Wednesday, 25 January 2012


MATERI INTI 1
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI NON KONTRAS/PEMERIKSAAN RUTIN
I.              DESKRIPSI SINGKAT
Materi ini membahas tentang prosedur pengelolaan ruangan radiologi dan tindakan pemeriksaan dan posisioning radiografi non kontras/rutin serta mengevaluasi mutu hasil pemeriksaan (image Quality ) dari radiografi tulang-tulang muka dan kepala.

II.           TUJUAN PEMBELAJARAN
A.      Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tindakan teknik pemeriksaan  radiologi non kontras/ pemeriksaan rutin.

B.       Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1.    Melakukan pengelolaan ruangan radiologi.
2.    Mengevaluasi mutu foto rontgen.
3.    Melakukan pemeriksaan radiografi tulang-tulang muka dan kepala.
4.    Melakukan pemeriksaan radiografi panggul/pelvis.
5.    Melakukan pemeriksaan radiografi tomografi.
6.    Melakukan pemeriksaan mammografi.

III.        POKOK BAHASAN
Dalam  modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Pengelolaan ruangan radiologi
Sub Pokok Bahasan:
a.   Perencanaan
b.   Pelaksanaan
c.    Monitoring dan evaluasi
Pokok Bahasan 2. Teknik evaluasi mutu foto rontgen
Sub Pokok Bahasan:
a.    Latar belakang
b.    Tujuan
c.     Metode

Pokok Bahasan 3. Teknik radiografi tulang-tulang muka dan kepala
Sub Pokok Bahasan:
a.    Tulang muka
b.   Tulang kepala
Pokok Bahasan 4. Teknik radiografi panggul/pelvis.
Sub Pokok Bahasan:
a.   Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur
Pokok Bahasan 5. Teknik radiografi tomografi
Sub Pokok Bahasan:
a.   Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur
Pokok Bahasan 6. Teknik radiografi mammografi.
Sub Pokok Bahasan:
a.   Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur

IV.        METODE  PEMBELAJARAN
·  CTJ
·  Curah pendapat
·  Simulasi
·  Praktik lapangan

V.           MEDIA DAN ALAT BANTU
·  Bahan tayangan (Slide power point)
·  Laptop
·  LCD
·  Flipchart
·  White board
·  Spidol (ATK)
·  Skenario simulasi
·  Panduan praktik lapangan
·  Kerangka acuan PKL

VI.        LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian Peserta
Langkah Proses Pembelajaran Sebagai Berikut :
1.        Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
2.        Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan bahan tayangan
3.        Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa peserta/relawan untuk menjawabnya.
Langkah 2. Pembahasan Materi
Langkah Proses Pembelajaran Sebagai Berikut :
1.        Fasilitator menjelaskan tentang perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi pengelolaan ruangan radiologi, latar belakang, tujuan serta metode teknik evaluasi mutu foto rontgen, teknik radiografi tulang-tulang muka dan kepala, kemudian menjelaskan pengertian, tujuan dan prosedur teknik radiografi panggul/pelvis, tomografi dan mammografi, menggunakan bahan tayangan, dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi, praktek lapangan, dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Langkah 3. Simulasi
Langkah Proses Pembelajaran Sebagai Berikut :
1.        Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok.
2.        Fasilitator menjelaskan tata tertib simulasi
3.        Fasilitator membagikan materi dan skenario simulasi
4.        Seluruh peserta melakukan simulasi secara berkelompok.
5.        Setiap kelompok mensimulasikan materi yang dibagikan.
6.        Fasilitator melakukan evaluasi hasil kerja kelompok.

Langkah 4. Penutup, Umpan Balik Dan Rangkuman

Langkah Proses Pembelajaran Sebagai Berikut :
·     Fasilitator merangkum atau melakukan pembulatan tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi/ umpan balik. Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh peserta.

