n Sensitometri adalah metode mengukur karakteristik respon film terhadap
radiasi baik dari cahaya tampak atau
sinar X. Caranya film diekspose dengan sinar X atau cahaya tampak dengan
nilai eksposi tertentu untuk menghasilkan serial densitas, kemudian film di
proses dan hasil densitasnya diukur dengan densitometer dan dibuat sebuah kurva
yang dikenal dengan kurva karakteristik
fungsi sensitometri adalah:
n Menilai speed relatif dari film
sinar-x, misalnya menggunakan screen film
atau tidak, sebagai koreksi terhadap eksposi.
n Untuk menilai
karakteristk film pada kondisi tertentu.
n Untuk mengevaluasi
teknik factor eksposi, dan intensifying screen
KARAKTERISTIK FILM
Resolusi (Resolution)
n Resolusi adalah
kemampuan untuk mengakuratkan antara gambaran dengan obyek.
n Resolusi biasa disebut juga
dengan detail, ketajaman dan daya urai (resolving power).
Kecepatan (Speed)
n Kecepatan (speed) adalah
kecepatan atau besarnya kemampuan emulsi film dalam merespon sejumlah cahaya.
n Nilai speed dipengaruhi
oleh ukuran kristal perak halida dan tebalnya.
n Makin besar kristal maka makin
cepat kecepatan (speed) film tersebut. Film dengan kecepatan (speed)
rendah memerlukan faktor eksposi yang besar, sedangkan film dengan kecepatan (speed)
yang tinggi memerlukan faktor eksposi yang kecil.
Kontras
n Kontras film adalah
banyaknya warna kehitaman (densitas) yang membedakan antara densitas minimum
dan densitas maksimum.
n Adapun rentang densitas
yang biasa digunakan dalam bidang radiografi adalah antara 0,25 - 2,00.
Latitude
n Latitude film adalah respon
emulsi film terhadap rentang perbedaan nilai eksposi yang disebut juga dengan
eksposi.
n Nilai latitude film ini
berbanding terbalik dengan kontras film.
n Bila nilai latitude
besar maka kontras akan rendah.
n Sedangkan bila nilai
latitude kecil maka kontrasnya akan tinggi.
SERI EKSPOSI DENGAN DUA
CARA:
1. TIME SCALE SENSITOMETRY
Kv, mA tetap yg berubah s
2. INTENSITY SCALE SENSITOMETRY
-
dengan step wedge/penetrometer
- dengan sensitometer
PERSIAPAN ALAT
n Metode Time Scale
Sensitrometry
–
Pesawat
sinar X
–
Film
ukuran 24 x 30 cm plus kaset
–
Timbal
penutup lapangan penyinaran
–
Densitometer
–
Processing
–
Kertas
dan alat tulis
n Metode Intensity Scale
Sensitometri
Dengan menggunakan stepwedge
– Pesawat sinar X
– Stepwedge
– Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
– Processing
– Kertas dan bolpoint Koin sbg penanda batas
Dengan menggunakan sensitometer
– Sensitometer
– Film ukuran 18 x 24
– Densitometer
– Kertas sensitometric data sheet Processing
PROSEDUR PENGUJIAN
n Metode Time Scale
Sensitrometry
•
Siapkan
kaset ukuran 24 x 30 cm yang telah terisi film.
•
Kaset
diletakkan di atas meja pemeriksaan untuk dilakukan eksposi.
•
Buat 10
kali serial eksposi dengan Kv tetap (40) dan mA tetap (100) sedangkan s
berubah. Nilai mAs yang di peroleh adalah 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 100, 200, dan
300.
•
Setiap
kali eksposi, lebar lapangan diatur berkisar 1-3 cm dam dibuat berurutan dati
1-10.
•
Setelah
kesepuluh ekspose kemudian dibuat satu kali ekspose dengan film ditutup timbal,
sehingga akan dihasilkan 11 serial ekposi.
•
Film dicuci
secara standar, suhu dan waktu eksposi dicatat.
•
Setelah
kering hasil dari masing-masing eksposi diukur densitasnya dengan densitometer.
