SYSTEM AUTOMATIC EXPOSURE
CONTROL
R. YUSUF WIBISONO
System AEC telah mulai diperkenalkan
sejak tahun 1960 dan fungsi utamanya untuk mengatur waktu exposi. Sistem ini
melibatkan beberapa type detector radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah
sinar X yang diterima oleh pasien atau oleh image receptor. Ketika nilai exposi
telah mencapai level yang telah ditentukan sebelumnya , maka system
akan menghentikan generator X-ray untuk memutus exposi. Nilai ini telah di setting
sebelumnya oleh teknisi service, dengan
didasarkan pada system image receptor yang digunakan oleh suatu departemen
radiology.
Ada 2 bagian utama dari system automatic exposure control, yaitu sensor
dan comparator.
v SENSOR
Sensor adalah detector radiasi yang memonitor exposi radiasi
pada pasien dan menghasilkan arus listrik yang proporsional sebanding dengan
jumlah sinar-X yang dideteksi. Sensor-sensor ini biasa disebut sebagai cell
atau chamber.
Normalnya terdapat tiga sensor yang yang tersedia yang
dapat digunakan oleh radiographer, satu
pada pertengahan dan yang duanya pada sisi-sisi dari pertengahan garis.
(gambar 7 ). Kadang juga terdapat unit yang hanya dilengkapi dengan satu atau
dua sensor. Ada
tiga jenis detector radiasi yang biasa digunakan pada system AEC ; photo
detector, ion chambers, dan solid state detector.
A B
Gbr.7.
Lokasi sensor cell pada system AEC: A-Single cell option. B-Three sensor option
Ø PhotoDetector
Photo detector atau biasa disebut photocell, menggunakan scintillation
crystal (sodium iodide ) yang digabung dengan photomultiplier tube. Ketika
radiasi berinteraksi dengan kristal , timbul cahaya tampak , yang kemudian
memasuki photomultiplier tube. Cahaya ini kemudian melepaskan electron melalui
proses photoemission.. Elektron ini kemudian diperbanyak dan membentuk arus listrik yang proporsional
dengan jumlah X-ray yang diterima. Photodetector adalah detector yang biasa digunakan
sebagai sensor dan dipasarkan dengan nama “ phototimer “. Nama ini masih sering
digunakan untuk menyebut AEC system, meskipun photodetector sudah jarang
digunakan dalam system AEC modern.
Sensor ini diletakkan dibelakang
image receptor untuk mengukur exsposi, karena sensor ini tidak radiolucent.
Penggunaan system ini harus memperhatikan caset yang digunakan agar lembaran Pb
di belakang kaset tidak berlebihan tebalnya sehingga menghalangi exposi ke
detector.
Ø Ion chamber
Ion chamber terdiri atas bilik yang berisi gas. Ukurannya lebih kecil
daripada photo cell dan dapat dibuat dari material radiolucent. Sehingga dapat
diletakkan diantara grid dan bagian depan image receptor, sehingg dapat
digunakan dengan berbagai jenis kaset. Ini merupakan type yang paling banyak
digunakan pada system AEC yang ada saat ini. Sensor ini biasa dipasarkan dengan
nama “ionomat”.
Ø Solid State detector
Solid State detector menggunakan silicon kecil atau crystal germanium yang lebih
sensitive tetapi jugga lebih mahal daripada photocell atau ion chamber. Crystal ini radiolucent
dan dapat diletakkan diantara grid dan image receptor. Solid state detector
biasa dipasarkan dengan nama “autotimer”
v COMPARATOR
Adalah sirkuit elektronik penerima signal listrik yang
dikirim oleh sensor chamber. Kapasitor internal menyimpan tegangan arus listrik
masih mengalir. Ketika tegangan ( V ) dalam kapasitor menjadi sama dengan tegangan
referensi (Vr) , maka switch akan terbuka yang akan menghentikan exsposi. Perubahan
pada pemilihan density selector akan mengubah tegangan reference dan karenanya
merubah jumlah X-Ray yang di produksi oleh generator. Masing-masing step pada
ensity selector akan merubah eksposi radiasi sebanyak 25%-30%. Raiografer juga
harus memilih KVp, mA dan chamber yang cepat” dan memastikan pasien dan X-ray
tube diposisikan secara cepat dan memastikan back-up time bekerja dengan baik
jika ada kegagalan system.
PENGUJIAN AEC.
Dewasa ini pemeriksaan radiografi lebih sering dilakukan
dengan menggunakan system AEC. Diperkirakan lebih dari 60% departemen radiologi
memiliki peralatan radiografi yang menggunakan system AEC atau anatomically
programmed unit (yang terdiri dari sirkuit micro processor dengan factor-faktor
eksposi yang telah diprogram). Keuntungan system AEC adalah menghasilkan
optical density yang konstan pada radiograf dengan range yang luas dari
ketebalan pasien dan setting KVp. Kinerja system harus dimonitor melalui
prosedur quality control yang didasrkan pada pengujian tahunan, enam
bulanan atau pengujian yang dilakukan
pada saat system bekerja. Hal-hal yang harus di monitor meliputi back-up, maksimum
eksposure timer dan minimum ekspose timer.
