Saturday 16 March 2013

CT UROGRAFI

Pemeriksaan CT Urografi atau CT IVP

Pendahuluan
Sejak tahun 1929 kita mengenal adanya pemeriksaan fungsi dari saluran kencing (traktus urinarius) yang sering disebut BNO – IVP. Seiring dengan perkembangan alat diagnostik diantaranya adalah peralatan CT scan saat ini, pemeriksaan fungsi saluran kencing ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan CT scan dan memungkinkan kita dapat menghasilkan gambaran volumetric (kemampuan membuat potongan tipis secara spiral) sehingga mampu mendeteksi kelainan – kelainan organ intra abdominalis pada umumnya dan pada saluran kencing pada khususnya secara cross-sectional dan dengan proses pemeriksaan yang cepat, teknik pemeriksaan CT scan ini sering disebut Pemeriksaan CT Urografi.
Pemeriksaan CT Urografi adalah pemeriksaan CT scan pada saluran kencing (traktus urinarius) sebelum dan sesudah pemberian media kontras intravena untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada di daerah saluran kencing (traktus urinarius).
Teknik dan hasil gambaran pemeriksaan CT urografi yang lebih informative dan lengkap (mendapatkan gambaran 3D) ini memungkinkan menggantikan teknik pemeriksaan BNO-IVP yang sudah ada. Pemeriksaan CT Urografi ini dapat menilai fungsi ginjal, ureter, dan vesika urinaria sekaligus secara non invasif dan saat ini masih merupakan pilihan utama untuk evaluasi kasus kolik ginjal/ ureter, hematuria, deteksi adanya batu ataupun tumor pada traktus urinarius. Selain itu juga berguna pada kasus kasus Low Back Pain (LBP), infeksi saluran kencing berulang, trauma dan evaluasi kelainan-kelainan congenital serta persiapan transplantasi ginjal (calon donor ginjal).
Akan tetapi adanya isu tentang radiasi menjadikan pemeriksaan CT urografi ini belum dapat dijadikan sebagai pemeriksaan utama pada kasus kelainan saluran kencing, dan beberapa vendor pembuat peralatan CT Scan ini masih terus mengembangkan teknik pemeriksaan yang semakin rendah dosis radiasinya.
Teknik Pemeriksaan CT Urografi
1. Persiapan Pasien :
o Hampir sama dengan pemeriksaan BNO-IVP, minimal pasien disarankan puasa tidak makan padat 4 jam sebelum pemeriksaan CT dilakukan.
o Setengah jam atau 1 jam sebelum pemeriksaan, pasien minum air putih sebanyak 500 – 600 cc, untuk menjaga keadaan hidrasi yang baik sehingga ekskresi urin akan maksimal dan menghasilkan opasifikasi dan distensi optimal pada traktus urinarius bagian atas.
o 2-3 menit sebelum penyuntikan kontras media, diberikan suntikan 10 mg furosemide (Lasix) intra vena, untuk mendapatkan opasitas maksimal pada pelvicokalises dan ureter.
2. Pemberian Media Kontras dan Teknik Pemeriksaan
# Plan Foto/BNO Polos
Scanning pertama tanpa pemberian media kontras, terutama untuk kasus nephrolithiasis sangat dianjurkan, sehingga gambaran batu tidak superposisi dengan kontras media.
(Area Scan seluruh abdomen pelvis)
# Fase Nephrographic
Diberikan media kontras dengan konsentrasi media kontras 300 ml/g, Volume sebanyak 100 ml dengan kecepatan (flowrate) 3 ml/detik.
Dilakukan scanning kedua setelah delay 100 detik pasca kontras media disuntikan
(Area Scan Hanya daerah Ginjal saja)
# Fase Excetory/Ekskresi
Diberikan cairan NaCl (Saline) sebanyak 100 ml yang diberikan setelah pelaksanaan scan pertama dengan flowrate 2 ml/detik atau diberikan melalui infuse set dengan membuka penuh slang infuse.
Dilakukan scanning ketiga setelah delay 8 – 10 menit pasca kontras media disuntikan
(Area scan seluruh abdomen pelvis)
Jika opasitas segmental traktus urinarius (misal ureter) belum memadai maka dapat dilakukan scanning kembali dengan posisi pasien Telungkup (prone).