•
Basic fog
diukur pada daerah film yang dieksposi yang ditutup timbale.
•
Setelah itu
dibuat tabel tentang eksposi, densitas yang dihasilkan dan nilai lognya.
•
Plotting
kurva pada kertas millimeter atau sensitometric data sheet berdasarkan hasil
pengukuran di atas.
•
Kemudian
dibuat kurva, sumbu vertikal adalah densitas dan sumbu horizontal adalah log
relative eksposure.
n Metode Intensity Scale
Sensitometri
Dengan menggunakan stepwedge
o
Siapkan
kaset 24 x 30 yang telah terisi film.
o
Letakkan
stepwedge diatas kaset.
o
Atur
sentrasi pada pertengahan stepwedge.
o
Luas
lapangan diatur secukupnya.
o
Buat
4 kali exposi dengan kV tetap(45) dan mAs berubah yaitu 4,8,12,16.
o
Tiap
kali exposi, daerah yang tidak ingin terkena exposi ditutup luth timbal.
o
Setelah
selesai, film diproses dalam kamar gelap.
o
Setelah
kering, film diukur densitasnya dengan densitometer.
o
Buat
tabel seperti diatas, sumbu vertikal merupakan densitas dan sumbu horizontal
menunjukkan step.
o
Plotting
kurva.
Dengan menggunakan sensitometer
o
Proses
dengan sensitometer dilakakukan di kamar gelap.
o
Keadaan
dikamar gelap benar-benar gelap atau lampu pengaman safety light dimatikan.
o
Ambil
selembar film, kemudian film tersebut dieksposi dengan menggunakan
sensitometer.
o
Kemudian
film dicuci dengan suhu dan waktu standar.
o
Setelah
kering dicatat densitas masing-masing step (2x).
o
Plotting
kurva karakteristik dengan sensitometric data sheet.
KURVA KARAKTERISTIK
n Kurva karakteristik
merupakan kurva grafik yang memperlihatkan hubungan antara sejumlah eksposi
dengan hasil densitas pada film.
n Kurva ini pertama kali
ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890.
n Maka dari itulah kurva
ini biasanya disebut dengan kurva H dan D atau biasanya juga disebut kurva D
log E.
n Bentuk kurva tergantung
dari cara membuat film, penyimpanan dan pengolahannya.
n Kurva
karakteristik terdiri dari empat bagian yaitu:
Tingkat Kabut (A-B)
n Tingkat kabut merupakan
daerah dengan densitas rendah.
n Densitas hampir tak
tergantung dari eksposi.
n Sebagian besar dari
penghitaman yang timbul dikarenakan oleh sebab yang tidak berhubungan dengan
eksposi, misalnya karena penyerapan cahaya oleh lapisan film, terutama pada
lapisan dasar (base).
n Densitas awal (fog
level) selalu ada, meskipun telah disinar dengan sejumlah radiasi tertentu
dan ditambah dengan densitas yang ada dari hasil eksposi tersebut.
n Daerah penghitaman atau densitas awal ini digambarkan sebagai garis
horisontal (A-B).
Daerah Jari Kaki (toe)
n Densitas di daerah ini
lebih besar sedikit dari tingkat kabut dan menunjukkan efek eksposi dan disebut
dengan eksposi ambang.
n Pada daerah ini densitas naik
secara perlahan dari 0,1 pada B sampai sekitar 0,4 pada C.
n Rentang densitas ini menunjukan daerah terang dari
radiografi.
Daerah Garis Lurus (Stright line)
n Bagian ini adalah daerah yang
terpenting dari film radiografi.
n Dalam jangka waktu eksposi ini
densitas berbanding lurus dengan log eksposi yang berarti perkalian eksposi
dengan faktor yang sama akan menambah densitas dengan jumlah yang sama.
Daerah Bahu (Shoulder) (D - E)
n Pada daerah D ini merupakan
daerah yang mempunyai densitas maksimum dari film radiografi.
Daerah Solarisasi (E)
n Daerah E dan seterusnya
merupakan daerah solarisasi yang apabila diberi eksposi akan menyebabkan
penurunan densitas film.
