Sunday, 22 January 2012


CHAPTER 4
PRINSIP FISIKA PADA COMPUTED TOMOGRAFI

            Informasi yang ditunjukkan pada gambaran CT berbeda dengan gambaran radiografi konvensional. Perbedaan yang paling jelas terlihat yaitu CT dapat memperlihatkan gambaran secara crossectional ( trans axial ) anatomi  pasien (gb. 4-1). Perbedaan lain yang mencolok dalam gambaran CT akan dijelaskan dalam chapters berikut. Dalam bab ini akan dijelaskan prinsip – prinsip CT, tinjauan ulang tentang tomografi konvensional dan batasan – batasan radiografi yang sangat membantu memahami gambaran CT.

KETERBATASAN RADIOGRAFI DAN TOMOGRAFI
            Pada radiografi dan tomografi, X-ray melewati tubuh pasien dan diserap oleh jaringan tubuh secara berbeda-beda. Sebagai contoh, karena tulang adalah padat, ini akan menyerap x-ray lebih banyak dari pada jaringan lunak lainnya. Perbedaan penyerapan ini terjadi saat berkas sinar x- ray melewati tubuh pasien dan direkam oleh film.

Keterbatasan Radiografi
            Kekurangan utama pada radiografi adalah superposisi semua struktur pada film. Ini yang membuat susah dan kadang – kadang sangat tidak memungkinkan untuk membedakan detail tertentu (gb. 4-2). Ini benar ketika struktur – struktur hanya memiliki perbedaan densitas yang kecil. Seperti sering terjadi pada kasus beberapa tumor dan mereka mengelilingi jaringan. Meskipun dapat dibuat dengan lateral dan oblique masalah  superposisi masih terjadi.
            Keterbatasan kedua radiografi adalah kualitatif dibanding dengan prosedur yang kuantitatif, ini  sulit untuk membedakan antara objek yang homogen pada ketebalan yang berbeda dan objek yang heterogen  (gb. 4-3 termasuk rulang, soft tissue, udara ) pada ketebalan yang sama. ( Marshall, 1976 ).
           
Keterbatasan CT
            Masalah superposisi pada radiografi  sedikit banyak dapat diatasi dengan tomografi konvensional (Bocage, 1974, Vallebona 1931 ). Metode utama yang umum dipakai pada tomografi konvensional  kadang – kadang disebut dengan Geometric tomografi untuk membedakannya dengan computed tomografi. (gb. 4-4) ketika tabung sinar x dan film bergerak secara bersama-sama dengan arah berlawanan, bagian yang tidak dikehendaki akan di kaburkan sambil memfokuskan bagian yang diinginkan.
Tujuan tomografi adalah untuk mengaburkan struktur diatas dan dibawah bagian yang diinginkan atau focal plane. Bagaimanapun juga cara ini sulit untuk dicapai. Dan tidak semua bidang yang tidak dinginkan dibuang/dihapus. Keterbatasan tomografi termasuk gambaran yang tidak bisa di kaburkan,  penurunan kontras gambar karena adanya radiasi hambur yang dibuat oleh sinar x dan problem lain dihasilkan oleh kombinasi film dan screen.
Gb. 4-1, perbedaan yang menarik antara gambaran radiografi konvensional dan gambaran CT adalah tampilan crossecsional atau transsacsional.

Sebagai tambahan, kedua radiografi dan tomografi gagal untuk menunjukkan perbedaan yang kecil pada kontras subjek. Yaitu karakteristik soft tissue. Perbedaan soft tissue seperti lemak tubuh, air, cairan cerebrospinal, cairan tubuh, bagian pankreas, bagian sumsum, bagian otak, otot, dan sel darah merah, adalah 0,194, 0,222, 0,227, 0,227, 0,230, 0,235, 0,236, 0,238, dan 0,248 (Ter- pogossion et al, 1974). Film radiografi tidak cukup sensitif untuk menampakkan perbedaan yang kecil, karena tipe film hanya dapat membedakan intensitas sinar x dengan perbedaan 5 % - 10 %.
            Keterbatasan radiografi dan tomografi dalam hasil adalah keterbatasan film untuk menggambarkan perbedaan yang kecil pada kontras jaringan. Sebagai tambahan, kontras tidak dapat disesuaiakan/ diubah setelah terekam oleh film.

Gambar, 4-2 kekurangan utama pada radiografi adalah superposisi semua struktur pada radiograf, sehingga menyulitkan untuk membedakan apakah tumor dalam lingkaran, segitiga, atau sudut. ( dari seeram E; computed tomography technology, philadelphia, 1982, WB saunders)

