Sunday, 22 January 2012


TEKNIK PEMERIKSAAN TOMOGRAFI KOMPUTER CT SCAN

Pendahuluan
Sejak ditemukannya sinar-x th 1985 oleh Prof WC Rontgen, teknik pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x semakain berkembang mengikuti kemajuan teknologi termasuk teknik pemeriksaan Tomografi sebagai perkembangan ke arah tomografi komputer. Pada tahun 1972 ahli fisika berkebangsaan Inggris bernama Godfrey Hounsfiled memperkenalkan suatu metode alat baru ”Computed Axial Tomography”. Pada tahun 1979 Dr.Godfrey Hounsfield bersama dengan Prof. Cormak mendapat hadiah nobel sebagai penghargaan untuk penelitiannya dibidang medis. Dr Hounsfield melakukan penelitiannya berdasarkan fakta bahwa banyak fakta yang sebenarnya berguna, tetapi hilang karena keterbatasan peralatan dalam pengolahan dan presentasi data, maka data tadi menjadi tidak berguna, hal ini banyak terjadi pada radiologi konvensional. Dengan meneliti dan mengukur sinar X yang melalui tubuh dengan menggunakan skening dari berbagai arah untuk pengumpulan data dan memanfaatkan komputer untuk perhitungan dan interpretasi data dapat direkontruksi suatu gambar (4,11)
Pengertian
Komputer Tomografi ( CT Scan ) merupakan suatu alat yang menggabungkan teknik sinar-x dengan pemanfaatan komputer dalam menganalisa, mengolah serta merekontruksi data menjadi suatu gambar potongan tubuh yang diperiksa.
Tujuan
Mendapatkan gambaran suatu obyek dalam bentuk volume sehingga memungkinkan tidak adanya gambaran yang overlapping antara organ satu dengan yang lain.
Komponen
Untuk mendapatkan gambaran dalam bentuk volume dibutukan beberapa komponent yaitu :
1.       Gantry : yang didalamnya terdapat Tabung Rontgen yang dapat berputar 360 0 dengan kecepatan berputar yang tinggi
2.       Detektor yang dapat merubah radiasi yang telah melalui obyek menjadi sinar tampak.,fotokatode yang mengubahcahaya tampak mennjadi sinyal-sinyal listrik
3.       System komputer yang mampu mengubah signal2 elektrik,  menjadi bayangan digital dan sistem DAC mampu  menampilkan gambaran dalam bentuk gambar organ yang diperiksa pada CRT.
4.       Meja pemeriksaan/pasen yang mampu bergerak selama tabung berputar sambil memancarkan radiasi.
Prinsip kerja
Sinar-x yang keluar  dari tabung dikolimasikan sedemikian rupa mnjadi berkas sinar yang sempit, yang setelah meliwati jaringan tubuh sebagian diserap, dan sebagian lain akan menembus tubuh menuju detector. Detektor bias terbuat dari bahan padat kristal phosporencent ( Kristal NA.I ) atau detector gas yaitu terdiri dari tabung gas Xenon. Kedua jenis detector ini disebut detector jenis scintillation detector yaitu jenis detector yang apabila terkena radiasi akan mengeluarkan pendaran cahaya tampak, terang redupnya pendaran cahaya sangat tergantung dari banyaknya radiasi yang diserap detector.Detector dihubungkan dengan suatu alat yang disebut PMT ( Photo Multiplier Tube ) untuk merubah cahaya tampak menjadi signal2 listrik dan sekaligus menguatkan sinyal2 listrik tsb. Tabung sinar-x, detector dan PMT dan DAS terdapat didalam Gantry. Respon detector tergantung pada intensitas foton yang yang mengenainya sedangkan intensitas foton yang mengenai detector tergantung dari kerapatan ( densitas) jaringan yang diliwati berkas sinar-x. Perbedaan kerapatan jaringan mengakibatkan perbedaan pendaran detector, perbedaan pendaran detector mengakibatkan perbedaan data gambaran organ yang di tampilkan dalam skala gray scale, oleh system computer diolah, dianalisa dan menghasilkan perbedaan pembacaan sesuai dengan jumlah foton kemudian dilakukan rekontruksi sehingga menghasilkan gambar pada layer TV monitor. Dari kumpulan data yang terkumpul pada storage computer dengan kemajuan teknologi computer data tersebut dapat dibuat reformasi gambar organ dengan berbagai potongan koronal, sagital ataupun dibuat rekontruksi gambar  menjadi tiga dimensi dalam bentuk potongan axial.

