Sunday, 29 January 2012

2.3 Magnetic resonance imaging (MRI)
Disetasi Dr Yakub Pandelaki SpRad
2.3.1 Dasar fisika
Konsep dasar MRI adalah perputaran (spin) nukleus bermuatan yang menimbulkan medan magnet kecil. Nukleus yang berputar umumnya dari atom hidrogen yang mengandung 1 buah proton seperti arah jarum kompas yang menunjukkan utara dan selatan. Pada keadaan biasa jutaan proton di dalam tubuh kita mempunyai orientasi arah yang acak sehingga tidak menimbulkan medan magnet atau saling meniadakan. Hal ini akan berubah ketika tubuh dimasukan ke dalam medan magnet yang besar, arah proton akan segaris dengan arah medan magnet Bo. Dalam keadaan tersebut proton juga berputar terhadap sumbunya seperti terjadi pada permainan gasing. Jika g adalah konstan dan disebut megnetogyric ratio atau gyromagnetic ratio, maka karakteristik frekuensi proton ini (Wo) dirumuskan oleh persamaan Larmor :40-41
                                                Wo = gBo
Saat ini medan magnet MRI yang dipakai secara luas adalah 1,5 T. Apabila medan magnet dari bumi sekitar 0,5 Gauss sedangkan 1 T = 10.000 G maka kekuatan medan magnet MRI 1,5 T sekitar 15.000 G yang berarti mempunyai kekuatan sekitar 30.000 kali kekuatan magnet bumi.40-41
2.3.2 Fisika kuantum
Sehubungan dengan hukum fisika kuantum, nilai spin nukleus hanya dapat dinilai oleh spin quantum number (I). Nukleus-nukleus akan “MR visible” dengan jumlah nilai adalah “non zero”.42
Nilai kemungkinan level energy spin dalam medan magnet eksternal adalah 2I + 1. Jika pada proton I sama dengan ½, berarti ada dua level yaitu spin up dan spin down. Spin up mempunyai energi yang lebih rendah sehingga mempunyai arah sesuai dengan arah Bo. Arah spin down yang mempunyai energi lebih tinggi akan mempunyai arah yang berlawanan atau anti paralel dengan arah Bo.42
2.3.3 Radio frekuensi (RF), T1 relaxation dan T2 relaxation.
Pada pemeriksaan MRI diberikan energi dari radio frekuensi yang sama dengan energi pada proton yang berada di dalam medan magnet besar (Bo) sehingga disebut beresonansi. Ketika energi RF diberikan maka arah spin proton akan berubah menjadi tegak lurus terhadap arah bidang Bo maka arah spin tersebut akan menjadi bidang transversal (magnetisasi transversal) setelah diberikan excitation pulse 90 derajat.40,41
Saat RF distop sehingga spin proton akan kembali (berelaksasi) ke situasi yang sama sesuai arah dengan Bo. Pada keadaan ini akan terjadi dua mekanisme. Pertama spin-spin tersebut akan mempunyai medan magnet yang sedikit berbeda karena ketidak-homogenan alat MRI dan interaksi antar spin. Pada medan magnet bidang transversal akan terjadi free induction decay (FID) atau transverse relaxation (T2*) dimana spin-spin akan mengalami kehilangan energi (spread out atau dephase) menjadi nol yang disebut T2 relaxation.40,41
Keadaan kedua ketika energi hilang ke gaya spin-lattice kembali semula ke magnetisasi sesuai arah Bo sepanjang z-direction atau komponen longitudinal dari nol ke nilai maksimum sesuai magnetisasi Bo, hal ini disebut T1 relaxation.40,41
2.3.4 Spin echo (SE), T1-WI dan T2-WI
Spin echo (SE) adalah sekuens yang sering dan selalu dipakai untuk pemeriksaan MRI otak meskipun saat ini dapat digantikan dengan fast spin echo yang lebih cepat tetapi kualitas gambar di bawah SE.41
Pada teknik SE ini diberikan pulsa radio frekuensi (RF) 90 derajat yang merubah proton menjadi ke bidang transversal. Pulsa tersebut diulangi sesuai dengan repetition time (TR) yang dikehendaki. SE yang standar untuk pemeriksaan otak umumya antara 500 sampai 3000 ms. Pada waktu proton relaksasi diberikan pulsa 180 derajat sampai terjadi echo. Waktu dari pemberian pulsa 90 derajat sampai dengan timbulnya echo disebut echo time (TE). Umumnya TE yang diberikan antara 15 sampai 120 ms.41