Ø Back-up, Maksimum Eksposure Time
Karena eksposi dicontrol oleh sensor dan comparator yang dikombinasikan
dengan konvensional timer maka harus diberikan perhatian khusus untuk
menghindari eksposi pasien yang berlebihan atau kelebihan panas pada X-Ray tube
jika terjadi kegagalan system atau ketika dilakukan pemeriksaan pada pasien
yang sangat gemuk.
Ini dilakukan dengan mengatur back-up timer pada standart: Back-up
timer akan menghentikan eksposi setelah 6 detik atau 600 mAs, tergantung mana
yang dicapai terlebih dahulu. Hal ini dapat di uji dengan menggunakan prosedur
sebagai berikut:
Prosedur
1.
Letakkan lead apron menutupi
sensor, sell dan lakukan eksposi pada 70 KV dan 100mA
2.
Perhatikan mAs meter pada control
panel dan juga dengan menggunakan stopwatch untuk melihat back-up system
menghentikan eksposi pada parameter
yanga telah di setting. Jika back-up system tidak bekerja segera lepaskan
tombol eksposi agar X-ray tube tidak rusak.
Ø Minimum Eksposur Time
Kombinasi sensor dan comparator membutuhkan waktu tertentu untuk
mendeteksi radiasi dibandingkan dengan waktu minimum yang telah disetting dan
kemudian menghentikan eksposi. Jika pemeriksaan membutuhkan waktu yang lebih
kecil dari waktu minimum yang telah di setting, system AEC tidak akan merespon
sehingga tidak menghasilkan radiograf. Karen alasan ini radiogrfi extremitas
bagian distal tidak dilakukan dengan menggunakan AEC. Vendor harus mengecek
minimum eksposure time yang ada pada system dan radiographer harus menyesuaikan
pemeriksaan radiografi yang dapat menggunakan AEC dan kombinasi mA yang bias
dan yang tidak bisa digunakan.
QUALITY CONTROL AEC
Ø Consistency eksposi pada berbagai variasi mA
System AEC harus dapat mengatur waktu eksposi dan menjaga optical
density terhadap berbagai perubahan pada control panel. Berbagai perubahan
tidak boleh melebihi ±10 %. Untuk mengevaluasi parameter ini digunakan prosedur
sebagai berikut:
Prosedur
1.
Gunakan phantom homogen yang
terbuat dari plexiglass Lucite acrylic dengan ketebalan kurang lebih 10 cm.
2.
Buat empat radiograf dengan
menggunakan phantom dengan kaset ukuran 10 X 12 inch (24 X 30 cm) dengan
menggunakan 70 KV, jarak 40 inch SID,
dengan berbagai mA
3.
proses masing –masing film dan
gunakan densitometer untuk mengukur optical density pada masing-masing image .
Nilai
optical density yang terukur harus sama atau setidak-tidaknya dalam rentang ±
0,2.
Jika perbedaannya > 0,2 maka dapat terjadi hasil radiograf dengan
nilai optical density yang tidak konsisten, prosedur tadi diulang kembali jika
masih terjadi inkonsisten optical density maka ini biasanya disebabkan
malfunction dari comparator.
Ø Consistensi Eksposi dengan variasi KV
Sistem AEC harus dapat mengatur waktu exposi dan mempertahankan optical
density dengan berbagai perubahan kVp pada control panel. Hal ini dapat
dievaluasi dengan menggunakan phantom homogen yang telah disebutkan sebelumnya.
Prosedur
1.
Lakukan empat kali exposi pada
phantom dengan kaset ukuran 10 x 12 inch, menggunakan 100 mA, setting normal
density, SID 40 inch sampai ke bucky dan dengan menggunakan nilai kVp 60,70,80
dan 90.
2.
Lakukan processing pada empat film
tersebut, ukur density pada bagian tengah dari masing-masing radiograf
tersebut.
Nilai
optical density yang terukur pada empat film tersebut seharusnya sama atau jika
ada perbedaan tidak lebih dari 0,2.
Ø Uji konsistensi Exposi pada berbagai Variasi ketebalan Objek
Sistem AEC harus dapat mengatur waktu exposi dan mempertahankan optical
density dengan berbagai perubahan pad ketebalan objek. Pengujian sistem ini
masih menggunakan phantom homogen.
Prosedur
1. Lakukan tiga kali exposi dengan
kaset ukuran 10 x 12 inch, menggunakan 70 kVp, 100 mA, setting normal density,
SID 40 inch sampai ke bucky. Masing masing exposi dilakukan dengan phantom
dengan ketebalan 10 cm, 20cm, dan 30 cm.
2.
Lakukan processing pada tiga film
tersebut, ukur density pada bagian tengah dari masing-masing radiograf
tersebut.
Nilai optical density
yang terukur pada empat film tersebut seharusnya sama atau jika ada perbedaan
tidak lebih dari 0,2.
Ø Uji Konsistensi Exposi dengan berbagai variasi luas lapangan penyinaran
Sistem AEC harus dapat/mampu melakukan kompensasi terhadap perubahan pada
berbagai luas lapangan penyinaran. Radiograf yang diperoleh dengan menggunakan
phantom homogen dapat digunakan untuk mengevaluasi parameter ini.
