Monday, 13 February 2012

COMPUTED TOMOGRAPHY Physical Principles, Clinical Applications and Quality Control
1
Computed Tomography
Garis Besar 
Bab Pengertian, 2 Rekonstruksi Gambar dari Proyeksi-proyeksi Evolusi Istilah
Proses, 3 Akuisisi Data Rekonstruksi Gambar Tampilan Gambar, Manipulasi, Penyimpanan, Perekaman dan Komunikasi Bagaimana CT Scan Bekerja, 6 Perspektif Sejarah, 7 Percobaan Awal Godfrey Newbold Hounsfield Allan MacLeod Cormack Perkembangan 10 Tahun Pertama CT Scan Kecepatan Tinggi CT Scan Spiral/helical: Volume Scanning Mobile CT Kajian Efikasi Klinis Kajian Dosis Radiasi Kendali Mutu Penggunaan Lain Pengolahan Citra Digital, 15 Aplikasi Volume Scanning, 15 CT Fluoroskopi Citra Tiga Dimensi dan Visualisasi CT Angiografi CT Endoskopi
Gb.1-5. Skema pengambilan data pada Brain CT yang pertama. Permasalahan dasar yang muncul dengan metode pengambilan data ini adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapat data yang cukup untuk rekonstruksi gambar. Berikutnya, diperkenalkan skema scanning pasien yang lebih efisien (lihat bab 5). Sebagai tambahan, sinyal dari detektor harus dikonversikan menjadi data yang dapat dipakai oleh komputer untuk menghasilkan
gambar.
Rekonstruksi Gambar
Setelah detektor mendapatkan penghitungan transmisi yang cukup, data dikirim ke komputer untuk proses selanjutnya. Komputer menggunakan teknik matematika khusus untuk merekonstruksi gambar CT pada beberapa tahap yang dinamakan rekonstruksi algoritma (lihat bab 6). Sebagai contoh, rekonstruksi algoritma yang dipakai oleh Hounsfield dalam mengembangkan CT Scan pertama dikenal dengan algebraic
reconstruction technique. Suatu komputer berperan sentral dalam proses pembentukan gambar CT. Secara umum, terdiri atas komputer mini dan mikroprosesor yang terkait dalam melakukan fungsi-fungsi tertentu. Pada beberapa CT Scan, detektor mampu melakukan perhitungan yang sangat cepat dan mikroprosesor khusus melakukan operasi pemrosesan gambar.
Tampilan Gambar, Manipulasi,Penyimpanan, Perekaman dan Komunikasi
Setelah komputer melakukan proses rekonstruksi gambar, hasil gambar tersebut bias ditampilkan dan disimpan untuk nantinya dianalisis ulang. Biasanya gambar ditampilkan pada cathode ray tube (CRT), meski teknologi tampilan gambar lainsekarang juga tersedia; seperti teknologi layar sentuh untuk pengaturan scan dankontrol pada beberapa CT Scan. Namun begitu, CRT tetap merupakan alat terbaik untuk menampilkan gambar gray scale.Monitor bersatu dengan konsul kontrolyang memungkinkan radiografer (operatorkonsul) dan radiologis (physician konsul) memanipulasi, menyimpan dan merekam gambar.  Manipulasi gambar menjadi popular pada CT, dan banyak software computer tersedia. Gambar-gambar dapat dimodifikasi untuk membuatnya lebih bermakna bagi yang melihat. Seperti gambar irisan axial bisa dijadikan irisan coronal, sagital dan paraxial (reformat).Gambar juga bisa diberi perlakuan smoothing (melembutkan), edge enhancement, manipulasi gray scale dan proses tiga dimensi.Gambar bisa direkam dan selanjutnya disimpan dalam beberapa format data. Biasanya dalam bentuk film sinar-X karena memiliki rentang gray scale yang lebar dibanding film biasa. Beberapa model perekaman seperti multiformat video camera juga dipakai, meski sekarang ini laser kamera dikembangkan dan lazimdipakai di radiologi.
Gambar CT dapat disimpan dalam pita magnetik dan cakram magnetik. Saat ini, teknologi penyimpanan optik telahmenambah dimensi penyimpanan informasi dari CT Scan. Pada penyimpanan optik, data yang terekam dibaca oleh sinar laser. Pada kasus ini penyimpanannya bias disebut laser storage. Media penyimpanan optik seperti disket, pita kaset dan kartu (lihat bab 7).Pada CT, komunikasi bermakna transmisi elektronik data berupa tulisan dan gambar dari CT Scan ke alat lain seperti laser printer, diagnostic workstation, layar monitor di radiologi, ICU, kamar operasi dan trauma di RS; dan komputer di luar RS. Komunikasi elektronik pada CT perlu protokol standar yang memungkinkan koneksitas (networking) antar modalitas (CT, MRI, digital radiography dan fluoroscopy) dan peralatan multivendor.