Masuk pada CT
Tujuan CT adalah untuk mengatasi keterbatasan pada radiografi dan tomografi  seperti ( Hounsfield, 1973 ):
  1. Meminimalkan superposisi.
  2. Menaikkan kontras gambar.
  3. Dapat merekam perbedaan yang sangat kecil pada kontras jaringan.
Metode dasar yang digunakan ada 3 langkah seperti tampak pada gambar 4-5. Beberapa poin yang penting dapat dilihat dari gambar, seperti :
1.           Sinar X dipancarkan secara crossectional pada tubuh pasien. Prosedur ini dapat menghilangkan masalah superposisi struktur diatas dan dibawah potongan yan spesifik atau irisan jaringan.
2.           Pancaran Sinar X sangat dibatasi hanya berkas sinar yang kecil yang menembus jaringan secara crossecsional untuk digambar. Prosedur ini  diharapkan dapat meminimalkan radiasi hambur yang dihasilkan dan oleh karena itu dapat memperbaiki kontras gambar .
3.           Ketika sinar X melewati tubuh pasien. Sinar X menembus detektor khusus yang letaknya kebalikan dengan tabung sinar X. Detektor ini  bersifat kuantitatif dan dapat mengukur perbedaan yang sangat kecil pada kontras jaringan. Bagaimanapun juga film tidak dapat merekam perbedaan yang kecil ini. Sebagai tambahan data dari detector diolah oleh komputer digital dengan menggunakan algoritma untuk merekonstruksi gambaran crossecsional.

PRINSIP FISIKA
CT dapat digambarkan dalam bahasan Prinsip Fisika dan Pertimbangan teknologi. Prinsip fisika melibatkan konsep fisika dan matematika untuk memahami cara pembuatan gambar. Dan pertimbangan teknologi dibutuhkan pada penerapan praktis ilmu pengetahuan  dan prinsip teknik seperti ilmu komputer dan teknologi.
 Prinsip fisika dan teknologi pada CT meliputi tiga proses yang disebut dalam bab ini : 1. akuisisi data, 2. pengolahan data, 3. tampilan gambar, penyimpanan dan dokumentasi. Bagian ini membahas masing – masing proses dalam batas dasar. Mereka akan dibahas lebih detail dalam bab selanjutnya.

Gb. 4-3. Radiografi lebih bermutu dari pada kuantitas prosedur, dua radiograf dapat muncul gambar yang sama bahkan saat melalui benda keduanya. A dan B sama sekali berbeda. ( dari seeram E; computed tomography technology, philadelphia, 1982, WB saunders).


Gb. 4-4, prinsip dasar dari tomografi konvensional. Tabung sinar X dan film bergerak secara bersama-sama debgan arah yang berlawanan untuk memastikan bahwa bagian yang diinginkan ( 0 ) dari pasien dapat ditampilkan dengan mengaburkan struktur diatas (  □ ) dan dibawah ( ∆  ) dari titik yang diinginkan. ( dari seeram E; computed tomography technology, philadelphia, 1982, WB saunders).

Data Akuisisi
            Data akusisi mengacu pada sistem pengumpulan informasi dari pasien untuk menghasilkan gambaran CT. Ada 2 ( dua ) cara / metode akusisi data yaitu data akusisi slice by slice dan volum data akusisi.
            Pada data akuisisi konvensional slice by slice, data dikumpulkan melalui perbedaan sinar geometry untuk men scan pasien. Yang penting, tabung sinar X berputar menelilingi pasien dan mengumpulkan data pada irisan pertama. Tabung berhenti, dan pasien pindah  posisi untuk scan slice selanjutnya. Proses ini berlanjut sampai semua irisan telah di scan satu persatu.


Gb. 4-5, pada CT, berkas yang tipis menembus secara crossecsional menumbuk detektor yang berlawanan dengan tabung sinar X

            Pada Volume data akuisisi berkas sinar geometri khusus disebut spiral atau helical geometri  digunakan untuk scan volume jaringan dibandingkan dengan satu irisan pada waktu yang sama. Pada spiral / helical CT, tabung sinar X berputar mengelilingi pasien dan membentuk alur spiral untuk men scan seluruh volume jaringan selagi pasien tahan nafas. Metode ini menghasilkan satu irisan per satu revolusi tabung sinar X, lebih baru – baru ini, CT helical / spiral menjadi lebih cepat penggambaran pasien.
            Tahap pertama pada akuisisi data adalah scanning, (gb. 4-7). Selama scaning tabung sinar X dan detektor berputar mengelilingi pasien untuk mengumpulkan gambaran, detektor mengukur radiasi yang diteruskan melalui pasien dari beberapa lokasi. Sebagai hasil, nilai transmisi relatif ( Hounsfield, 1973) atau pengukuran atenuasi ( Sprawls, 1995 ) dapat dihitung sebagai berikut :
Transmisi relatif =
             Log =
Nilai transmisis relatif dikirim ke komputer dan disimpan sebagai raw data.
Sebagaian besar besar  sinar yang menembus digunakan untuk rekonstruksi gambar CT. Pada umunya diperoleh ratusan gambar. Masing – masing gambar terdiri dari besar sinar, dan besar daya tembus total  masing – masing scan diberikan dengan persamaan sebagai berikut  (sprawl, 1995):



Nilai total daya tembus  
=  nomor yang diamati x nomor sinar yang masing diamati
 
 




Gb. 4-6 A. Scaning konvensional slice by slice. B. volume scaning


Gb. 4-7, selama scaning, tabung sinar X dan detector berputar mengelilingi pasien untuk mengumpulkan gambar.