VII.     URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1.
PENGELOLAAN RUANGAN RADIOLOGI

a.        Perencanaan
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi dimulai pada saat minimal 15 menit sebelum dilakukan pelayanan  radiografi. Pengelolaan ruangan radiologi terbagi menjadi :
1.         Pegelolaan di Ruang Penerimaan Pasen
2.         Pengelolaan di Tuang Kamar Gelap
3.         Pengelolaan Ruang Logistik radiologi
4.         Ruang Sterilisasi
5.         Ruang Teknisi Radiologi
6.         Pengelolaan Ruang Radiasi ( pemeriksaan radiologi )
7.         Pengelolaan Ruang Dokter Spesialis Radiologi / Resident
8.         Ruang Pengambilan hasil Pemeriksaan Radiologi
           
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi menjadi sangat penting, kesiapan perencanaan yang baik akan menyebabkan pelayanan pemeriksaan radiologi tepat waktu dan semakin baik dari praradiasi sampai post radiasi yang berakhir  pada pemberian hasil pemeriksaan radiology.

b.       Pelaksanaan
1.    Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
A.   Pasien Rawat Jalan dan rawat inap Non Perjanjian
1)    Kesiapan Buku register
2)    Kesiapan Labeling
3)    Kesiapan Kasir/pembayaran biaya pemeriksaan radiologi
a)        Kwitansi yg beregister
b)        Peralatan dengan system Kartu Kredit      
B.    Pasien Rawat Jalan Perjanjian
1)    Pemberian informasi Persiapan Medik Radiologi
a)        Puasa
b)        Tidak berhubungan intim suami- istri
c)         Pemeriksaan Laboratorium
d)       Perlunya rawat inap (pemeriksaan intervensional radiology)
e)        Informasi cara minum bahan kontras sebelum pemeriksaan
f)          Membuat dan menandatangani Surat kesediaan dilakukan tindakan pemeriksaan radiologi.

2)    Pemenuhan persyaratan administrasi pemeriksaan Radiologi:
a)        Foto copy Askes/Jamkesos
b)        Surat Keterangan tidak mampu
c)         Surat Jaminan dari Perusahaaan bila ada MOU

2.         Pengelolaan Ruang Kamar Gelap
a.        Kesiapan Alat prosesing film otomatis/ manual
b.        Kesiapan larutan kimia ( Developer + Fixer )
c.         Air kran yang bersih dan mengalir
d.       Kesiapan Kontak Film Screen dan
e.        Tersedianya Film untuk setiap jenis dan ukuran
f.          Kesiapan Hanger
g.        Kesiapan alat Labelling Film
h.        Kesiapan formulir2 untuk membuat laporan kegiatan harian
Keberhasilan pemeriksaan radiology dan radiografi sangat ditentukan radiografer dalam memproses film untuk yang manual selain oleh tingkat kesegaran larutan prosesing film. Sedangkan untuk yang memakai automatis prosesing film sangat ditentukan oleh kondisi  kelayakan agar tidak menimbulkan artefak pada film yang mungkin menyebabkan pemeriksaan di ulang. 
3.         Ruang Logistik Radiologi
Penyiapan logistik untuk pelayanan radiologi menjadi sangat penting tanpa adanya logistik yang memadai baik dari jumlah, spesifikasi barang dan ketepatan distribusi maka sudah dapat dipastikan pelayanan akan terganggu. Oleh sebab itu perencanaan jumlah pemakaian film, bahan kimia untuk prosesing film, kontras media radiografi serta peralatan medik lainnya untuk setiap bulan pemakaian harus diperhitungkan dengan cermat dan akurat. Teknik dan prosedur pengambilan barang/alat dan obat2an harus dibuat sederhana tanpa mengurangi efektifitas dan efesiensi dan evaluasi/pengawasan dan pelaporan pemakaian alat dan obat2an harus dibuat pada saat semua pemeriksaan radiologi selesai kecuali untuk pemeriksaan cyto atau dinas malam yang pemakaiannya dilaporkan setiap pagi harioleh petugas jaga malam pada buku laporan dinasmalam.
4.         Ruang Sterilisasi
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras biasanya memerlukan peralatan medik yang steril, siap dan laik pakai, dengan demikian ada peralatan medik yg disposible namun ada yang dipakai ulang biasanya peralatan medik yang terbuat dari bahan logam, kaca ( sirynx ), gloves, kain kassa, kain pembungkus alat2 medik steril, Kain duk dl. Ruang steril biasanya juga merupakan depot obat-obatan penunjang pemeriksaan radiologi seperti alkohol, betadine, bahan kontras radiografi, obat-obat anestesi, obat-obat kontra indikasi pemakaian bahan kontras dan abat-obat premedikasi dan tempat penyimpanan. Kesiapan peralatan medik steril, bahan kontras media serta obat-obatan yg diperlukan pada pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras merupakan faktor penentu dalam peningkatan kualitas pelayanan radiologi termasuk didalamnya pelanan kedaruratan medik radiologi akibat pemakaian bahan kontras radiografi.     
5.         Ruang Radiasi / Pemeriksaaan Radiologi
Ruang pemeriksaan radiologi merupakan pusat pelayanan dimana pasen diperiksa secara radiologi baik dengan pesawat radiologi konvensional, khusus ( Skull unit, mammografi, Tomografi ) maupun dengan pesawat multipurpose dengan teknik fluoroscopy khususnya pemeriksaan dengan bahan kontras radiografi, termasuk didalamnya pemeriksaan intervensional radiology untuk pemeriksaan pembuluh darah arteri. Sedangkan dengan pesawat mutkhir dilakukan pemeriksaan dengan alat CT Scan, MRI, USG 3 D Colour Dopller. Dengan banyaknya variasi pemeriksaan radiologi maka kesiapan petugas khususnya dokter spesialis radiologi dan radiografer serta perawat radiologi, tentu saja alat-alat dan atau pesawat radiologi telah siap dan laik pakai sesuai dengan SOP yang telah tersedia. Kesiapan yang perlu untuk melakukan pemeriksaan adalah antara lain :
1.      Pesawat sudah terkalibrasi.
2.      Sudah dilakukan pemanasan ( Warming up ) sesuai SOP
3.      Tersedia Apron dengan ketebalan setara dengan 03-0,5 mm Pb, Google, Thyroid shield.
4.      Kontak film screen dengan jenis dan ukuran ygang diperlukan sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan
5.       Marker R / L
6.      Peralatan medik radiologi lainnya untuk keperluan pemeriksaan yang akan dilakukan, termasuk bahan kontras radiografi yang akan dipakai.

