Sunday, 12 February 2012

FILM RADIOGRAFI
2.1    Kajian Teoritis
2.1.1  Film Radiografi
2.1.1.1 Konstruksi Film
Menurut R. Carlton dan Mckenna Aldeer, tebal keseluruhan lapisan film radiogarfi sekitar 175-300 µm. Film radografi mempunyai beberapa lapisan antara lain:                                         

Gambar 1. Konstruksi film double emulsion
(Principle of Radiographic Imaging and Art Science, 1992)
2.1.1.1.1  Lapisan Dasar (Base Film)
Menururt Carlton dan Mckenna Alder, lapisan ini mempunyai ketebalan    150-250 µm yang merupakan tempat landasan bagi emulsi, terbuat dari selullosa triasetate atau polyester basse (polyeteline teraphthalate). Sebelumnya lapisan dasar film ini terbuat dari sellulosa nitrat, namun bahan ini mudah terbakar sehingga tidak digunakan lagi.
Adapun syarat-syarat lapisan dasar antara lain adalah tidak mudah menimbulkan efek pada emulsi, kuat dan tidak mudah robek, transparan, permukaan harus baik dan rata sehingga tidak menimbulkan distorsi, kedap air dan tidak mudah menggulung bila diproses dengan menggunakan prossesing otomatis.
2.1.1.1.2   Perekat (Substratum)
Disebut juga adhesive layer yang terletak antara emulsi dan base. Lapisan ini berfungsi sebagai:
a)     Perekat agar emulsi melekat pada base dengan baik dan kuat
b)    Mencegah adanya celah dari emulsi dan base sehingga emulsi tidak lepas      selama berlangsungnya prosesing
2.1.1.1.3   Pelindung (Supercoat)
Lapisan ini terdapat pada lapisan terluar dari film radiografi. Supercoat mempunyai tebal 2-5 µm yang terdiri daari campuran sellulosa dan gelatin. Lapisan ini merupakan pelindung dari emulsi, yang berfungsi sebagai:
a). Pelindung emulsi dari tekanan atau abrasi selama penggunaan.
b). Agar permukaan film menjadi halus sehingga mencegah debu menempel    pada permukaan emulsi.
2.1.1.1.4  Emulsi
Merupakan lapisan terpenting dari film, karena disinilah terjadinya proses pencatatan bayangan. Lapisan ini memiliki ketebalan 5-10 µm. emulsi tersusun atas gelatin dan kristal perak halogen. Emulsi ada pada kedua sisi dari base film.
Sebenarnya banyak bahan yang diketahui sensitif terhadap cahaya., tetapi hanya sedikit yang karakteristiknya sesuai dengan emulsi. Pada prinsipnya senyawa-senyawa itu adalah perak halida yang merupakan suatu kristal yang dibentuk antara perak dengan suatu kelompok elemen yang dikenal sebagai halogen. Hanya ada tiga halogen yang dikombinasikan dengan perak dan digunakan sebagai emulsi yaitu: perak bromida (AgBr), perak clorida (AgCl), perak iodida (AgI).
2.1.1.2   Proses Pembuatan Film
Pembuatan film meliputi 4 tahapan, yaitu: produksi kristal perak bromida (precipitation), pemanasan (repening), pencampuran (mixing), pelapisan (Coating), (Carlton, 1992)
2.1.1.2.1 Produksi kristal perak bromida (precipitation stage)
Diproduksi dalam kondisi ruang gelap, dedngan mencampur silver nitrat dan potasium bromida pada gelatin. Gelatin berfungsi untuk membatasi oksida dan mengurangi tekanan energi pada permukaan kristal, atau sebagai media reaksi kimia, proses tersebut didefinisikan sebagai berikut:
AgNo3 + KBr                         AgBr + KNO3
Silver  + Potasium                  Silver + Potasium
Nitrat     Bromide                 Bromide  Nitrat (precipate)
Kristal silver halide berbentuk segitiga pipih dan tak beraturan. Meskipun perbedaan tipe emulsi film membutuhkan ukuran kristal berbeda, ini memiliki ukuran yang sangat kecil, sekitar 1 µm pada tiap sisinya, satu kubik milimeter memuat lebih dari 500.000.000 kristal.
Konvensional kristal kira-kira berisi 100.000.000.000 atom. Mereka diikat satu sama lain oleh ikatan ionik yang kuat dengan silver positif (Ag), bromida, iodine atau chloride negatif (Br, I, atau Cl), biasanya perak sulfida untuk membentuk bintik kepekaan (sensitivity specks)
2.1.1.2.2 Tahap Pemanasan (Repening)
Merupakan tahap pemanasan silver halida. Pada tahap ini dilakukan penyaringan atau pengelompokan sesuai dengan ukuran kristal yang membedakan sensitivitas, sehingga memerlukan waktu yang lama. Semakin besar ukuran kristal dan perbedaan ketebalan emulsi terhadap karakteristik film dapat dilihat pada tabel 1. pada waktu tertentu, emulsi didinginkan, dicacah dan dicuci untuk mengurangi potasium.
Tabel 1. Hubungan Kristal Film dan Emulsi Pada Film Faktor       
                                                                    