COMPUTED TOMOGRAPHY Physical Principles, Clinical Applications and Quality Control
6
Standar yang dimaksud adalah Digital Imaging and Communication in Medicine (DICOM) yang memakai standar American College of Radiology dan National Electric Manufacturers Association. Bagian CT saat ini beroperasi dalam lingkungan picture archiving and communication system yang memungkinkan perpindahan data dan gambar CT antar alat di radiologi. Sistem ini juga bisa dikoneksikan denganRadiology Information System dan Hospital Information System (lihat bab 2).
Bagaimana CT Scan Bekerja
Radiografer harus mengerti cara kerja CT Scan untuk menambah pemahaman penelitian yang dulu maupun teknologi terkini (Gb.1-6). Pertama, radiographer menyalakan power dan melakukan test cepat untuk memastikan CT Scan bekerja sebagaimana mestinya.
Pasien diposisikan sesuai pemeriksaan. Radiografer lalu mengatur faktor teknispada konsul control, scan dimulai. Ketika sinar-X menembus tubuh pasien, maka terjadi penyerapan energi sinar-X dan diukur oleh detektor. Tabung sinar-X dan detektor terletak di dalam gantry dan berotasi terhadap pasien selamamproses scanning. Detektor mengubah foton sinar-X menjadi sinyal elektrik atau sinyal analog, yang harus diubah menjadi data digital (numerik) sebagai input komputer.Lalu komputer melakukan proses rekonstruksi gambar. Gambar hasilrekonstruksi adalah data numerik yang harus diubah menjadi sinyal elektrik agar dapat dilihat pada monitor (Gb. 1-7). Tahap akhir, gambar disimpan pada pita magnetik atau cakram optik dan dicetak pada film sinar-X.

Gb.1-6. Komponen utama CT Scan. Komponen komunikasi data tidak ditampilkan.

Perspektif Sejarah
Percobaan Awal
Penemuan CT Scan telah merevolusi praktik radiologi. Kemampuan CT begitu luar biasa sehingga pada banyak kasus CT mampu mendapatkan lebih banyak informasi diagnostik dibanding dengan teknik sinar-X konvensional. Penemuan luar biasa ini merupakan hasil karya beberapa tokoh, khususnya Godfrey Newbold Hounsfield dan Allan MacLeod
Cormack. Godfrey Newbold Hounsfield
Godfrey Newbold Hounsfield (Gb.1-8)lahir pada tahun 1919 di Nottinghamshire, Inggris. Dia belajar elektronik dan teknik kelistrikan dan mekanik. Pada 1951 Hounsfield menjadi pekerja pada EMI Limited (Electric and Musical Industries, sekarang Thorn EMI) di Middlesex, dimana dia memulai pekerjaan dalam bidang sistem radar dan teknologi komputer pada lanjutnya. Penelitiannya tentang komputer memulai perkembangan EMIDEC 1100, komputer bisnis pertama dengan solid-state di Inggris Raya. Pada 1967, Hounsfield meneliti pengenalan pola dan teknik rekonstruksi pada komputer. (Dalam proses pembentukan gambar, pengenalan pola meliputi teknik untuk pengamat dalam mengenali, menjelaskan dan
mengklasifikasikan variasi fitur-fitur yang dipresentasikan oleh suatu gambar atau sebuah sinyal). Hasil penelitian ini dia menyimpulkan bahwa bila sebuah berkas sinar-X dilewatkan pada suatu obyek dari berbagai arah dan dilakukan penghitungan transmisi pada semua berkas sinar-X maka dapat diperoleh informasi mengenai struktur internal obyek tersebut. Informasi ini diperlihatkan ke radiologist dalam bentuk gambar yang merupakan representasi tiga dimensi. Percobaan dilakukan menggunakan alat yang didesain untuk mencari tahu kelayakan teknik ini pada obyek manusia mendapat dukungan dari Departemen Kesehatan Inggris (Gb.1-9). Radiasi yang dipergunakan dari sinar gamma americium dengan satu detektor kristal. Karena sumber radiasinya rendah, alat memerlukan 9 hari untuk melakukan scan terhadap obyek. Komputer perlu waktu 2,5 jam untuk memproses 28.000 perhitungan yang ditangkap oleh detektor. Karena prosedur
ini terlalu lama, maka dilakukan modifikasi dengan mengganti radiasi sinar gamma dengan tabung sinar-X yang lebih kuat. Hasil percobaan ini lebih akurat, namun memerlukan waktu 1 hari untuk mendapatkan 1 gambar. Untuk mengevaluasi kegunaan mesin ini, Dr. James Ambrose, seorang konsultan radiologi di RS Atkinsonson-Morley
bergabung dalam penelitian ini. Mereka berdua mendapatkan gambar dari specimen otak manusia. Temuannya bahwa jaringan tumor terlihat berbeda dari gray dan white matter. Penelitian ini dikontrol dengan memakai obyek otak sapi yang masih normal dimana mampu menampilkan detail seperti ventrikel dan pineal gland. Penelitian juga dilakukan dengan obyek ginjal babi.

Gb. 1-7. Pesawat CT modern dan kontrol konsul.

Gambar hasil rekonstruksi ditampilkan pada monitor TV untuk dilihat oleh observer (dari Toshiba America Medical System; Tustin, Calif)

