MATERI INTI 1
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI NON KONTRAS/PEMERIKSAAN RUTIN
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Materi ini membahas tentang
prosedur pengelolaan ruangan radiologi dan tindakan pemeriksaan dan posisioning
radiografi non kontras/rutin serta mengevaluasi mutu hasil pemeriksaan (image
Quality ) dari radiografi tulang-tulang muka dan kepala.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tindakan teknik
pemeriksaan radiologi non kontras/
pemeriksaan rutin.
B.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi
ini peserta mampu :
1. Melakukan pengelolaan ruangan radiologi.
2. Mengevaluasi mutu foto rontgen.
3. Melakukan pemeriksaan radiografi tulang-tulang muka
dan kepala.
4. Melakukan pemeriksaan radiografi panggul/pelvis.
5. Melakukan pemeriksaan radiografi tomografi.
6. Melakukan pemeriksaan mammografi.
III.
POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub
pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok
Bahasan 1. Pengelolaan ruangan radiologi
Sub Pokok Bahasan:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Monitoring dan evaluasi
Pokok
Bahasan 2. Teknik evaluasi mutu foto rontgen
Sub Pokok Bahasan:
a. Latar belakang
b. Tujuan
c. Metode
Pokok
Bahasan 3. Teknik radiografi tulang-tulang muka dan kepala
Sub Pokok Bahasan:
a. Tulang muka
b. Tulang
kepala
Pokok
Bahasan 4. Teknik radiografi panggul/pelvis.
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prosedur
Pokok
Bahasan 5. Teknik radiografi tomografi
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prosedur
Pokok
Bahasan 6. Teknik radiografi mammografi.
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prosedur
IV.
METODE PEMBELAJARAN
· CTJ
· Curah pendapat
· Simulasi
· Praktik lapangan
V.
MEDIA DAN ALAT
BANTU
· Bahan tayangan (Slide power point)
· Laptop
· LCD
· Flipchart
· White board
· Spidol (ATK)
· Skenario simulasi
· Panduan praktik lapangan
· Kerangka acuan PKL
VI.
LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN
Berikut
disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian Peserta
Langkah Proses Pembelajaran Sebagai
Berikut :
1.
Fasilitator menyapa peserta dan
memperkenalkan diri
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayangan
3.
Melakukan apersepsi tentang materi yang
akan dibahas dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa peserta/relawan
untuk menjawabnya.
Langkah Proses
Pembelajaran Sebagai Berikut :
1.
Fasilitator menjelaskan tentang perencanaan, pelaksanaan serta monitoring
dan evaluasi pengelolaan ruangan
radiologi, latar belakang, tujuan serta metode teknik evaluasi mutu foto
rontgen, teknik radiografi tulang-tulang muka dan kepala, kemudian menjelaskan
pengertian, tujuan dan prosedur teknik radiografi panggul/pelvis, tomografi dan
mammografi, menggunakan bahan
tayangan, dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi, praktek lapangan, dan
mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses
pembelajaran.
Langkah 3. Simulasi
Langkah
Proses Pembelajaran Sebagai Berikut :
1.
Fasilitator
membagi peserta ke dalam beberapa kelompok.
2.
Fasilitator
menjelaskan tata tertib simulasi
3.
Fasilitator
membagikan materi dan skenario simulasi
4.
Seluruh
peserta melakukan simulasi secara berkelompok.
5.
Setiap
kelompok mensimulasikan materi yang dibagikan.
6.
Fasilitator
melakukan evaluasi hasil kerja kelompok.
Langkah 4. Penutup, Umpan Balik Dan Rangkuman
Langkah Proses Pembelajaran Sebagai Berikut :
· Fasilitator merangkum atau melakukan pembulatan tentang
pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi/
umpan balik. Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh
peserta.
VII.
URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1.
PENGELOLAAN
RUANGAN RADIOLOGI
a.
Perencanaan
Perencanaan
pengelolaan ruangan radiologi dimulai pada saat minimal 15 menit sebelum
dilakukan pelayanan radiografi.
Pengelolaan ruangan radiologi terbagi menjadi :
1.
Pegelolaan
di Ruang Penerimaan Pasen
2.
Pengelolaan
di Tuang Kamar Gelap
3.
Pengelolaan
Ruang Logistik radiologi
4.
Ruang
Sterilisasi
5.
Ruang
Teknisi Radiologi
6.
Pengelolaan
Ruang Radiasi ( pemeriksaan radiologi )
7.
Pengelolaan
Ruang Dokter Spesialis Radiologi / Resident
8.
Ruang
Pengambilan hasil Pemeriksaan Radiologi
Perencanaan
pengelolaan ruangan radiologi menjadi sangat penting, kesiapan perencanaan yang
baik akan menyebabkan pelayanan pemeriksaan radiologi tepat waktu dan semakin
baik dari praradiasi sampai post radiasi yang berakhir pada pemberian hasil pemeriksaan radiology.
b.
Pelaksanaan
1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
A. Pasien
Rawat Jalan dan rawat inap Non Perjanjian
1) Kesiapan Buku register
2) Kesiapan Labeling
3) Kesiapan Kasir/pembayaran biaya pemeriksaan
radiologi
a)
Kwitansi
yg beregister
b)
Peralatan
dengan system Kartu Kredit
B. Pasien Rawat Jalan Perjanjian
1) Pemberian informasi Persiapan
Medik Radiologi
a)
Puasa
b)
Tidak berhubungan intim suami- istri
c)
Pemeriksaan Laboratorium
d) Perlunya rawat inap (pemeriksaan intervensional
radiology)
e)
Informasi
cara minum bahan kontras sebelum pemeriksaan
f)
Membuat
dan menandatangani Surat kesediaan dilakukan tindakan pemeriksaan radiologi.