             Film Faktor                 Ukuran Kristal                              Lapisan        Emulsi                                                                       
                                                        Kecil                 Besar                  Tipis                 Tebal                                                                         
                                                                                                                                                                               Resolusi                 Tinggi                  Rendah                          Tinggi               Rendah   
                         Kecepatan              Rendah              Tinggi              Rendah             Tinggi
                         Kontras                  Rendah              Tinggi              Rendah             Tinggi
                         Latitude                  Lebar                 Sempit             Lebar                Sempit    
                                                   
2.1.1.2.3 Pencampuran (Mixing)
Sejumlah zat aditive dicampurkan pada emulsi, meliputi:
a) Pemberian warna untuk menambah sensitivitas silver halida agar didapatkan   keserasian dengan panjang gelombang sinar-x
b) Hardener untuk mencegah gesekan fisik
c) Bactericides dan fungicideds untuk mencegah tumbuhnya organisme.
d) Antifogging agents untuk menurunkan sensitivitas terhadap faktor lingkungan, seperti panas.
2.1.1.2.4  Pelapisan (Coating stage)
Proses ini membutuhkan ketepatan luar biasa dan peralatan pelapisan yang mahal. Pertama Adhesive layer digunakan sebagai base kemudian emulsi dan terakhir supercoat. Emulsi yang digunakan dengan lebar 40 inci (102 cm) untuk film dalam bentuk rolls, dipotong dan dikemas untuk dijual. Semua film diproduksi, dikemas, prosesing dilakukan di ruang gelap.
2.1.1.3 Spektrum kepekaan bahan-bahan film (Spektral Sensitivity of Film Material)
 Spektral Sensitivity of Film Material maksudnya adalah spektrum yang menggambarkan kepekaan bahan-bahan emulsi film terhadap dipersi cahaya.
Spektrrum kepekaan bahan-bahan film terhadap dispersi cahaya berbeda dengan spektrum kepekaan mata terhadap cahaya.
2.1.1.3.1 Spektrum kepekaan dari mata
 Jika cahaya sebuah kaca prisma maka akan dihasilkan bermacam-macam warna. Mata manusia akan melihat spektrum warna dari violet, biru, kuning, orange dan merah. Warna hijau-kuning yang berada di tengah spektrum akan tampak lebih terang atau lebih kemilau dari warna-warna yang lain. Hal ini karena mata msanusia palimng peka terhadap kuning-hijau.
                         
