12
Measuring Patient Dose
from Computed Tomography Scanners
ROBERT CACAK
CHAPTER Outline
CT
Scanner X-Ray Beam Geometry, 200
Methods
of Measuring Patient Dose, 201
Historical
Perspective
Ionization
Chamber
Multiple
Scan Average Dose
Dose
Index
Measuring
the CT Dose Index
|
Measurement
Procedure, 204
Basic Steps
Spiral/Helical CT Scanner Dosimetry
Reduction
of Patient Dose, 206
Dosimetry
Survey, 207
|
Dua pertanyaan yang sering muncul
berhubungan dengan modalitas CT-Scan adalah Berapa besar dosis radiasi yang diberikan
CT kepada pasien? Bagaimana dosis radiasi jika dibandingkan dari satu CT-scan
dengan CT-scan yang lainnya? Dosis radiasi harus diketahui untuk memperkirakan
berapa besar dosis radiasi potensial yang dapat diterima oleh pasien dan
sebagai pertimbangan antara resiko yang terjadi dan keuntungan dari penggunaan
CT-scan. Tambahan pula, banyak peraturan tentang radiasi yang mengharuskan
dilakukannya penghitungan dan perkiraan dosis radiasi yang diterima pasien dari
pesawat sinar X.
CT SCANNER
X-RAY BEAM GEOMETRY
Beberapa CT-scan modern saat ini banyak
menggunakan berkas sinar kipas (fan-shaped)
yang dapat melakukan potongan melintang tubuh dengan sangat tipis. Melalui
bidang longitudinal tubuh, berkas sinar sangat tipis dengan ketebalan hanya
beberapa millimeter. Gambar yang menunjukkan tipe berkas sinar Ct-scan
melintasi tubuh diperlihatkan pada gambar 12-1.
Gambar 12-1
CT-scan modern saat ini
menggunakan berkas sinar kipas (fan-shaped).
Berkas sinarnya berdimensi besar dan dapat mengkover seluruh permukaan pasien.
Gambar 12-2
Lebar berkas sinar X tampak dari samping (A).
kolimator berada didekat sumber radiasi (lebarnya dibesarkan agar lebih jelas)
untuk membuka dan menutup berkas
Gambar 12-2 memperlihatkan berkas sinar X
dari samping dengan ketebalan yang diperbesar agar lebih jelas. Jika bidang
longitudinal (cranial-caudal) pasien sebagai sumbu z, dan di teori, intensitas
dari berkas radiasi melalui bidang dapat digrafikkan. Idealnya intensitas
radiasi diukur melalui sumbu z yang besarnya sama dengan intensitas dimanapun
dalam berkas radiasi dan tidak terdapat intensitas pada bagian sisi/samping.
Gambar 12-2 (B) memperlihatkan intensitas persegi panjang dari berkas radiasi.
Pada kenyataannya, intensitas radiasi diukur melaui sumbu z yang memiliki tepi
tipis dan tampak sebagai kurva yang berbentuk lonceng (bell-shaped). Distribusi dosis selalu lebih lebar dibandingkan
dengan lebar irisan/SW (slice width).
Pabrik pembuat CT-scan pada umumnya selalu membuat ukuran berkas sinar X lebih
lebar dibandingkan dengan lebar irisan (SW), hal ini digunakan untuk
menipiskan/mengurangidari ketidaksegarisan berkas sinar X dan faktanya berkas
sinar X memang tidak memiliki bentuk persegiempat yang ideal.
Dosis Distribusi didefinisikan sebagai
fungsi D(z), yang menggambarkan perubahan intensitas dosis yang diterima oleh
pasien. Pada umumnya, D(z) bervariasi antara pesawat CT-scan satu dengan yang
lainnya.
