Monday 26 August 2013

KANKER PAYUDARA



KANKER PAYUDARA
  1. Pengertian
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker Payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara, Hal ini bisa terjadi terhadap wanita maupun pria. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
  1. Patofisiologi
a.     Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
b.     Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
c.     Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
  1. Tanda dan Gejala
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
a.     Terdapat massa utuh (kenyal), Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
b.     Nyeri pada daerah massa
c.    Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper.
Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
a.     Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk)
b.     Pengelupasan papilla mammae
c.     Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
d.     ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
Gejala utama cancer payudara:
·      Mammae yang bersangkutan berbeda bentuknya (deformitas) dibandingkan mamme yang lain
·      Ulkus berdasarkan tumor
·      Kulit merah dan mengeras (cancer encurasse)
·      Kulit merah licin dengan bagian yang melunak (mastitis carcinomatosa)
·      Adanya tonjolan anak tumor (satelit)
·      Edema yang meluas di kulit (peau d’orange)
·      KGB axilla dan supraclavikula yang membesar dengan jelas.
  1. Faktor Resiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
a.     Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
b.     Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
c.     Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
d.     Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
e.     Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
f.      Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
g.     Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
  1. Pemeriksaan Khusus dan Pemeriksaan Penunjang
a.   Laboratorium meliputi:
·      Morfologi sel darah
·      Laju endap darah
·      Tes faal hati
·      Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
·      Pemeriksaan sitologik
o  Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar sponyan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
b.   Tes diagnosis lain
    • Non invasif
1). Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang asimptomatis dan memberikan keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan.
         2). Radiologi                                                       
Foto thorax
Foto polos perut (hepar)
Bone survey (lumbal, pelvis, femur)
         3). USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara massa yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan patudar yang tebal/padat.
         4). Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa tumor. Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
         5). Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang digunakan.
  • Invasif
1). Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi pemmbedahan.
a). Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.
b). Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy mammografi dan computer untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.
c). Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
d). Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat
Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara frozen section.
Penentuan Ukuran Tumor, Penyebaran Ke Kelenjar Limfe Dan Tempat Lain Pada Carcinoma Mammae

TUMOR SIZE (T)
TX
Tidak ada tumor
T0
Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
T1
Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang
T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T1b >0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T1c >1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2
Tumor dengan diameter antar 2-5cm
T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2b dengan fiksasi
T3
Tumor dengan diameter >5 cm
T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi
T4
Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secar langsung ke dalam dinding thorak dan kulit
REGIONAL LIMFE NODES (N)
NX
Kelenjar ketiak tidak teraba
N0
Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
N1
Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan
N2
Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya
N3
Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau intraklavikuler terhadap edema lengan
METASTASE JAUH (M)
M0
Tidak ada metastase jauh
M1
Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara

Stadium Klinis Kanker Payudara
STADIUM
T
N
M
0
T1s
N0
M0
I
T1
N0
M0
IIA
T0
T1
T2
N1
N1
N0
M0
M0
M0
IIB
T2
T3
N1
N2
M0
M0
IIIA
T0
T1
T2
T3
N2
N2
N2
N1, N2
M0
M0
M0
M0
IIIB
T4
Semua T
Semua N
N3
M0
M0
IV
Semua T
Semua N
M1
  1. Terapi yang dilakukan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:

a.     Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
·         Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
·         Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
·         Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

b.     Radiasi

Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

c.     Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
  1. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hiperkalsemia. Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASI
PERENCANAAN
NOC
NIC
Nausea berhubungan dengan pengobatan: obat kemoterapi
Level kenyamanan
         Melaporkan sehat
         Menyatakan kepuasan pada
       kontrol gejala
         Menunjukkan kepuasan
      dengan kontrol nyeri
Status nutrisi: asupan makanan dan minuman
         Menunjukkan keadekuatan dalam      asupan nutrisi
oral,  asupan nutrisi    elalui selang,asupan cairan, dan         parenteral

Manajemen lingkungan: kenyamanan
    Cegah interupsi yang tidak penting dan anjurkan pasien untuk beristirahat
    Tentukan sumber ketidaknyamanan
    Sediakan tempat tidur yang bersih
    Posisikan pasien untuk memberikan kenyamanan
Manajemen nutrisi
    Kaji adanya alergi makanan
    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nuftisi yang dibutuhkan pasien.
    Tingkatkan konsumsi protein dan vitamin C
    Berikan substansi gula
    Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
    Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
    Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nyeri akut berhubungan dengan
Agen injuri fisik
Kontrol nyeri
Tingkat kenyamanan
       Mengenali faktor penyebab
        Mengenali lamanya (onset) nyeri
        Menggunakan metode nonfarmakologik    untuk mengurangi nyeri
        Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
       Melaporkan nyeri terkontrol
      Vital sign dbn
      Frekuensi nyeri berkurang
      Ekspresi wajah postur tubuh rilek
      Skala nyeri 1-2
       Melaporkan kenyamanan
       Mengekpresikan kepuasan dengan kontrol nyeri
Manajemen nyeri
         Lakukan pengkajian komprehensif terhadap nyeri (PQRST), observasi tanda nonverbal adanya ketidaknyamanan
         Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
         Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
         Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
         Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
         Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup (ex: tidur, selera makan, aktivitas, kognisi, mood, dll)
         Sediakan informasi tentang nyeri, misalnya penyebab, onset dan durasi nyeri, antisipasi ketidaknyamanan karena prosedur tertentu
         Control factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (ex: suhu ruang, kebisingan, cahaya)
         Ajarkan teknik nonfarmakologi (ex: biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, guided imagery, terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, acupressure, aplikasi panas/dingin, dan massase)
         Kolaborasikan pemberian analgetik
         Evaluasi efektivitas intervensi
         Tingkatkan istirahat dan tidur
         Monitor kepuasan pasien dengan manajemen nyeri yang dilakukan
Risiko infeksi berhubungan dengan trauma
Risk control
Selama masa perawatan, klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
       Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
       Menunjukkan kemampuan untuk
      mencegah timbulnya infeksi
       Jumlah leukosit dbn
       Menunjukkan perilaku hidup sehat
       Status imun, gastrointestinal,
Genitourinaria  dbn