Gambar 2. Kurva sensitivitas mata terhadap panjang gelombang
(Chesney’s Radiographic Imaging, 1990)
2.1.1.3.2    Spektrum kepekaan dari film
Emulsi perak halida yang belum diolah sangat peka terhadap bagian biru-violet dari spektrum. Bahan-bahan film yang sangat peka terhadap bagian dari spektrum, cahaya dalam daerah panjang gelombang pendek, mata relatif tidak peka. Emulsi film peka terhadap cahaya ultra violet dimana mata tidak bisa melihat dan bahkan peka terhadap panjang gelombang yang lebih kecil sekalipun (contoh sinar-X) dalam spektrum elektromagnetik.
2.1.1.4     Film radiografi Green sensitive
Green sensitive adalah jenis film yang peka terhadap cahaya warna hijau. Hal ini disebabkan oleh penambahan pemeka warna yang diberikan pada lapisan emulsi sehingga film ini mempunyai panjang gelombang sampai ke bagian hiaju dari spektrum warna. Film green sensitive ini disebut juga orthocromatic emulsion. Warna hijau dari cahaya tampak diserap oleh permukaan butiran perak halida dan didistribusikan menjadi bayangan. Film radiografi jenis orthocromatic ini mempunyai butiran perak halida yang berbentuk kotak (tabular grains).
              Gambar 3. Irisan melintang film green sensitive.
Keterangan gambar :
1.   Lapisan pelindung supercoat
2.   Butiran tabular
3.   Sensitivity Speck
4.   Lapisan perekat (subtratum)
5.   Lapisan dasar film (base)
2.1.1.5  Karakteristik Film
Karakteristik utama film diklasifikasikan sebagai resolusi, kecepatan (speed) dan kontras.
2.1.1.5.1Resolusi
Resolusi adalah kemampuan untuk mengakuratkan antara gambaran dengan obyek. Resolusi biasa disebut juga dengan detail, ketajaman dan daya urai (resolving power).
2.1.1.5.2 Kecepatan (Speed)
Kecepatan (speed) adalah kecepatan atau besarnya kemampuan emulsi film dalam merespon sejumlah cahaya. Nilai speed dipengaruhi oleh ukuran kristal perak halida dan tebalnya. Makin besar kristal maka makin cepat kecepatan (speed) film tersebut. Film dengan kecepatan (speed) rendah memerlukan faktor eksposi yang besar, sedangkan film dengan kecepatan (speed) yang tinggi memerlukan faktor eksposi yang kecil.
2.1.1.5.3 Kontras
Kontras film adalah banyaknya warna kehitman (densitas) yang membedakan antara densitas minimum dan densitas maksimum. Adapun range densitas yang biasa digunakan dalam bidang radiografi adalah antara 0,25-2,00.
2.1.2 Larutan Prosesing
2.1.2.1  Developer
Karena dalam processing otomatis waktu pembangkitan cukup cepat, maka untuk menghasilkan densitas dan kontras yang optimal digunakan developer dengan keaktifan tinggi dan dengan suhu yang tinggi juga. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan atau menambah pembengkakan emulsi film dan emulsi tersebut dapat terkikis saat melewati roler. Oleh karena itu untuk menjaga film dari kerusakan tersebut maka pada larutan ditambahkan hardener untuk memperkeras gelatin selama processing. Hardener ini harus dapat bekerja dalam larutan alkali dan bahan yang sering digunakan untuk hardener adalah Formaldehyde (HCOH) atau glutaraldehyde. Suhu yang tinggi tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik dari emulsi tapi juga berpengaruh pada kondisi kimiawi larutan, semaki tinggi suhu larutan maka oksidasi yang terjadi juga semakin tinggi. Oleh karena itu larutan developer pada processing otomatis mempunyai lebih banyak preservatif pada larutan developer  dibandingkan pada larutan developer processing manual. Selain itu, suhu tinggi serta penambahan hardener akan menyebabkan kemungkinan bertambah terjadinya fog pada developer. Oleh karena itu pada developer ditambah antifog atau yang disebut dengan restriner yang berfungsi untuk menahan terjadinya fog yang berlebihan. Umumnya restrainer yang digunakan adalah kalium bromida. Untuk jelasnya, maka diuraikan tentang larutan kimia yang terdapat dalam developer :
2.1.2.1.1 Developer agent
Bahan penbangkit adalah bahan yang dapat merubah perak halida menjadi perak metalik. Bahan pembangkit ini merupakan bahan pereduksi, karena menetralisir ion perak dalam perak bromida dengan memberikan elektron kepadanya.
Sifat utama yang penting dimiliki oleh bahan pembangkit ini adalah kemampuan untuk mereduksi kristal-kristal perak halida yang terkena penyinaran menjadi perak metalik, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran.
2.1.2.1.1.1 Hardener
Hardener banyak digunakan untuk developer yang dipakai pada allumuanium temperatur yang tinggi, seperti developer untuk daerah tropis dan developer untuk pengolahan film dengan automatic processing. Fungsi dari hardener ini adalah untuk mencegah terjadinya pembengkakan yang berlebih dari emulsi film dan menyebabkan emulsi film lepas dari alas film. Bahan yang digunakan untuk hardener adalah Chlorida dan potassium alum.
2.1.2.1.1.2 Presevative
Developer agent mudah teroksidasi dan cepat menyerap oksigen dari udara. Jika terjadi oksidasi akan melemahkan cairan developer, oleh karena itu dibutuhkan preservatif. Penambahan preservatif kedalam cairan developer tidak menghetikan reaksi oksidasi secara total, tetapi hanya mengurangi efek yang lebih buruk. Jenis larutan yang berfungsi untuk oksidasi adalah Natrium sulfada (Na2SO3).
2.1.2.1.1.3 Restrainer