3. Post Processing
Dibutuhkan data irisan axial tipis 0,75 mm – 1 mm yang selanjutnya akan diproses di 3D task card untuk mendapatkan gambaran Coronal dan type gambar MIP Thin original maupun invert.
Selanjutnya dapat pula direkonstruksi untuk mendapatkan gambaran Volume Rendering (VRT) yang dilihat dari berbagai sudut berbeda.
Fig. 1. CT urography: (A) coronal MIP thin dan the corresponding coronal VRT (B) demonstrating the CT urographic image
4. Perbedaan dengan teknologi dan teknik pemeriksaan lain
BNO IVP :
( + ) Metode pencitraan diagnostic utama yang sudah dikenal lama dengan tarif lebih murah.
Mampu mendeteksi kemungkinan adanya lessi massa intraparenkim ginjal atau dalam pelviokalises atau vesica urinaria; menilai fungsi ginjal, derajat obstruksi, menentukan lokasi batu dan menampilkan gambaran anatomi saluran urinarius untuk persiapan prosedur pembedahan.
( - ) Tidak dapat membedakan masa kistik dengan padat dan tidak sensitive untuk mendeteksi masa ginjal dengan diameter kurang dari 2 cm, Tidak dapat menampilkan adanya batu radiolusen dan tidak membedakannya dengan gambaran tumor.
( - ) Persiapan lebih rumit dan lebih lama (pasien biasanya dipuasakan 10-12 jam sebelum pemeriksaan, di tambah dengan pemberian obat pencahar maupun suppositoria.
( - ) Prosedur BNO IVP memerlukan waktu sekitar 60 menit dengan melakukan kompresi 15 – 20 menit untuk distensi dan opasitas pelviokalises yang memadai.
UltraSonografi / USG :
( + ) Non Invasiv dan dinilai lebih aman karena tidak ada radiasi, cepat dan tak ada persiapan khusus, informatif khususnya untuk menilai ginjal. Sensitifitas 85 % untuk lesi ukuran lebih dari 3 cm, 82 % = 2-3 cm, 60 % = 1-2 cm, dan 26 % = kurang dari 1 cm.
USG dapat menampilkan gambaran hydronephrosis, hydroureter dan absennya aliran urin dalam ureter.
( - ) Tidak dapat menampilkan ureter secara keseluruhan, adanya udara dapat mengganggu tampilan gambar sehingga tidak dapat diperoleh window sonografik yang optimal.
MRI
( + ) Meskipun bukan metode pilihan untuk visualisasi traktus urinarius, dapat dipertimbangkan untuk kasus kasus tertentu, misal pemeriksaan pada anak-anak atau ibu hamil atau pasien dengan alergi kontras media. MRI sangat membantu dalam menetapkan stadium lesi malignitas ginjal dan evaluasi tumor kistik.
( - ) Lemah dalam deteksi batu, tarif lebih mahal dan pemeriksaan berlangsung lebih lama.
5. Paparan Radiasi CT Urografi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan McTavish and colleagues menemukan bahwa untuk dosis permukaan (skin doses) dari 3 kali scan hampir sama dengan pemeriksaan BNO IVP, tetapi untuk dosis effective pemeriksaan CT urography adalah lebih tinggi 1,5 kali dari pemeriksaan BNO IVP [McTavish JD, Jinzaki M, Zou KH, et al. Multi-detector row CT urography: comparison of strategies for depicting the normal urinary collecting system. Radiology 2002;225:783– 90].
Namun saat ini terus diusahakan oleh beberapa produsen peralatan CT Scan untuk membuat alat CT scan dengan dosis yang rendah tanpa mengurangi kualitas gambar dan nilai diagnostic, baik dilakukan dengan melalui software maupun dengan hardware yang digunakan. Misalnya Siemens dengan teknologi Adaptive Scanner nya (software) mampu menekan radiasi + 15 s/d 25 %, GE dengan membuat desain detektornya (hardware) dan lain sebagainya.
Gambar di atas dengan kasus Iatrogenic ureteral trauma. Gambar(A) Phase Excretory potongan axial daerah pelvis, gambaran CM menunjukan kebuntuan ureter kiri distal (tanda panah), Gambar B gambaran VRT CT urogram yang menunjukan hal yang sama pada segment distal ureter kiri.

No comments:

Post a Comment