Tomografi computer mempresentasikan data sebagai suatu display analog dari setiap irisan jaringan berupa skala keabu-abuan ( Gray scale ) yang warna putih menyatakan absorbsi/atenuasi radiasi oleh jaringan padat, sedangkan yang kurang mengabsorbsi radiasi nampak kehitaman.Gray scale ini dapat diatur oleh window, ada dua window yaitu “ window-width” dan “Window level”. Window width merupakan pengontrol kontras yang menentukan skala ke abu-abuan dari yang paling hitam sampai yang paling putih. Window level merupakan pengontrol kecerahan ( Brightness) yang akan menetukan harga dari skala keabu-abuan ( Mid-Grey Value) sebuah gambar. Hounsfiled memberikan skala tertentu untuk menetukan kepadatan suatu jaringan, yaitu 0 untuk Air ( sebagai standar ) - 1000 untuk udara dan + 1000 untuk tulang yang padat. Nilai diatas disusun berdasarkan nilai absorber sinar oleh jaringan.Untuk skening otak biasanya “ window level “ antara 0 – 80 unit Hounsfiled (UH) biasanya 40 UH.Sedangkan “Window Width “ 100. Untuk tulang “ Window Level “, mempunyai variasi yang lebar yaitu mulai dari +100 sampai 1000 UH. Hal ini memungkinkan untukuntuk melihat struktur medulla dan cortex sehingga dapat melihat perubahan patologis pada tulang seperti osteolitik atau osteolerotik. Bila pada suatu gambar ditemukan suatu lesi dengan densitas tertent, dapat ditentukan apakah cairan, darah, tumor dan sebagainya dengan menentukan “ CT Number “: dari suatu lesi sesuai dengan skala Hounsfiled.      
Artefact
Adalah suatu produikl artifisiel yang timbulpada gambar dengan bermacam-macam-macam bentuk yang harus dikenal karenabisa menyebabkan kesalahan dalam intrepretasi. Sumber artefact dpat timbul dari sifat fisik, pergerakan obyek, benda sing metal, dan peralatannya sendiri. Beberapa macam artefact antara lain:
*.Streak Artefact (garis-garis)
   Artefact ini berbentuk garis-garis vertical yang disebabkan tidak ada keseimbangan antara scaning permulaan dan scaning akhir, akibat pergerakan pasen atau sifat mekanik yang tidak seimbang.
* Beam hardening
Artefact yang berbentuk garis disebabkan perubahan komposisi spectrum sinar-x akibat adanya material yang lebih padat.Material ini mengapit suatu daerah yang densitasnya kurang akan lebih banyak mengabsorbsi sianar-x, sehingga daerah tersebut tampak sebagai garis hitam.
* Partial Volume Artefact
Artefact yang terbentuk pada daerah antara kedua os petrosus, disebabkan tidak adanya kolorasiyang tepat antara atenuasi dan absorbsi pda voxel yang tidak homogen.
* Noise
Bukan artefact yang sebenarnya tetapi menggambarkan penurunan resulusi suatu gambar tomografi komputer. Hal ini di akibatkan hal ini disebabkan ketidak tepatan penentuan CT number. Noise yang berlebihan juga dapat terjadi akibat posisi yang tidak tepat, karena dapat menghalangi radiasi optimal yang berakibat sinar-x tidak dapat mencapai detector. 
* Shading (Bayangan)
Perubahan progresif dari densitas suatu bagian dengan bagian lainnya dari suatu gambar. Penyebabnya antara lain respon detector yang tidak sincron dan penurunan spectrum energi sinar-x.Sebagai contoh adalah ” Cupping ” yaitu artefact padat pada jaringan otak dekat calvaria.
* Moire Pattern ( Pola Kain Sutra )
Artefact ini berbentuk sebagai garisradier halus yang biasanya ditemukandekat tulang padat atau dekat batas lengkung suatu gambar yang padat, hal ini disebabkan fungsi mekanik yang kurang baik.
* Ring Artefact
Banyak artefact berbentuk cincin ini antara lain tidak adanya keseimbangan antara detector dan tabung sinar-x yang berputar. Rekalibrasi alat dapat menghilangkan artefact ini