METODE
PENGUKURAN DOSIS PASIEN
Dosis radiasi dari pemeriksaan CT-scan
merupakan yang paling besar dalam pemeriksaan radiologi. Pengukuran dosis yang
akurat dari CT-scan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Walaupun sangat
banyak metode yang digunakan dalam pengukuran dosis namun, dalam chapter ini
hanya akan membahas metode pencil
ionization chamber dan metode CT Dose
Index (CTDI). Metode Ionisasi Chamber (Tabung Ionisasi) merupakan metode
yang paling mudah dilaksanakan dengan probabilitas yang akurat dan sering
digunakan untuk pelaporan dosis.
Historical
Perspective
Menurut sejarahnya, terdapat banyak skema
pengukuran dosis yang didefinisikan sebagai D(z). beberapa skema diantaranya
meliputi film dosimetri, thermoluminescent
dosimetry (TLD) yaitu meletakkan dua Kristal pada tepi-tepi lebar berkas
sinar X, dilakukan eksposi kemudian pengukuran dosis yang diserap oleh
masing-masing Kristal tersebut (Jucius and Kambic, 1977; Dixon and Eckstrand,
1978; Shope et al, 1982; Cacak and Hendee, 1979). Teknik lainnya menggunakan
tabung ionisasi khusus yang dapat digunakan untuk mengukur dosis dari beberapa
titik pada lebar berkas sinar X (Moore, Cacak, and Hendee, 1981) dan
merekonstruksi dosis hasil pengukuran tersebut ke dalam kurva dosis. Data dalam
skema pengukuran seperti ini tidak selalu menjadii kebutuhan untuk mengetahui
pengukuran dosis CT-scan.
Pada tahun 1981, Bureau of Radiological
Health (sekarang menjadi Center for Devices and Radiological Health) menganjurkan
suatu metode pengukuran dosis CT-scan yang mudah dan akurat yang dikenal dengan
metode CT Dose Index (CTDI) dan pengukuran dosis rata-rata dari multi scaning
dengan metode Multiple Scan Average Dose (MSAD)
(Shope, Gagne, and Johnson, 1981). Teknik ini menggunakan pengukuran single tabung
ionisasi dan penghitungan sederhana untuk mengetahui dosis rata-rata yang
diberikan kepada pasien yang menerima scaning berlanjutan (multiscan) dengan
suatu teknik khusus yang disebut Bed
Indexing (BI, rentang antar scan satu dengan scan berikutnya). Sejak saat
itu, beberapa anjuran untuk pengukuran dosis bermunculan (Spokas, 1982;
Poletti, 1984). MSAD menunjukkan keakuratan pengukuran dosis untuk tipe CT-scan
terbaru seperti CT Spiral/Helical maupun CT single slice.
Ionisasi
Chamber
Tabung Ionisasi (Ionization chamber)
merupakan suatu instrument yang digunakan menghitung radiasi yang dikeluarkan
secara akurat. Ionisasi chamber ini terdiri dari container/tabung kecil berisi
udara yang memiliki dinding tipis sehingga memungkinkan radiasi dapat
melewatinya dengan mudah. Ketika photon sinar X dengan energy tinggi
bertabrakan dengan molekul udara bebas dalam tabung ionisasi, beberapa molekul
mengalami proses ionisasi (satu atau lebih electron dari beberapa molekul).
Elektron bebas yang ada dapat dikumpulkan dalam kawat penghubung atau plat dan
diukur sebagai muatan listrik. Jumlah muatan yang terkumpul sebanding dengan
jumlah ionisasi yang terjadi dan dapat diartikan sebanding dengan jumlah
radiasi yang melewati tabung. Muatan dikeluarkan dari tabung ionisasi kemudian
diukur dengan electrometer. Total muatan listrik dibangkitkan oleh berkas sinar
X sebagai fungsi Q dengan satuan Coulomb (1 Coulomb = 1,6 x 1019
elektron).
MSAD (Multiple Scan Average Dose)
Dalam MSAD, scaning CT-scan secara
berkelanjutan terhadap pasien diperlihatkan oleh gambar di bawah ini.