2) Pemenuhan persyaratan administrasi pemeriksaan
Radiologi:
a)
Foto copy Askes/Jamkesos
b)
Surat
Keterangan tidak mampu
c)
Surat
Jaminan dari Perusahaaan bila ada MOU
2.
Pengelolaan
Ruang Kamar Gelap
a.
Kesiapan
Alat prosesing film otomatis/ manual
b.
Kesiapan
larutan kimia ( Developer + Fixer )
c.
Air
kran yang bersih dan mengalir
d. Kesiapan Kontak Film Screen dan
e.
Tersedianya
Film untuk setiap jenis dan ukuran
f.
Kesiapan
Hanger
g.
Kesiapan
alat Labelling Film
h.
Kesiapan
formulir2 untuk membuat laporan kegiatan harian
Keberhasilan
pemeriksaan radiology dan radiografi sangat ditentukan radiografer dalam
memproses film untuk yang manual selain oleh tingkat kesegaran larutan
prosesing film. Sedangkan untuk yang memakai automatis prosesing film sangat
ditentukan oleh kondisi kelayakan agar
tidak menimbulkan artefak pada film yang mungkin menyebabkan pemeriksaan di
ulang.
3.
Ruang
Logistik Radiologi
Penyiapan
logistik untuk pelayanan radiologi menjadi sangat penting tanpa adanya logistik
yang memadai baik dari jumlah, spesifikasi
barang dan ketepatan distribusi maka sudah dapat dipastikan pelayanan akan
terganggu. Oleh sebab itu perencanaan jumlah pemakaian film, bahan kimia untuk
prosesing film, kontras media radiografi serta peralatan medik lainnya untuk
setiap bulan pemakaian harus diperhitungkan dengan cermat dan akurat. Teknik
dan prosedur pengambilan barang/alat dan obat2an harus dibuat sederhana tanpa
mengurangi efektifitas dan efesiensi dan evaluasi/pengawasan dan pelaporan
pemakaian alat dan obat2an harus dibuat pada saat semua pemeriksaan radiologi
selesai kecuali untuk pemeriksaan cyto atau dinas malam yang pemakaiannya
dilaporkan setiap pagi harioleh petugas jaga malam pada buku laporan
dinasmalam.
4.
Ruang
Sterilisasi
Pemeriksaan
radiologi dengan bahan kontras biasanya memerlukan peralatan medik yang steril,
siap dan laik pakai, dengan demikian ada peralatan medik yg disposible namun
ada yang dipakai ulang biasanya peralatan medik yang terbuat dari bahan logam,
kaca ( sirynx ), gloves, kain kassa, kain pembungkus alat2 medik steril, Kain
duk dl. Ruang steril biasanya juga merupakan depot obat-obatan penunjang
pemeriksaan radiologi seperti alkohol, betadine, bahan kontras radiografi,
obat-obat anestesi, obat-obat kontra indikasi pemakaian bahan kontras dan
abat-obat premedikasi dan tempat penyimpanan. Kesiapan peralatan medik steril,
bahan kontras media serta obat-obatan yg diperlukan pada pemeriksaan radiologi
dengan bahan kontras merupakan faktor penentu dalam peningkatan kualitas
pelayanan radiologi termasuk didalamnya pelanan kedaruratan medik radiologi
akibat pemakaian bahan kontras radiografi.
5.
Ruang
Radiasi / Pemeriksaaan Radiologi
Ruang
pemeriksaan radiologi merupakan pusat pelayanan dimana pasen diperiksa secara
radiologi baik dengan pesawat radiologi konvensional, khusus ( Skull unit,
mammografi, Tomografi ) maupun dengan pesawat multipurpose dengan teknik
fluoroscopy khususnya pemeriksaan dengan bahan kontras radiografi, termasuk
didalamnya pemeriksaan intervensional radiology untuk pemeriksaan pembuluh
darah arteri. Sedangkan dengan pesawat mutkhir dilakukan pemeriksaan dengan
alat CT Scan, MRI, USG 3 D Colour Dopller. Dengan banyaknya variasi pemeriksaan
radiologi maka kesiapan petugas khususnya dokter spesialis radiologi dan
radiografer serta perawat radiologi, tentu saja alat-alat dan atau pesawat
radiologi telah siap dan laik pakai sesuai dengan SOP yang
telah tersedia. Kesiapan yang perlu untuk melakukan pemeriksaan adalah antara
lain :
1. Pesawat sudah terkalibrasi.
2.
Sudah dilakukan pemanasan ( Warming up ) sesuai SOP
3.
Tersedia Apron dengan ketebalan setara dengan 03-0,5
mm Pb, Google, Thyroid shield.
4.
Kontak
film screen dengan jenis dan ukuran ygang diperlukan sesuai dengan pemeriksaan
yang akan dilakukan
5. Marker R / L
6. Peralatan medik radiologi lainnya untuk keperluan
pemeriksaan yang akan dilakukan, termasuk bahan kontras radiografi yang akan
dipakai.
Keterampilan
dokter spesialis radiologi dalam melakukan pemeriksaan dan keterampilan
radiografer dalam mengatur parameter-parameter radiografi sangat menetukan
tingkat keberhasilan pemeriksaan radiologi yang dilakukan dan produk layanan
radiologi dalam bentuk foto-foto radiografi yang sesuai dengan kriteria imej.
6.
Ruang
Pembacaan foto.