Jenis larutan yang dipakai adalah benzotriazole yang mempengaruhi perak bromida (AgBr) yang tidak tereksposi, sehingga tidak mudah terjadinya fog. Kalium bromida menghalangi aksi developer yang berlebihan pada perak bromida yang tereksposi dan yang tidak tereksposi, agar tidak terjadinya fog yang berlebihan. Pengaturan perbandinmgan dua larutan ini dapat mengontrol pertumbuhan atau perkembangan fog dari aktifitas developer.
2.1.2.1.1.4 Buffer
Merupakan susunan kimia yang mempunyai fungsi untuk menjaga pH larutan. Larutan ini dapat mencegah akibat yang tidak diinginkan dari perubahan pH pada proses oksidasi. Bahan buffer ini dilengkapi oleh Sodium Karbonat (NaCo3), berfungsi sebagai penambah aktifitas dan sebagai pengawet. Pada processing otomatis biasanya memiliki Ph antara 9,6-10,6.
2.1.2.1.1.5 Accelerator
Cairan developer membutuhkan medium yang bersifat alkali untuk proses pembangkit. Adapun fungsi dari bahan accelerator adalah untuk mengatifkan kerja dari bahan-bahan pembangkit. Menurut Jhon Ball dan Tony price ( 1989 ), pH dari larutan harus diperhatikan, jika pH terlalu rendah ( basa lemah ) cairan akan bereaksi lambat, tapi jika pH terlalu tinggi ( basa kuat ) cairan terlalu aktif dan sulit untuk dikontrol, sehingga akan menghasilkan gambar seperti kabut pada foto rontgen.
Menurut Josep Selman, alkalis atau basa yang digunakan adalah Sodium karbonat (NaCO3) dan Sodium hidroxida. Sodium hidroxida    (NaOH) adalah basa kuat yang digunakan dalam developer akan berhubungan dengan bahan hidroquinone untuk mengahasilkan aktifitas dan kontras yang tinggi.
2.1.2.1.1.6 Hidroquinon
Bahan ini memerlukan media basa kuat untuk kegiatannya. Pada proses pembangkitan hydroquinone agak lambat. Hydroquinone    {C6H4 (OH)4} akan aktif bekerja untuk membangkitkan kristal AgBr yang terkena eksposi tinggi dan kurang aktif pada kristal yang terkena eksposi rendah. Oleh karena itu bahan ini cenderung menghasilkan kontras dan densitas yang tinggi. Menurut G. T. Z Field                       ( 1963 ), hydroquinone akan bekerja dengan baik pada suhu dibawah 20°C.
2.1.2.1.1.7 Methol
Sifatnya memerlukan alkali yang rendah tetapi dalam proses pembangkit metol akan bekerja sangat cepat, setelah film dimasukkan ke dalam larutan, metol {C6H4OH (NHCH3)} akan cepat bekerja. Menurut D. H. D Jhon dan G. T. Z Field akan aktif bekerja diatas 18°C. Oleh karena itu metol akan menghasilkan detail yang sangat baik tetapi densitas yang dihasilkan rendah. Dan pada phenidone berfungsi sebagai merekam gambaran yang mempunyai densitas rendah. Larutan ini dicampur dalam larutan hidroquinone.
2.1.2.1.1.8  Sequetering agent
Gunanya untuk melawan garam yang tidak dapat dilarutkan seperti pada kalsium karbonat yang berasal dari air yang sering dipakai.
2.1.2.1.2  Cara kerja Developer
Pada dasarnya developer bekerja untuk mereduksi logam perak. Butir-butir perak halida yang telah tereksposi dari pada butir-butir perak yang belum tereksposi. Reduksi dilakukan dengan developer menyalurkan elektron-elektron ke ion perak pada butiran, menetralisir muatan positif dan mengubahnya ke logam perak.
Suatu kristal perak memiliki titik sensitifitas yang memuat atom-atom perak. Ketika developer kontak dengan perak tersebut,akan menyalurkan elektron untuk menetralisir ion perak positif. Hal ini akan membuat ion perak lebih jauh terikat pada titik sensitifitas, sehingga menetralisir logam perak sampai seluruh kristal menjadi logam perak. Ion bromida negatif yang membentuk kisi-kisi kristal dengan ion perak positif yang berpencar ke dalam cairan developer sebagai ion bromida bebas karena tidak memiliki ion perak untuk menjaganya tetap ditempatFungsi atom-atom perak pada titik-titik sensitifitas (sensitifitas specks) adalah membuat elektron developer dapat menyatu dengan ion perak, dan juga mempercepat proses. Masing-masing kristal perak bromida pada emulsi dikelilingi penghalang muatan negatif dari ion bromine, dan akan cenderung menolak elektron-elektron dari developer dan tetap menjaga di luar. Kristal yang tereksposi bagaimanapun juga memiliki suatu jarak atau kesenjangan (gap) dalam penghalang elektron, lengkapnya dimana bayangan laten titk perak telah terbentuk. Hal ini membuat ion negatif developer menembus tempat dimana penghalang ion bromine lemah.Penjelasan ini menjabarkan kemampuan developer untuk menyeleksi butiran-butiran yang telah tereksposi maupun yang belum. Hanya butiran yang telah tereksposi memiliki pusat-pusat sensitifitas sentifitas yang membuat lemahnya penghalang ion bromine, dan hanya bitiran yang sudah tereksposi memilki kombinasi atom-atom perak dan ion silver yang terikat. Fakta tersebut membuktikan developer dapat mengubah suatu kristal yang tereksposi dan mereduksi seluruhnya menjadi logam perak, membuat penampakan bayangan hitam.
Teori bayangan laten dan kerja developer diringkas dibawah ini dalam istilah dasar yang umum ; kerja fotografi dasar :
2.1.2.1.2.1 Dilakukan oleh cahaya atau sinar – X
 Perak bromine = ion-ion bromine (negatif) dan ion-ion perak (positif) ion                bromine + cahaya          emisi elektron.
 Elektron-elektron + ion perak         atom perak.
2.1.2.1.2.2  Dilanjutkan oleh kerja developer
Developer         memberikan elektron ke ion-ion perak.
Elektron + ion-ion perak         atom-atom perak.