Keterampilan dokter spesialis radiologi dalam melakukan pemeriksaan dan keterampilan radiografer dalam mengatur parameter-parameter radiografi sangat menetukan tingkat keberhasilan pemeriksaan radiologi yang dilakukan dan produk layanan radiologi dalam bentuk foto-foto radiografi yang sesuai dengan kriteria imej.
6.         Ruang Pembacaan foto.
Pada Ruang pembacaan foto selain foto-foto yang sudah selesai dibuat  dan di identifikasi sesuai dengan nomor rekam medik berikut amplopnya , disiapkan viewing Box yang bersih dari noda dan  dilengkapi dengan lampu neon dengan tingkat kecerahan yang memadai. Hal ini dibutuhkan selain untuk memeriksa dan menganalisa foto2 untuk dibuat ekspertise, ruangan ini juga digunakan untuk memberikan pelajaran oleh dokter spesialis radiologi kepada resident yang mengambil spesialis radiologi (PPDS) khususnya pada rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A. Perlengkapan lainnya adalah komputer dan printer untuk membuat / mencetak lembar hasil radiologi. Semua film dan lembar jawaban (ekspertise) dimasukan kedalam amplop film yang sudah disediakan dan telah diberi identitas sesuai dengan rekam medis yang telah dibuat sebelumnya.
7.         Ruang pengambilan hasil pemeriksaan
Semua film yang telah diekspertise kembali dicatat dalam buku registrasi pengambilan film. Kenudian dipisahkan jawaban yang asli dan jawaban dalam bentuk kopiannya, yang asli dimasukan kedalam amplop film bersama dengan film untuk diberikan kepada pasen yang  mengambil hasil pemeriksaan radiologi, sedangkan kopiannya disimpan secara teratur menurut nomor registrasi haal ini untukm memudahkan apabila pasen ingin mengambil hasil pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau lainnya sebab yang menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.
c.         Monitoring dan evaluasi
Semua kegiatan pelayanan yang dilakuakan selalu di dalam pengawasan radiografer yang di tugaskan biasanya radiografer senior. Petugas tersebut setiap harinya setelah selesai pemeriksaan harus mengkolekting semua laporan kegiatan pelayanan dari setiap ruangan dan dicatat dalam buku laporan yang akan diserahkan kepada Kepala Instalasi radiologi untuk dilaporkan kepada Direktur Rumah sakit. Adapun isi laporannya adalah antara lain :
1.         Jumlah pasen yang datang
2.         Jumlah pasen Rawat inap yang dilakukan pemeriksaan
3.         Jumlah pasen rawat jalan yang dilakukan pemeriksaan
4.         Jumlah pasen yang dilakukan perjanjian ( waiting list )
5.         Jumlah Pemakaian film sesuai dengan ukuran
6.         Jumlah Pemakaian bahan kontras radiografi
7.         Jumlah Pembayaran tunai
8.         Jumlah pembayaran dengan ASKES
9.         Jumlah pembayaran dengan Jamsostek
10.     Jumlah pembayaan secara tagihan rawat  inap
11.     Jumlah pemakaian Bahan Kontras radiografi
12.     Jumlah pemakaian obat-obatan premedikasi
13.     Jumlah alat-alat kesehatan lainnya yang dipakai