T1 weighted image (T1-WI) dihasilkan dengan TR dan TE yang pendek.  T2 weighted image (T2-WI) dihasilkan dengan TR dan TE yang panjang, sedangkan proton density (PD) dihasilkan dari TR yang panjang dan TE yang pendek.41
Pada conventional SE, satu garis dalam K-space diisi dengan 1 TR. Hal ini berarti jika matriks gambar 256 x 256 digunakan 256 garis yang mengisi sehingga total acquisition time selama 256 x TR. Jadi untuk T2-WI dengan TR 3000 ms dibutuhkan waktu selama 12,8 menit.41
2.3.5 Fast Spin Echo (FSE)
Fast Spin Echo (FSE), juga dikenal sebagai ’turbo’ spin echo menggunakan serial pulsa 180 derajat (‘echo train’) setelah inisial pulsa 90 derajat. Panjang dari ‘echo train’ ini dapat berkisar dari 2 hingga 32 (bahkan hingga 64) pulsa 1800. Variasi simultan dari gradien phase encoding (Y) menyebabkan masing-masing pulsa 1800 memiliki garis yang berbeda di K-space. Ini menyebabkan pengisian dari beberapa garis K-space selama TR tunggal, yang memperpendek waktu imaging. Sebagai contoh, jika panjang dari ‘echo train’ adalah 8, maka 8 garis terisi selama TR tunggal sehingga hanya 32 interval TR yang diperlukan untuk mengisi K-space pada matriks 256x256. Ini akan mengurangi waktu pengambilan dari 12,8 menjadi 1,5 menit. Karena jumlah dari pulsa 1800 yang dapat diaplikasikan di antara dua pulsa 900 bergantung pada panjang TR dan jumlah potongan, FSE utamanya digunakan dengan sekuens TR panjang yang menghasilkan pembebanan pada T2-WI. Lemak dan air, seperti pada cairan serebrospinal, umumnya muncul lebih terang pada T2-WI FSE dibandingkan pada spin echo konvensional dengan TR dan TE yang secara nominal serupa. (Pada FSE, TE diperkirakan dan disebut sebagai TEef (‘effective echo time’)). Untuk mendapatkan pencitraan yang baik dapat dilakukan dengan perpanjangan waktu, meningkatkan signal-to-noise ratio (SNR), meningkatkan jumlah eksitasi per bagian, atau dengan melakukan  pencitraan resolusi tinggi (bagian tipis, matriks tinggi) pada daerah seperti sudut serebelopontin atau hipofisis di mana pemeriksaan pencitraan pada spin-echo konvensional dapat berlangsung sangat lama.40-41
2.3.6 Inversion Recovery (IR)
Sekuens Inversion Recovery (IR) mengaplikasikan ‘pulsa inversi’ 1800 sebelum memakai pulsa 900 untuk membalik proton pada bidang transversal. Pulsa inversi akan membalik proton 1800 dari magnetisasi longitudinal awal. Proton yang tereksitasi selanjutnya harus beristirahat dari orientasi negatif, melalui 00, untuk kembali ke posisi semula. Seperti pada pencitraan SE, data yang dikumpulkan atau dibaca didahului oleh sebuah pulsa refocusing 1800. Waktu antara pulsa 1800 yang pertama (inversi) dan pulsa 900 dinamakan waktu inversi (inversion time atau TI). Jika pulsa eksitasi 900 menabrak proton jenis tertentu saat pergerakan tepat melewati nol, proton-proton tidak akan tereksitasi sehingga tidak akan memberikan sinyal. Karena waktu relaksasi dari jaringan tertentu pada kekuatan medan tertentu diketahui, maka teknik ini dapat digunakan secara selektif untuk mensupresi sinyal dari lemak (sekuens STIR) atau dari air yang bebas bergerak (sekuens FLAIR).40,41
2.3.7 Inversion recovery standar
Sekuens inversion recovery standar menggunakan TI menengah sekitar 400 ms. Ini sebagian besar menghasilkan T1-WI yang memberikan gambaran anatomis lebih baik dan kontras antara daerah abu-abu dan putih yang lebih tinggi. Pada pencitraan inversion recovery konvensional, perubahan ini didapatkan dengan melakukan waktu pencitraan yang lebih lama dan teknik ini sedikit digunakan, terutama di Amerika Serikat. Dengan pengenalan pencitraan fast inversion recovery yang, seperti pencitraan FSE, menggunakan ‘echo train’ untuk mengisi garis-garis multipel K-space, waktu untuk mendapatkan gambar dapat dikurangi secara signifikan.40,41