Lebih mudah bagi developer untuk memberikan elektron ke perak bromida yang telah tereksposi, perak tersebut telah memiliki beberapa atom-atom perak hasil kerja cahaya dan memecah dalam muatan negatif sekitar kristal yang mengandung atom-atom perak tersebut. Karena itu elektron dari cairan pembangkit akan lebih mudah mereduksi semua kristal tereksposi ke logam perak.
2.1.2.1.3  Skala pH dan Suhu Developer
2.1.2.1.3.1 Skala pH
Skala pH digunakan untuk mengartikan derajat keasaman atau basa (alkalinitas) dari suatu cairan. Kita harus memahami karena nilai pH dalam cairan processing relatif penting.
Air merupakan cairan netral dengan formula kimia H2O. Air mengandung ion hidroxyl (OH) yang negatif dan ion hidrogen (H) positif. Dalam air murni ada 2 ion-ion tersebut ada dalam konsentrasi yang sama. Konsenrtasi masing-masing adalah 10-7 gram ion perliter. Merupakan pernyataan dalam cairan keadaan netral.
Kebanyakan developer radiografi berfungsi pada pH diatas 9, dan membutuhkan skala yang tetap atau konstan antara 0,1-0,2. Skala pH merupakan logaritma dan perubahan kecil pada pH berarti perubahan keasaman yang besar. Pada skala logaritma suatu perubahan dari1 ke 2 mengindikasikan suatu perubahan dengan kelipatan 10 kali. Pada developer dapat berarti suatu perbedaan aktiftas antara tidak ada pembangkitan sama sekali, dan suatu energi yang menimbulkan kabut (fog) pada film yang dimasukan ke cairan.
2.1.2.1.3.2  Suhu Developer
Suhu developer berpengaruh pada aktifitas agent yang digunakan, developer lebih aktif jika hangat. Membuat waktu pembangkitan sebagai periode yang dibutuhkan untuk membangkitkan bayangan ke titik dengan densitas, kontras dan fog dengan nilai optimal. Dapat dikatakan suhu yang lebih tinggi mengindikasikan waktu pembangkitan yang lebih singkat, dapat juga diartikan suhu yang sangat rendah dapat membuat developer hampir tidak aktif dan pada suhu yang sangat tinggi dapat membuat kabut bayangan dan bahkan marusak fisik film, memisahakan gelatin dari base (dasar). Kerusakan fisik lebih cenderung terjadi jika emulsi membengkak dan lunak.
Agent-agent pembangkit yang berbeda dipengaruhi lebih luas dengan perubahan pada suhu, sebagai contoh hyroquinone tidak lebih aktif dari pada metol ketika suhu cairan menurun. Pada prakteknya suhu cairan dipilih untuk memberikan kecepatan optimal dari agent-agent developer yang ada dalam memberikan kombinasi dan untuk mencapai derajat aktifitas yang seimbang dan sempurna.
Menurut Chesney (1990), suhu mempunyai pengaruh yang besar pada gambaran. Kenaikan suhu walaupun sedikit (misalkan 1/2ºC) tanpa perubahan pembangkitan, mengahasilkan kenaikan “chemical fog“ walaupun kecil dan peningkatan densitas gambaran. Sedangkan kenaikan suhu yang cukup tinggi mengakibatkan yang tinggi terhadap densitas.
2.1.2.2  Fixer
Ketika film keluar dari developer, maka emulsi dari perak bromida yang tereksposi berubah menjadi perak berwarna hitam metalik dan gambarpun mulai terlihat. Perak bromida yang tidak tereksposi tidak terbangkit dan pada kenyataannya tidak larut dalam air dan membekas pada emulsi sebagai benda yang peka cahaya. Jika dibiarkan akan menjadi hitam dan akan merusak gambaran jika ada cahaya yang menyinarannya. Proses fiksasi diperlukan untuk menetapkan gambaran dengan melarutkan perak yang tak tereksposi, meninggalkan perak metalik yang tergambar dan tidak terhalang oleh latar yang hitam. Perak bromida dipindahkan dengan mengubahnya menjadi substansi perak yang kompleks. Susunan yang terbentuk jadi mudah bercampur dengan air dan tidak larut dalam air yang ada pada larutan fixer dan kemudian dapat dibersihkan pada tahap processing selanjutnya. Fungsi lain dari larutan fixer adalah untuk menghentikan aksi developer yang terserap oleh gelatin pada emulsi film, dan juga untuk mengeraskan film. Pengerasan sangat penting untuk melindungi film dari kerusakan. Larutan fixer terdiri dari berbagai bahan yaitu :
2.1.2.2.1 Fixing agent yang bereaksi dengan perak bromida yang tereksposi dan membentuk senyawa Amonium mono argento dithiosuphat            (asam) ditambah amonium bromida. Ion-ion amonium akan larut dalam air dan akan mudah lepas dari emulsi. Amonium thiosulfat       {(NH4)2S2O3} Kurang stabil dibandingkan dengan Sodium thiosulfat (Na2S2O3) Karena jika menggunakan amonium thiosulfat dan film tidak dibilas dengan baik, maka akan timbul noda yang akan merusak gambaran. Tapi keuntungan dari amonium thiosulfat adalah sangat cepat reaksinya sehingga untuk processing otomatis sering digunakan bahan ini.