Dari penjelasan diatas maka bagian radiologi diwajibkan untuk membuat standar sesuai denga Permenkes tentang standarisasi pelayanan radiologi, agar memberi kejelasan kepada masyarakat tentang pelayanan yang dapat di lakukan beserta besaran tarif pelayanan pemeriksaan radiologi serta alur-alur pelayanan radiologi. Dengan demikian evaluasi tidak hanya dilakukan secara internal tetapi juga dilakukan oleh masyarakat terutama evaluasi tentang kepuasan masyarakat terhadap tingkat pelayanan yang diberikan oleh institusi pelanan radiologi baik secara terbuka dan langsung maupun secara terulis melalui kotak saran masyarakat yang telah disedia

Pokok Bahasan 2.
TEKNIK EVALUASI MUTU FOTO RONTGEN

a.        Latar belakang
Produk akhir dari pelayanan kesehatan bidang radiologi adalah film radiografi dan ekspertise film radiografi tersebut. Hal ini menunjukan bahwa hasil ekspertise yang dibuat dokter spesialis radiologi  sangat tergantung kepada kualitas gambaran radiografi yang dibuat oleh radiografer. Oleh sebab itu radiografer harus mampu membuat radiiografi suatu organ sesuai dengan formulir permintaan dokter pengirim, dan foto radiografi yang dibuat tentu saja harus sesuai dengan kriteria gambaran yang sudah ditetapkan, selain mampu membuat  juga harus mampu menganalisa pakah foto radiografi yang dibuatnya sudah sesuai dengan kriteia imej, karena bila tidak sesuai dengan kriteria imaej foto tersebut terpoaksa di reject dan harus mengulang membuat foto yang lebih baik, Hal ini tentu saja sangat merugikan pasen yg mendapat radiasi yang sebenarnya tidak diperlukan.

Dengan demikian pengulangan foto seharusnya tidak perlu dilakukan, namun demikian kesalahan hasil radiografi tidak hanya dapat terjadi sebagai kealpaan ataupun kesalahan radiografer namun juga dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain dikarenakan oleh :
1)        Kesalahan pesawat out put pesawat
2)        Kesalahan pada waktu posesing film
3)        Kesalahan pasen itu sendiri kurang kooperatif
4)        Kesalahan kontak film film
5)        Kesalahan Safe light
6)        Kesalahan memposisi pasen dan memposisi obyek
7)        Kesalahan pemasanan Grid dan casete
8)        kesalahan penyudutan tabung Ro
9)        Kesalahan menganalisa surat permintaan pemeriksaan radiologi
Dari banyaknya penyebabkeselahan-kesalahan hasil fotografi tersebut maka kompetensi radiografer adalah mampu menganalisa hasil pembuatan film radiografi yang disebabkan oleh kesalahan :
1)        Alat dan fasilitas radiologi
2)        Kesalahan metode
3)        Kesalahan orang yang membuat
Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut maka perlu di diberikan kompetensi Penjaminan Mutu Radiodiagnostik, dengan kompetensi ini radiografr tidak hanya mampu mengngurangi dan atau menghilangkan kesalahan, juga mampu mengurangi dosis penyinaran, menghemat bahan dan alat yang akhirnya dapat mengurangi biaya operasional pelayanan radiologi. 

b.       Tujuan
Tujan umum :
Meningkatkan kualitas hasil layanan sekaligus meningkatkan  kepuasan pelanggan pelayanan radiologi.
Tujuan Khusus :
1)        Meningkatkan kualitas gambaran radiografi
2)        Mengurangi dan atau menghilangkan kesalahan atau kealpaan yang tidak sengaja
3)        Menghemat alat dan bahan
4)        Mengurangi dosis terhadap pasen
5)        Mengurangi efek radiasi terhadap pekerja radiasi

c.        Metode
Metode yang dilakukan adalah melalui pendekatan pengamatan hasil radiografi terhadap kesesuaian dengan standar dalam hal ini adalah standar kriteria imej yang dikeluarkan baik oleh WHO atau ILO dan IAEA secara standar Internasional, BATAN dan BAPETEN sebagai  standar Nasional untuk besaran dosis radiasi dan keselamtan kerja dengan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya.