Pada
Ruang pembacaan foto selain foto-foto yang sudah selesai dibuat dan di identifikasi sesuai dengan nomor rekam
medik berikut amplopnya , disiapkan viewing Box yang bersih dari noda dan dilengkapi dengan lampu neon dengan tingkat
kecerahan yang memadai. Hal ini dibutuhkan selain untuk memeriksa dan
menganalisa foto2 untuk dibuat ekspertise, ruangan ini juga digunakan untuk
memberikan pelajaran oleh dokter spesialis radiologi kepada resident yang mengambil
spesialis radiologi (PPDS) khususnya pada rumah sakit kelas B
pendidikan dan kelas A. Perlengkapan lainnya adalah komputer dan
printer untuk membuat / mencetak lembar hasil radiologi. Semua film dan lembar
jawaban (ekspertise) dimasukan kedalam amplop film yang sudah
disediakan dan telah diberi identitas sesuai dengan rekam medis yang telah
dibuat sebelumnya.
7.
Ruang
pengambilan hasil pemeriksaan
Semua
film yang telah diekspertise kembali dicatat dalam buku registrasi pengambilan
film. Kenudian dipisahkan jawaban yang asli dan jawaban dalam bentuk kopiannya,
yang asli dimasukan kedalam amplop film bersama dengan film untuk diberikan
kepada pasen yang mengambil hasil
pemeriksaan radiologi, sedangkan kopiannya disimpan secara teratur menurut
nomor registrasi haal ini untukm memudahkan apabila pasen ingin mengambil hasil
pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau lainnya sebab yang
menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.
c.
Monitoring dan evaluasi
Semua
kegiatan pelayanan yang dilakuakan selalu di dalam pengawasan radiografer yang
di tugaskan biasanya radiografer senior. Petugas tersebut setiap harinya
setelah selesai pemeriksaan harus mengkolekting semua laporan kegiatan
pelayanan dari setiap ruangan dan dicatat dalam buku laporan yang akan
diserahkan kepada Kepala Instalasi radiologi untuk dilaporkan kepada Direktur
Rumah sakit. Adapun isi laporannya adalah antara lain :
1.
Jumlah
pasen yang datang
2.
Jumlah
pasen Rawat inap yang dilakukan pemeriksaan
3.
Jumlah
pasen rawat jalan yang dilakukan pemeriksaan
4.
Jumlah
pasen yang dilakukan perjanjian ( waiting list )
5.
Jumlah
Pemakaian film sesuai dengan ukuran
6.
Jumlah
Pemakaian bahan kontras radiografi
7.
Jumlah
Pembayaran tunai
8.
Jumlah
pembayaran dengan ASKES
9.
Jumlah
pembayaran dengan Jamsostek
10. Jumlah pembayaan secara tagihan rawat inap
11. Jumlah pemakaian Bahan Kontras radiografi
12. Jumlah pemakaian obat-obatan
premedikasi
13. Jumlah alat-alat kesehatan lainnya yang dipakai
Dari
penjelasan diatas maka bagian radiologi diwajibkan untuk membuat standar sesuai
denga Permenkes tentang standarisasi pelayanan radiologi, agar memberi
kejelasan kepada masyarakat tentang pelayanan yang dapat di lakukan beserta
besaran tarif pelayanan pemeriksaan radiologi serta alur-alur pelayanan
radiologi. Dengan demikian evaluasi tidak hanya dilakukan secara internal
tetapi juga dilakukan oleh masyarakat terutama evaluasi tentang kepuasan
masyarakat terhadap tingkat pelayanan yang diberikan oleh institusi pelanan
radiologi baik secara terbuka dan langsung maupun secara terulis melalui kotak saran
masyarakat yang telah disedia
Pokok Bahasan 2.
TEKNIK
EVALUASI MUTU FOTO RONTGEN
a.
Latar belakang
Produk
akhir dari pelayanan kesehatan bidang radiologi adalah film radiografi dan
ekspertise film radiografi tersebut. Hal ini menunjukan bahwa hasil ekspertise
yang dibuat dokter spesialis radiologi
sangat tergantung kepada kualitas gambaran radiografi yang dibuat oleh
radiografer. Oleh sebab itu radiografer harus mampu membuat radiiografi suatu
organ sesuai dengan formulir permintaan dokter pengirim, dan foto radiografi
yang dibuat tentu saja harus sesuai dengan kriteria gambaran yang sudah
ditetapkan, selain mampu membuat juga
harus mampu menganalisa pakah foto radiografi yang dibuatnya sudah sesuai
dengan kriteia imej, karena bila tidak sesuai dengan kriteria imaej foto
tersebut terpoaksa di reject dan harus mengulang membuat foto yang lebih baik,
Hal ini tentu saja sangat merugikan pasen yg mendapat radiasi yang sebenarnya
tidak diperlukan.
Dengan
demikian pengulangan foto seharusnya tidak perlu dilakukan, namun demikian
kesalahan hasil radiografi tidak hanya dapat terjadi sebagai kealpaan ataupun
kesalahan radiografer namun juga dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
dikarenakan oleh :
1)
Kesalahan
pesawat out put pesawat
2)
Kesalahan
pada waktu posesing film
3)
Kesalahan
pasen itu sendiri kurang kooperatif
4)
Kesalahan
kontak film film
5)
Kesalahan
Safe light
6)
Kesalahan
memposisi pasen dan memposisi obyek
7)
Kesalahan
pemasanan Grid dan casete
8)
kesalahan
penyudutan tabung Ro
9)
Kesalahan
menganalisa surat permintaan pemeriksaan radiologi
Dari
banyaknya penyebabkeselahan-kesalahan hasil fotografi tersebut maka kompetensi
radiografer adalah mampu menganalisa hasil pembuatan film radiografi yang
disebabkan oleh kesalahan :
1)
Alat
dan fasilitas radiologi
2)
Kesalahan
metode
3)
Kesalahan
orang yang membuat
Untuk
mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut maka perlu di diberikan kompetensi
Penjaminan Mutu Radiodiagnostik, dengan kompetensi ini radiografr tidak hanya
mampu mengngurangi dan atau menghilangkan kesalahan, juga mampu mengurangi
dosis penyinaran, menghemat bahan dan alat yang akhirnya dapat mengurangi biaya
operasional pelayanan radiologi.
b.