2.1.2.2.2  Acid adalah satu larutan kimia yang berfungsi untuk menghentikan aksi pembangkitan dari larutanh developer yang mungkin tersisa di film sehingga tidak merusak gambaran yang dibuat. Selain itu acid juga berfungsi untuk membantu kerja dari larutan hardener. Asam kuat tidak terlalu baik untuk dipakai sebagai bahan karena akan menyebabkan banyaknya terjadi pengedapan sulfur atau sulfurisasi yang akan merusak cairan. Karena itu sebaiknya dipakai asam lemah karena pengedapan sulfur yang terjadi tidak terlalu banyak. Untuk mengatasinya ditambahkan larutan stabilizer atau preservatif. Asam lemah yang digunakan adalah asam asetat (CH3COOH).
2.1.2.2.3 Preservatif adalah larutan kimia yang bahannya terbuat dari Natrium sulfat (Na2So3) dan gunanya adalah untuk mengatasi terjadinya reaksi sulfurisasi melalui reaksi
                           Na2SO3  +  S                         Na2S2O 
Jadi selain sebagai bahan untuk mengatasi sulfurisasi juga sebagai bahan penghasil fixing agent dengan adanya reaksi kimia tersebut yaitu Na2S2O3.
2.1.2.2.4  Buffer merupakan bahan kimia yang ditambahkan pada larutan fixer yang tujuannya adalah untuk menjaga keadaan ph larutan fixer agar tidak berubah yang disebabkan oleh terbawanya larutan adalah Asam asetat                     (CH3COOH). Ph larutan fixer yang baik adalah berkisar antara 4,5 - 5.
2.1.2.2.5 Hardener dapat mencegah terjadinya pengelupasan emulsi film yang disebakan oleh suhu dan sifat alkali dari developer. Karena selama terjadinya proses pembangkitan, emulsi film akan ikut mengembang. Dan jika pengembangan emulsi ini tidak dihentikan maka akan dapat merusak dan melepaskan lapisan emulsi dari basenya. Untuk itu pada larutan fixer diberikan bahan kimia tambahan yaitu Potassium allum {K2SO4Al (SO4)3 24H2O} sebagai hardener. Potassium allum paling umum digunakan karena dapat bekerja sampai ph 5.
2.1.2.2.6        Solvent atau pelarut digunakan air.
2.1.3  Automatic Processing
Automatic processing adalah alat pengolahan film radiografi yang cara kerjanya merupakan pengembangan pengolahan film secara manual, yaitu dengan memasukkan film ke tangki-tangki pencucian dengan bantuan roller yang berputar untuk kemudian di bawa keluar dalam keadaan kering.
Bagian-bagian yang terdapat dalam alat automatic processing terdiri dari :
2.1.3.1  Sistem Pemasukan film (film entry system)
Film entry system merupakan system yang berkerja dalam proses pemasukan film. Dalam system ini terdapat beberapa alat yaitu Detektor petunjuk (detector finger),Baki pengumpan film (feeding tray).Sebuah microswitch.
Pada microswitch ini berfungsi untuk mengatur aliaran cairan penyegar baik developer maupun pada fixer. Selain itu microswitch ini dapat berfungsi untuk mengaktifkan system pengaman (warning system) artinya selama film mengenai microswicth, maka lampu indikator akan menyala. Selama lampu menyala menandakan bahwa film sedang dalam proses pembangkitan.
2.1.3.2  Sistem transportasi film (film transport system)
Pada system ini memiliki bagian-bagian berikut dan terdiri dari dua system roller   yaitu :
2.1.3.2.1 Vertikal roler transport, yang dipakai oleh prosesor tangki dalam               (deep tank). Roler tersebut disusun dalam bentuk rak-rak pada tiap-tiap tangki cairan dan dapat diangkat untuk dibersihkan. Bahan yang digunakan untuk roller bervariasi tergantung fungsi roler tersebut. Misalnya, roller yang membawa film dari daerah pencucian atau washing harus dapat memeras atau mempunyai daya peras dan melepaskan air dari emulsi, kontak secara merata  pada seluruh permukaan film sangat diperlukan, karena roler pada daerah ini sebaiknya terbuat dari karet. Sedangkan roller yang terdapat pada daerah processing lainnya terbuat dari stainless yang tahan karat. Dalam perputarannya, roller-roller tersebut saling berkaitan dan pergerakan tersebut disebabkan oleh motor yang berputar secara konstan. Sedangkan arah pergerakan film dapat diatur oleh alat yang disebut dengan guide plate atau plat penuntun.











