografi koputer diperlukan suatu metode teknik tertentu untuk masing-masing
jenis pemeriksaan , hal ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan
dalam suatu strategi diagnostic. Hal ini mencakup persiapan pemeriksaan,
pemilihan parameter, dan pemberian bahan kontras. Ketebalan irisan,angulasi
Gantry waktu scanning, dosis radiasi dan penentuan dan pemberian kontras
media
|
Persiapan
penderita/pasen
|
Pada pemeriksaan abdomen, pemberian
kontras media peroral diperlukan untuk membedakan bagian-bagian dari usus
dengan massa
atau pembesaran kelenjar. Pemberian peristaltic diperlukan untuk
menghindarkan artifact akibat gerakan peristaltic usus.
|
Kontras Media
|
Pemberian kontras medianon ionic / low
osmolar radiographic contras media ( LOCM ) perlu dipertimbangkan oleh dokter
spesialis radiology pada keadaan antara lain :
1, Adanya riwayat reaksi kontras ionic (
HOCM )
2. Adanya riwayat asthma bronchiale
3. Adanya riwayat aritmia atau CHF
4. Multiple myeloma atau “ sickle cell
anemia “
5. Penderita dibawah umur 1 tahun
6. Gangguan faal ginjal dengan creatin diatas 2
7. Prosedur angiografi dengan penggunaan
HOCM disertai adamya reaksi nyeri
|
Teknik
Pemeriksaan CT Scan Otak tanpa kontras
Scanogram
|
Resolusi : Kolimasi : 5 mm Faktor Teknik :
Slice thickness : 5 mm kVp : 120
File : Head mA : 120
Matrix /FOV : 512/21 Sec : 3 detik
IO = 0
Lateral View dari foramen magnum sampai
puncak kepala, rutin, bila trauma,
tulang da sub dural windowing.
|
Kesimpulan
|
Tomografik
Komputer adalah suatu teknik untuk mendapatkan gambaran suatu organ pada
potongan tertentu dengan memanfaatkan sinar-x yang terkolimasi dan detector
serta memanfaatkan kemampuan computer dalam menganalisa dan merekontruksi
gambar dari data yang diperoleh. Gambaran organ yang biasanya berupa potongan
axial sebagai potongan standar, potongan coronal, atau potongan sagital dari
reformasi gmbar-gambar yang ada. Pada proses scaning selalu ada kemungkinan
timbulnya artifact yang disebabkan kelainan alat, maupun oleh pasen, yang
paling sering artifact yang timbul adalah yang disebabkan oleh pergerakan
pasen. Mengetahui teknik dasar kerja serta metodeteknik dasar pemeriksaan
computer tomografiuntuk masing-masing bagian tubuh sangat diperlukan untuk
menghindarkan kesalahan interpretasi dan merupakan bagianyang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu strategis diagnostik
|
Referensi
|
Pocket
atlas of radiographic positioning
Basic
physic Computer Radiography, Busberg
|
TEKNIK PEMERIKSAAN MAGNETIK RESONANCE IMAGING
Pendahuluan
|
Magnetic
Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan
diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang
tubuh / organ manusia dengan meng-gunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 3,0
tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom
hidrogen. 1
Beberapa faktor kelebihan yang
dimiliki-nya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial
dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat
sesuiai untuk diagnostik jaringan lunak.
Teknik penggambaran MRI relatif komplek
karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila
pemilihan para-meter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan
gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi
dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Untuk menghasilkan
gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diag-nostik, maka
harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI,
antara lain : a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik,
; b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya
|
Perkembangan MRI
|
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell
mengemukakan teori, bahwa inti atom bersifat sebagai magnet kecil, dan inti
atom membuat spinning dan precessing. Dari hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR) Spectrometer, yang penggunaannya
terbatas pada kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond
Damadian bekerja dengan alat NMR Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk
pemeriksaan pasien. Pada tahun 1979, The
University of Nottingham Group memproduksi gambaran
potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Selanjutnya
karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa
sebaiknya NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIO-LOGI (1984),
NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging ( MRI) dan dioperasikan di
bagian Radiologi.
|
Prinsip Dasar MRI
|
Struktur atom hidrogen
dalam tubuh manusia saat diluar medan
magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian
saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan
arah medan mag-net.
Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari
frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan
mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh
besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio
frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet . Pada saat
kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian
energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan
diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi
|
Instrumen M R I
|
Secara garis besar
instrumen MRI terdiri dari: a. Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet. Agar
dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang : tipe
magnet, efek medan
magnet, magnet shielding ; shimming
coil dari pesawat MRI tersebut ; b. Sistem
pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan
koil, yaitu : 1.Gradien
koil X, untuk membuat citra potongan sagittal. 2 . Gardien koil Y, untuk
membuat citra potongan koronal. 3. Gradien koil Z untuk membuat citra potongan aksial . Bila
gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan
oblik; c. Sistem frequensi radio berfungsi mem-bangkitkan dan memberikan
radio frequensi serta mendeteksi sinyal ; d. Sistem komputer berfung-si untuk
membangkitkan sekuens pulsa, mengon-trol semua komponen alat MRI dan
menyim-pan memori beberapa citra; e. Sistem penceta-kan citra, berfungsinya
untuk mencetak gambar pada film rongent atau untuk menyimpan citra.
|
Aplikasi Klinik Pemeriksaan M R I
|
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui
karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain
dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah
satu atau kombinasi gambar penampang tubuh akial, sagittal, koronal atau
oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya. Adapun jenis
pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat
kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang telinga dalam , rongga mata ,
sinus ;
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi :
stroke / infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan
bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses
degenerasi, atrofi;
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk
melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut,
bahu , siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan,
tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain.