Tujuan
Tujan
umum :
Meningkatkan
kualitas hasil layanan sekaligus meningkatkan
kepuasan pelanggan pelayanan radiologi.
Tujuan
Khusus :
1)
Meningkatkan
kualitas gambaran radiografi
2)
Mengurangi
dan atau menghilangkan kesalahan atau kealpaan yang tidak sengaja
3)
Menghemat
alat dan bahan
4)
Mengurangi
dosis terhadap pasen
5)
Mengurangi
efek radiasi terhadap pekerja radiasi
c.
Metode
Metode
yang dilakukan adalah melalui pendekatan pengamatan hasil radiografi terhadap
kesesuaian dengan standar dalam hal ini adalah standar kriteria imej yang
dikeluarkan baik oleh WHO atau ILO dan IAEA secara standar Internasional, BATAN
dan BAPETEN sebagai standar Nasional
untuk besaran dosis radiasi dan keselamtan kerja dengan zat radioaktif dan atau
sumber radiasi lainnya.
Pokok Bahasan 3.
TEKNIK
RADIOGRAFI TULANG-TULANG MUKA DAN KEPALA
a.
Tulang Muka
Tulang muka Arc Zygomaticum :
Proyeksi Submentovertical
1.
Pengertian
Teknik
radiografi yang digunkan untuk memperlihatkan kelainan tulang zygomatikum
2.
Tujuan
Memperlihatkan
kelainan pada tulang zygomatikum
3.
Prosedur
Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi
Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala
Patology yang Ditampakkan
Fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc zygomaticum
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi
Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala
Patology yang Ditampakkan
Fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc zygomaticum
Posisi Pasien
Supine atau erect . Posisi erect akan membuat pasien merasa lebih nyaman
Posisi Obyek
Supine atau erect . Posisi erect akan membuat pasien merasa lebih nyaman
Posisi Obyek
· Hyperekstensikan leher hingga IOML // IR
· Vertex menempel pada IR
· Atur MSP tegak lurus meja/permukaan bucky
· Pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting
Posisi ini sangat tidak nyaman, sehingga usahakan agar
pemeriksaan dilkakukan dengan waktu sesingkat mungkin
Central Ray
Tegak lurus
Central Point
4 cm inferior sympisis mentale setinggi MAE (pada pertengahan kedua angulus mandibula)
FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi
Struktur yang ditampakkan
Arc zygomaticum
Tegak lurus
Central Point
4 cm inferior sympisis mentale setinggi MAE (pada pertengahan kedua angulus mandibula)
FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi
Struktur yang ditampakkan
Arc zygomaticum
Teknik Radiografi Nasal Bone : Proyeksi Lateral
Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 18 x 24
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi
Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala
Patologi yang ditampakkan
Fraktur nasal bone. Dapat Dibuat foto perbandingan dengan sisi yang diperiksa berada dekat dengan IR.
Posisi Pasien
Prone atau Erect
Posisi Obyek
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 18 x 24
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi
Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala
Patologi yang ditampakkan
Fraktur nasal bone. Dapat Dibuat foto perbandingan dengan sisi yang diperiksa berada dekat dengan IR.
Posisi Pasien
Prone atau Erect
Posisi Obyek
·
Atur sisi lateral bagian yang akan diperiksa dekat dengan
IR
·
Atur nasal agar berada ditengah-tengah IR
·
Atur kepala agar true lateral dan posisi tubuh pasien
agak oblique agar pasien merasa nyaman
·
Atur MSP sejajar terhadap permukaan meja/bucky.
·
IOML tegak lurus terhadap IR
Central Ray
Tegak lurus terhadap IR
Central Point
½ inchi inferior nasion
FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi. Untuk memperoleh hasil yang tajam, khususnya untuk detail tulang nasal yang lebih baik, gunakan fokus kecil, detail screen, dan batasi lapangan penyinaran (focus daerah nasal)
Struktur Yang Ditampakkan
Tulang nasal dengan soft tissue nasal, frontonasal suture, dan anterior nasal spine
Tegak lurus terhadap IR
Central Point
½ inchi inferior nasion
FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi. Untuk memperoleh hasil yang tajam, khususnya untuk detail tulang nasal yang lebih baik, gunakan fokus kecil, detail screen, dan batasi lapangan penyinaran (focus daerah nasal)
Struktur Yang Ditampakkan
Tulang nasal dengan soft tissue nasal, frontonasal suture, dan anterior nasal spine
Teknik Radiografi Orbita Proyeksi Postero Anterior Axial (Caldwell)
Posisi Pasien
§
Pasien diposisikan prone atau
erect, dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan. Bahu bertumpu
sejajar pada
bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalam posisi yang
nyaman
§ Kepala
diposisikan PA, dengan menempatkan :
-
Dahi dan hidung menempel
diatas kaset.
-
Atur kepala sehingga OML tegak
lurus dengan bidang film
-
Pasien diberitahukan untuk
menahan nafas pada saat eksposi
§
Atur CR
300 caudally setinggi pertengahan orbita
§
CP pada
pertengahan kedua orbita.