Teknik Pemeriksaan
Untuk mendiagnosa suatu hasil pemeriksaan tomografi koputer diperlukan suatu metode teknik tertentu untuk masing-masing jenis pemeriksaan , hal ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam suatu strategi diagnostic. Hal ini mencakup persiapan pemeriksaan, pemilihan parameter, dan pemberian bahan kontras. Ketebalan irisan,angulasi Gantry waktu scanning, dosis radiasi dan penentuan dan pemberian kontras media
Persiapan penderita/pasen
Pada pemeriksaan abdomen, pemberian kontras media peroral diperlukan untuk membedakan bagian-bagian dari usus dengan massa atau pembesaran kelenjar. Pemberian peristaltic diperlukan untuk menghindarkan artifact akibat gerakan peristaltic usus.
Kontras Media
Pemberian kontras medianon ionic / low osmolar radiographic contras media ( LOCM ) perlu dipertimbangkan oleh dokter spesialis radiology pada keadaan antara lain :
1, Adanya riwayat reaksi kontras ionic ( HOCM )
2. Adanya riwayat asthma bronchiale
3. Adanya riwayat aritmia atau CHF
4. Multiple myeloma atau “ sickle cell anemia “
5. Penderita dibawah umur 1 tahun
6. Gangguan faal ginjal  dengan creatin diatas 2
7. Prosedur angiografi dengan penggunaan HOCM disertai adamya reaksi nyeri
Teknik Pemeriksaan  CT Scan Otak tanpa kontras


Scanogram
Resolusi : Kolimasi : 5 mm                                   Faktor Teknik :
                 Slice thickness : 5 mm                        kVp   : 120
                 File                   : Head                        mA    : 120
                 Matrix /FOV      : 512/21                     Sec    : 3 detik
  IO  =  0
Lateral View dari foramen magnum sampai puncak kepala, rutin, bila   trauma, tulang da sub dural windowing.
Kesimpulan
Tomografik Komputer adalah suatu teknik untuk mendapatkan gambaran suatu organ pada potongan tertentu dengan memanfaatkan sinar-x yang terkolimasi dan detector serta memanfaatkan kemampuan computer dalam menganalisa dan merekontruksi gambar dari data yang diperoleh. Gambaran organ yang biasanya berupa potongan axial sebagai potongan standar, potongan coronal, atau potongan sagital dari reformasi gmbar-gambar yang ada. Pada proses scaning selalu ada kemungkinan timbulnya artifact yang disebabkan kelainan alat, maupun oleh pasen, yang paling sering artifact yang timbul adalah yang disebabkan oleh pergerakan pasen. Mengetahui teknik dasar kerja serta metodeteknik dasar pemeriksaan computer tomografiuntuk masing-masing bagian tubuh sangat diperlukan untuk menghindarkan kesalahan interpretasi dan merupakan bagianyang tidak dapat dipisahkan dalam suatu strategis diagnostik 
Referensi
Pocket atlas of radiographic positioning
Basic physic Computer Radiography, Busberg



TEKNIK PEMERIKSAAN MAGNETIK RESONANCE IMAGING
Pendahuluan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan meng-gunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 3,0 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. 1
Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuiai untuk diagnostik jaringan lunak.
Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan para-meter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diag-nostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain : a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik, ; b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya
Perkembangan MRI
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning dan precessing. Dari hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR) Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Selanjutnya karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIO-LOGI (1984), NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging ( MRI) dan dioperasikan di bagian Radiologi.

Prinsip Dasar MRI

Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan mag-net. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet . Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi
Instrumen M R I

Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari: a. Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet. Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang : tipe magnet, efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil dari pesawat MRI tersebut ; b. Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan koil, yaitu : 1.Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagittal. 2 . Gardien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal. 3. Gradien koil Z untuk membuat citra potongan aksial . Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan oblik; c. Sistem frequensi radio berfungsi mem-bangkitkan dan memberikan radio frequensi serta mendeteksi sinyal ; d. Sistem komputer berfung-si untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengon-trol semua komponen alat MRI dan menyim-pan memori beberapa citra; e. Sistem penceta-kan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar pada film rongent atau untuk menyimpan citra.
Aplikasi Klinik Pemeriksaan M R I

Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya. Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang telinga dalam , rongga mata , sinus ;
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi;
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain.
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli.
6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung.
Kelebihan MRI Dibandingkan dengan CT Scan
Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
Penatalaksanaan Pasien dan Tehnik Pemeriksaan

Pada pemeriksaan MRI perlu diperhatikan bahwa alat-alat seperti tabung oksigen, alat resusistasi, kursi roda, dll yang bersifat fero-magnetik tidak boleh dibawa ke ruang MRI. Untuk keselamatan, pasien diharuskan mema-kai baju pemeriksaan dan menanggalkan benda-benda feromagnetik, seperti : jam tangan, kunci, perhiasan jepit rambut, gigi palsu dan lainnya.
Screening dan pemberian informasi kepada pasien dilakukan dengan cara mewawancarai pasien, untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang membahayakan pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya: pasien menggunakan alat pacu jantung, logam dalam tubuh pasien seperti IUD, sendi palsu, neurostimulator, dan klip anurisma serebral, dan lain-lain.
Transfer pasien menuju ruangan MRI, khususnya pasien yang tidak dapat berjalan (non ambulatory) lebih kompleks dibandingkan peme-riksaan imaging lainnya. Hal ini karena medan magnet pesawat MRI selalu dalam keadaan “on” sehingga setiap saat dapat terjadi resiko kece-lakaan, dimana benda-benda feromagnetik dapat tertarik dan kemungkinan mengenai pasien atau personil lainnya. Salah satu upaya untuk meng-atasi hal tersebut, meja pemeriksaan MRI dibuat mobile, dengan tujuan : pasien dapat dipindahkan ke meja MRI di luar ruang pemeriksaan dan da-pat segera dibawa ke luar ruangan MRI bila terjadi hal-hal emergensi. Selain itu meja ca-dangan pemeriksaan perlu disediakan, agar dapat mempercepat penanganan pasien berikutnya se-belum pemeriksaan pasien sebelumnya selesai. Upaya untuk kenyamanan pasien diberikan, anta-ra lain dengan penggunaan Earplugs bagi pasien untuk mengurangi kebisingan, penggunaan penyangga lutut / tungkai , pemberian selimut bagi pasien, pemberian tutup kepala .
Untuk persiapan pelaksanaan pemeriksaan perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut.:
Persiapan console yaitu memprogram identitas pasien se-perti nama, usia dan lain-lain, mengatur posisi tidur pasien sesuai dengan obyek yang akan diperiksa. Memilih jenis koil yang akan diguna-kan untuk pemeriksaan, misalnya untuk pemerik-saan kepala digunakan Head coil, untuk peme-riksaan tangan, kaki dan tulang belakang digu-nakan Surface coil. Memilih parameter yang te-pat, misalnya untuk citra anatomi dipilih para-meter yang Repetition Time dan Echo Time pendek, sehingga pencitraan jaringan dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan berwarna hitam. Untuk citra pathologis dipilih parameter yang Repetition Time dan Echo Time panjang, sehingga misalnya untuk gambaran cairan serebro spinalis dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna putih. Untuk kontras citra antara, dipilih parameter yang time repetition panjang dan time echo pendek sehingga gambaran jaringan dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna abu-abu.
Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal, perlu penentuan center magnet (land marking patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang diamati harus sedekat mungkin ke center magnet, misalnya pemeriksaan MRI kepala, pusat magnet pada hidung. Dalam menentukan bagian tubuh dibuat Scan Scout (panduan pengamatan), dengan parameter, ketebalan irisan dan jarak antar irisan serta format gambaran tertentu. Ini merupakan gambaran 3 dimensi dari sejumlah sinar yang telah diserap. Setelah tergambar scan scout pada TV monitor, maka dibuat pengamatan- peng-amatan berikutnya sesuai dengan kebutuhanPemeriksaan MRI yang menggunakan kontras media, hanya pada kasus-kasus tertentu saja . Salah satu kontras media untuk pemeriksaan MRI adalah Gadolinium DTPA yang disuntikan intra vena dengan dosis 0,0 ml / kg berat badan
Artefak pada MRI
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya dapat terdiri dari : Kesalahan geometrik, kesalahan algoritma, kesalahan pengukuran attenuasi. Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
 a. Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung gerakan per-nafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain.
b. Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh magnet.
c. Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefact yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap.
e. Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat faktor kesala-han geometri, kebocoran dari tabir radio-frequens.
Akibat adanya artefak – artefak tersebut pada gambaran akan tampak : gambaran kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran, gambaran tidak bersih, terdapat garis–garis dibawah gambaran, gambaran bergaris garis miring, gambaran tidak beraturan.
Upaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRI, antara lain dilakukan dengan cara : pemeriksan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir pelindung radio fre-quensi, menanggalkan benda-benda yang bersifat ferromagnetic bila memungkinkan, perlu kerja sama yang baik dengan pasien.
Tindakan yang Perlu Dilakukan Bila Terjadi Kecelakaan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kecelakaan selama pemeriksaan MRI. Bila terjadi keadaan gawat pada pasien, segera menghentikan pemeriksaan dengan menekan tombol ABORT, pasien segera dikeluarkan dari pesawat MRI dengan menarik meja pemeriksaan dan segera berikan perto-longan dan apabila tindakan selanjutnya memer-lukan alat medis yang bersifat ferromagnetik harus dilakukan di luar ruang pemeriksaan .
Seandainya terjadi kebocoran Helium, yang ditandai dengan bunyi alarm dari sensor oxigen, tekanlah EMERGENCY SWITCH dan segera membawa pasien ke luar ruang pemeriksaan serta buka pintu ruang pemeriksaan agar terjadi pertukaran udara, karena pada saat itu ruang pemeriksaan kekurangan oksigen.
Apabila terjadi pemadaman (Quenching), yaitu hilangnya sifat medan magnet yang kuat pada gentry (bagian dari pesawat MRI) secara tiba-tiba, tindakan yang perlu dilakukan buka pintu ruangan lebar- lebar agar terjadi pertukaran udara dan pasien segera di bawa keluar ruangan pemeriksaan. Hal perlu dilakukan karena Quenching menyebabkan terjadinya penguapan helium, sehingga ruang pemeriksaan MRI tercemar gas Helium.
Selama pemeriksaan MRI untuk anak kecil atau bayi, sebaiknya ada keluarganya yang menunggu di dalam ruang pemeriksaan.
Kesimpulan