Gb.1-8. Penemu Computed Tomography, Dr. Godfrey Hounsfield (dari Thorn EMI; London, Inggris)
8
Pada 1971 purwarupa pertama CT scan untuk otak dipasang di RS Atkinsonson- Morley dan pengujian klinis berada dibawah kendali Dr. Ambrose. Waktu pemrosesan gambar menjadi sekitar 20 menit. Lalu dengan penggunaan minikomputer, waktu pemrosesan menjadi 4.5 menit. Pada 1972 pasien pertama di scan dengan alat ini. Pasien ini seorang wanita dengan suspek lesi otak dan hasil gambar secara jelas detail sirkuler kista yang gelap pada otak. Sejak saat itu semakin banyak pasien yang di scan dan terbukti kemampuan alat untuk menampilkan perbedaan jaringan normal dan yang tidak  (Hounsfield, 1980). Penelitian Dr. Hounsfield telah berhasil mengembangkan penggunaan klinis CT untuk menggambarkan otak. Atas hasil karya ini, Hounsfield memperoleh penghargaan McRobert (semacam hadiah Nobel di bidang teknik) di tahun 1972. Tahun 1979, Hounsfield berbagi hadiah Nobel di bidang kedokteran dan fisiologi bersama Allan MacLeod Cormack, seorang profesor fisika di Universitas Tufts di Medford, Massachusetts atas kontribusi mereka dalam pengembangan CT Scan. Dengan membuat CT pertama, Hounsfield telah membuka lingkup baru bagi radiografer, radiologis, dokter, ahli teknik dan ilmuwan terkait lainnya. Allan MacLeod Cormack Allan MacLeod Cormack (Gb.1-10) lahir di Johannesburg, Afrika Selatan pada 1924. Dia kuliah di Universitas Cape Town dan melanjutkan studi fisika nuklir di Universitas Cambridge sebelum menjadi dosen fisika di Universitas Cape Town. Dia lalu pindah ke Amerika Serikat, kuliah sebentar di Harvard sebelum bergabung dengan Jurusan Fisika Universitas Tufts. Profesor Cormack mengembangkan pemecahan untuk problem matematika pada CT.
Perkembangan
10 Tahun Pertama Jumlah pesawat CT Scan yang dipasang antara tahun 1973 dan 1983 berkembang dengan pesat. Barangkali perkembangan teknis signifikan yang pertama adalah saat Dr. Robert Ledley seorang professor radiologi, fisiologi dan biofisika di Universitas Georgetown pada 1974 mengembangkan CT untuk batang tubuh yang pertama (Gb.1-11). (Hounsfield EMI Scanner hanya untuk kepala). Dr. Ledley lulus gelar doctoral dalam bedah gigi di Universitas New York pada 1948, mendapat Master Teori Fisika dari Universitas Columbia pada 1949. Dia memeganga hak paten lebih dari 60 instrumen medis dan menulis beberapa buku tentang penggunaan komputer dalam bidang biologi dan kedokteran.* * Tulisan Dr. Ledley yang terkenal (bersama Dr. H. K. Huang) yakni Cross-Sectional Anatomy: An Atlas for Computerized Tomography, yang memberikan gambaran bagi radiografer dan radiolog tentang pemahaman visualisasi gambar irisan tubuh. Untuk penjelasan lengkap tentang pionir CT, pembaca dapat membaca Naked the Bone karangan Kelves (1999)

Gb.1-9. Bed scanner dari lathe yang dipakai pada percobaan CT oleh Hounsfield (dari Thorn EMI; London, Inggris)

Gb. 1-10. Allan MacLeod Cormack berbagi hadiah Nobel dengan Godfrey Hounsfield atas kontribusi pemecahan matematis pada CT. (dari Univ. Tufts, Medford, Mass)
9
Pada 1990 dia dinobatkan sebagai penemu nasional paling terkenal atas temuan computed transverse axial CT scanner otomatis. Pada 1997, Dr. Ledley memenangkan hadiah National Medal of Technology, sebuah penghargaan prsiden AS atas kontribusi di bidang sains dan teknologi (Ledley, 1999). Sekarang dia menjabat presiden National Biomedical Research Foundation di. Georgetown University Medical Center. Hasil para pionir ini diteruskan dengan pengenalan tiga generasi (istilah yang merujuk pada metode scanning) CT Scan. Pada 1974 CT generasi keempat mulai dikembangkan (Gb.1-12).
Pada sistem CT, kemampuan computer dalam melakukan berbagai fungsi adalah utama. Komputer untuk CT telah mengalami perubahan yang sangat lama (lihat bab 7). Kualitas gambar merupakan pengembangan yang signifikan sebagaihasil perubahan teknologi  yang dipakai. Meski hasil gambar teknologi awal terlihat “kotak-kotak“ namun teknologi berikutnya mampu memperbaiki (Gb.1-13). Peningkatan kualitas gambar termasuk diantaranya spatial resolution meningkat, semakin singkat waktu scan, resolusi densitas meningkat dan perbaikan tabung sinar-X untuk memfasilitasi naiknya kemampuan (loadability) yang diperlukan pada whole body CT. Sebagai contoh, ukuran matriks pada tahun 1972 adalah 80X80; di 1993 menjadi 1024X1024. Spatial resolution dan waktu scan pada 1972 adalah 3 line pairs/cm (lp/cm) dan 5 menit, lalu pada 1993 adalah 15 lp/cm dan1 detik (Kalender,1993). Naiknya kemampuan loadability berdampak pada kemampuan scanning pemeriksaan CT yang dinamis dimana memerlukan beberapa rangkaian scan dalam waktu yang singkat. Model CT scan terakhir mampu melakukan operasi seperti prescan, mode lokalisasi yang dapat menampilkan survey organ yang diinginkan (ROI). Reformat yang cepat dari irisan axial ke coronal, sagital dan oblik juga telah mampu dilakukan.
CT Scan Kecepatan Tinggi

Pada 1975 diinstal Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) di unit biodynamic Mayo Clinic. Tujuan DSR adalah untuk memungkinkan dilakukannya volume scanning terhadap sistem organ yang bergerak dinamis dan fungsi system kardiovaskuler dan pernafasan dengan resolusi temporal yang tinggi sebaik detail gambar anatomi (Robb dan Morin, 1991; Ritman et al, 1991). Saat ini, penelitian tentang unit ini tidak dilanjutkan lagi.