Gambar 2. Vertikal roller transport system ( Chesney D. Nooren,1981: 207 )
2.1.3.2.2 Horizontal roller system, digunakan pada alat processing yang memakai shallow tank atau tangki yang dangkal yang mempunyai kapasitas sekitar    3-5 liter. Roller dipasang secara horizontal, yang satu terletak diatas film dan yang lainnya dibawah film. Roller-roller tersebut berputar membawa film melewati tangki-tangki processing.

























 
                      Film                 

                       Path                   Dev                    Fix                     Wash       

Gambar 3. Horizontal roller transport system ( Chesney, 1981: 142 )
2.1.3.3   Motor penggerak, merupakan alat yang digunakan untuk menggerakan roller pada processing otomatis. Motor ini memakai arus searah, kecepatan dari motor penggerak sangat bervariasi dan kecepatannya sangat mempengaruhi lamanya processing yang dapat diatur dengan menekan tombol pengatur. Pengatur kecepatan mulai dari 90-200 sekon dengan interval 20 sekon. Processing digerakan secara otomatis dengan memasukan film, jadi roller tidak berputar secara terus menerus. Elektronik sensor menggerakkan motor sebaik sensor yang menggunakan elektrik, seperti mengatifkan pompa sirkulasi                                                        (circulation pump) dan dryer heater setelah film dimasukan. Ketika film yang sudah diproses meninggalkan pengering (dryer) dan sensor mendeteksi tidak ada lagi arus yang disuplay untuk menggerakan motor. Dengan cara ini dapat menghemat listrik sekitar 50-60              (Chesney DN, 1981: 209). Tentu saja  ada interval antara keluarnya film terakhir dengan saat switch berpindah ke posisi off. Waktunya adalah sekitar 3 menit, tetapi beberapa alat processing ada yang dapat diatur waktunya antara     0 - 8 menit. Keadaan stand by pada processing juga dapat mengatur suplai air. Selain menghemat dua sumber energi, juga berarti mengurangi pemakaian komponen mekanik, roda gigi, roller dan lainnya.        (Chesney DN, 1981 : 210).
2.1.4   Kurva Karakteristik Film
Kurva karakteristik merupakan kurva grafik yang memperlihatkan hubungan antara sejumlah eksposi dengan hasil deensitas pada film. Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890. Maka dari itulah kurva ini biasanya disebut dengan kurva H dan D atau biasanya juga disebut kurva D log E. bentuk kurva tergantung dari cara membuat film, penyimpanan dan pengolahannya. Kurva karakteristik terdiri dari empat bagian yaitu:
2.1.4.1 Tingkat Kabut (A-B)
Tingkat kabut adalah merupakan daerah dengan densitas rendah. Densitas hampir tak tergantung dari eksposi. Sebagian besaar dari penghitaman yang timbul dikarenakan oleh sebab yang tidak berhubungan dengan eksposi, misalnya karena penyerapan cahaya oleh lapisan film, terutama pada lapisan dasar (base).
Densitas awal (fog level) selalu ada, meskipun telah disinar dengan sejumlah radiasi tertentu dan ditambah dengan densitas yang ada dari hasil eksposi tersebut. Daerah penghitaman atau densitas awal ini digambarkan sebagai garis horisontal (A-B)
2.1.4.2 Daerah Jari Kaki (toe)
Densitas di daerah ini lebihbesar sedikit dari tingkat kabut dan menunjukkan efek eksposi dan disebut dengan eksposi ambang. Pada daerah ini densitas naik secara perlahan dari 0,1 pada B sampai sekitar 0,4 pada C. jangka densitas ini menunjukan daerah terang dari radiografi.
2.1.4.3 Daerah Garis Lurus (Stright line)
Bagian ini adalah daerah yang terpenting dari film radiografi. Dalam jangka waktu eksposi ini densitas berbanding lurus dengan log eksposi yang berarti perkalian eksposi dedngan faktor yang sama akan menambah densitas dengan jumlah yang sama.
2.1.4.4 Daerah Bahu (Shoulder) (D-E)
Pada daerah D ini merupakan daerah yang mempunyai densitas maksimum dari film radiografi
2.1.4.5  Daerah Solarisasi (E
Daerah E dan seterusnya merupakan daerah solarisasi yang apabila diberi eksposi akan menyebabkan penurunan densitas film.Untuk lebih jelasnya kurva karakteristik film dapat dilihat pada gambar  berikut:
             