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati ,
ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat,
buli-buli.
6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru
–paru, jantung.
|
Kelebihan
MRI Dibandingkan dengan CT Scan
|
Ada
beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi
beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta
muskuloskeletal.
2.
Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3.
Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi yang
tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4.
Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah
posisi pasien.
5. MRI
tidak menggunakan radiasi pengion.
|
Penatalaksanaan Pasien dan Tehnik Pemeriksaan
|
Pada pemeriksaan MRI perlu diperhatikan
bahwa alat-alat seperti tabung oksigen, alat resusistasi, kursi roda, dll
yang bersifat fero-magnetik tidak boleh dibawa ke ruang MRI. Untuk keselamatan, pasien
diharuskan mema-kai baju pemeriksaan dan menanggalkan benda-benda
feromagnetik, seperti : jam tangan, kunci, perhiasan jepit rambut, gigi palsu
dan lainnya.
Screening dan pemberian informasi kepada
pasien dilakukan dengan cara mewawancarai pasien, untuk mengetahui apakah ada
sesuatu yang membahayakan pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya:
pasien menggunakan alat pacu jantung, logam dalam tubuh pasien seperti IUD,
sendi palsu, neurostimulator, dan klip anurisma serebral, dan lain-lain.
Transfer pasien menuju ruangan MRI,
khususnya pasien yang tidak dapat berjalan (non ambulatory) lebih kompleks
dibandingkan peme-riksaan imaging lainnya. Hal ini karena medan magnet pesawat MRI selalu dalam
keadaan “on”
sehingga setiap saat dapat terjadi resiko kece-lakaan, dimana benda-benda
feromagnetik dapat tertarik dan kemungkinan mengenai pasien atau personil
lainnya. Salah satu upaya untuk meng-atasi hal tersebut, meja pemeriksaan MRI
dibuat mobile, dengan tujuan : pasien dapat dipindahkan ke meja MRI di luar
ruang pemeriksaan dan da-pat segera dibawa ke luar ruangan MRI bila terjadi
hal-hal emergensi. Selain itu meja ca-dangan pemeriksaan perlu disediakan,
agar dapat mempercepat penanganan pasien berikutnya se-belum pemeriksaan
pasien sebelumnya selesai. Upaya untuk kenyamanan pasien diberikan, anta-ra
lain dengan penggunaan Earplugs bagi pasien untuk mengurangi kebisingan,
penggunaan penyangga lutut / tungkai , pemberian selimut bagi pasien,
pemberian tutup kepala .
Untuk persiapan pelaksanaan pemeriksaan
perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut.:
Persiapan console yaitu memprogram
identitas pasien se-perti nama, usia dan lain-lain, mengatur posisi tidur
pasien sesuai dengan obyek yang akan diperiksa. Memilih jenis koil yang akan
diguna-kan untuk pemeriksaan, misalnya untuk pemerik-saan kepala digunakan Head coil, untuk peme-riksaan
tangan, kaki dan tulang belakang digu-nakan Surface coil. Memilih parameter
yang te-pat, misalnya untuk citra anatomi dipilih para-meter yang Repetition Time dan Echo Time pendek, sehingga
pencitraan jaringan dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan berwarna hitam.
Untuk citra pathologis dipilih parameter yang Repetition
Time dan Echo Time panjang, sehingga misalnya untuk gambaran cairan serebro
spinalis dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna putih. Untuk kontras citra antara, dipilih
parameter yang time repetition panjang dan time echo pendek sehingga gambaran jaringan dengan konsentrasi hidrogen
tinggi akan tampak berwarna abu-abu.
Untuk mendapatkan hasil gambar yang
optimal, perlu penentuan center
magnet (land marking
patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang diamati harus sedekat
mungkin ke center magnet, misalnya pemeriksaan MRI kepala, pusat magnet pada hidung. Dalam menentukan bagian tubuh dibuat Scan Scout (panduan pengamatan),
dengan parameter, ketebalan irisan dan jarak antar irisan serta format
gambaran tertentu. Ini merupakan gambaran 3 dimensi dari sejumlah sinar yang
telah diserap. Setelah tergambar scan scout pada TV monitor, maka dibuat
pengamatan- peng-amatan berikutnya sesuai dengan kebutuhanPemeriksaan MRI
yang menggunakan kontras media, hanya pada kasus-kasus tertentu saja . Salah
satu kontras media untuk pemeriksaan MRI adalah Gadolinium DTPA yang disuntikan intra
vena dengan dosis 0,0 ml / kg berat badan
|
Artefak pada MRI
|
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada
gambar yang menurut jenisnya dapat terdiri dari : Kesalahan geometrik,
kesalahan algoritma, kesalahan pengukuran attenuasi. Sedangkan menurut
penyebabnya terdiri dari :
a.
Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung
gerakan per-nafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang
terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan
lain-lain.
b.
Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh
magnet.
c. Artefak yang
terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefact yang
terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap.
e. Artefak sistem
penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat
faktor kesala-han geometri, kebocoran dari tabir radio-frequens.
Akibat adanya artefak – artefak tersebut pada gambaran
akan tampak : gambaran kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran,
gambaran tidak bersih, terdapat garis–garis dibawah gambaran, gambaran
bergaris garis miring, gambaran tidak beraturan.
Upaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRI, antara
lain dilakukan dengan cara : pemeriksan dibuat secepat mungkin memeriksa
keutuhan tabir pelindung radio fre-quensi, menanggalkan benda-benda yang
bersifat ferromagnetic bila memungkinkan, perlu kerja sama yang baik dengan
pasien.
|
Tindakan yang Perlu Dilakukan Bila Terjadi
Kecelakaan
|
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kecelakaan selama
pemeriksaan MRI. Bila terjadi keadaan gawat pada pasien, segera menghentikan
pemeriksaan dengan menekan tombol ABORT,
pasien segera dikeluarkan dari pesawat MRI dengan menarik meja pemeriksaan
dan segera berikan perto-longan dan apabila tindakan selanjutnya memer-lukan
alat medis yang bersifat ferromagnetik harus dilakukan di luar ruang
pemeriksaan .
Seandainya terjadi kebocoran Helium, yang ditandai
dengan bunyi alarm dari sensor oxigen, tekanlah EMERGENCY
SWITCH dan segera membawa pasien ke luar ruang pemeriksaan
serta buka pintu ruang pemeriksaan agar terjadi pertukaran udara, karena pada
saat itu ruang pemeriksaan kekurangan oksigen.
Apabila terjadi pemadaman (Quenching),
yaitu
hilangnya sifat medan
magnet yang kuat pada gentry (bagian dari pesawat MRI) secara tiba-tiba,
tindakan yang perlu dilakukan buka pintu ruangan lebar- lebar agar terjadi
pertukaran udara dan pasien segera di bawa keluar ruangan pemeriksaan. Hal
perlu dilakukan karena Quenching menyebabkan
terjadinya penguapan helium, sehingga ruang pemeriksaan MRI tercemar gas
Helium.
Selama pemeriksaan MRI untuk anak kecil atau bayi,
sebaiknya ada keluarganya yang menunggu di dalam ruang pemeriksaan.
|
Kesimpulan
|
Pemanfatan MRI untuk memeriksa ba-gian dalam tubuh
sangat efektif karena memi-liki kemampuan membuat citra potongan koro-nal,
sagital, aksial tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien dan diagnosa dapat
ditegakkan dengan lebih detail dan akurat.
Pesawat MRI menggunakan efek medan magnet dalam membuat citra potongan
tubuh, sehingga tidak menimbulkan efek radiasi pengion seperti penggunaan
pesawat sinar X.
Gambaran yang dihasilkan oleh pesawat MRI tergantung
pada ketepatan pemilihan parameternya. Dalam pengoperasiannya dapat terjadi
kecelakaan yang bisa membahayakan pa-sien, petugas serta lingkungannya.
Mengingat biaya pemeriksaan MRI bagi seorang pasien cukup mahal dan efek
sampingnya, ( terutama efek latennya) yang belum diketahui maka perlu
pertimbangan yang matang sebelum pasien dikirim untuk pemerikaan MRI.
Penelitian perlu dilakukan untuk menge-tahui ada /
tidaknya efek samping bagi pasien, petugas maupun lingkungannya (terutama
efek latennya ), mengingat kekuatan medan
magnet-nya cukup tinggi. Perlu tindakan pecegahan kecelakaan dalam
pemeriksaan MRI.
|
Kepustakaan
|
1. Stark, David D. Magnetic Resonance Imaging. The CV
Mosby Company. Toronto,
1988.
2. Smityh, Francis W, NMR Historical Aspects in Modern
Neuroradiological.
3. Barry R. Friedman, et al. Principles of MRI. Mc Graw
Hill Information Service Company, New
York , 1988
4
Edelman, Robert R, et. El. Clinical Magnetic Resonance Imaging. WB. Saunders
Co. Toronto.
1990.
6. Toshiaki Miyachi, Artifacts in Clinical MRI. Journal
of The Japan Association
of Radiological Technologists, Tokyo
104. Japan,
1998
5. Susy Suswaty, Prosedure Teknik Penggam-baran MRI,
Makalah yang disampaikan pada Pelatihan Dosen APRO Depkes . Jakarta , 1992
|
No comments:
Post a Comment