Kriteria Gambaran
·
Kedua
orbita tampak
·
Petrous
Ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi di bawah bayangan orbita
·
sinus
Frontalis dan Sinus Maxilaris terproyeksi
·
Jarak Batas Lateral Orbita dgn
batas lateral kepala kiri dan kanan sama (simetris)
·
Kolimasi
sesuai objek yang difoto
·
Marker
R/L harus tampak di bagian tepi
Teknik Radiografi Mandibula Proyeksi Pa Dan Pa
Axial
Posisi Pasien :
Posisi Pasien :
· Pasien diposisikan
prone atau duduk
· Tempatkan lengan pada
posisi yang nyaman dan atur bahu, sehingga berada pada bidang trasversal yang
sama.
Posisi Objek :
· Letakan kepala dimana
dahi dan hidung pasien menempel pada bidang film.Untuk mendapatkan ramus
mandibula, pusatkan ujung hidung berada pada pertengahan bidang film.
·
MSP kepala tegak
lurus pada bidang film.
· Pastikan tidak
terjadi pergerakan/ perputaran pada objek kepala
· CR Untuk Proyeksi PA : CR tegak lurus
bidang film dengan CP di pertengahan antara kedua bibir ( general survey /
ramus mandibula)
· CR Untuk Proyeksi PA
AXIAL : CR diarahkan 200 –250cranially dengan CP
menembus ujung hidung ( untuk condylus mandibula).
Kriteria Gambaran
·
Kedua ramus dan bodi mandibula terproyeksi simetris
·
Keseluruhan bagian mandibula terproyeksi tidak terpotong
·
Pada proyeksi PA Axial kedua condylus mandibula terproyeksi dengan
jelas
·
Marker R/L tampak
di bagian tepi film radiografi.
Proyeksi Eisler
Posisi Pasien :
Posisi Pasien :
·
Prone , semi oblique
Posisi Objek :
·
Kepala diatur true lateral, Bagian pipi pasien ditempatkan pada
bagian tengah kaset (melintang).
·
Atur agar bagian objek 1,2 cm anterior dan 2,5 cm inferior dari
MAE diletakkan dipertengahan kaset.
·
Leher ekstensi dan atur agar ramus mandibula sejajar bidang film
·
Central Ray disudutkan 25 derajat cranially
·
CP : menembus angulus mandibula
yang jauh dari film
Kriteria Gambaran:
·
Ramus mandibula
·
Condilus mandibula
·
Angullus mandibula
·
Ramus mandibula kanan dan kiri tidak overlapping
b. Tulang Kepala
1)
Proyeksi AP
Posisi Pasien
Posisi Pasien
·
Pasien tidur pada posisi
Supine di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line
meja pemeriksaan.
·
Kepala diposisikan AP,
dengan menempatkan :
o
MSP kepala
tegak lurus pada bidang film.
o
Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
·
Pastikan tidak terjadi
perputaran pada objek kepala
·
Letakkan Marker yang sesuai R
atau L
·
Lakukan fiksasi bagian kepala
dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
·
Atur Central Ray Tegak Lurus
bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan
batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
·
Atur Central Point tepat pada
Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat
dipertengahan bidang film.
·
Jika sudah siap seluruhnya,
lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan
kepala posisi AP.
·
Selesai eksposi lanjutkan
proses pencucian film
Kriteria
Gambaran
·
Seluruh
kepala tampak pada proyeksi antero posterior, batas atas verteks, batas bawah
simphysis menti, kedua sisi tidak terpotong
·
Kepala simetris, jarak batas
orbita dengan lingkar kepala sama kiri dan kanan.
·
Tampak Sinus frontalis,
maksilaris, sinus ethmoidalis, dan crista galli
·
Os frontalis tampak jelas.
nMarker R/L harus tervisualisasi.
2)
Proyeksi Lateral
Posisi Pasien
Posisi Pasien
·
Pasien tidur pada posisi semi Prone di atas meja
pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja
pemeriksaan.
·
Kepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan :
o
MSP kepala sejajar pada bidang film.
o
Infra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan bidang film.
o
Inter Pupillary line (IPL) tegak lurus dengan bidang film
·
Letakkan Marker yang sesuai R atau L
·
Lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag
agar tidak terjadi pergerakan objek.
·
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film,
dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
·
Atur Central Point tepat pada daerah 5 cm di atas Meatus Acusticus
Externa (MAE), dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang
film.
·
Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi
yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi Lateral.
·
Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
Kriteria
Gambaran
·
Seluruh cranium lateral
batas atas vertex, batas belakang os occipital, batas depan soft tissue hidung
·
Sella tursica tidak
berotasi
·
PCP & PCA , Dorsum
sellae
·
Ramus mandibula superposisi
·
Mastoid superposisi
·
MAE superposisi
3)
Proyeksi PA
Posisi Pasien
Posisi Pasien
·
Pasien tidur pada posisi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP
tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
·
Kepala diposisikan PA, dengan
menempatkan :
o
Dahi dan hidung menempel meja pemeriksaan
o
MSP kepala tegak lurus pada bidang film.
o
Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
·
Dagu diganjal dengan spon
·
Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala dan lakukan fiksasi bagian kepala dengan
menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek
·
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film,
dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
·
Atur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan
memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
· Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi
yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi PA.