Kontrol infeksi
  Terapkan unversal precaution
  Batasi pengunjung bila perlu
  Beri higiene yang baik
      Monitor tanda dan gejala infeksi (local dan sistemik)
      Ajarkan teknik cuci tangan
  Kolaborasi dokter bila ada tanda infaksi
      Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada petugas
Proteksi infeksi           
  Ganti letak IV perifer dan dressing
     sesuai dengan petunjuk umum
  Gunakan kateter intermiten untuk
     menurunkan infeksi kandung kencing
  Tingkatkan cairan dan nutrisi       
  Monitor tanda dan gejala infeksi       sistemik    dan lokal
  Inspeksi kulit dan membran mukosa
    terhadap kemerahan, panas, drainase
      Pertahankan teknik aseptic dalam tiap tindakan
      Ganti peralatan perawatan pasien per prosedur protocol
      Lakukan pemeriksaan kultur bila suspek infeksi dan laporkan hasilnya pada petugas yang berwenang
      Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
      Tingkatkan tidur dan istirahat
      Kelola pemberian antibiotic
      Ajarkan pada pasien dan keluarga cara menghindari infeksi

Kecemasan berhubungan dengan
Perubahan: status kesehatan,
Setelah dilakukan perawatan selama  ............. kecemasan teratasi dengan kriteria hasil:
    Klien mampu mengenal dan mengungkapkan gejala cemas
    Mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
    Vital sign dbn
    Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan    berkurangnya kecemasan

Anxiety reduction(penurunan kecemasan)

     Identifikasi tingkat kecemasan
     Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
     Gunakan pendekatan dengan teknik komunikasi terapeutik
     Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku klien
     Jelaskan semua prosedur pengobatan dan perawatan
     Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
     Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
     Instruksikan pada klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
     Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
     Kelola pemberian obat anti cemas
Gangguan integritas jaringan
Setelah perawatan selama ............ kerusakan integritas  jaringan teratasi kriteria hasil:
       Perfusi jaringan normal
       Tidak ada tanda-tanda infeksi
       Ketebalan dan tekstur jaringan normal
       Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang
       Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
Perawatan Luka (3660)
       Singkirkan plester dan debris
       Cukur rambut di sekitar luka (jika perlu)
       Catat karakteristik luka
       Catat karakteristik drainage (keluaran)
       Bersihkan area luka dengan agen antibakterial
       Basuh luka dengan cairan normal saline
       Sediakan perawatan pada area incisi
       Massase area di sekitar luka untuk meningkatkan sirkulasi
       Berikan TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation) untuk meningkatkan proses penyembuhan luka
       Pertahankan kepatenan selang drainage
       Berikan salap yang sesuai pada kulit/luka
       Balut dengan tepat
       Gunakan balut tertutup, sesuai indikasi
       Lakukan dressing
       Pertahankan teknik dressing steril saat perawatan luka
       Monitor luka tiap kali dilakukan dressing
       Bandingkan dan catat perubahan pada luka secara teratur
       Posisikan untuk mengurangi tekanan pada luka
       Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang prosedur perawatan luka
PK Malignancy

Selama dalam masa perawatan malignancy terkontrol dan klien tidak mengalami komplikasi
      Kaji keluhan terkait malignancy
      Monitor tanda dan gejala hyperkalsemia : perubahan status mental, kesemutan, mual, aritmia
      Ukur tanda-tanda vital
      Pantau hasil pemeriksaan Laboratorium, EKG, dan Ro thorak
      Observasi adanya tanda dan gejala fraktura patologis
      Observasi adanya efusi Malignancy
      Kaji kesiapan fisik dan psikologis untuk program kemoterapi /radioterapi/ kombinasi
      Kelola pemberian kemotherapi
      Monitor keluhan pre, intra, dan post kemoterapi
      Motivasi peningkatan tidur dan istirahat
      Motivasi peningkatan intake makanan dan cairan
      Diskusikan efek samping terapi dan cara untuk mengantisipasi efek samping terapi tersebut
      Libatkan keluarga dalam memberikan support pada klien
      Berikan reinforcement atas pencapaian tujuan
      Monitor tanda kegawatan/komplikasi malignancy dan laporkan pada dokter
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Corwin, E. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Haryani & Suwandi. 2004. Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care. Fifth edition
Joanne C. 1996. NIC. Second edition. Mosby
Mansoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FK UI
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2007, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2007-2008,  NANDA
INDAH PRAWESTI

No comments:

Post a Comment