2.3.8 Fluid-attenuated IR (FLAIR)
Sekuens FLAIR adalah sekuens fluid attenuated IR. Pada contoh ini, TI yang sangat panjang dengan urutan 2200-2700 ms, yang berhubungan dengan relaksasi yang lebih lambat dari proton dalam air bebas dapat dipilih. Saat digunakan dengan TE panjang dan khususnya TR panjang (hingga 10.000 ms), sekuens ini menghasilkan gambar di mana sinyal dari cairan serebrospinal dihilangkan namun gambaran T2-WI tetap dipertahankan (edema tetap akan terlihat hiperintens). Ini secara khusus berhubungan dengan deteksi dari daerah sinyal tinggi patologis (perpanjangan T2-WI) yang sejajar dengan ruang yang mengandung cairan serebrospinal seperti periventrikular atau lesi kortikal superfisial dan untuk membedakan lesi kistik dengan jenis patologis lain. Studi mutakhir menunjukkan FLAIR lebih baik dari sekuens MRI lain dalam menunjukkan keberadaan darah pada ruang subarakhnoid. Protokol IR cepat dapat diaplikasikan baik pada sekuens STIR dan FLAIR. 40,41
2.3.9 Media kontras MRI
Hanya media kontras MRI yang berhubungan dengan neuroimaging yang akan dijelaskan di sini, perkembangan terakhir mengenai media kontras spesifik hati dan gastrointestinal tidak dibahas. Dengan pengecualian oksihemoglobin yang digunakan dalam studi aktivasi kortikal, media kontras yang digunakan pada neuroimaging didasarkan pada unsur Gadolinium (Gd) yang merupakan paramagnetik kuat dan memperpendek waktu relaksasi T1-WI. Gd juga memperpendek waktu relaksasi T2-WI, tapi efek ini tidak penting dalam praktik klinis. Kontras media ini utamanya digunakan berhubungan dengan sekuens pencitraan T1-WI. Karena lemak juga memberikan sinyal tinggi (hiperintens) pada T1-WI, sehingga sekuens fat-suppression secara khusus dapat bermanfaat.41
Karena ion bebas Gd3+ beracun, ion ini berikatan dengan kelat pada media kontras MRI. Media kontras MRI pertama adalah asam gadolinium-dietil-tetraminpentasetat (Gd DTPA), sebuah unsur ionik yang mengandung dua kation meglumin untuk menyeimbangkan Gd (DTPA)2-kelat  yang selanjutnya menghasilkan tiga partikel pada larutan. Dengan perkembangan media kontras teriodinisasi, kontras osmolaritas rendah dan nonionik pun dikembangkan. Sebagai contoh adalah Gd DOTA ionik dan osmolaritas rendah, yang memiliki satu ikatan negatif dan memiliki sebuah kation meglumin untuk menyeimbangkannya (dua partikel dalam satu larutan), dan Gd DTPA-BMA yang nonionik, menghasilkan hanya satu partikel dalam larutan. Semua zat ini memiliki berat molekul yang rendah (<1000 dalton), yang memperbolehkan untuk mengalami difusi cepat dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, ruang ekstraselular dan invasi glomerulus pasif. Secara farmakologi, sifat ini serupa dengan media kontras teriodinisasi namun efek samping, khususnya yang berat tidak lebih sering terjadi.41