Gb.1-11. Dr. Robert Ledley mengembangkan whole body CT Scan pertama, computed transverse axial CT Scanner otomatis (dari Robert Ledley; Washington, DC)
10
Pada pertengahan tahun 1980-an, mulai diperkenalkan CT Scan berkecepatan tinggi lainnya dengan menggunkan teknologi berkas elektron. CT ini adalah hasil karya Dr. Douglas Boyd, dkk yang dimulai di Universitas California di San Fransisco sejak akhir 1970-an. CT Scan ini dibuat dengan tujuan mampu menghasilkan gambar sistem kardiovaskuler yang terhindar dari artefak karena pergerakan. Pada saat itu, dikenal dengan nama cardiovascular CT Scanner. Sekarang, Siemens Medical memproduksi jenis ini dengan nama Evolution yang disebut juga electron beam CT (EBCT) scanner. Perbedaan yang paling mencolok antara EBCT dan CT konvensional adalah ketiadaan bagian yang bergerak. EBCT mampu menghasilkan gambar multislice antara 50 ms-100ms. Perkembangan EBCT khas sesuai dengan produsennya, dimana terdapat hamper 20 produsen CT pada tahun 1973 dan 1983 (lihat lampiran D). Evolusi CT Scan berlanjut setelah 1983 dengan sekitar 10 produsen bersaing dalam memasarkan CT. (Daftar terkait dengan perjalanan perkembangan CT oleh satu produsen besar).

Gb. 1-12. Empat metode scanning dasar atau sistem pada: A. generasi pertama; B. generasi kedua; C. generasi ketiga: D. generasi keempat

Gb. 1-13. Tampilan gambar CT awal (kiri) dibanding dengan yang dihasilkan oleh CT terkini (kanan). Tampak jelas perbedaan kualitas gambarnya. (dari Schwierz G. Kirchgeorg M; The continuous evolution of medical x-ray imaging.I. The technically driven stage of development, Electromedica 63:2-7, 1995).
11
CT Scan Spiral/Helical: Volume ScanningPada CT konvensional, dilakukan pengambilan gambar satu irisan pada pasien pada waktu yang sama. Tabung Sinar-X dan detektor-detektor berputar selama 360 derajat atau kurang untuk melakukan scan satu irisan selagi meja dan pasien tetap tidak bergerak. Pengambilan irisan demi irisan ini membutuhkan banyakwaktu, dan oleh karena itu usaha-usaha dibuat untuk meningkatkan scan dengan volume-volume yang lebih besar dengan waktu yang relatif lebih sedikit. Dugaan ini yang membuat kepada pengembangan dari suatu teknik dimana suatu volume dari  jaringan diambil dengan menggerakkan pasien secara terus-menerusmelalui gantry dari scanner selagi tabung sinar-X dan detektor-detektor berputar secara terus-menerus pada beberapa putaran. Sebagai hasilnya, berkas sinar-X tetap mengelilingi pasien (Gb.1-14).
Walaupun beberapa produsen menyebut berkas geometri ini sebagai spiral CT (berkas sinar membentuk pola spiral mengelilingi pasien), yang lainnya menyebut helical CT (berkas sinar membentuk pola helical mengelilingi pasien). Buku ini menggunakan kedua
terminologi tersebut secara bersama.

Gb. 1-14. Dengan volume CT scanner, sinar-X dan detektor berputar secara terus-menerus selama pasien bergerak melalui gantry. Sebagai hasilnya, berkas sinar-X membentuk pola (berkas
geometri) yang mengelilingi pasien. Metode scanning pasien itu dikenal sebagai helical atau spiral CT (dari Toshiba America Medical System: Tustin, Calif)

Pengembangan CT
Data dari Siemens Medical Systems, Iselin, NJ
1974 - Konvulsi dan proyeksi kembali. Opti CT tabung sinar-X kinerja tinggi dengan teknologi compund anode
1976 - Scanner Somatom beroperasi menggunakan prinsip kerja fan beam, scan 5 detik dengan rekonstruksi gambaran yang segera
1978 - Topogram
1981 - Matriks 512 kuadrat dan menghasilkan gambaran dengan seketika
1983 - Teknologi generator high frequency
1984 - Opti 155 tabung CT dengan 1,75 MHU, lubang gantry 70 cm, kemiringan gantry ± 25 derajat
1986 - Osteo CT (Bone Mineral Density), xenon CT (aliran darah cerebral regional)
1987 - Rotasi terus-menerus flying focal spot tabung CT, Dura 352 dengan 3,5 juta heat unit
1990 - Spiral CT
1991 - Tampilan Windows dengan Intuitive mouse
1992 - CT angiografi yang terintegrasi
1994 - Spiral CT sub second rutin
1996 - Spiral "4" semua: yang berhubungan dengan neuro dan resolusi spiral yang tinggi
12
Gagasan untuk pendekatan ini dapat diusut kepada tiga sumber (Kalender 1995). Pada tahun 1989 laporan yang pertama, spiral CT scanner diperkenalkan pada pertemuan RSNA di Chicago oleh Dr.Willi Kalender (Gb.1-15). Dr. Kalender sudah membuat sumbangan-sumbangan penting kepada pengembangan yang teknis dan implementasi praktis pendekatan CT spiral. Ketertarikan penelitian utamanya di dalam bidang diagnostik imejing,khususnya tentang pengembangan dan pengenalan tentang volumetric spiral CT. Spiral/helical CT scanner berkembang setelah tahun 1989, dikenal dengan single slice-spiral/helical atau volume CT scanner. Pada 1992 dua irisan spiral/helical CT scanner (volume CT scanner) diperkenalkan dengan scan dua irisan per putaran 360 derajat, yang meningkatkan pemenuhan kecepatan volume dibandingkan dengan single-slice volume CT scanner.
Pada tahun 1998 suatu generasi yang baru CT scanner diperkenalkan di pertemuan RSNA di Chicago. Scanner ini disebut multislice CT Scanner karena didasarkan pada pemakaian teknologi multidetektor untuk melakukan scan lebih dari dua irisan per perputaran gantry, hal seperti itu meningkatkan kecepatanpemenuhan volume daripada single-slice dan dual-slice CT scanner. Volume CT scanning sudah memungkinkan cakupan yang luas aplikasi-aplikasi seperti CT fluoroscopy, CT angiography, imaging 3 dimensi, dan virtual reality imaging.
Mobile CT
Suatu peristiwa yang unik di dalam evolusi teknologi CT adalah pengembangan dari Mobile CT scanner untuk penggambaran pasien-pasien yang lemah atau secara trauma secara fisik untuk dibawa ke CT scanner permanen. Philips Medical System memperkenalkan scanner seperti itu terutama untuk penggunaan di dalam ruang operasi, ICU dan unit trauma / gawat darurat. CT scan yang dapat dipindahkan untuk memudahkan transportasi ke lokasilokasi dalam rumah sakit untuk dibawa oleh radiografer (Gb.1-16).