Attenuasi
Masalah pada CT adalah untuk menentukan attenuasi dalam jaringan dan menggunakan informasi ini untuk merekonstruksi gambar pada irisan jaringan. Penyelesaian masalah ini sangat rumit dan melibatkan ilmu fisika, matematika dan ilmu komputer. Buku ini mengambil pendekatan yang cocok unrtuk menyelesaikan masalah tesebut. Pembelajaran dimulai dengan pemahaman tentang attenuasi radiasi secara umum dan attenuasi pada CT secara khusus.
Attenuasi adalah pengurangan intensitas berkas sinar radiasi  saat melewati objek beberapa proton diserap tapi yang lain dihamburkan. Attenuasi tergantung pada jumlah elektron, nomor atom, kepadatan jaringan, dan energi radiasi yang digunakan. Sebagai tambahan, karena ada dua type berkas sinar ( homogen dan heterogen) belajar bagaimana masing – masing berkas sinar disusutkan / di attenuasi adalah penting untuk memahami maslah pada CT. Attenuasi pada CT tergantung  pada ketebalan atom efektif, (atom/vol), nomor atom yang meredam,dan energi foton.
Pada berkas homogen, semua foton memiliki energi yang sama, sedangkan pada berkas heterogen foton memiliki energi yang berbeda. Berkas homogen juga disebut monocromatic atau berkas monokromatik, dan berkas heterogen juga disebut berkas polycromatik.
Ketika Hounsfield menemukan CT scanner, dia menggunakan berkas sinar homogen (gb. 4-8). Pada awal penelitiannya karena  berkas sinar tersebut memuaskan maka disunakan pada hukum lamber – beer, hubungan exponensial menguraikan apa yang terjadi pada foton saat melewati jaringan, dengan menggunakan persamaan :
I = Ie -µx
dimana I adalah intensitas yang diteruskan, I0 adalah intensitas awal, x adalah tebal objek, e adalah konstanta Eular’s (2.718) dan µ adalah koefisien attenuasi linier.
Tujuan CT adalah menghitung koefisiensi attenuasi linier, yang menandai adanya jumlah attenuasi yang terjadi. Oleh karena itu ini merupakan pengukuran kuantitatif unit per sentimeter (cm -1 ) dari sini dihasilkan  persamaan linier ( Curry et al, 1990 ).
Persamaan I = Ie -µx  dapat dipecahkan untuk mencari nilai µ :
     I = Ie -µx
I/ I= e -µx
       Ln I/ I= - µ  x
       Ln I/ I=  µ  x
              µ    = ( I/x) . ( Ln I/ I)
dimana Ln adalah bilangan logaritma. Pada CT, nilai I dan I0 sudah diketahui ( diukur oleh detektor ) dan nilai x juga diketahui. Akhirnya nilai µdapat dihitung.
Gambar 4-8 menunjukkan atenuasi homogen dari radiasi. Masing – masing bagian menyerap berkas attenuasi  dengan jumlah yang sama. Masing – masing 1 cm bagian yang hilang 20 % dari foton yang ada dalam berkas. Pada mulanya intensitas berkas 1000 foton berkurang menjadi 410 foton. Dengan kata lain, jumlah foton berkurang. Pada berkas homogen kualitas berkas, atau energi berkas, tidak dapat ditukar/diubah. Jika mulanya energi berkas 88 keV (kilo elektron volt) semua foton yang diteruskan memiliki energi 88 keV.
Pada awal penelitian yang dilakukan Hounsfield, radiasi bersumber dari sinar gamma dan attenuasi sebagai berkas homogen. Satu masalah dia temukan waktu yang dibutuhkan lama untuk men scan dan menghasilkan gambaran. Oleh karena itu dia mengganti sumber berkas yang dihasilkan dengan tabung sinar X konvensional. Berkas ini adalah berkas radiasi heterogen yang mengandung tingkatan energi. Attenuasi dari heterogen atau berkas polikromatik sedikit banyak berbeda dari berkas heterogen dan oleh karena itu Hounsfield harus membuat beberapa asumsi dan aturan untuk menetapkan koefisien attenuasi linier.
Selama attenuasi dari berkas heterogen (gb 4-9), seperti berkas menembus materi dengan ketebalan yang sama, attenuasi tidak bersifat eksponen tetapi lebih dari keduanya jumlah dan kualitas dari foton yang dipilih. Pada gambar 4-9 jumlah foton mula – mula 1000 dengan kualitas berkas utama ( energi ) 40 kV. Masing – masing bagian air mengurangi jumlah foton secara berbeda, dan energi utama yang diteruskan foton meningkat menjadi 57 kV. Pada centimeter pertama dari air, melemahkan beberapa foton secara berturut-turut 1 cm dari blok air. Energi foton yang lemah juga diserap, dan hanya membiarkan foton dengan energi yang tinggi menembus. Sebagai hasilnya, daya tembus dari foton yang meningkat dan berkas menjadi lebih kuat.

Gb. 4-8.  Perlemahan dari berkas radiasi homogen yang menembus air, diserap 1 cm air.