Media kontras dalam neuroimaging secara umum digunakan sebagai marker kelainan pada sawar darah otak atau lebih jarang lagi sebagai marker pada peningkatan perfusi (perfusion).  Area dengan gangguan pada sawar darah otak akibat, sebagai contoh, proses inflamasi atau neoplasma, menunjukkan penyangatan kontras intra-aksial yang positif. Penyangatan patologis dari lesi ekstra-aksial (termasuk penyangatan meningeal) biasanya disebabkan ketiadaan sawar darah otak dibandingkan peningkatan perfusi. Contoh lain penggunaan media kontras adalah untuk meningkatkan sinyal tinggi intravaskular pada Magnetic Resonance Angiography (MRA). Ini dapat berguna saat pencitraan aliran darah yang lambat, seperti pada magnetice resonance venography.41
Perkembangan terakhir dalam neuroimaging adalah desain makromolekuler media kontras. Ini bertindak sebagai agen penampungan intravaskular dan darah dan tidak berdifusi secara cepat ke ekstravaskular dan ruang ekstraselular. Ini didapatkan dengan menempelkan GdTPA ke molekul besar seperti dekstran atau albumin. Kemungkinan indikasi dapat termasuk di dalamnya MRA dan pencitraan perfusi di mana media kontras dapat menyangatkan blood pool tanpa mengakibatkan ‘artifak’ pada daerah dengan blood pool dan sawar darah otak tidak berfungsi.41
2.4 Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS)
2.4.1 Definisi
Proton Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS), merupakan modalitas dari pemeriksaan MRI yang didasari oleh distribusi dan sifat fisika-kimia dari air sehingga dengan perbedaan medan magnet dapat dinilai konsentrasi metabolit di dalam jaringan otak.23
MRS didemonstrasikan pertama kali pada tahun 1945 saat Bloch dan Purcell secara independen mendemonstrasikan medan magnet kuat dapat menyebabkan pemisahan nilai energi putar nuklir, menghasilkan fenomena resonansi yang dapat dideteksi. Metode ini awalnya hanya menarik perhatian fisikawan untuk mengukur rasio giromagnetik (g) nuklei yang berbeda, namun penggunaan NMR untuk kimia menjadi nyata setelah penemuan pergeseran kimia (chemical shift) pada tahun 1950 dan 1951.43
Perkembangan MRS mulai pesat sejak FDA menyetujui pengunaannya pada tahun 1995. Pemeriksaan MRS untuk otak disebut PROBE (Proton Brain Examination), yang tidak tergantung intervensi ahli fisika ataupun ahli neuroradiologi. Lama pemeriksaan MRS sekitar 9 menit, tergantung parameter yang dibuat.19
Pemeriksaan MRS dilakukan sama seperti melakukan pemeriksaan MRI konvensional. Gambar yang terjadi diperoleh dari area yang dipilih yang disebut localizer, lalu dibuat volume of interest (VOI) atau voxel dan hasil akhirnya akan ditampilkan sebagai grafik atau pengkodean (coding) warna dari konsentrasi metabolit tersebut setelah alat MRI menekan air (water suppression) pada area tersebut (VOI) terlihat pada Gambar 2.3 :15
Untitled-4