·
Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
Kriteria
Gambaran
· Keseluruhan cranium dengan
batas atas vertex, batas bawah simphysis menti, bagian samping kanan dan kiri
kepala tidak terpotong
·
Sinus frontalis, maksilaris,
ethmoidalis
·
Dorsum sellae, PCA, bagian
superior sinus ethmoidalis
·
Crista galli
·
Lingkar orbita
·
Jarak batas lateral kepala
simetris
·
Marker R/L tervisualisasi
Teknik
Radiografi Skull (Proyeksi Lateral)
Pengertian :
Teknik Radiografi Kepala posisi lateral adalah Teknik pemeriksaan
radiografi untuk memperlihatkan kelainan anatomi dan patologis yang hanya dapat
diperlihatkan pada posisi lateral kiri / kanan.
Prosedur
Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala
Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi
Posisi Pasien
Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim’s) Position
Posisi Obyek
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala
Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi
Posisi Pasien
Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim’s) Position
Posisi Obyek
§ Atur kepala true lateral dengan bagian yang akan diperiksa
dekat dengan IR
§ Tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di
depan kepala dan bagian yang lain lurus dibelakang tubuh
§ Atur MSP sejajar terhadap IR
§ Atur interpupilary line tegak lurus IR
§ Pastikan tidak ada tilting pada kepala
§ Atur agar IOML // dengan IR
Central Ray
Tegak lurus
Central Point
2 inchi superior MAE
FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas pada saat eksposi.
Catatan : pada pasien dengan posisi recumbent pemberian fiksasi di bawah dagu akan membantu agar posisi dapat true lateral
Struktur yang ditampakkan
Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas
Central Ray
Tegak lurus
Central Point
2 inchi superior MAE
FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas pada saat eksposi.
Catatan : pada pasien dengan posisi recumbent pemberian fiksasi di bawah dagu akan membantu agar posisi dapat true lateral
Struktur yang ditampakkan
Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas
Teknik Radiografi Skull
(Proyeksi AP Axial Towne Method)
Pengertian
Teknik Radiografi Skull (Proyeksi AP Axial Towne Method adalah teknik pemeriksaan untuk menunjukkan adanya kelainan anatomis dan patologi di daerah pituitary dan sekitarnya.
Persiapan
Pasien
Lepaskan
semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran
pada daerah kepala.
Persiapan
Alat
§
Pesawat Sinar-X
§
Kaset dan Film 24 x 30
§
Masker
§
Lysolm
§
Gonad Shield
§
Alat Fiksasi
Posisi
Pasien
Supine
atau erect
Posisi
Obyek
§
Atur bagian kepala posterior
menempel meja/permukaan bucky
§
Fleksikan leher agar IOML
tegak lurus IR
§
Atur MSP tegak lurus midline
grid atau meja/permukaan bucky
Central Ray
• 30 derajat ke caudad apabila OML tegak lurus IR
• 37 derajat ke caudad apabila IOML tegak lurus IR
Central Point
1,5 inchi (4 cm) superior glabella
FFD
40 inci (100)
Tahan nafas saat eksposi
Struktur yang ditampakkan
• 30 derajat ke caudad apabila OML tegak lurus IR
• 37 derajat ke caudad apabila IOML tegak lurus IR
Central Point
1,5 inchi (4 cm) superior glabella
FFD
40 inci (100)
Tahan nafas saat eksposi
Struktur yang ditampakkan
§
37 derajat : dorsum sella dan
posterior clinoid process tampak berada pada foramen magnum.
§
30
derajat : anterior clinoid tampak dengan jelas, jauh dari kedua petrous ridge,
berada diatas foramen magnum, dorsum sellae tampak diatas foramen magnum,
superimposisi dengan occipital bone
Pokok Bahasan 4.
TEKNIK RADIOGRAFI PANGGUL/PELVIS
a.
Pengertian
b.
Tujuan
c.
Prosedur
Pokok Bahasan 5.
TEKNIK
RADIOGRAFI TOMOGRAFI
a.
Pengertian
Teknik
radiografi pengambilan gambar suatu lapisan tertentu dengan mengaburkan lapisan
diatas dan dibawahnya.
Ilustrasi
prinsip tomografi
b.
Tujuan
Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu lapisan/bidang/struktur tertentu
yakni dengan mengaburkan lapisan diatas dan dibawah dari lapisan yang
dikehendaki.
Dengan
menggerakkan 2 diantara 3 komponen: tabung dan film bergerak berlawanan arah
sementara komponen pasien tetap diam.
c.
Prosedur
Peralatan Tomografi
Perbedaan tomografi bedanya dengan pesawat rontgen diagnostik konvensional
adalah sebagai berikut:
• Tiang penghubung (telescopic
rod) yang menghubungkan tabung rontgen setinggi fokus dan kaset setinggi film
•
Fulcrum ( pivot point) à adalah sebuah titik gerak yang bisa diatur tingginya
sesuai dengan kedalaman lapisan yang hendak digambar
•
Bucky yang bisa mengarah keberkas sinar-x
•
Memilki kesetabilan mekanik
( mechanicl stability)
Pesawat
X-Ray Tomografi
Jenis Pesawat Tomografi
Line to line movement ( Plan Parallel)
System Janker
Film dan x ray tube bergerak pada garis lurus namun bergeraknya berlawanan
arah , Sehingga jarak fokus ke film dan objek ke film tidak konstan
Arc to Line Movement System
Danatome
•
Tabung sinar –x bergerak
pada garis lengkung sedangkan film
bergerak pada garis lurus. Jenis pesawat ini mengahsilkan gambaran yang
mempunyai magnification factor yang berbeda namun lebih maju dari plan paralel.
