Pemeriksaan CT Urografi atau CT IVP
Pendahuluan
Sejak tahun 1929 kita mengenal adanya
pemeriksaan fungsi dari saluran kencing (traktus urinarius) yang sering
disebut BNO – IVP. Seiring dengan perkembangan alat diagnostik
diantaranya adalah peralatan CT scan saat ini, pemeriksaan fungsi
saluran kencing ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan CT scan
dan memungkinkan kita dapat menghasilkan gambaran volumetric (kemampuan
membuat potongan tipis secara spiral) sehingga mampu mendeteksi
kelainan – kelainan organ intra abdominalis pada umumnya dan pada
saluran kencing pada khususnya secara cross-sectional dan dengan proses
pemeriksaan yang cepat, teknik pemeriksaan CT scan ini sering disebut
Pemeriksaan CT Urografi.
Pemeriksaan CT Urografi adalah
pemeriksaan CT scan pada saluran kencing (traktus urinarius) sebelum dan
sesudah pemberian media kontras intravena untuk mendeteksi berbagai
kelainan yang ada di daerah saluran kencing (traktus urinarius).
Teknik dan hasil gambaran pemeriksaan CT urografi yang lebih informative
dan lengkap (mendapatkan gambaran 3D) ini memungkinkan menggantikan
teknik pemeriksaan BNO-IVP yang sudah ada. Pemeriksaan CT Urografi ini
dapat menilai fungsi ginjal, ureter, dan vesika urinaria sekaligus
secara non invasif dan saat ini masih merupakan pilihan utama untuk
evaluasi kasus kolik ginjal/ ureter, hematuria, deteksi adanya batu
ataupun tumor pada traktus urinarius. Selain itu juga berguna pada kasus
kasus Low Back Pain (LBP), infeksi saluran kencing berulang, trauma dan
evaluasi kelainan-kelainan congenital serta persiapan transplantasi
ginjal (calon donor ginjal).
Akan tetapi adanya isu tentang
radiasi menjadikan pemeriksaan CT urografi ini belum dapat dijadikan
sebagai pemeriksaan utama pada kasus kelainan saluran kencing, dan
beberapa vendor pembuat peralatan CT Scan ini masih terus mengembangkan
teknik pemeriksaan yang semakin rendah dosis radiasinya.
Teknik Pemeriksaan CT Urografi
1. Persiapan Pasien :
o Hampir sama dengan pemeriksaan
BNO-IVP, minimal pasien disarankan puasa tidak makan padat 4 jam
sebelum pemeriksaan CT dilakukan.
o Setengah jam atau 1 jam
sebelum pemeriksaan, pasien minum air putih sebanyak 500 – 600 cc, untuk
menjaga keadaan hidrasi yang baik sehingga ekskresi urin akan maksimal
dan menghasilkan opasifikasi dan distensi optimal pada traktus urinarius
bagian atas.
o 2-3 menit sebelum penyuntikan
kontras media, diberikan suntikan 10 mg furosemide (Lasix) intra vena,
untuk mendapatkan opasitas maksimal pada pelvicokalises dan ureter.
2. Pemberian Media Kontras dan Teknik Pemeriksaan
# Plan Foto/BNO Polos
Scanning pertama tanpa pemberian
media kontras, terutama untuk kasus nephrolithiasis sangat dianjurkan,
sehingga gambaran batu tidak superposisi dengan kontras media.
(Area Scan seluruh abdomen pelvis)
# Fase Nephrographic
Diberikan media kontras dengan konsentrasi media kontras 300 ml/g, Volume sebanyak 100 ml dengan kecepatan (flowrate) 3 ml/detik.
# Fase Nephrographic
Diberikan media kontras dengan konsentrasi media kontras 300 ml/g, Volume sebanyak 100 ml dengan kecepatan (flowrate) 3 ml/detik.
Dilakukan scanning kedua setelah delay 100 detik pasca kontras media disuntikan
(Area Scan Hanya daerah Ginjal saja)
# Fase Excetory/Ekskresi
# Fase Excetory/Ekskresi
Diberikan cairan NaCl (Saline)
sebanyak 100 ml yang diberikan setelah pelaksanaan scan pertama dengan
flowrate 2 ml/detik atau diberikan melalui infuse set dengan membuka
penuh slang infuse.
Dilakukan scanning ketiga setelah delay 8 – 10 menit pasca kontras media disuntikan
(Area scan seluruh abdomen pelvis)
Jika opasitas segmental traktus
urinarius (misal ureter) belum memadai maka dapat dilakukan scanning
kembali dengan posisi pasien Telungkup (prone).