Gambar 12-3
Scaning secara berkelanjutan dari tujuh irisan
didistribusikan ke dalam kurva distribusi dosis (gambar atas). Saat dosis dari
kurva dijumlahkan, hasil total dosis tampak pada gambar bawahnya. Kurva total dosis
mencapai puncak saat kurva berbentuk lonceng mengalami overlap. Garis putus yang
melewati kurva dosis total merupakan dosis rata-rata multiple scan.
Di
antara tiap scan, pasien bergerak sejauh bed
index (BI). Tiap irisan didistribusikan ke dalam kurva dosis dengan bentuk
menyerupai lonceng. Jika dosis dari seluruh scaning dijumlahkan, hasil dosis
total yang diterima pasien dalam kurva menyerupai kurva osilasi (bolak-balik).
Total dosis pada kurva kedua (bawah) merupakan MSAD (garis putus-putus) yang
dapat dihitung dengan pengukuran matematis dari puncak dan lembah kurva MSAD.
Dosis Index
(Dose Index)
Dosis index CT-scan didistribusikan ke
dalam persamaan sebagai berikut :
CTDI
= (1)
Keterangan :
n : bilangan
bidang nyata dari data yang terkumpul selama satu revolusi
SW : lebar
slice/irisan (mm)
D(z) : distribusi dosis dan z adalah dimensi
tubuh pasien
Catatan :
Untuk CT scan
spiral dan non-spiral dengan detector single
array nilai n = 1
Untuk CT scan multislice, nilai n merupakan jumlah detector
yang diaktifkan selama scaning.
Gambar 12-4
Integral dari persamaan 1 dan 3 merupakan bagian area
dengan garis-garis, sama pada kurva distribusi dosis
CTDI dapat ditingkatkan dengan cara
menaikkan area yang berada di bawah kurva. Area tersebut dapat meningkat karena
kenaikan intensitas radiasi, memperpanjang tinggi kurva atau memperlebar kurva,
dan biasanya dengan membuka kolimator dekat dengan tabung sinar X. peningkatan
dari CTDI berarti meningkatkan dosis radiasi yang diterima oleh pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh BRH
menunjukkan bahwa, jika CTDI dapat diukur akan mempermudah penghitungan dari MSAD
tanpa melihat bentuk kurva distribusi dosis. Mereka membuktikan bahwa MSAD
dapat dihitung dengan melipatgandakan rasio SW terhadap BI dengan menggunakan
CTDI. Persamaan yang didapat akan menjadi seperti di bawah ini :
MSAD = CTDI () = (2)
Dalam
persamaan ini, BI adalah bed index, SW
adalah slice width (mm).
Karena
nilai dari n dan BI diketahui, maka sangat penting untuk mengukur dosis
integral untuk mengetahui nilai dari MSAD (dapat diketahui dengan mudah
menggunakan single scan dan pencil ion
chamber.
Jika nilai BI meningkat, nilai MSAD pada
umumnya menjadi menurun. Hal ini berarti jika irisan satu dengan yang lain
memiliki jarak yang jauh, radiasi menyebar di atas tubuh pasien sehingga dosis
rata-rata yang diterima kecil. Tentu saja jika rentang irisan dinaikkan, maka
semakin banyak bagian organ yang tidak tampak (diantara slice satu dengan yang
lain), cara menanggulangi hal tersebut adalah dengan menaikkan BI. Sebaliknya,
disaat bed index dibuat kecil, irisan
akan tipis, dosis distribusi menjadi berhimpit sehingga dosis rata-rat menjadi
meningkat. Ketika slice width sama
dengan bed index, maka MSAD juga sama
dengan CTDI.
Tepatnya, MSAD hanya valid pada
pertengahan scan saat scaning multislice. Pada dosis terakhir (dosis pada slice
terakhir) scaning multislice, MSAD terlalu tinggi dalam menunjukkan dosis
rata-rata yang diterima oleh pasien. Meskipun demikian, MSAD sangat akurat dalam
mengukur dosis rata-rata pada pertengahan scaning multislice.
Pengukuran CTDI
Setelah
didapatkan nilai CTDI, MSAD dapat diukur dengan menggunakan persamaan 2.
No comments:
Post a Comment