MENGENAL MRCP
MRCP
adalah Magentic Resonance cholangiopancreatography ( pemeriksaan
kandung empedu dan saluran2nya dengan menggunakan medan magnet )
Radiologist
mengemukakan mengenai indikasi, metode, dan keunggulan MRCP dan MRI
liver sebagai alternatif pemeriksaan untuk penderita dengan kelainan di
bidang gastroenterologi dan hepatologi. Disebutkan bahwa indikasi
pemeriksaan ini antara lain adalah lesi fokal dan staging neoplasma,
benign hepatic disease, hemangioma, hemocromatosis, kelainan gall
bladder dan pankreas.
Ada 2 metode pemeriksaan, yaitu 2 D breath hold dan 3 D breath hold. Pemeriksaan dengan metode 3 D breath hold mempunyai hasil yang lebih bagus. Pemeriksaan ini memerlukan waktu yang agak lama (4 menit) dan perlu kerjasama yang baik dari penderita. Hal ini disebabkan oleh karena kadang-kadang penderita harus di scan dalam beberapa posisi penderita untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
Apabila dibandingkan dengan ERCP, pemeriksaan ini mempunyai keunggulan lebih convinient untuk penderita (karena tidak invasif) serta tidak memerlukan kontras. Untuk mendeteksi kelainan pada jaringan lunak pemeriksaan ini lebih baik daripada CT scan.
Batu gall bladder akan tampak sebagai defek hitam, dan cairan empedu tampak berwarna putih karena cairan empedu relatif tidak bergerak, sedangkan cairan yang bergerak (misalnya pembuluh darah) akan tampak berwarna hitam. Pemeriksaan ini dapat membedakan arteri dan vena. Gambaran hemocromatosis, mirip dengan gambaran pada cerebral bleeding, yakni berwarna putih (sekali) oleh karena hemocromatosis mengandung logam.
Pada akhir presentasi disimpulkan bahwa MRCP merupakan pemeriksaan alternatif yang lebih convinient untuk penderita.
Ada 2 metode pemeriksaan, yaitu 2 D breath hold dan 3 D breath hold. Pemeriksaan dengan metode 3 D breath hold mempunyai hasil yang lebih bagus. Pemeriksaan ini memerlukan waktu yang agak lama (4 menit) dan perlu kerjasama yang baik dari penderita. Hal ini disebabkan oleh karena kadang-kadang penderita harus di scan dalam beberapa posisi penderita untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
Apabila dibandingkan dengan ERCP, pemeriksaan ini mempunyai keunggulan lebih convinient untuk penderita (karena tidak invasif) serta tidak memerlukan kontras. Untuk mendeteksi kelainan pada jaringan lunak pemeriksaan ini lebih baik daripada CT scan.
Batu gall bladder akan tampak sebagai defek hitam, dan cairan empedu tampak berwarna putih karena cairan empedu relatif tidak bergerak, sedangkan cairan yang bergerak (misalnya pembuluh darah) akan tampak berwarna hitam. Pemeriksaan ini dapat membedakan arteri dan vena. Gambaran hemocromatosis, mirip dengan gambaran pada cerebral bleeding, yakni berwarna putih (sekali) oleh karena hemocromatosis mengandung logam.
Pada akhir presentasi disimpulkan bahwa MRCP merupakan pemeriksaan alternatif yang lebih convinient untuk penderita.
Bagaimana membuat teknik MRCP dan bagaima persiapannya ?
MRCP dikerjakan dengan syarat pasien puasa 8 jam untuk mengahasilkan gambaran kandung empedu yang baik.
ada 2 teknik :
1. Breath hold
2. Trigger
Breath hold
apa
maksudnya Breath hold? tujuannya untuk menghindari gambaran kabur dari
pergerakan organ.Nah kita tahu bahwa manusia itu bernapas sehingga ada
pergerakan rongga dada dan organ2 dalam cavum abdomen.untuk itu teknik
ini di gunakan, biasanya untuk pasien yang kooperatif.Pasien yang
kooperatif bisa mengatur inspirasi dan ekspirasi saat di instruksikan
oleh radiografer, scaning berlangsungsaat pasien tahan napas.
teknik ini menggunkan respiratory gatting yang di letakkan di atas perut
TriggerTrigger
di gunakan pada pasien2 yang tidak kooperatif dan pasien anak2.Dalam
teknik ini scaning berlangsung saat fase antara inspirasi dan ekspirasi
berlangsung ada jeda beberapa detik, itulah saat scaning.
BFFE
dibuat pada irisan axial dan coronal dengan teknik breath hold
memberikan gambaran kandung empedu dengan detail.Sedangkan untuk
mengetahui gambaran fat ( lemak ) diperlukan teknik khusus yang disebut
sebagai T2W_ FS baik axial maupun coronal.Protokol ini memberikan
gambaran yang jelas antara jaringan lunak, lemak dan cairan sehingga
berbatas tegas.Pemeilihan recon slice juga harus di perhatikan agar
mendapatkan gambaran yang bagus.Untuk kasus-kasus tertentu kita juga
memerlukan protokol T1W_FS, batu kandung empedu sangat jelas didapatkan
pada teknik ini.
Pasien-pasien
yang tidak kooperatif harus di konsulkan anastesi untuk di beri obat
tidur atau semacam injeksi selama proses pemeriksaan.
Khusus
pasien dengan anatesi kita tidak bisa menggunakan teknik breath hold
sehingga teknik trigger lah yang berperan.Karena proses pernafasan pada
pasien dengan anastesi biasanya lebih stabil maka teknik trigger ini
bisa mendapatkan hasil gambar yang sangat baik.
Kasus 1Seorang laki-laki, 49 tahun, datang dengan keluhan BB menurun 4 kg dalam 3 minggu dan didapatkan adanya ikterus obstruktif.
CT scanUkuran hepar mulai membesar, IHBD mulai melebar, gall bladder sangat besar, common bile duct tidak membesar, terdapat masa hipodense pada kaput pankreas. Kesimpulan : masa pada kaput pankreas yang menimbulkan obstruksi.
CT scanUkuran hepar mulai membesar, IHBD mulai melebar, gall bladder sangat besar, common bile duct tidak membesar, terdapat masa hipodense pada kaput pankreas. Kesimpulan : masa pada kaput pankreas yang menimbulkan obstruksi.
MRCPGall
bladder besar, CBD ke atas terisi dengan baik tapi lumen tidak rata;
pada kaput pankreas terdapat gambaran ?putih? edema dibawah kaput
pankreas
ERCPBatu (+), duktus pankreatikus tidak terisi kontras, CBD melebar.
OPERASIScope tidak bisa masuk, penyempitan pada 2 cm proksimal papila vateri didapatkan batu dilakukan choleducho-jejenustomi
Masalah :
ERCPBatu (+), duktus pankreatikus tidak terisi kontras, CBD melebar.
OPERASIScope tidak bisa masuk, penyempitan pada 2 cm proksimal papila vateri didapatkan batu dilakukan choleducho-jejenustomi
Masalah :
- Apa artinya Ca 19.9 yang tinggi sekali (4182.69) kemudian menurun secara graduil ? dokter patologi klinik menjelaskan bahwa (1) kalau keganasan Ca 19.9 tidak mungkin turun, (2) Ca 19.9 tidak bisa dipakai untuk memastikan keganasan (tidak seperti alpha feto protein).
No comments:
Post a Comment