Pemanfatan MRI untuk memeriksa ba-gian dalam tubuh sangat efektif karena memi-liki kemampuan membuat citra potongan koro-nal, sagital, aksial tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien dan diagnosa dapat ditegakkan dengan lebih detail dan akurat.
Pesawat MRI menggunakan efek medan magnet dalam membuat citra potongan tubuh, sehingga tidak menimbulkan efek radiasi pengion seperti penggunaan pesawat sinar X.
Gambaran yang dihasilkan oleh pesawat MRI tergantung pada ketepatan pemilihan parameternya. Dalam pengoperasiannya dapat terjadi kecelakaan yang bisa membahayakan pa-sien, petugas serta lingkungannya. Mengingat biaya pemeriksaan MRI bagi seorang pasien cukup mahal dan efek sampingnya, ( terutama efek latennya) yang belum diketahui maka perlu pertimbangan yang matang sebelum pasien dikirim untuk pemerikaan MRI.
Penelitian perlu dilakukan untuk menge-tahui ada / tidaknya efek samping bagi pasien, petugas maupun lingkungannya (terutama efek latennya ), mengingat kekuatan medan magnet-nya cukup tinggi. Perlu tindakan pecegahan kecelakaan dalam pemeriksaan MRI.
Kepustakaan

1. Stark, David D. Magnetic Resonance Imaging. The CV Mosby Company. Toronto, 1988.
2. Smityh, Francis W, NMR Historical Aspects in Modern Neuroradiological.
3. Barry R. Friedman, et al. Principles of MRI. Mc Graw Hill Information Service Company, New York , 1988
4 Edelman, Robert R, et. El. Clinical Magnetic Resonance Imaging. WB. Saunders Co. Toronto. 1990.
6. Toshiaki Miyachi, Artifacts in Clinical MRI. Journal of The Japan Association of Radiological Technologists, Tokyo 104. Japan, 1998
5. Susy Suswaty, Prosedure Teknik Penggam-baran MRI, Makalah yang disampaikan pada Pelatihan Dosen APRO Depkes . Jakarta , 1992

No comments:

Post a Comment