KENDALI
JAMINAN MUTU
Reject AnalysisPengertian Reject Analysis
adalah suatu prosedur untuk mengetahui tingkat kesalahpahaman dan kesalahan teknik dalam melakukan pemeriksaan atau kesalahan yang timbul oleh peralatan yang dinilai terhadap film – film yang terbuang dengan sia – sia.
Tujuan Reject Analysis Film
1. Menganalisa jumlah film yang terbuang sebagai sebuah presentase dari total film yang digunakan
2. Membuat standar untuk program QA dan kemudian memantau sebuah keefektifan dari suatu program
3. Menyediakan alat untuk mendeteksi dini dari perubahan reject rate dan mengidentifikasi kemungkinan dari penyebabnya
Maanfaat Reject Analysis
1. Memastikan bahwa teknik radiografi yang digunakan tepat dan penanganan film yang dilakukan benar
2. Memastikan bahwa perlengkapan radiografi yang digunakan dalam kondisi baik dan standar
3. Memastikan bahwa pemilihan jenis film yang digunakan tepat
Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film
Lakukan survei terhadap :
1. Jumlah film yang belum terekspose di ruang processing termasuk yang ada didalam kaset
2. Jumlah film yang belum terekspose di masing-masing kamar pemeriksaan
3. Tentukan jumlah dari film yang di reject untuk masing-masing kategori, antara lain :
a. Over eksposure
b. Under eksposure
c. Positioning
d. Motion
e. Processing
f. Equipment
4. Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang ditolak
5. Tim analisi melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi (jika memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap pemeriksaan)
Batas – batasan radiograf (gambar radiografi ) yang diterima :
1. Angka reject tidak melebihi 10%
2. Ideal nya dibawah 5% tergantung tidak hanya program QC yang baik tetapi juga laporan yang ideal diantara radiografer dan radiolog
3. Jika total reject > 10% maka yang diharapkan harus melakukan QC program yang baik
Faktor – faktor penyebab reject analysis film :
1. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error )
Kesalahan atau kekurang telitian personal atau radiografer
dalam mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang dihasilkan tidak
memberikan informasi yang jelas untuk menegakkan diagnosa. Gambar yang
dihasilkan dapat menjadi under exposure atau over exposure. Under exposure terjadi karena faktor eksposi
yang diberikan kurang sehingga gambaran menjadi putih akibat kurangnya kontras
dan densitas. Sedangkan over exposure terjadi karena faktor eksposi yang
diberikan terlalu banyak sehingga gambaran yang dihasilkan menjadi terlalu
gelap akibat kelebihan kontras dan densitas.
2. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan
(tools eror)
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang
berfungsinya alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang
tidak stabil karena ada hambatan pada tegangan. Processing otomatis yang macet
atau roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan
IS yang kotor, marker yang menutupi organ.
3.
Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)
Pergerakan
pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi kabur. Hal ini dapat
terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga terjadi karena pasien
tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena tidak mandapatkan instruksi
yang jelas dari radiografer.
Tahap – tahap reject analysis
Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus
diberikan kepada instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:
•a. Siapa
yang menjalankan program
•b.
Radiografer yang diikutsertakan
•c.
Kategori apa saja yang dilakukan
•d.
Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa
•e. Periode waktu yang digunakan
•f. Penafsiran hasil
•g. Analisa hasil
•h. Perbandingan hasil___________________________________________________________________________________________________________
10 program QA
Berikut 10 langkah program QA ( Quality Asurance )
beserta penjelasannya
1. Perencanaan QA ( Planning for Asurance )
Langkah
pertama menyiapkan organisasi yang melaksanakan QA. Perencanaan mulai dengan
review scope organisasi pelayanan untuk menetapkan pelayanan yang dituju. Untuk
sebagian organisasi, adalah tidak mungkin untuk meningkatkan mutu seluruh
bidang dalam waktu bersamaan. Bahkan, kegiatan QA didahulukan pada beberapa
area yang kritis. Prioritas tinggi, volume tinggi atau pelayanan yang mudah
bermasalah adalah sering dipilih untuk mendapatkan perhatian khusus untuk
memulai progam QA.
2.