Gb. 4-9.  Perlemahan dari berkas radiasi heterogen yang menembus air

Persamaan  I = Ie -µx hanya diterapkan pada berkas homogen, lalu dikuti oleh CT, yang berdasar pada penggunaan berkas heterogen, ini perlu untuk membuat berkas heterogen mendekati berkas homogen pada persamaan yang cukup.
Pada awalnya attenuasi adalah hasil penyerapan dan radiasi hambur sinar X dan dilemahkan karena efek fotoelectrik atau mereka dapat diattenuasi dan dihamburkan oleh efek compton. Total attenuasi kemudian diberi dengan
     I = Ie – (µρ + µc) x
Dimana µρ adalah koefisien attenuasi linier dari hasil penyerapan fotoelektrik, dan µc adalah koefisien attenuasi linier dari hasil efek compton.
            Efek fotoelektrik sebagian besar terjadi pada jaringan dengan nomer atom tinggi , Z ( seperti tulang, kontras media ) dan sebagian kecil terjadi pada beberapa jaringan lunak dan benda – benda dengan Z yang kecil. Efek compton terjadi pada jaringan lunak dan perbedaan – perbedaan dalam densitas mengakibatkan perbedaan pada interaksi compton. Sebagai tambahan, efek fotoelektrik tergantung pada energi berkas ( KV ); bagaimanapun efek compton mungkin lebih sedikit mendominsi ketika berkas energi meningkat dan ketergantungan energi tidak dramatis itu ada pada efek fotoelectrik.( Morgan, 1983 )
            Persamaan 4-2 seperti persamaan 4-1 hanya membenarkan untuk berkas homogen pada radiasi. Karena berkas heterogen dipakai pada CT, bagaimana koefisien attenuasi linier ditentukan pada CT? Perhatian ada bersama nilai foton N, yang melewati jaringan selama scaning, dibanding dengan intensitas I. Persamaan 4-1 dapat diekspresikan sebagai :
N = N0   e - µx
Dimana N adalah nomor foton yang diteruskan, N0 adalah nomor atom yang masuk ke jaringan ( insiden foton ) x adalah tebal jaringan, µ adalah µρ + µc ( koefisien attenuasi linier jaringan ) dan e adalah nilai dasar logaritma.
            Persamaan 4-3 diterapkan pada blok jaringan yang homogen. Bagaimanapun irisan jaringan pada pasien dimana sinar yang lewat bukanlah homogen karena jaringan terdiri atas beberapa substansi yang berbeda. Pada kasus ini, irisan dibagi menjadi daerah – daerah yang kecil, ” masing – masing ditandai oleh koefisien attenusi linier sendiri ( Morgan, 1983 ). Ini dapat dilihat seperti







µ1
µ2
µ3
µ4
µ5

 



µ0
 

 
 N0 =                                                                                              //                                     N

Pada keadaan ini koefisisn linier dapat dibuat persamaan sebagai berikut a;\
N  = N0 e – ( µ1 +  µ2 +  µ3 +  µ4 +  µ5  ................... +  µn ) x  

Data Akuisisi  Geometeri
            Perjalanan tabung sinar X dan detektor diatur untuk mengumpulkan pengukuran –pengukuran pancaran atau tembusan yang menggambarkan data akusisi geometri pada sistem CT ( gb. 4-10 ). Pada gambar 4-10 A, tabung sinar X dan detector digabung dan berputar 3600 mengelilingi pasien untuk mengumpulkan nilai yang diteruskan oleh radiasi dengan berkas kipas. Pada gambar 4-10 B, tabung sinar X berputar 360 0 mengelilingi pasien dan diposisikan di dalam ring detektor yang menetap. Berkas radiasi juga berbentuk kipas ( fan ).


Gb. 4-10. dua akuisisi data geometri, A. Perputaran yang kontinyu. B. Detektor stasioner

Pengolahatan data
Pengolahan data merupakan penyusunan prinsip matematika yang ada pada CT. Pengolahan data merupakan tiga satuan langkah suatu proses (gb. 4-11). Pertama, data mentah yang mengalami beberapa bentuk sebelum pengolahan (processing), yang mana terdapat perbaikan dan beberapa reformatting (format ulang) pada data yang terjadi. Hal ini diperlukan untuk mempermudah tahap selanjutnya pada pengolahan data, yaitu rekonstruksi gambar (gb. 4-12). Pada tahap ini, scan data , yang menggambarkan proses attenuasi, yaitu diubah kedalam karakteristik gambar digital oleh CT numbers.
            Konversi proses attenuasi kedalam gambar CT dilakukan dengan ketentuan matematika sebagai teknik rekonstruksi atau rekonstruksi logaritma. Teknik rekonstruksi meliputi simple back-proyection (proyeksi kembali sederhana), iterative methods (metode ulangan) dan analytic methods (metode analitic).
            Tahap terakhir pada pengolahan data adalah penyimpanan gambar dari rekonstruksi gambar digital. Gambar ini disimpan pada disks memori sebagai penyimpanan sementara (penyimpanan jangka pendek).