CARA PEMBUATAN KURVA
n EKSPOSI DAN PROCESING FILM
MENGUKUR DENSITAS YG DIHASILKAN
n PLOTTING KURVA
TEKNIK MEMBACA KURVA KARAKTERISTIK
Ketebalan dasar film (base film thickness)
n Untuk mendapatkan nilai ini,
sebaiknya tidak mencuci film dengan developer.
n Karena penghitaman pasti akan
ada disebabkan karena banyak faktor.
n Biasanya jika ingin mengukur
kehitamannya maka film dimasukkan langsung ke dalam fixer, sehingga terjadi
clearing total dan akan menambahkan densitas sebesar 0.05 - 0.1 dalam bentuk
fog density RR. Charlton, (1992).
n Menurutnya nilai OD dari
ketebalan dasar film besarnya berkisar 0.05 - 0.1, sedangkan menurut VD. Plats
(1996) tidak lebih dari 0.06 OD sedangkan untuk blue base mencapai 0.2 OD.
n Tetapi nilai ini dalam
aplikasinya tidak dihitung tersendiri, melainkan disatukan dengan basic fog
(fog dasar).
Basic Fog (basic plus fog)
n Untuk mendapatkan nilai ini,
biasanya pada lapisan ini benar-benar dihindari terjadinya eksposi akibat
sensitometri.
n Sehingga jika kita menggunakan
step wedge maka ada blok dengan timbal.
n Dan ketika sedang memproses
sebaiknya tidak menggunakan safe light. Nilai toleransi yang diperkenankan
antara 0.10 dan tidak boleh lebih dari 0.22 (Charlton, 1992).
Daerah Toe (tumit)
n Pada daerah ini film dipengaruhi
oleh phenidone, dan di sini awal terjadinya proses pembangkitan film
radiografi.
n Saat ini film mengalami peningkatan densitas.
Daerah Straight Line (garis lurus)
n Daerah ini juga disebut gamma
film.
n Ini merupakan garis lurus kurva
antara toe dengan shoulder.
n Daerah ini dinamakan garis
lurus, karena film bekerja secara progresif linier dalam daerah yang luas.
n Nilai OD pada awalnya berkisar
0.25 sampai 0.5 dan daerah tingginya berkisar 2.0 - 3.0 OD.
n Menurut Charlton (1992) daerah
ideal yang biasa digunakan pada radiodiagnostik (useful range density) adalah
berkisar 0.5 - 1.25 sedangkan menurut Chesney (1984) sebesar 0.25 - 2.0, daerah
yang sulit dianalisis yaitu 2.5 - 3.0, sedangkan daerah yang tidak terkena
ekposi total adalah 2.3 - 3.0.
Daerah Shoulder (bahu)
n Daerah ini dinamakan bahu karena
bentuknya seperti bahu yang landai.
n Daerah ini berakhir pada daerah
solarisasi.
Daerah D-Max (densitas maksimal)
atau puncak
n Daerah ini merupakan suatu titik
balik, yaitu perilaku film yang densitasnya bertambah kemudian membalik menjadi
kecil.
n Menurut Charlton (1992) pada
daerah ini film telah mendapat eksposi yang banyak (sesuai kapasitas film),
sehingga ion perak halida sudah terpenuhi dengan maksimal, sehingga sudah tidak
dapat menerima sejumlah elektron lagi.
n Dan seandainya eksposi
(elektron) ditambahkan, maka yang terjadi pelepasan elektron dari perak halida.
Daerah Solarisasi
n Yaitu merupakan daerah anti klimaks, ketika penambahan-penambahan
sejumlah emulsi justru akan menyebabkan penurunan jumlah densitasnya.