Membuat pedoman dan menyusun standar – standarAgar pelayanan bermutu tinggi dapat diberikan konsisten, organisasi harus menjabar kan tujuan progam-progam dan sasarannya kedalam prosedur operasional. Dalam arti luas,standar adalah suatu pelayanan tentang mutu yang diharapkan. Dalam maksud ini adalah petunjuk pratis atau protojol klinik prosedur administrasi atau prosedur peranational standar (Stndards operating procedure).
3. Mengkomunikasikan standar dan spesifikasi
Hal ini akan meyakinkan msing-masing petugas kesehatan,
supervision, meneger, dan orang-orang yang mendukung untuk memahami apa yang
diharpkan dari masing-masing mereka, khususnya apabila pelatihan sedikit,
supervise lemah atau apabila pedoman atau standar-standar tersebut baru dibuat
atau baru berubah.
4. Monitoring mutu (Monitoring Quallity).
Monitoring adalah pengumpulan dan review data yang membatu
menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome
ditingkatkan. Dengan monitor, indicator-indikator kunci. Desain atau redesain
system monitor memerlukan penjabaran statemen tentang mutu yang diharapkan
kedalam indicator-indikator yang bias diukur, di seluruh tingkat organisasi. Ini termasuk:
@Seleksi
indicator
@Menyusun
ambang batas(Threshold)
@Menyeleksi
sumber informasi
@Mendesain
suatu system untuk mengumpulkan dan kompilasi data
@Melaksanakan
kegiatan-kegiatan monitoring
5.
mengidentifikasi masalah dan menyeleksi peluang untuk peningkatan.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimilai dari identifikasi
masalah mutu dan mencaripeluang peningkatan.
Langkah- langkahnya :
identifikasi masalah.
identifikas area potensial untuk peningkatan.
Seleksi area yang dibutuhkan untuk perbaikan.
# keputusan oleh ahlinya
# voting
# dengan matrix.
6. menetapkan masalah dan operasionalisasinya.
Tujuannya adalah untuk menyatakan secara jelas masalah yang
dimaksudkan.
Langkah- langkahnya :
menguraikan masalah.
Menetapkan batasan- batasan masalah.
Verivikas bahwa statement tidak masalah menempatlan atau
menyatakan secara tidak langsung penyebab atau solusi.
7. memilih tim : identifikasi siapa yang seharusnya
bekerja.
Menetapkan tim kecil
untuk mengatasi maalah- masalah tertentu.
üa.
identfikasi mereka yang terlibat.
üb. Menyusun tim.
üc. Membuat prosedur kerja tim.
8.
analisa masalah dan identifikasi penyebab masalah.
Menganalisa dan mempelajari masalah untuk identifikasi
penyebab masalah, mengumpulkan dan analisis data untuk memahami masalah aslinya
dan prinsipnya dan identifikasi akar penyebab masalahnya.
Focus analisis
masalah dan penyebabnya :
•a.
ststement masalah dan klarifikasi masalah.
•b. Memahami proses sekitar permasalahan.
•c. Membuat hipotesa tentang penyebab masalah,
•d. Test
hepotesa dan menetapkan penyebab utama.
9. membuat solusi- solusi dan kegiatan- kegiatan untuk
peningkatan mutu.
Sasarannya dari langkah ini adalah membuat solusi yang
memecahkan masalah.
Langkah dalam membuat solusi dengan kegiatan peningkatan
mutu :
vmemilih dan mendesain semua solusi.
vDaftar semua solusi potensial.
vSeleksi criteria untuk menetapkan solusi terbak.
vMemilih solusi untuk pelaksanaan peningkatan mutu.
vUngkapan solusi secara praktis dan mudah dilaksanakan .
10.
melaksanakan dan mengevaluasiupaya- upaya peningkatan mutu.
Langkah final ini
biasanya dikenal dengan siklus Deming (PDCA)
qa.
merencanakan pelaksanaan solusi (plan).
qb.
melaksanakan solusi(do).
qc.
Mengkuti pelaksanaan solusi da hasilnya (check).
qd.
Membuat keputusan bilamana pelaksanaannya diperluas, dimodifikasi solusinya
atau memilih solusi lainnya untuk ditest.
No comments:
Post a Comment