Gambar 2.3.  VOI atau voxel
(dikutip dari: Danielsen ER, Ross B. Magnetic Resonance Spectroscopy Diagnosis of Neurological Diseases. New York-Basel, 1999)15 
MRI mempergunakan proton air yang ada di seluruh tubuh untuk memproduksi gambar. Kontras dari berbagai jaringan seperti cairan serebrospinal, jaringan otak dan darah dapat dibedakan berasal dari perbedaan waktu relaksasi proton dari organ-organ tersebut. Molekul-molekul yang ada (tidak terlihat) mempunyai radiofrekuensi spesifik terhadap struktur kimia di dalamnya dan berbeda dengan frekuensi proton air. Spektrum kimia otak dihasilkan oleh neurokimia dan ditampilkan dengan puncak tinggi untuk konsentrasi metabolit yang besar serta puncak yang rendah untuk konsentrasi metabolit yang kecil.15
Hal yang perlu diperhatikan adalah :15
  1. Konsentrasi dan sifat bahan-kimia otak yang diperiksa adalah konstan; sehingga spektrum otak yang normal akan dapat dikenali.
  2. Neurokimia tertentu terkait dengan relevansi klinis pada otak sehat dan sakit.
  3. Spektrum yang terjadi berasal dari satu penanda neuron, dua penanda astrosit, satu penanda energi, satu penanda redoks dan dua atau lebih penanda neurotransmiter.
  4. Konsentrasi dari tiap-tiap neurometabolit digambarkan dan dapat direproduksi oleh kelainan/penyakit pada otak.
  5. Spektrum otak yang abnormal dapat dikenali dan dikelompokkan.
  6. MRS menggambarkan neurokimia kelainan otak meskipun anatomi otak yang terlihat masih normal atau tidak ada penyakit pada MRI konvensional.
Tiga aturan yang sederhana untuk pemahaman MRS dari otak adalah:15
  1. Spektrum dibaca sebagai perbandingan puncak metabolit
Rasio relatif terekspresi secara tetap terhadap kreatin (Cr). Dengan kata lain dalam memahami peak ratio, Cr selalu diasumsikan sama dengan satu (Cr = 1.00).
  1. Metode/teknik  yang sama menghasilkan spektrum yang identik
a.       Sedikit saja perubahan teknik dapat mempengaruhi ketepatan diagnostik.
b.      Membandingkan dengan keadaan yang sama; yaitu membandingkan rasio dengan kontrol sehat dengan usia yang sama, dan membandingkan lokasi yang satu dengan lokasi dari sisi yang lain.
  1. MRS adalah teknik kuantitatif
a.       Signal yang didapat adalah sebanding dengan jumlah molekul metabolit.
b.      Penting untuk mengetahui kapan mengabaikan Cr selalu 100% normal yaitu pada keadaan kelainan otak atau metabolisme.
c.       Intensitas signal semua puncak metabolit memiliki waktu relaksasi (T1-WI, T2-WI) yang sama atau serupa.
d.      Asumsi bahwa Cr adalah 100% normal untuk umur dan lokasi maka perbandingan puncak metabolit dapat digunakan untuk mendeskripsikan lokasi metabolit tersebut.
2.4.2 Dasar fisika MRS
MRS pada penggunaannya terintegrasi dengan MRI, sehingga lebih cepat, relatif murah dan lebih baik. Terdapat beberapa inti yang digunakan dalam MRS, yaitu: karbon (C13), nitrogen (N15), fluor (F19) dan natrium (Na23), namun hanya inti fosfor (P31) dan hidrogen (H1) yang dapat digunakan secara klinis. Proton (H1) MRS paling banyak digunakan karena sangat banyaknya proton alami di dalam tubuh dan sensitivitas yang tinggi dalam manipulasi magnetik, resolusi spasial yang lebih baik dan teknik yang lebih mudah.18 Fosfor (P31) MRS digunakan dalam menilai metabolisme energi seluler, membran fosfat dan pH intrasel.18,23
Untitled-17(2)Pada MRI konvensional gambar yang ditampilkan berasal dari potongan bagian badan berdasarkan perbedaan waktu relaksasi jaringan terhadap medan magnet. 15