Kajian Efikasi Klinis

Istilah efikasi bersinonim dengan efektivitas, efisiensi dan kinerja. Sejumlah peneliti merancang kajian efikasi untuk menguji kegunaan yang klinis dari teknik diagnostik yang baru ini. Kajian ini melaporkan hasil-hasil dari scanning otak, jaringan saraf dalam tulang punggung, leher, abdomen, retro peritoneum, tulang panggul dan ekstrimitas.CT menjadi  modalitas yang baik dalam diagnosa penyakit dari sistem saraf pusat, dan dalam beberapa hal, itu menghapuskan kebutuhan akan pemeriksaan seperti pneumoencephalography dan mengurangi frekuensi dari angiography cerebral. Kelainan seperti gliomas, metastase, lesi intrakranial, aneurisme, perdarahan dan atrofi telah dengan sukses dideteksi oleh CT. Kemudian, aplikasi-aplikasi klinis whole body (lihat bab 21) menjadi efektif. Sebagai tambahan, CT terbukti bermanfaat dalam perencanaan perawatan radiasi untuk menyediakan kurva isodosis akurat dan bidang lain seperti penentuan isi kandungan mineral dalam tulang-tulang, atau kuantitatif CT. Pengenalan tentang CT scan multislice sekarang memerlukan kajian lebih lanjut untuk menunjukkan kegunaan klinis mereka dibanding dengan single slice.
Kajian Dosis Radiasi
Suatu hal yang pokok tentang segala teknik imaging yang baru adalah untuk menyediakan isi informasi atau nilai. diagnosa yang tinggi secara maksimum dengan dosis sinaran yang minimum kepada pasien. Perry dan Briges (1973) mengukur kedua dosis penyinaran pada kepala dan gonad untuk satu rangkaian scan


Gb. 1-15. Dr. Willi Kalender sudah membuat sumbangan penting kepada pengenalan danpengembangan  volume spiral CT (dari Willi Kalender: Numberg, Jerman)
13
Hasil penelitian mereka menyediakan suatu dasar untuk studi-studi di masa depan. Pada awalnya, dosis penyinaran kepada pasien itu dianggap sebagai hal sepele karena berkas cahaya pada CT dengan kolimasi yang dibatasi, tetapi eksposi pada pasien untuk satu rangkaian pemeriksaan CT biasanya melebihi film radiografi pada daerah yang sama. (Seeram, 1982). Dosis radiasi adalah satu topik yang integral di teknologi CT karena berkas geometri CT dan metode untuk memperoleh gambar berbeda dengan radiografi konvensional. Beberapa parameter imaging di CT mempengaruhi dosis termasuk ketebal an irisan, noise,resolusi efisiensi detektor, rekonstruksi algoritma, kolimasi dan filtrasi. Berbagai kajian tentang dosis sudah membahasfaktor-faktor ini mempengaruhi dosis. Kajian ini juga telah memimpin kepada pengembangan cara khusus untuk mengukur dan menjelaskan dosis (Seeram,1999). Ionisasi Chamber atau dosimeter termoluminisensi digunakan untuk mengukur dosis. Descriptors dosetermasuk profil dosis single scan, profil dosis multiple scan, indeks dosis CT dosis rerata multiple scan dan kurva isodosis.
Tambahan pula, perusahaan telah mengembangkan berbagai rancangan untuk   yang diterima pasien selama data akuisisi, yaitu:(1) aplikasi-aplikasi   dikombinasikanuntuk mengurangi ekpsosi, teknik prepasien filter mengurangi dosis sekitar 15 % dibanding CT konvensional. (2) detektor Ultrafast keramik baru mengurangi dosis 25 % dari tipe yang lain dan (3) modulasi dosis online atau adaptasi dosis, dimana milliamperage (mA) dioptimalkan kepada karakteristik pasien diameter tubuh dan peyerapan) untuk mengurangi dosis sampai dengan 40 % (Gb. 1-17).
Kendali Mutu
Seperti halnya setiap sistem imaging medis, CT digunakan sebagai subjek prosedur quality control dan test-test. Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk memelihara mutu gambaran optimal dan memperkecil produksi artefak-artefak gambaran. Karena sistim CT terdiri dari beberapa mekanika dan komponen elektronik, maka banyak tes kendali mutu yang dapat dilakukan. Cakupannya meliputi simple test yang dapat dilaksanakan oleh radiografer denganmenggunakan phantoms yang disediakan oleh manufaktur, hingga kepada test-test yang lebih rumit yang memerlukan keahlian dari radiologic physicist atau insinyur biomedik.
Penggunaan Lain
CT bermanfaat juga di bidang lain selain
pengobatan. Sebagai contoh, CT dapat digunakan dalam teknologi sawmill. Funt dan Bryan (1987) menyelidiki pemakaian teknologi CT di suatu penggergajian kayu. Mereka mengembangakan dan menguji algoritma-algoritma gambaran CT yang menginterpretasi secara otomatis dari batang kayu dan menyatakan "program komputer menggunakan densitas yang tinggi dan bentuk lonjong dari simpul kayu sebagai kayu yang baik dan densitas yang rendah dan tenunan keras/kasar dari kayu yang busuk dan memisahkannya dari kayu yang bagus".