CT Numbers
          Seperti yang ditunjukan pada Gb. 4-12, tiap pixel pada rekonstruksi gambar ditunjukkan oleh CT Numbers.
TABLE 4-1                                                                                                                             
Linear Attenuation Coefficients for Various Body Tissue*
Tissue                                                   LINEAR ATTENUATION COEFFICIENT (cm-1)
                                                                                                                            
Bone                                                                0.528
Blood                                                               0.208
Gray matter                                                      0.212
White matter                                                     0.213
Cerebrospinal fluid                                            0.207
Water                                                               0.206
Fat                                                                   0.185
Air                                                                   0.0004

* Pada 60 keV

Penyimpanan gambar
 


Rekonstruksi gambar
 

Data mentah preprocessing
 
           






 


GB. 4-11. 3 tahap processing data pada CT


CT Numbers berhubungan dengan koefisien attenuasi linier (µ) pada jaringan termasuk slice (Table 4-1) dan dapat dihitung sbb:
                                                µt - µw
            CT Number      =                                  . K                              
                                                  µw

dimana µ, merupakan koefisien attenuasi pada jaringan yang diukur, µw merupakan  koefisien attenuasi air dan K merupakan konstan atau faktor kontras.
Nilai K menentukan faktor kontras, atau faktor scaling (skala). Pada EMI scanner yang pertama, nilai K adalah 500, yang dihasilkan oleh contras scale 0.2% per CT number. CT numbers diperoleh dengan faktor kontras 500 yang disebut sebagai EMI numbers. Kemudian, faktor kontras digandakan untuk mendapatkan 1000 faktor, dan CT numbers yang diperoeh dengan faktor tersebut maka disebut dengan Hounsfield (H) scale. H sacle/skala H menyatakan µ lebih tepat karena contras scale adalah 0.1% per CT number. (keduanya yaitu H dan EMI scale ditunjukkan pada (gb. 4-13). CT numbers ditetapkan pada basis yang relatif dengan attenuasi air sebagai sumber/acuan. Untuk demikian CT number untuk air adalah 0, dimana pilihan untuk tulang dan udara masing-masing adalah + 1000 dan – 1000, pada H scale.
Komputer mengkalkulasi / menghitung CT numbers, yang dapat dicetak seperti gambaran numeric (gb. 4-14). Gambar ini harus diubah (dikonversi) ke dalam gambar gray scale (gb. 4-14) karena ini lebih berguna untuk radiolog dibandingkan dengan hasil printout numeric. Untuk memudahkan dalam pengubahan (konversi), penyesuaian tingkatan brigthness dengan CT numbers harus ditetapkan  (gb. 4-16). Pada Gb. 4-16, bagian atas (+ 1000) dan bawah (- 1000) masing-masing merupakan batasan skala yang menunjukkan putih dan hitam. Semua nilai yang lainnya menunjukkan variasi dari keabu-abuan (gray).
Hubungan antara CT numbers dan bayangan keabu-abuan merupakan variabel dan dapat disebut sebagai windowing.
   

Gb. 4-12 . data diperoleh dari scanning pada pengukuran penembusan berkas suatu objek. Gambar digital yang terbentuk mengubah data ini kedalam CT numbers

CT dan Energy Dependence (ketergantungan energi)         
          Koefisien attenuasi linier (µ) dipengaruhi oleh faktor yang terdiri dari energi radiasi. Contohnya, koefisien attenuasi linier untuk air pada 60, 84, dan 122 keV masing-masing adalah 0.206, 0.180, dan 0.166. Energi  photon juga dipengaruhi oleh CT numbers karena dapat dihitung pada persamaan koefisien attenuasi linier
            In  Io/I      =‌ ‌∫ µ (E,x) dx
            Dalam persamaan ini, E menunjukkan energi photon dan menggambarkan bahwa koefisien attenuasi ditukar dengan berkas energi.


GB. 4-13.Distribusi (pembagian) CT numbers pada Hounsfield dan EMI scales.
( Seeram E:computed tomography technology, Philadelphia, 1982, WB Saunders.)

            Pada original CT scanner, CT numbers telah dihitung pada basis 73 keV, yang mana berkas energi efektifnya 230 kVp setelah melalui 27 cm pada air (Zatz, 1981). Pada 73 keV, koefisien attenuasi linier untuk air adalah 0.19 cm-1. Contohnya, jika koefisien attenuasi linier untuk tulang dan air masing-masing adalah 0.38 dan 0.19 cm-1, dan faktor scaling (K) scanner adalah 1000, CT numbers untuk tulang dan air dapat dihitung :
CT bone           = µ bone - µ water   .K
                                    µ water
                        = 0.38 – 0.19      . 1000
                                 0.19
                        = 0.19  . 1000
                            0.19
                        = 1000

Demikian CT number untuk tulang adalah 1000

CT water          = µ water - µ water   .K
                                    µ water
                        = 0.19 – 0.19      . 1000
                                 0.19
                        =    0     . 1000
                            0.19
                        = 0
Demikian CT number untuk air adalah 0
Gb. 4-14. Tampilan gambar CT setelah processing komputer. Ini merupakan cetakan numeric proses gambar.
                  