Prosedur
1.
Buat tiga kali eksposi pada
phantom dengan factor eksposi 70 KV, 100
mA, setting normal density, dan SID 40 inch
2. Masing-masing eksposi dibuat
dengan luas lapangan yang berbeda: 6 X 6 inch, 10 X 10 inch dan 14 X 14 inch
dengan ukuran kaset yang sesuai. Pastikanberkas sinar berada pada bagian
tengah sensor chamber.
3.
Lakukan processing pada tiga film
tersebut, ukur density pada bagian tengah dari masing-masing radiograf
tersebut.
Nilai
optical density yang terukur pada empat film tersebut seharusnya sama atau jika
ada perbedaan tidak lebih dari 0,1.
Ø Uji Konsistensi Sensor Chamber
Sebagian besar system AEC menggunakan konfigurasi tiga chamber.
Masing-masing chamber seharusnya dapat
memberikan waktu eksposi yang sama. Untuk mengevaluasi hal ini lakukan
prosedur sebagai berikut:
Prosedur
1. Buat 3 radiograf dengan
menggunakan phantom homogen masing-masing dengan menggunakan pemilihan chamber
yang berbeda. Pastikan bahwa phantom diletakkan diatas chamber yang akan di
uji. Gunakan faktor eksposi 70 KV, 100 mA kemudian setting normal density dan
SID 40 inch.
2.
Lakukan processing pada tiga film tersebut,
ukur density pada bagian tengah dari masing-masing radiograf tersebut.
Nilai
optical density yang terukur pada empat film tersebut seharusnya sama atau jika
ada perbedaan tidak lebih dari 0,2.
Ø Uji Reprodusibility
Eksposure yang dibuat pada KV dan mA yang sama pada ketebalan phantom
yang sama harus menghasilkan optical densitas yang sama pada gambar yang
dihasilkan. Hal ini dikenal dengan reproducibility
Prosedur
1.
Lakukkan 3 kali eksposi pada
phantom homogen dengan menggunakan 80 KV, 200 mA setting normal density, kaset
ukuran 10 X 12 inch dan SID 40 inch.
2.
Lakukan processing pada tiga film
tersebut, ukur density pada bagian tengah dari masing-masing radiograf
tersebut.
Nilai
optical density yang terukur pada empat film tersebut seharusnya sama atau jika
ada perbedaan tidak lebih dari 0,10.
Metode alternative untuk mengevaluasi reproducibility adalah dengan
membuat 3 eksposi yang sama tetapi tanpa menggunakan kaset untuk mencetak
gambar. Letakkan detector radiasi dan phantom homogen menutupi sensor chamber
yang di uji dan catat hasil pembacaan yang diperoleh pada masing-masing
eksposi. Untuk hasil yang valid pastikan bahwa detector radiasi bersifat
radiolusen.
Reproducibility harus berada
dalam rentang ± 0,05[ 5 %]
Ø Uji Kontrol Densitas
Swicth density selector harus dapat memberikan perubahan eksposi
radiasi sebanyak 25 -30 % dari masing-masing penambahan. Akurasi ini dapat di
uji dengan prosedur sebagai berikut
Prosedur
1.
Buat 5 radiograf dengan phantom
homogen menggunakan 70 KV, 100 mA, 40 inch SID dan setting density selector
dari normal [0/neutral] +1, +2, -1 dan -2 [setting ini sangat tergantung pabrik
yang membuat]. Pastikan untuk memberi tanda pada masing-masing gambar
2.
Film diproses kemudian lakukan
pengukuran densitas pada bagian tengah dari masing-masing radiograf dan
bandingkan. Masing-masing radiograf harus mencatat peningkatan optical density
dengan nilai 0,2-0,25 dari setting densitas yang paling rendah sampai yang paling
tinggi [-2 sampai +2].
Ø Reciprocity Law Failure
Hukum reciprocity menyatakan bahwa jumlah radiasi yang dihasilkan dari
nilai mAs yang sama dengan kombinasi mA dan waktu akan menghasilkan jumlah
radiasi yang sama. Karenanya optical density yang dihasilkan pada gambar
seharusnya juga sama. Sistem image receptor film / screen dapat menghasilkan
kegagalan reciprocity pada nilai eksposi yang sangat pendek [<10 msec] dan
pada nilai eksposi yang sangat panjang [>1sec]
·
Gambaran phantom baik phantom
homogen atau phantom anthropomorphic dibuat dengan factor eksposi 70 KV,
setting normal density, SID 40 inch dan nilai mA yang terendah yang dapat
dibuat pada control panel [dengan pemilihan waktu yang paling panjang]
·
Gambar yang lain dibuat dengan
menggunakan nilai mA yang paling tinggi [dengan pemilihan waktu sesingkat
mungkin]
· Pengukuran optical density
dilakukan pada pertengahan dari masing-masing gambar dan dibandingkan. Jika
terjadi reciprocity failure nilai optical density pada film akan bervariasi
dengan nilai >±0,2.
No comments:
Post a Comment