Gb. 1-16. A. Mobile CT Scenner dipakai pada pasien yang terlalu lemah atau trauma fisik yang tidak mampu dibawa ke CT Scanner permanen di Radiologi. B. Scanner itu kokoh dan memiliki roda untuk memudahkan dibawa ke unit lain oleh radiografer (Philips Medical System; Shelton, Conn)
14
Hambermehl dan Ridder (1997) merinci penggunaan CT scanner yang portable yang dapat mengambil gambaran dari pohon yang cacat, menempatkan knots, hollows dan kecacatan lain dan menentukan distribusi air di dalam batang pohon (Gb. 1-18). CT scanner ini menggunakan suatu Cesium-137 sumber radiasi gamma dengan suatu berkas kipas menuju sekitar 30 detektor natrium iodida. CT telah pula digunakan di paleoanthropology. Zonneveld, dkk (1989) menemukan CT dapat memvisualisasikan bentuk anatomi internal dan lengkap pada mumi orang Mesir (Gb. 1-19) (Yasuda, dkk, 1992). Beberapa kasus melaporkan pemakaian CT dalam pemeriksaan bagasi pada pelabuhan udara dan di paleoornithology, eksplorasi minyak, pembiakan bursa lemak binatang dan penyelidikan binatang lainnya (Gb. 1-20). Pada pembiakan rusa, babi diteliti untuk menentukan mutu daging sebagai kombinasi terbaik air, protein dan lemak, hal itu menghilangkan cara membunuh babi untuk penentuan mutu tersebut (Gb. 1-21). Sirr dan Waddle (1999) menggunakan CT untuk mengevaluasi instrumen dawai seperti biola. Hasil scan mempertunjukkan bermacam derajat tingkat kerusakan internal (seperti lubang kecil, kesenjangan celah dan kelainan bentuk plastik dari kayu) sebagai hasil perbaikan (menempelkan bentuk, filler substance dan pemakuan dan penambalan kayu) yang tidak tampak ketika diuji secara visual. Peneliti juga menyimpulkan CT mampu melakukan verifikasi keaslian dan bukti kepemilikan.

Gb. 1-17. Program Combined Application to Reduce Exposure (CARE) merupakan satu metode untuk mengurangi dosis radiasi pada penggunaan CT (Siemens Medical System; Iselin, NJ)

Gb. 1-18. Portable CT Scan untuk membuat gambaran pohon (dari Habermehl A, Ridder HW: g-Ray tomography in forest and tree sciences. In Bonse U, ed: Developments in x-ray tomography, proceedings of the SPIE 3149:234-243, 1997) 15

Pengolahan Citra Digital
CT merupakan contoh sempurna dari pengolahan citra digital (Gb. 1-22). Berkas sinar-X menembus pasien dan ditangkap oleh detektor khusus. Detektor ini mengkonversi foton-foton sinar-X ke dalam sinyal elektrik (sinyal analog) yang harus diubah menjadi data numerik (data digital) sebagai input ke dalam computer digital. Pengolahan citra digital melibatkan pemakaian suatu komputer digital untuk mengolah dan memanipulasi citra digital.Komputer menerima satu input dari citra digital dan melaksanakan operasi spesifik pada data itu untuk menghasilkan satu citra output yang berbeda dan lebih bermanfaat dibanding citra inputnya. Prosedur yang digunakan berasal dari National Aeronauticts and Space Administration Jet Propulsion Laboratory di Institut Teknologi California di mana digunakan untuk meningkatkan dan memulihkan gambar dari ruang angkasa. Dewasa ini, program ruang angkasa menghasilkan dan menggunakan jumlah
data digital yang paling besar. Pengolahan citra digital pada citra medis berawal pada tahun 1970-an, sekitar waktu CT diperkenalkan pada komunitas medis. Saat ini, radiografi digital, fluoroskopi digital, substraksi digital angiografi, dan magnetic resonance imaging menggunakan teknik pengolahan citra digital. Hingga saat ini bidang
radiologi menghasilkan dan menggunakan informasi digital terbesar kedua.

Aplikasi Volume Scanning

Volume scanning dari single-slice spiral/helical ataupun multislice spiral/helical CT menghasilkan jumlah data yang sangat banyak dibandingkan dengan slice-by-slice oleh CT konvensional. Beberapa aplikasi baru menyediakan radiolog dan dokter lain dengan peralatan tambahan untuk mengambil citra dari pasien menggunakan CT dan menambah Aplikasi baru ini termasuk continous imaging atau CT fluoroscopy, gambar tiga dimensi, CT angiography, dan virtual reality imaging. CT efektivitas diagnostik mereka sendiri..


Gb. 1-19. CT dapat dipakai untuk membuat citra mumi tanpa harus melepas ikatan perban atau plester yang membungkusnya. A. Citra 3D CT seorang mumi Peruvian berumur 1000 tahun memakai volume rendering dengan filter tulang dan detail. B. Citra lateral mumi yang sama menunjukkan residu otak di fossa posterior (dari John Posh; Betlehem, Penn.)