Gb. 4-15. Gambar CT gray scale lebih memiliki tujuan penggunaan pada radiologistdibandingkan dengan cetakan numeric. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)


Pada CT, teknik kV tinggi (sekitar 120 kV) secara umum digunakan untuk beberapa alasan:
1.      Untuk mengurangi ketergantungan koefisien attenuasi pada energi photon.
2.      Untuk mengurangi kontras tulang pada jaringan lunak
3.      Untuk memproduksi radiasi tinggi pada detektor
Alasan tersebut sangat penting untuk respon detektor secara optimum (e.g., untuk mengurangi artefak yang disebabkan oleh perubahan pada ketebalan kepala, yang mana dapat menyembunyikan perubahan kecil pada attenuasi dalam jaringan lunak, dan untuk meminimalkan artefak hasil dari efek berkas).
CT numbers mungkin berubah karena tergantung pada energi. Oleh karena itu penting bahwa sistem CT menjamin akurasy (keakuratan) dan terpercaya pada numbers karena konsekuensi dapat menjadi buruk dan mungkin dapat salah diagnosa. Sistem menyatukan number skema perbaikan untuk memaintain presisi pada CT numbers.

Tampilan Gambar
Tahap ketiga dan terakhir pada proces CT meliputi tampilan gambar, penyimpanan, dan dokumentasi. Setelah gambar direkonstruksi, gambar yang keluar pada komputer berbentuk digital (lihat gb.4-12 dan 4-14). Hal ini harus diubah menjadi bentuk yang sesuai untuk penggambaran dan pengetahuan pada observer (Seeram,1982).
Pada CT rekonstruksi gambar digital diubah kedalam gambar gray scale (lihat gb. 4-15) untuk interpretasi radiolog. Karena diagnosa dibuat dari gambar tersebut, ini sangat penting untuk menunjukkan gambar tersebut dalam memudahkan dianosa.

Display Devices
          Gambar gray scale ditampilkan pada tabung sinar katoda (cathode ray tube / CRT), atau tv monitor, yang mana merupakan komponen pengontrol yang penting atau meja console (gb. 4. 4-17) . Gb. 4-17 memperlihatkan 2 monitor, 1 untuk informasi text dan 1 untuk gambar.


GB. 4-16. Hubungan antara CT number dan brightness level.



GB. 4-17. 2 garay scale CRT display monitor diletakkan pad control console sistem CT.
 (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)

            Pada tampilan (display) dan manipulasi gambar gray scale untuk diagnosa, hal ini sangat penting untuk mengoptimalkan gambar (i.e., ketepatan untuk menampilkan gambar). Ini dipengaruhi oleh karakteristik fisik seperti luminance, resolusi, noise dan dynamic range.
            Monitor gray scale adalah funnel-shape, pembungkus kaca dikosongkan dengan penembakan elektron pada tabung yang sempit. Bentuk screen tabung yag dilebarkan, permukaan dalam phospor yang dikeluarkan lebih terang  ketika terjadi tembakan oleh elektron (seeram, 1985).
            Pada CT gambar digital yang berasal dari komputer harus diubah kedalam signals analog oleh digital-to-analog converter. Signals menghasilkan berkas elektron screen phospor. Monitor gray scale dapat menampilkan input gambar digital, pixel by pixel.
            Resolusi merupakan parameter fisik yang penting pada tampilan monitor gray scale dan berhubungan dengan pixel matrix, atau ukuran matrix. Tampilan matrix berjarak dari 64 x 64 sampai 1024 x 1024, tetapi monitor dapat menampilkan gambar dengan 2048 x 2048 matrix (Dwyer, et al, 1992).

Windowing.
            Gambaran CT memiliki jarak CT numbers  dari (+ 1000 sampai – 1000, untuk total 2000 numbers) untuk menunjukkan bayangan gray (lihat gb. 4-16). Jarak CT numbers disebut dengan Window Width (WW), dan titik tengah dari jarak tersebut adalah Window Level (WL). Antara WW dan WL keduanya berada pada control console; pada Gb. 4-17, terdapat 2 knob yang ada dibawah monitor gambar. Pengontrol tersebut dapat mengubah kontras gambar.  Dengan WW 2000 dan WL 0, jumlah gray scale dapat ditampilkan dan kecakapan observer untuk melihat perbedaan yang kecil pada attenuasi soft tissue akan hilang karena mata manusia dapat melihat hanya sekitar 40 bayangan gray (Castleman, 1994).
Proses perubahan gambar gray scale CT  disebut dengan windowing (Gb. 4-18). Gb. 4-18 memperlihatkan kontras yang dapat diubah menjadi lebih terang pada tumor kepala.

Bentuk dari gambaran CT.
Scan original CT terdiri dari 80 x 80 matrix untuk total 6400 pixel.
            Dengan teknologi ukuran matrix dapat dipilih sebelum dilakukan pemeriksaan CT dan tergantung pada pengetahuan anatomi. Teknologi harus memilih FOV atau reconstruction circle (lingkaran rekonstruksi), yang mana daerah circular (lingkar) dari pengaturan transmisi direkam selama scanning. Daerah ini diebut dengan FOV scan.
Selama pengumpulan data dan rekonstruksi gambar, matrix berada diluar scan FOV untuk melindungi atau menutupi irisan / slice untuk menjadi gambar. Secara umum, teknologi dapat memilih FOV untuk pemeriksaan tanpa 3 atau 4 scan FOV.
            Karena irisan / slice di scan dalam dimensi, pixel di pindahkan kedalam voxel atau volume element. Berkas radiasi yangmengalir melalui tiap voxel dan CT numbers kemudian dihasilkan untuk tiap pixel pada penampilan gambar. Tampilan FOV dapat menjadi sama atau hilang dari scan FOV.