•
Jarak fokus ke objek
konstan sementara jarak objek ke film tidak tetap
Arc to Arc Movement system Grossman
•
Tabung sinar-x dan film
bergerak pada garis lengkung hampir membentuk lingkaran
•
Magnification factor yang dihasilkan tetap
•
Pesawat lebih kompleks
Pergerakan Tabung Sinar-X
Rectilinear
Tabung sinar –x membentuk garis lurus searah dengan meja pemeriksaan namun
berlawanan arah.
Pergerakan ini biasanya digunakan untk
tomografi thorax, tl iga yang letaknya tidak sejajar dengan pergerakan
tabung sinar -x
Curvilinear
Pergerakan tabung sinar-x dan film membentuk setengah lingkaran sejajar
satu sama lain digunakan untuk thorax dan abdomen
Elliptical
Pergerakan tabung membentuk elip baik diatas meja pemeriksaan maupun film
dibawah meja pemeriksaanà untuk tulang tulang
ekstremitas dan lainnya
Circular
Pergerakan tabung sinar-x dan film membentuk lingkaran sejajar satu sama lain digunakan untuk tulang
tulang pada umumnya
Hypocycloidal
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak
seperti clover leaf dan digunakan untuk tulang tulang telinga dalam dan
lainnya
Spiral
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak
seperti spiral dan digunakan untuk tulang tulang kecil
Sine wave
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak
seperti gelombang dan digunakan untuk tulang tulang kecil seperti
foramen opticum dll
Perbedaan Linear dan Multidirectional
Multidirectional adalah pergerakan tabung dan film selain pergerakan linear
Linear Multidirectional
A. Alatnya sederhana A.
Alatnya rumit
B.
System pengaburan memanjang B.
Pengaburan kesegala arah
C. Digunakan terbatas untuk C.
Dpt digunakan untuk
organ tertentu semua bagian tubuh
D. Gambaran yang
dihasilkan lebih tegas
Teknik Tomografi
•
Tomografi dilakukan apabila
lesi yang dicurigai terletak didaerah yang banyak superposisi antar struktur
tubuh antara lain:
•
Dens epistropheus,larynx, cervicothoracal lateral
•
Paru paru daerah hilus
paru, lesi noduler, karsinoma dan opasitas.
•
Untuk mengukur kedalaman
dan bentuk lesi misalnya sella turcica
•
Untuk mengidentifikasi
adanya batu ( dikandung empedu)
•
Untuk mengidentifikasi
adanya batu ( dikandung empedu)
•
Menentukan bentuk dan
kedalaman corpus alienum
•
Untuk menentukan kontur
ginjal
•
Untuk pemeriksaan IVP yang
persiapannya kurang baik
•
Untuk menentukan besar dan
kedalaman tumor
Teknik Lokalisasi Lesi
•
Diperlukan plan foto AP(PA)
dan Lateral
•
AP untuk menentukan
sentarsi dan lateral untuk menentukan kedalaman lesi ( ketinggian fulcrum)
Posisi Pasien
•
Diusahakan posisi objek //
dan lebih dekat dengan film baik dari AP dan lateral
•
Sentrasi sinar diarahkan
tepat denga lesi berpedoman pada plan foto AP dan Lat
•
Selanjutnya tentukan
ketinggian fulcrum dengan mengukur letak lesi dari meja pemeriksaan
•
Tentukan gerakan tabung (
linear atau multidirectional)
•
Identifikasi khususnya
ketinggian fulcrum
•
Pengambilan tomogram
beberapa kali
•
Besar penyudutan tabung (
sudut yang dibentuk oleh T1 sampai T3) akan mempengaruhi tebal tipisnya lapisan
yang tergambar dikenal dengan plan of cut
Layer Thickness
•
Tebal tipisnya lapisan yang
tergambar tergantunga dari:
•
Besar kecilnya sudut
pergerakan tabung sudut besarà lapisan tipis, sudut pergerakan kecil à lapisan tebal
•
Tergantung dari jarak
pbjek-filmà makin pendek jarak objek
film makin tebal laipsan yg tergambar
•
Makin pendek FFD makin
tipis lapisan yang tergambar
Ilustarsi layer thickness
Korelasi Penyudutan tabung dan Lapisan yang tergambar
( Slice thickness)
( Slice thickness)
Penyudutan tabung Lapisan
yang tergambar
500 1,4
mm
400 1,75
mm
300 2,3
mm
100 7,0
mm
ZONOGRAM
50 14
mm
2,50
28 mm
Zonografià Teknik tomografi
menggunakan tomographic angel dibawah 10 derjat
Faktor Eksposi
•
Waktu eksposi untuk
tomografi pada umumnya lebih panjang dari radiografi biasa
•
Besaran mA kecil
•
Kontras foto rendah
•
Tergantung waktu pergerakan
tabung
Dosis Radiasi
•
Tomogram biasanya paling
sedikit diambil 3 kali eksposi
•
Dosisi yang diterima pasien
elatif lebih tinggi dibandingkan dengan radiografi biasa
•
Menurut Meredith dan Massey
setiap kali eksposi diformulasikan sbb:
Dosis eksposi = P x KV2
x mAs
D2
P = 15 untuk radiografi
Upaya untuk mengurangi dosisi radiasi untuk pasien
•
Teknik tomografi dan faktor
eksposi harus akurat sehingga tidak mengulangi pemotretan
•
Pasien harus benar benar
diam waktu pemotretan
•
Menentukan lokalisasi lesi
dan dibuat plan foto
•
Membatasi luas lapangan
penyinaran
•
Menggunakan kombinasi film
dan screen fast speed
•
Kalau memungkinkan dan
tepat menggunakan kaset multiseksi
Identifikasi gambar
•
Yang paling sederhana
memberikan nomor radioopak pada setiap ketinggian fulcrum ( slice)
•
Menggunakan segitiga
radiolusen dan nomor opak ( seperti dalam gambar dibawah)
Multisection Tomography
•
Teknik tomografi yang dpt
menghasilkan beberapa lapisan tubuh ( 3 atau 5)pada beberapa buah film dengan hanya satu kali eksposi, menggunakan kaaet
multiseksi
Rumus
• SF = LT . ( A + B)
A
LT = Separation of body layer
SF = Separation of film
A= Jarak fokus fulkrum
B =Jarak fulkrum film
T1 = Kedudukan x ray tube awal
T3= Kedudukan x ray tube akhir
Keuntungan dan Kelemahan Multisection Tomography
•
Dosis radiasi sedikit
•
Menghemat waktu kerja
•
Beban tabung relatif rendah
•
Gambaran dihasilkan dalam
keadaan yang sama
•
Apabila pasien bergerak
maka seluruhnya gagal (kelemahannya)
Approximate Levels (Perkiraan Ketinggian Fulkrum)
Transverse Axial Tomography (CT Scan )
Perkembangan Tomografi
Pokok Bahasan 6.