Gb. 1-20. A. Citra 3D surface rendering dari anak rusa ekor putih berumur 2 tahun yang dianiaya oleh singa gunung. B. Citra anak rusa yang sama dengan program CT 3D transparency untuk memperlihatkan jalan nafas dan rongga tubuh yang berisi udara lainnya. (dari John Posh; Betlehem, Penn.)
16
Gb. 1-22. Komponen utama pada sistem citra digital

CT Fluoroscopy
CT Fluoroscopy atau continuous imaging bergantung pada metoda akuisisi data spiral/helical, laju pengolahan tinggi dan algoritma pengolahan citra yang cepat untuk rekonstruksi gambar. Pada konvensional CT, penyimpangan waktu antara akuisisi data dan rekonstruksi tidak memungkinkan membuat tampilan real-time. CT Fluoroscopy mampu melakukan rekonstruksi dan menampilkan gambaran real-time dengan frame rate
yang bervariasi. Pada tahun 1996, United Stetes Food and Drug Administration menyetujui teknologi real-time CT fluoroscopy sebagai alat klinis yang  digunakan dalam radiologi (Katada, dkk, 1996). CT Fluoroscopy didasarkan pada tiga kemajuan di teknologi CT: (1) cepat, prinsip spiral/helical yang memungkinkan scanning berkelanjutan, (2) rekonstruksi gambar yang cepat karena memiliki hardware yang mampu melaksanakan kalkulasi secara cepat dan rekonstruksi algoritma gambar yang baru dan (3) tampilan citra kontinyu menggunakan cine mode pada nilai frame rate dua sampai delapan gambar per detik (Daly dan Templeton, 1999). Dikembangkan pula pendukung lainnya untuk memudahkan prosedurprosedur intervensional di CT fluoroscopy. Satu alat contohnya adalah Fluoro Assisted Computed Tomography System, yang menggunakan detektor flat-panel silicon digital digabungkan dengan tabung sinar-X melalui C-arm, sebagai bagian dari gantry CT (Gb. 1-24).

Gb. 1-21. CT scan pada babi pada pembiakan bursa untuk menentukan kualitas daging (dari Siemens Medical System; Iselin, NJ)
17
Citra Tiga Dimensi dan Visualisasi
Citra tiga dimensi (3D) adalah suatu teknik yang populer pada CT oleh karena ketersediaan sejumlah besar data digital. 3D pada CT telah digunakan di dalam perencanaan perawatan radiasi, craniofacial imaging, perencanaan berhub dengan pembedahan dan orthopedi. Citra 3D dapat diperoleh dengan pendekatan hardware maupun software. Pendekatan hardware menggunakan peralatan khusus seperti unit electronic computer display untuk melaksanakan algoritma 3D imaging, dan pendekatan
software menggunakan program computer atau algoritma software berkode. Algoritma ini, atau teknik rendering mengubah data transaxial CT menjadi citra simulasi 3D. Secara umum, ada dua teknik transformasi yang digunakan, yaitu: teknik surface dan volume-based. Setiap teknik terdiri dari tiga langkah: formasi volume, penggolongan, dan proyeksi citra. Formasi volume melibatkan tumpukan gambar untuk membentuk suatu volume dengan beberapa tahap prapemrosesan, penggolongan mengacu pada penentuan jenis jaringan dalam irisan. Menurut Fishman (1991), proyeksi citra terdiri dari memproyeksikan data volume yang digolongkan sedemikian rupa dalam bentuk penyajian dua dimensi (2D) sebagai simulasi pembentukan volume 3D. Grafik komputer berperan penting dalam evolusi dan perbaikan citra 3D (Rhodes, 1991). Grafik computer melibatkan pembuatan, manipulasi dan tampilan gambar dari citra yang dihasilkan komputer. Hal itu membuat pemakai leluasa untuk menyatakan gagasan dan informasi dalam bentuk visual termasuk cara untuk menyajikan kembali data untuk membuat dan menampilkan citra menggunakan bahasa pemrograman grafik dan teknik pengolahan citra. CT 3D sudah menciptakan suatu lingkup minat yang baru bagi radiographer yang berpeluang ambil bagian dalam proses pengembangannya. Artikel terbaru terkait citra 3D oleh Seeram (1998) menguraikan secara singkat konsep pokok dan peranan dari radiografer dalam bidang baru dari CT imaging yang menantang.
Visualisasi adalah istilah yang digunakan dalam membahas tampilan dari citra pada CT. Visualisasi melibatkan penggunaann dari program komputer, atau perkakas visualisasi yang menyediakan observer – ahli diagnostik informasi tambahan dari citra untuk memudahkan membuat diagnosa. Peralatan ini dapat sederhana (seperti pengaturan kontras dan gelap-terang pada citra (windowing) atau yang lebih canggih (citra 3D, mode interaktif dan fasilitas cine visualization).
CT Angiografi
CT angiography merupakan citra CT pembuluh darah yang nampak diputihkan dengan penggunaan media kontras (Kalender, 1995). Selama penyuntikan kontras, seluruh daerah yang diamati, discan dengan spiral/helical CT dan merekam citra yang menunjukkan pembuluh darah terisi penuh kontras dan menampilkan penyangatan fase arteri atau vena. CT angiography menggunakan prinsip citra 3D untuk menampilkan citra vaskularisasi melalui penyuntikan media kontras intravena dibandingkan dengan yang angiogram intraarteri. Empat hal yang penting adalah persiapan pasien; pemilihan parameter akuisisi (total waktu scan spiral/helical, slice thickness, kecepatan meja) untuk mengoptimalkan proses imaging; penyuntikan media kontras dan teknik paska pengolahan citra dan peralatan visualisasi seperti algoritma untuk menampilkan citra 3D dalam rekonstruksi multiplanar, maximum intensity projection, shaded surface display, volume rendering dan mode cine interaktif (Gb. 1-24).