3. Post Processing
Dibutuhkan data irisan axial
tipis 0,75 mm – 1 mm yang selanjutnya akan diproses di 3D task card
untuk mendapatkan gambaran Coronal dan type gambar MIP Thin original
maupun invert.
Selanjutnya dapat pula
direkonstruksi untuk mendapatkan gambaran Volume Rendering (VRT) yang
dilihat dari berbagai sudut berbeda.
Fig. 1. CT urography: (A) coronal MIP thin dan the corresponding coronal VRT (B) demonstrating the CT urographic image
4. Perbedaan dengan teknologi dan teknik pemeriksaan lain
BNO IVP :
( + ) Metode pencitraan diagnostic utama yang sudah dikenal lama dengan tarif lebih murah.
Mampu mendeteksi kemungkinan
adanya lessi massa intraparenkim ginjal atau dalam pelviokalises atau
vesica urinaria; menilai fungsi ginjal, derajat obstruksi, menentukan
lokasi batu dan menampilkan gambaran anatomi saluran urinarius untuk
persiapan prosedur pembedahan.
( - ) Tidak dapat membedakan
masa kistik dengan padat dan tidak sensitive untuk mendeteksi masa
ginjal dengan diameter kurang dari 2 cm, Tidak dapat menampilkan adanya
batu radiolusen dan tidak membedakannya dengan gambaran tumor.
( - ) Persiapan lebih rumit dan
lebih lama (pasien biasanya dipuasakan 10-12 jam sebelum pemeriksaan, di
tambah dengan pemberian obat pencahar maupun suppositoria.
( - ) Prosedur BNO IVP
memerlukan waktu sekitar 60 menit dengan melakukan kompresi 15 – 20
menit untuk distensi dan opasitas pelviokalises yang memadai.
UltraSonografi / USG :
( + ) Non Invasiv dan dinilai
lebih aman karena tidak ada radiasi, cepat dan tak ada persiapan khusus,
informatif khususnya untuk menilai ginjal. Sensitifitas 85 % untuk lesi
ukuran lebih dari 3 cm, 82 % = 2-3 cm, 60 % = 1-2 cm, dan 26 % = kurang
dari 1 cm.
USG dapat menampilkan gambaran hydronephrosis, hydroureter dan absennya aliran urin dalam ureter.
( - ) Tidak dapat menampilkan
ureter secara keseluruhan, adanya udara dapat mengganggu tampilan gambar
sehingga tidak dapat diperoleh window sonografik yang optimal.
MRI
( + ) Meskipun bukan metode
pilihan untuk visualisasi traktus urinarius, dapat dipertimbangkan untuk
kasus kasus tertentu, misal pemeriksaan pada anak-anak atau ibu hamil
atau pasien dengan alergi kontras media. MRI sangat membantu dalam
menetapkan stadium lesi malignitas ginjal dan evaluasi tumor kistik.
( - ) Lemah dalam deteksi batu, tarif lebih mahal dan pemeriksaan berlangsung lebih lama.
5. Paparan Radiasi CT Urografi
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan McTavish and colleagues menemukan bahwa untuk dosis permukaan
(skin doses) dari 3 kali scan hampir sama dengan pemeriksaan BNO IVP,
tetapi untuk dosis effective pemeriksaan CT urography adalah lebih
tinggi 1,5 kali dari pemeriksaan BNO IVP [McTavish
JD, Jinzaki M, Zou KH, et al. Multi-detector row CT urography:
comparison of strategies for depicting the normal urinary collecting
system. Radiology 2002;225:783– 90].
Namun saat ini terus diusahakan
oleh beberapa produsen peralatan CT Scan untuk membuat alat CT scan
dengan dosis yang rendah tanpa mengurangi kualitas gambar dan nilai
diagnostic, baik dilakukan dengan melalui software maupun dengan
hardware yang digunakan. Misalnya Siemens dengan teknologi Adaptive
Scanner nya (software) mampu menekan radiasi + 15 s/d 25 %, GE dengan
membuat desain detektornya (hardware) dan lain sebagainya.
Gambar di atas dengan kasus
Iatrogenic ureteral trauma. Gambar(A) Phase Excretory potongan axial
daerah pelvis, gambaran CM menunjukan kebuntuan ureter kiri distal
(tanda panah), Gambar B gambaran VRT CT urogram yang menunjukan hal yang
sama pada segment distal ureter kiri.
No comments:
Post a Comment