Gambar 4. Kurva Karakteristik film Radiograf
( Principle of Radiograpich Imaging an art and Science, 1992)
2.1.5  Densitas.
Dalam bidang radiografi, densitas termasuk hal yang penting, karena densitas yang tepat dapat membedakan gambaran secara menyeluruh. Dalam menganalisa radiografi juga tergantung pada densitas yang tepat, karena gambaran radiografi yang baik harus dapat memperlihatkan semua struktur organ diperiksa.
2.1.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas (Charton, 1992)
             Faktor pengontrol :mAs
Densitas                         Faktor yang mempengaruhi kVp
             Faktor-faktor lain         Focal spot
Heel effect
Jarak
Filter
Kolimasi
Anatomi            kontras media
Sifat soft tissue
Ketebalansofttisu
Phatologi
Grid         struktur         Rasio
      Frekwensi  
Pola
Tipe
penggunaan
Kombinasi film screen
Kecepatan screen
Ukuran phosphor
Ketebalan phosphor
Konsentrasi phosphor
Processing film
Suhu developer
Waktu pembangkitan
Penambahan cairan
Gambar 5. faktor yang mempengaruhi densitas
(Principle of Radiographic Imaging an Art and Science, 1992)
2.1.5.2 Pengukuran densitas
Derajat kehitaman film dapat diukur dengan menggunaka alat yang disebut densitometer yang akan menghasilkan nilai kehitaman tertentu.
Selain itu densitas juga dapat diukur dengan mencari nilai logaritma dari densitas mula-mula dibagi dengan densitas setelah menembus obyek
Gambar 6. Intensitas sinar-X menembus bahan
(Christensen’s Phyhsics of Diagnostic Radiology, 1990)
 







   Sensitometri
 










 












Dilakukan sensitometri menggunakan sensitometer elektrik pada film green sensitive merk Agfa, Fuji, Kodak, Retina dan Maco. Film diproses menggunakan automatik processing, dengan menggunakan larutan prosesing merk Agfa kemudian dilakukan pengukuran densitas mengunakan densitometer dan hasilnya ditampilkan ke dalam bentuk kurva karakteristik.

2.3  Definisi Peristilahan
1. Respon Film                       : Kemampuan film untuk menyerap atau  berinteraksidengan sejumlah radiasi yang digunakan pada suatu pemotretan.
2. Densitas                                       :  Derajat keseluruhan penghitaman perak       
                                                      bromida  yang tersimpan dalam emulsi film
                                                      (Carlton,1992).
3. Desitas Radiografi                         :  Densitas yang digunakan dalam bidang
   radiodiagnostik yang nilainya 0,25-2,00
4.  Radiografi                                    :  Dambaran yang dibentuk oleh sinar-X pada                           film radiografi akibat berubahnya perak halida
                                                      menjadi perak halogen
5.  Studi sensitometri                         :  Dtudi yang digunakan untuk melihat respon
                                                                  film  terhadap sejumlah cahaya yang sampai
                                                                  ke film
       6. General radiographic film              :  Film double emulsi, green sensitif yang
                                                                  mempunyai kecepatan medium untuk
                                                                  digunakan dengan  intensifying screen green
                                                                  emiting pada radiologi konvensional
       7.  Kurva karakteristik                      :  Grafik yang menunjukkan hubungan antara
                                                                  sejumlah eksposi dan densitas yang dihasilkan
                                                                  oleh film  (Carlton, 1992)
       8.  Speed film                                  :   Memberikan respon Terhadap  kuantitas
                                                                  minimum eksposi untuk menghasilkan suatu
                                                                  satuan densitas
        9.  Kontras                                      :   Perbedaan nilai densitas yang dapat dicatat
                                                        oleh suatu film      
10. Gamma film                                :   Harga tangensial dari sudut kemiringan garis
                                                                   pada kurva karakteristik film
        11. Gradien rata-rata                        :  Hasil bagi selisih nilai densitas radiografi.
                                                                    dengan  selisih rentang eksposi yang Speed
                                                                    menghasilkan densitas radiografi film
        12. Latitude film                               :   Rentang eksposi yang menghasilkan rentang
                                                                    densitas radiografi

1 comment:

  1. saya mau tanya apakah dalam kurva karateristik di daerah toe dipengaruhi oleh phenidone

    ReplyDelete