Pokok Bahasan 3.
TEKNIK RADIOGRAFI TULANG-TULANG MUKA DAN KEPALA

a.        Tulang Muka
Tulang muka Arc Zygomaticum : Proyeksi Submentovertical
1.         Pengertian
Teknik radiografi yang digunkan untuk memperlihatkan kelainan tulang zygomatikum
2.         Tujuan
Memperlihatkan kelainan pada tulang zygomatikum
3.         Prosedur

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Patology yang Ditampakkan
Fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc zygomaticum

Posisi Pasien
Supine atau erect .
Posisi erect akan membuat pasien merasa lebih nyaman

Posisi Obyek
·      Hyperekstensikan leher hingga IOML // IR
·      Vertex menempel pada IR
·      Atur MSP tegak lurus meja/permukaan bucky
·      Pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting
Posisi ini sangat tidak nyaman, sehingga usahakan agar pemeriksaan dilkakukan dengan waktu sesingkat mungkin

Central Ray
Tegak lurus

Central Point
4 cm inferior sympisis mentale setinggi MAE (pada pertengahan kedua angulus mandibula)

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi

Struktur yang ditampakkan
Arc zygomaticum

Teknik Radiografi Nasal Bone : Proyeksi Lateral

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 18 x 24
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Patologi yang ditampakkan
Fraktur nasal bone.
Dapat Dibuat foto perbandingan dengan sisi yang diperiksa berada dekat dengan IR.

Posisi Pasien
Prone atau Erect

Posisi Obyek
·        Atur sisi lateral bagian yang akan diperiksa dekat dengan IR
·        Atur nasal agar berada ditengah-tengah IR
·        Atur kepala agar true lateral dan posisi tubuh pasien agak oblique agar pasien merasa nyaman
·        Atur MSP sejajar terhadap permukaan meja/bucky.
·        IOML tegak lurus terhadap IR

Central Ray
Tegak lurus terhadap IR
Central Point
½ inchi inferior nasion

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi. Untuk memperoleh hasil yang tajam, khususnya untuk detail tulang nasal yang lebih baik, gunakan fokus kecil, detail screen, dan batasi lapangan penyinaran (focus daerah nasal)

Struktur Yang Ditampakkan
Tulang nasal dengan soft tissue nasal, frontonasal suture, dan anterior nasal spine

Teknik Radiografi Orbita  Proyeksi Postero Anterior Axial (Caldwell)

Posisi Pasien
§       Pasien diposisikan prone atau erect, dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalam posisi yang nyaman
§       Kepala diposisikan PA, dengan menempatkan :
-          Dahi dan hidung menempel diatas kaset.
-          Atur kepala sehingga OML tegak lurus dengan bidang film
-          Pasien diberitahukan untuk menahan nafas pada saat eksposi
§       Atur CR 300 caudally setinggi pertengahan orbita
§       CP pada pertengahan kedua orbita.

Kriteria Gambaran
·       Kedua orbita tampak
·       Petrous Ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi di bawah bayangan orbita
·       sinus Frontalis dan Sinus Maxilaris terproyeksi
·       Jarak Batas Lateral Orbita dgn batas lateral kepala kiri dan kanan sama (simetris)
·       Kolimasi sesuai objek yang difoto
·       Marker R/L harus tampak di bagian tepi
Teknik Radiografi Mandibula Proyeksi Pa Dan Pa Axial

Posisi Pasien :
·       Pasien diposisikan prone atau duduk
·       Tempatkan lengan pada posisi yang nyaman dan atur bahu, sehingga berada pada bidang trasversal yang sama.