Gb. 4-18. Efek windowing. Kontras pada tulang dan soft tissue pada gambar sebelah kiri ditukar untuk ditunjukkan pada gambar sebelah kanan. Tumor terlihat lebih terang pada gambar sebelah kanan, dengan menghilangkan kontras gambar untuk tulang dan soft tissue. (Courtesy Toshiba America Medical system; Tustin,Calif)

            Ukuran pixel dapat dihitung dari FOV dan ukuran matrix melalui hubungan sbb:
Pixel size, d     = field of view/matrix size

            Untuk contoh, jika reconstruction circle (FOV) adalah 25 cm dan ukuran matrixnya adalah 5122, ukuran pixel dapat dihitung sbb:
Pixel size = 25.10 mm / 512
                = 250 mm / 512
                = 0.488 mm
                = 0.49 mm
                = 0.5 mm
            Ukuran pixel umunya berjarak mulai dari 1 sampai 10 mm pada scanner. Dengan demikian ukuran voxel tidak hanya tergantung dengan ketebalan tetapi juga pada ukuran  matrix dan FOV (gb. 4-19).
            Akhirnya, tiap pixel pada gambar CT memiliki jarak pada bayangan gray. Gambar dapat memilki perbedaan nilai gray scale 256 (28), 512 (29), 1024 (210), atau 2048 (211). Karena numbers digambarkan seperti bits, gambar CT dapat digolongkan dalam numbers pada bits per pixel. Gambar dapat memiliki 8, 9, 10, 11, atau 12 bits per pixel. Oleh karena itu gambar terdiri dari rangkaian bit plane yang ada bit didalamnya (gb. 4-20) (Seibert, 1995). Nilai numeric pixel menggambarkan brightness gambar pada posisi pixel. 12-bits-per-pixel gambar CT dapat menggambarkan rentang numbers dari – 1000 sampai 3095 untuk total 4096 (212)  (Barnes dan Lakshminarayanan, 1989).

Pertimbangan Tekhnologi
            Tujuan utama CT scanner adalah untuk memproduksi gambar CT uang bermutu tinggi dengan meminimalkan dosis radiasi dan secara fisik ketidaknyaman untuk pasien. Apakah hal ini dapat dicapai tergantung pada pengaturan sistem CT, yang mempengaruhi penampilan/pertunjukan sistem komponen. Pada bagian ini, pengaturan teknologi perlu untuk menghasilkan gambaran CT.
            Teknologi pada CT scanner meliputi subsystem numbers (gb. 4-21). Subsystem yang utama digambarkan lebih singkat  atau ringkas untuk menunjukkan mengalirnya data melalui sistem.

Gb. 4-19. Ukuran voxel tergantung pada ketebalan, ukuran matrix, dan FOV.

Data mengalir pada CT scanner
            Subsystem ditunjukkan pada gb. 4-21 yang terdiri dari x-ray tube, power supply, sistem pendingin, berkas geometry, dibatasi dengan kollimator dan karakteristik oleh pergerakan scanning tube, detector, detector elektronik, preprocessor, computer dengan memory akses cepat, processor dengan kecepatan tinggi, processor gambar, penyimpanan, display dan system control.
            Mengalirnya data dari gb. 4-21 diringkas pada gb. 4-22. Bahasa digambarkan oleh beberapa event/kegiatan (e.g.,belokan dan proyeksi kembali) akan diterangkan selanjutnya pada bab berikutnya :

Gb. 4-20. Tampilan gambar digital seperti kumpulan bit plane. Encoding pada Least Significant Bit (LSB) sampai Most Significant Bit (MSB) seperti bit plane yang ditunjukkan. Penyesuaian gambar gray scale menunjukkan nilai digital dan hubungan brightness. (dari Seibert JA: Digital image processing basics. In Balter S, Shope TB, eds: RSNA categorical course in physics. Physical and technical aspect of angiography and interventional radiology, Oak Brook, lll, 1995, RSNA.)
           