ANALISIS KURVA KARAKTERISTIK
n Daerah kabut (fog): A ↔ B
–
Tidak tergantung dari besarnya eksposi
–
Tergantung dari penyimpanan film
–
Densitas dari base film
–
Di atas densitas fog à densitas akibat eksposi
n Daerah tumit (toe): B ↔ C
–
Daerah eksposi ambang
–
Daerah terang (opasitas)
–
Daerah awal terjadinya penghitaman
akibat eksposi
–
Besarnya: 0,1 – 0,4.
n Daerah garis lurus (straight line): C ↔ D
–
Daerah signifikan dari film radiografi
–
Densitas berbanding lurus dengan eksposi
–
Kemiringan kurva (slope)
–
Perbedaan densitas maksimum dari eksposi
yang berbeda àgamma
film
n Daerah bahu (shoulder): D ↔ E
–
Daerah sangat hitam D = 3 – 4
–
Daerah radiografi paru
–
Daerah kelebihan eksposi
KEHITAMAN(DENTITAS)
D = Log Io
It
Io = intensitas cahaya
mula-mula.
It = intensitas cahaya pada tempat yang sama
setelah melewati film.
Contoh:
Bila Io = 1000; It = 10
Maka
D = Log 1000
10
= 2
KONTRAS FILM (C) (1)
n Merupakan nilai perbedaan derajat kehitaman.
n Faktor yang mempengaruhi:
–
Perbedaan koefisien atenuasi bahan (m)
–
Ketebalan bahan. (d)
–
Kemiringan kurva karakteristik film
(gamma film)
n C = D2 – D1
= gamma. (Log E2 – Log E1)
GAMMA FILM (g)
Kemiringan kurva
–
Perbedaan densitas maksimum dari eksposi
yang berbeda
–
Untuk film radiografi nilainya = 4
Gamma (g) nilainya:
= D2 – D1
Log E2 – Log E1
n KONTRAS :
- GAMMA
G = tan A
- GRADIENT RATA-RATA
G =
Dy – Dx (densitas guna)
Log Ey – log Ex ( lat. Film)
Densitas guna = net density 0.25 – 2.0.
gradient rata-rata /kontras ditentukan oleh
:
emulsi film, jenis film( single/double),
kondisi prosesing, IS.
n LATITUDE :
Adalah kemampuan sebuah film utk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu.
Latitude Film : menggambarkan selisih antara batas atas dan bwah log eksposi relative
atau log Ey – log Ex
kontras naik, lat. Film turun
Adalah kemampuan sebuah film utk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu.
Latitude Film : menggambarkan selisih antara batas atas dan bwah log eksposi relative
atau log Ey – log Ex
kontras naik, lat. Film turun
n Latitude exposi :
adalah toleransi film thd kesalahan pemilihan faktor eksposi spt kVp, mAs, time ,FFD pada saat eksposi dilakukan.
Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontrast subject.
adalah toleransi film thd kesalahan pemilihan faktor eksposi spt kVp, mAs, time ,FFD pada saat eksposi dilakukan.
Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontrast subject.
n Latitude exposi :
adalah toleransi film thd kesalahan pemilihan faktor eksposi spt kVp, mAs, time ,FFD pada saat eksposi dilakukan.
Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontrast subject.
adalah toleransi film thd kesalahan pemilihan faktor eksposi spt kVp, mAs, time ,FFD pada saat eksposi dilakukan.
Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontrast subject.
n SPEED
speed sebuah film adalah sejumlah x ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas tertentu.
Film A memiliki kecepatan relative thd film B maksudnya adalah rasio eksposi yg diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg sama.
speed sebuah film adalah sejumlah x ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas tertentu.
Film A memiliki kecepatan relative thd film B maksudnya adalah rasio eksposi yg diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg sama.
SPEED
n Speed point:
titik pd kurva karakteristik dimana nilai densitasnya adalah 1 + b+f
n Speed exposure point: log eksposi yg menghasilkan speed point
n Bila film A speed eksp point = 2,0
film B speed eksp point = 1,5
Beda speed kedua film =
antilog (2,0-1,5) = 3,16
Jadi film A 316 % kali lebih cepat dari film B.
MANFAAAT KURVA H & D
MANFAAAT KURVA H & D
n Mengetahui besar
kecilnya fog level
n Menilai kontras
film
n Menilai
kecepatan film
n Menilai densitas
maximum
n Untuk membanding satu film dengan yg lain
n Membandingkan IS satu dengan yg lain
n Mengetes cairan pembangkit
n Mengetahui latitude film
n Kontrol kualitas
otomatik prosesing.
No comments:
Post a Comment