Posisi Objek :
·       Letakan kepala dimana dahi dan hidung pasien menempel pada bidang film.Untuk mendapatkan ramus mandibula, pusatkan ujung hidung berada pada pertengahan bidang film.
·       MSP kepala tegak lurus pada bidang film.
·       Pastikan tidak terjadi pergerakan/ perputaran pada objek kepala
·       CR Untuk Proyeksi PA : CR tegak lurus bidang film dengan CP di pertengahan antara kedua bibir ( general survey / ramus mandibula)
·       CR Untuk Proyeksi PA AXIAL : CR diarahkan 200 –250cranially dengan CP menembus ujung hidung ( untuk condylus mandibula).
Kriteria Gambaran
·       Kedua ramus dan bodi mandibula terproyeksi simetris
·       Keseluruhan bagian mandibula terproyeksi tidak terpotong
·       Pada proyeksi PA Axial kedua condylus mandibula terproyeksi dengan jelas
·       Marker R/L tampak di bagian tepi film radiografi.
Proyeksi Eisler

Posisi Pasien :
·       Prone , semi oblique
Posisi Objek :
·       Kepala diatur true lateral, Bagian pipi pasien ditempatkan pada bagian tengah kaset (melintang).
·       Atur agar bagian objek 1,2 cm anterior dan 2,5 cm inferior dari MAE diletakkan dipertengahan kaset.
·       Leher ekstensi dan atur agar ramus mandibula sejajar bidang film
·       Central Ray disudutkan 25 derajat cranially
·       CP : menembus angulus mandibula yang jauh dari film
Kriteria Gambaran:
·       Ramus mandibula
·       Condilus mandibula
·       Angullus mandibula
·       Ramus mandibula kanan dan kiri tidak overlapping

b.       Tulang Kepala
1)        Proyeksi AP
Posisi Pasien
·       Pasien tidur pada posisi Supine di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
·       Kepala diposisikan AP, dengan menempatkan :
o           MSP kepala tegak lurus pada bidang film.
o           Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
·       Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala
·       Letakkan Marker yang sesuai R atau L
·       Lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
·       Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
·       Atur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
·       Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi AP.
·       Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
Kriteria Gambaran
·       Seluruh kepala tampak pada proyeksi antero posterior, batas atas verteks, batas bawah simphysis menti, kedua sisi tidak terpotong
·       Kepala simetris, jarak batas orbita dengan lingkar kepala sama kiri dan kanan.
·       Tampak Sinus frontalis, maksilaris, sinus ethmoidalis, dan crista galli
·       Os frontalis tampak jelas. nMarker R/L harus tervisualisasi.

2)         Proyeksi Lateral

Posisi Pasien
·       Pasien tidur pada posisi semi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
·       Kepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan :
o        MSP kepala sejajar pada bidang film.
o        Infra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan bidang film.
o        Inter Pupillary line (IPL) tegak lurus dengan bidang film
·       Letakkan Marker yang sesuai R atau L
·       Lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
·       Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
·       Atur Central Point tepat pada daerah 5 cm di atas Meatus Acusticus Externa (MAE), dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang film.
·       Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi Lateral.
·       Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
Kriteria Gambaran
·      Seluruh cranium lateral batas atas vertex, batas belakang os occipital, batas depan soft tissue hidung
·      Sella tursica tidak berotasi
·      PCP & PCA , Dorsum sellae
·      Ramus mandibula superposisi
·      Mastoid superposisi
·      MAE superposisi
3)         Proyeksi PA

Posisi Pasien
·       Pasien tidur pada posisi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
·       Kepala diposisikan PA, dengan menempatkan :
o        Dahi dan hidung menempel meja pemeriksaan
o        MSP kepala tegak lurus pada bidang film.
o        Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
·       Dagu diganjal dengan spon
·       Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala dan lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek
·       Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
·       Atur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
·      Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi PA.
·       Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
Kriteria Gambaran
·   Keseluruhan cranium dengan batas atas vertex, batas bawah simphysis menti, bagian samping kanan dan kiri kepala tidak terpotong
·       Sinus frontalis, maksilaris, ethmoidalis
·       Dorsum sellae, PCA, bagian superior sinus ethmoidalis
·       Crista galli
·       Lingkar orbita
·       Jarak batas lateral kepala simetris
·       Marker R/L tervisualisasi
Teknik Radiografi Skull (Proyeksi Lateral)
Pengertian :
Teknik Radiografi Kepala  posisi lateral adalah Teknik pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan kelainan anatomi dan patologis yang hanya dapat diperlihatkan pada posisi lateral kiri / kanan.