TEKNIK
RADIOGRAFI MAMMOGRAFI
a.
Pengertian
Mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae (payudara) dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif atau tidak untuk menegak kandiagnosa
Mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae (payudara) dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif atau tidak untuk menegak kandiagnosa
GAMBAR MAMMA AP
b. Tujuan
Tujuan umum untuk melihat susunan anatomis dan patologis.
Tujuan umum untuk melihat susunan anatomis dan patologis.
Tujuan khusus untuk melihat sol
abnormal.
Prinsip Mammografi
Indikasi
• Screening Test
• Karsinoma (Ca)
• Fibroma
• Benjolan pada payudara
• Sumbatan
Indikasi
• Screening Test
• Karsinoma (Ca)
• Fibroma
• Benjolan pada payudara
• Sumbatan
c.
Prosedur
Persiapan Pasien
Persiapan Pasien
1.
Informasi dan komunikasi yang baik dan jelas tentang
pelaksanaan pemeriksaan
2.
Mengganti pakaian dan melepas benda-benda logam yang
dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.
Persiapan Alat
1.
Mammografi Unit
·
Anoda Mo
·
Kaset khusus : Singgle screem
·
Ada Conus
·
Filter : Mo
2.
Film khusus mammografi
·
Non Screen
·
High Definition
Tujuan
·
Menghindari dosis radiasi yang diterima pasien melampaui
batas yang diijinkan.
·
Menghindari kerusakan organ tubuh lain yang peka terhadap
radiasi.
Tindakan
·
Dilakukan hanya bila ada perintah dokter.
·
Luas lapangan seminimal mungkin.
·
Bekerja seteliti mungkin.
Prosedur Pemeriksaan
Prosedur Pemeriksaan
1)
Mediolateral
Posisi Pasien
Recumbent dan sedikit oblique ke posterior
Posisi Obyek
Recumbent dan sedikit oblique ke posterior
Posisi Obyek
· Bagian mamae yang difoto dekat kaset.
· Mammae diletakkan di atas kaset dengan
posisi horizontal.
· Lengan posisi yang difoto di atas
sebagai ganjal kepala.
· Lengan lain menarik mamae yang tidak
difoto ke arah mediolateral agar tidak
superposisi dengan lobus lain.
Central Ray
Vertikal/tegak lurus/medio lateral
Central Point
Pertengahan mamae
FFD
Sedekat mungkin (konus menempel mamae), bila perlu kontak
NB : teknik soft tissue teknik
Central Ray
Vertikal/tegak lurus/medio lateral
Central Point
Pertengahan mamae
FFD
Sedekat mungkin (konus menempel mamae), bila perlu kontak
NB : teknik soft tissue teknik
2)
Superoinferior
Posisi Pasien
Duduk/erect
Posisi Obyek
·
Mammae diletakkan diatas kaset.
·
Film diatur horizontal.
·
Tangan sebelah mammae yang difoto menekan kaset kearah
dalam posterior dan tangan lain di belakang tubuh
·
Sebaiknya dengan sistem kompresi (mengurangi ketebalan
mamae agar rata & tipis)
·
Kepala menoleh kearah yang berlawanan
Central Ray
Vertikal/tegak lurus
Central Point
Pertengahan mamae
FFD
35–40 cm
NB : teknik soft tissue teknik
Central Ray
Vertikal/tegak lurus
Central Point
Pertengahan mamae
FFD
35–40 cm
NB : teknik soft tissue teknik
3)
Aksila
Tujuan : untuk melihat penyebaran tumor pada kelenjar aksila.
Tujuan : untuk melihat penyebaran tumor pada kelenjar aksila.
Posisi Pasien
Erect
Posisi Obyek
· Dari posisi AP tubuh yang tidak difoto
dirotasikan posterior 15 – 300 sehingga sedikit oblique.
· Obyek diatur ditengah film.
· Film vertikal pada tepi posterior.
· Batas atas film pada costae 11-12.
· Lengan sisi yang difoto diangkat ke
atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala, lengan yang tidak difoto di
samping tubuh.
Central Ray Horisontal/tegak lurus
Central Point 5 cm di bawah aksila
FFD : 35–40 cm
Central Point 5 cm di bawah aksila
FFD : 35–40 cm
VIII. REFERENSI
Christensen, radiographic and positioning
KC Clark, radiographic and positioning
Philliph Balinger, radiographic and positioning
IX.
LAMPIRAN
1.
Skenario
simulasi
2.
Panduan
praktik lapangan
3.
Kerangka
acuan PKL
No comments:
Post a Comment