Gambar 2.4.  Aksial T1-WI sebagai localizer, MRS otak dengan dua buah lokasi VOI.
(dikutip dari: Danielsen ER, Ross B. Magnetic Resonance Spectroscopy Diagnosis of Neurological Diseases. New York-Basel, 1999)15 
Setelah ditentukan lokasi VOI pada gambar MRI konvensional (Gambar 3), maka diproduksi spektrum metabolit dari jaringan pada lokasi tersebut. Puncak dari spektrum menggambarkan jumlah proton di dalam grup molekul tersebut. Gambar 2.5 menunjukkan posisi puncak metabolit yang ada, sedangkan tingginya puncak spektrum merupakan jumlah konsentrasi metabolit tersebut sehingga gambar ini seperti menampilkan fingerprint biokimia metabolit jaringan.15
Untitled-3







Gambar 2.5.  A. Sebuah spektrum pada MRS otak manusia B. Puncak dari spektrum. Posisi puncak mengidentifikasi metabolit, sementara tinggi adalah ukuran jumlah metabolit. MRS menunjukkan ada tidaknya puncak, sehingga memberikan fingerprint biokimia.
(dikutip dari: Danielsen ER, Ross B. Magnetic Resonance Spectroscopy Diagnosis of Neurological Diseases. New York-Basel, 1999)15
Posisi puncak dari metabolit bila diproyeksikan ke sumbu horizontal (sumbu-x) menggambarkan aksis chemical shift atau frekuensi aksis yang dihasilkan dari medan magnet lokal dari lokasi proton di dalam suatu molekul. Dengan demikian proton dari molekul yang berbeda akan mempunyai lokasi puncak yang berbeda proyeksinya pada aksis horizontal tersebut. Setiap resonansi neurokimia dengan frekuensi yang berbeda atau posisi di aksis horizontal (sumbu- x) yang berbeda mempunyai struktur molekul kimia yang tidak sama dengan grup molekul yang lain.15,18 Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.6:






 
Gambar 2.6.  Gambaran metabolit MRS otak yang khas untuk substansia alba manusia
(dikutip dari: Danielsen ER, Ross B. Magnetic Resonance Spectroscopy Diagnosis of Neurological Diseases. New York-Basel, 1999)1 
Dari hasil pemeriksaan MRS metabolit tersebut mempunyai posisi tertentu sesuai sumbu-x dengan satuan part per million (ppm) yang terlihat pada Tabel 2.1:



Chemical shift (ppm)
N-acetylaspartate (first peak, NAA1)
2,02
β,g-Glutamine and glutamate (β,g-Glu)
2,05-2,5
N-acetylaspartate (second peak, NAA­­2)
2,6
N-acetylaspartate (third peak, NAA­­3)
2,5
Total Creatine (Cr)
3,03
Total Choline (Cho)
3,22
Scyllo-inositol (sI)
3,36
Glucose
3,43
Myo-inositol (mI)
3,56
aGlutamine and glutamate (a-Glu)
3,65-3,8
Second peak of Glucose
3,8
Second peak of Cr
3,9
Second peak of mI
4,06
Other resonances (not observed under normal conditions)
Chemical shift (ppm)
Propylene glycol (doublet with 7 Hz plitting)
1,14
Ethanol (triplet with 7 Hz splittings)
1,16
Lactate (doublet with 7 Hz plitting)
1,33
Alanine (doublet with 7 Hz plitting)
1,48
g-aminobutyric acid (GABA) (complex multiplet)
2,9
Glycine
3,56
Mannitol
3,8


















Tabel 2.1. Tabel chemical shifts metabolit MRS dari otak manusia.
(dikutip dari: Danielsen ER, Ross B. Magnetic Resonance Spectroscopy Diagnosis of Neurological Diseases. New York-Basel, 1999)15 
Metabolit utama MRS otak adalah N-asetil aspartat (NAA), kreatin (Cr), kolin (Cho) yang dapat dinilai dengan long TE (135-270 ms) atau short TE (10-40 ms). Lipid (Lip), laktat (Lac), mio-inositol (mI), glutamin-glutamat (Glx) dan glukosa (Gl) umumnya terdeteksi dengan short TE (10-40 ms).23 Metabolit MRS mempunyai lokasi atau area tertentu dalam spektrum dengan satuan parts per million (ppm), antara lain sebagai berikut: 3.22 ppm (Cho); 3.02 dan 3.94 ppm (Cr); 2.02, 2.5 dan 2.6 ppm (NAA); 1.33 dan 4.1 ppm (Lac); 0.8-1.3 ppm (Lip); 2.1-2.55 ppm (Glx).23
Pada workstation MRS Signal 1,5 Tesla GE didapatkan standar metabolit sebagai berikut:
I. Lipid dan laktat pada protokol ini digabungkan menjadi lipid + laktat (penggabungan ini terdapat di semua alat MRI merek lain).
Tabel 2.2. Tabel protokol standar dari MRS Signa 1,5 Tesla GE
Chemical shift (ppm)
Choline
3,19-3,34
Creatine
2,97-3,12
N-acetylaspartate
1,96-2,13
Creatine + Choline
3,02-3,31
Lipid + Lactat
0,92-1,51
Myo-inositol
3,49-3,65
a-Glutamine and Glutamate
2,10-2,54
Alanine
1,45-1,50