Gb. 1-23. Unit C-arm fluoro digital dalam prosedur intervensi pada CT fluoroskopi. (dari Picker International; Cleveland, Ohio)
18
CT Endoskopi
Virtual reality adalah cabang dari ilmu pengetahuan komputer yang melibatkan para pemakai dalam lingkungan computer dan membiarkan mereka untuk saling berhubungan dengan 3D scenes. Penerapan konsep virtual reality dalam membuat pandangan dari bagian dalam struktur berbentuk tubular (terowongan) disebut endoscopy (Vining, 1999). Volume CT scanner menghasilkan pasangan data yang besar (citra axial 2D) dibandingkan dengan konvensional slice-by-slice. Selanjutnya, volume CT scanner sudah mampu menyempurnakan citra 3D, CT fluoroscopy, CT angiography, dan CT virtual endoscopy (Gb. 1-25).
REFERENSI
Cormack, AM: Early two-dimensional reconstruction and recent topics stemming from it, Nobel  Award address, Med Phys 7:277-282, 1980
Daly B, Templeton PA: Real-time CT fluoroscopy: evolution of an interventional tool, Radiology 211:309-315, 1999
Fishman EK et al: Three-dimensional imaging, Radiology 181:321-337, 1991 Fu TY, Hayworth M: The digital image its structure, storage and transmission. In Hunter TB, ed: The computer in radiology, Rockville, Md, 1986, Aspen.
Funt F, Bryant EC: Detection of internal log defects by automatic interpretation of computer tomography images, Forest Prod J. 37:56-62, 1987.
Habermehl A. Ridder H.W.: g-Ray tomography in forest and tree sciences, In Bonse U, ed: Developments in x-ray tomography :proceedings of the SPIE, 3149: 234-243, 1997.
Herman, GT: Image reconstruction from projections: the fundamentals of computerized tomography, New York, 1980, Academic Press. Hounsfield GN: Computed medical imaging, Nobel Award address, Med Phys 7:283- 290, 1980.
Kalender W: Quo vadis CT! CT in the year 2000, Electromedica 61:30-39, 1993. Kalender W: Personal communication, 1999.

Gb. 1-24. A, Cira rekonstruksi multiplanar (kiri) dan Maximum Intensity Projection (kanan). B, Citra rekonstruksi 3D multi jaringan pada daerah aortobifemoral bypass graft menunjukkan trombosed right graft (dari Marconi Medical Systems: Canada)
Gb. 1-25. Citra virtual reality CT. Software fly through memungkinkan untuk memperoleh citra endoluminal dari struktur seperti trakea, bronchus dan pembuluh darah seperti yang diperlihatkan oleh endoskopi. (dari Toshiba America Medical System; Tustin, Calif)
19
Kalender W: Spiral CT angiography. In Goldman LW, Fawlkes JB, eds: Medical CT and ultrasound: current technology and applications, New London, Conn, 1995, AAPM
Katada K, et al: Guidance with real-time CT fluoroscopy; early clinical experience, Radiology 200:851-856, 1996.
Kelves BH: Naked to the bone, New Brunswick, NJ, 1997, Rutgers University Press.
Ledley R: Personal communication, 1999.
Perry BJ, Bridges C: Computerized transverse axial scanning (tomography), part 3, Br J Radiol 46:1048-1051, 1973 Poth J: Personal communication, 1999.
Rhodes ML: Computer graphics in medicine: the past decade, IEEE Comput Graph Appl 4:52-54, 1991.
Ritman et al: Synchronous volumetric imaging of non-invasive vivisection of cardiovascular and respiratory dynamics. Evolution of current perspective. In Giuliani ER, ed: Cardiology: fundamentals and practice, St Louis, 1991, WB Saunders.
Seeram E: 3D Imaging: basic concepts for radiologic technologists, Radiol technol 69:122-145, 1998.
Seeram E: Radiation dose in CT, Radiol Technol 70:534-556, 1999.
Sirr SA, Waddle JR: use of CT in detection of internal damage and repair and determination of authenticity in highquality bowed stringed instruments Radiographics 19:639-646, 1999.
Vining DJ: Virtual colonoscopy, Semin Ultrasound CT MRI 20:56-60, 1999.
Yasuda T et al: 3D Visualization of an ancient Egyptian mummy, IEEE Comput Graph Appl 2:13-17, 1992.
Zonneveld FW et al: The use of the CT in the study of the internal morphology of hominid fossils, Medicamundi 34:117-127, 1989.
BIBLIOGRAFI
Dummling K: 10 years computed tomography: a retrospective view, Electromedica 52:13- 28, 1984
Hounsfiled GN: Computed medical imaging, Nobel Award address, Med Phys 7:283- 290, 1980
Klingenbeck Regn K, Oppelt A: Dose in CT Scanning-physical relationship and potentials for dose saving, Electromedica 66:26-30, 1998
Schwier G. Kirchgeorg M; The continuous evolution of medical x-ray imaging.I. The technically driven stage of development, Electromedica 63:2-7, 1995
Seeram E: Computed tomography technology. Philadelphia, 1982, WB Saunders

No comments:

Post a Comment