Gb. 4-21. Bentuk CT scanner generasi ke 4 dengan subsystem utama.
Urutan kejadian
Kejadian ditunjukkan/digambarkan pada mengalirnya data seperti berikut :
  1. Tabung X – ray dan detektor berputar di sekitar pasien, yang diposisikan dalam lubang gantry untuk pemeriksaan CT. Pada tahap ini ditandai oleh berkas geometry dan metode scanning dan membungkus atau mengelilingi aluran X- ray melalui pasien. Berkas X- ray yang tinggi dibatasi oleh kollimator.
  2. Radiasi mengalami pelemahan atau attenuasi melalui pasien. Photon diukur oleh 2 set detektor, reference (sumber/acuan) detektor, yang mengukur intensitas radiasi dari tabung X- ray, dan yang lainnya merekam transmisi X -ray melalui pasien.
  3. Pemindahan berkas dan sumber berkas keduanya diubah kedalam aliran signals electric yang diperluas oleh daerah khusus. Ini diikuti oleh pembesaran algorithma, dimana transmisi yang relatif (Io/I) yang berubah menjadi attenuasi (µ) dan ketebalan (x) dengan menggunakan persamaan :
µ          =   I   In Io/I
                 x
  1. Sebelum data dikirim ke komputer data harus diubah kedalam bentuk digital. Ini dilakukan dengan Analog-to-digital converter (ADCs), atau digitizer. Tahap 2, 3, dan 4 menyusun tahap ke 2 pada proses aquisisi data.
  2. Data processing dimulai. Data digital mengalami beberapa bentuk sebelum processing, yang meliputi perbaikan dan reformatting. ”beberapa perbaikan pada data akan menyamakan attenuasi data, diperoleh daerah rata-rata detektor untuk menentukan jika beberapa detektor diluar standar yang sebelumnya ditentukan yaitu detektor yang buruk, dan perbaikan yang salah untuk waku yang hilang (i,e., waktu deteksi yang hilang) oleh individual detektor (Huang, 1987). Data tersebut disebut dengan reformatting data mentah. Perbaikan data tambahan ditunjukkan pada penggunaan data software komputer.
  3. Seperti yang diperlihatkan pada gb. 4-22, belokan ditunjukkan pada data dengan barisan processor.
  4. Rekonstruksi algoritma proyeksi kembali kemudian menyusun kembali gambar pada structur anatomi internal sebelum pemeriksaan.
  5. Rekonstruksi gambar dapat ditampilkan, direkam dengan film laser camera, atau disimpan pada magnetic optical tape atau disks.
  6. Processor gambar ditunjukkan pada gb. 4-21 menunjukkan variasi operation processing gambar pada tampilan gambar. Gb. 4-21 tidak memperlihatkan digital-to-analog converter (DAC), komponen diletakkan antara processor gambar dan CRT ditampilkan antara komputer dan control terminal, yang merupakan CRT display unit.
  7. Control terminal biasanya pada operator control console, yang melengkapi control sistem CT.

Gb. 4-22. Data mengalir pada system CT
KEUNTUNGAN DAN KETERBATASAN CT
Keuntungan
      Keuntungan utama CT dilihat dari faktanya adalah untuk mengatasi keterbatasan radiografi dan tomografi konvensionl. Dibandingkan dengan radiografi dan tomografi konvensional, keuntungan CT sbb:
1.      Utama,resolusi dengan low-contras (kontras rendah) mungkin karena (1) tingginya berkas penyinaran yang digunakan untuk mengambil potongan cross-sectional pada pasien dan (2) detektor khusus yang digunakan untuk mengukur perpindahan radiasi melalui slice.
2.      Pengaturan WW dan WL pada windowing gambar, contras scale gambar dapat divariasikan sesuai yang dibutuhkan observer.
3.      Dengan akuisisi data spiral, scanning CT pada spiral geometry telah mengatasi beberapa keterbatasan dari konvensional start-stop acquisition. Keuntungan ini meliputi volume aquisisi data pada pengambilan slice dibandingkan slice by slice aquisisi, perkembangan pada gambaran 3D, gambar reformatting multiplanar, dan aplikasi lainnya, seperti gambar berikutnya, CT angiografi dan gambaran sesungguhnya, atau CT endoscopy.
4.      CT telah membuat variasi teknik untuk yang akan datang guna mempermudah proses diagnosa seperti Xenon CT (untuk bernafas didalam), stable xenon (untuk mempelajari aliran darah), quantitative CT (menentukan jumlah mineral tulang), dynamic CT (untuk mempelajari physikologi), perfusion CT dan CT scanning dengan spatial resolusi tinggi untum mengoptimalkan spatial resolusi. Untuk tambahan, CT dapat membantu rencana perlakuan radiasi.
5.      Dengan adanya manipulasi gambar dan analisa, digital nature gambar CT merupakan kandidat untuk processing gambar digital. Melalui applikasi, processing gambar algoritma, gambar dapat dimodifikasi untuk kejelasan sejumlah informasi atau dianalisa untuk mengetahui informasi tentang bentuk dan texture dari lessi.

Keterbatasan
CT tidak tanpa keterbatasan. Dibandingkan dengan radiografi dan tomografi , kekurangannya adalah sbb:
1.      Spatial Resolusi pada CT ”lebih buruk”
2.      Dosis pada CT sesungguhnya lebih tinggi untuk daerah anatomi yang sama.
3.      CT dibatasi untuk transverse axial slice karena hardware dari scanner, meskipun gantry dapat disudutkan untuk mengambil slice gambar samapi  30° untuk transverse section.
4.      Pada CT, sulit untuk gambar daerah anatomi yang soft tissuenya dikelilingi oleh tulang dalam jumlah besar, seperti fossa posterior, spinal cord, pituitary, dan interpetrous space.
5.      Adanya object metalic pada pasien akan menghasilkan garis artefact pada gambaran CT, CT juga menunjukkan artefact lainnya yang tidak biasa untuk radiografi.
Tidak ada yang menjadi batasan-batasan yang telah menghambat perkembangan CT atau pembatasan penggunaan. Kenyataannya, CT tetap digunakan untuk alat diagnosa dalam pengobatan, dan pengetahuan untuk pengembangan CT scanner.





No comments:

Post a Comment