II. Untuk memisahkan nilai antara lipid dengan laktat pada protokol penelitian ini area spektrum kreatin + kolin (3,02-3,31 ppm) diubah menjadi area spektrum lipid (0,81-1,30 ppm), sedangkan area spektrum lipid + laktat (0,92-1,51 ppm) diubah menjadi area spektrum laktat (1,31-1,35 ppm) terlihat pada Tabel 2.3:
Chemical shift (ppm)
Choline
3,19-3,34
Creatine
2,97-3,12
N-acetylaspartate
1,96-2,13
Creatine + Choline
0,81-1,30 (Lipid)
Lipid + Lactat
1,31-1,35 (Lactat)
Myo-inositol
3,49-3,65
a-Glutamine and Glutamate
2,10-2,54
Alanine
1,45-1,50

  





                            Tabel 2.3. Tabel protokol penelitian
2.4.3 Biokimia MRS
Biokimia sangat vital untuk mengerti MRS lebih dalam. MRS merupakan teknik yang sangat baik dan berguna sehingga kita dapat mendefinisi/ meneliti zat kimia, struktur molekul, dan lingkungan kimia in vivo serta menyediakan pengukuran kuantitatif. Pemeriksaan metabolit ini bersifat non invasif sehingga lebih banyak diagnosis penyakit dapat ditegakkan. Kelompok-kelompok struktur kimia yang tersedia in vivo untuk MRS otak adalah:15,43,44
  1. Asam amino: N-asetil aspartat, alanin, glutamat
  2. Amino: glutamin, kolin, kreatin
  3. Karbohidrat: mio-inositol, glukosa, scyllo-inositol
  4. Lain-lain: laktat, asam lemak rantai panjang, trigliserida, keton
  5. Xenobiotic: etanol, manitol, propanediol
Komposisi proton otak manusia mempunyai 17 puncak spektrum termasuk residu air dan lemak. Spektrum I adalah kumpulan yang mempunyai resonansi terbesar dari molekul otak yaitu: NAA, Cr dan Cho. NAA memiliki 3 resonansi, Cr memiliki 2 dan Cho 1 resonansi. Spektrum II secara aktual bukan merupakan spektrum yang sebenarnya, namun area molekul laktat, alanin, proton ’methyl’ seperti etanol dan lainnya beresonansi pada spektrum II. Spektrum III adalah spektrum dengan puncak yang berhubungan dengan metabolit sebagai berikut: glutamin, glutamat, dan mio-inositol. Glutamin dan glutamat memiliki banyak puncak yang terbagi menjadi dua daerah spektrum. mI memiliki 2 puncak terlihat pada Gambar 2.7:











Gambar 2.7.  Spektrum yang terlihat pada ini adalah pengelompokan dari metabolit utama yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok I: NAA, Cr dan Cho. Kelompok II: laktat dan alanin dan kelompok III: glutamin-glutamat dan mI.
(dikutip dari: Danielsen ER, Ross B. Magnetic Resonance Spectroscopy Diagnosis of Neurological Diseases. New York-Basel, 1999)15
Struktur kimia menentukan bentuk spektrum, contoh sederhana dapat kita lihat pada etanol (alkohol). Dua puncak penting dengan frekuensi tetap merupakan representasi dari proton CH3 dan CH2. Setiap puncak tersebut memiliki pola yang berbeda detailnya, tergantung dari gradien daerah magnet dan kekuatan dari MRS.15,43,44
Berikut perbandingan pemeriksaan spektroskopi antara otak dan suatu larutan buatan yang komposisinya mirip otak.15,43,44
Untitled-2
Gambar 2.8.  Gambar MRS alkohol (etanol)
(dikutip dari: Danielsen ER, Ross B. Magnetic Resonance Spectroscopy Diagnosis of Neurological Diseases. New York-Basel, 1999)15
Kegunaan dari mengetahui biokimia otak adalah:15,43,44
  1. Untuk mempelajari peta metabolik yang kompleks dari metabolisme intermediet klasik (contohnya myo-inositol), dibutuhkan pengetahuan tentang peta metabolit tersebut.
  2. Untuk mengenali pola dari neuropatologi.
  3. Sebagai klasifikasi spektra yang kemudian digunakan sebagai dasar diferensial diagnosis
  4. Sebagai bahan penelitian dan pendidikan lanjutan.

No comments:

Post a Comment