Prosedur
Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Posisi Pasien
Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim’s) Position

Posisi Obyek
§      Atur kepala true lateral dengan bagian yang akan diperiksa dekat dengan IR
§      Tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di depan kepala dan bagian yang lain lurus dibelakang tubuh
§      Atur MSP sejajar terhadap IR
§      Atur interpupilary line tegak lurus IR
§      Pastikan tidak ada tilting pada kepala
§      Atur agar IOML // dengan IR

Central Ray
Tegak lurus

Central Point
2 inchi superior MAE

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas pada saat eksposi.
Catatan : pada pasien dengan posisi recumbent pemberian fiksasi di bawah dagu akan membantu agar posisi dapat true lateral

Struktur yang ditampakkan
Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas.
Sella tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas

Teknik Radiografi Skull (Proyeksi AP Axial Towne Method)

Pengertian

Teknik Radiografi Skull (Proyeksi AP Axial Towne Method adalah teknik pemeriksaan untuk menunjukkan adanya kelainan anatomis dan patologi di daerah pituitary dan sekitarnya.

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala.

Persiapan Alat
§      Pesawat Sinar-X
§      Kaset dan Film 24 x 30
§      Masker
§      Lysolm
§      Gonad Shield
§      Alat Fiksasi

Posisi Pasien
Supine atau erect

Posisi Obyek
§           Atur bagian kepala posterior menempel meja/permukaan bucky
§           Fleksikan leher agar IOML tegak lurus IR
§           Atur MSP tegak lurus midline grid atau meja/permukaan bucky


Central Ray
• 30 derajat ke caudad apabila OML tegak lurus IR
• 37 derajat ke caudad apabila IOML tegak lurus IR

Central Point
1,5 inchi (4 cm) superior glabella

FFD
40 inci (100)
Tahan nafas saat eksposi

Struktur yang ditampakkan
§      37 derajat : dorsum sella dan posterior clinoid process tampak berada pada foramen magnum.
§      30 derajat : anterior clinoid tampak dengan jelas, jauh dari kedua petrous ridge, berada diatas foramen magnum, dorsum sellae tampak diatas foramen magnum, superimposisi dengan occipital bone

Pokok Bahasan 4.
TEKNIK RADIOGRAFI PANGGUL/PELVIS

a.        Pengertian           
b.       Tujuan
c.         Prosedur

Pokok Bahasan 5.
TEKNIK RADIOGRAFI TOMOGRAFI

a.      Pengertian
Teknik radiografi pengambilan gambar suatu lapisan tertentu dengan mengaburkan lapisan diatas dan dibawahnya.
Ilustrasi prinsip tomografi

b.     Tujuan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu lapisan/bidang/struktur tertentu yakni dengan mengaburkan lapisan diatas dan dibawah dari lapisan yang dikehendaki.
Dengan menggerakkan 2 diantara 3 komponen: tabung dan film bergerak berlawanan arah sementara komponen pasien tetap diam.

c.       Prosedur
Peralatan Tomografi
Perbedaan tomografi bedanya dengan pesawat rontgen diagnostik konvensional adalah sebagai berikut:
    Tiang penghubung (telescopic rod) yang menghubungkan tabung rontgen setinggi fokus dan kaset setinggi film
            Fulcrum ( pivot point) à adalah sebuah titik gerak yang bisa diatur tingginya sesuai dengan kedalaman lapisan yang hendak digambar
            Bucky  yang bisa mengarah keberkas sinar-x
            Memilki kesetabilan mekanik ( mechanicl stability)

Pesawat X-Ray Tomografi
Jenis Pesawat Tomografi
Line to line movement ( Plan Parallel)
System Janker
Film dan x ray tube bergerak pada garis lurus namun bergeraknya berlawanan arah , Sehingga jarak fokus ke film dan objek ke film tidak konstan
Arc to Line Movement System Danatome
            Tabung sinar –x bergerak pada garis lengkung  sedangkan film bergerak pada garis lurus. Jenis pesawat ini mengahsilkan gambaran yang mempunyai magnification factor yang berbeda namun lebih maju dari plan paralel.
            Jarak fokus ke objek konstan sementara jarak objek ke film tidak tetap

Arc to Arc Movement  system Grossman

            Tabung sinar-x dan film bergerak pada garis lengkung hampir membentuk lingkaran
            Magnification factor  yang dihasilkan tetap
            Pesawat lebih kompleks

Pergerakan Tabung Sinar-X
Rectilinear
Tabung sinar –x membentuk garis lurus searah dengan meja pemeriksaan namun berlawanan arah.
Pergerakan ini biasanya digunakan untk  tomografi thorax, tl iga yang letaknya tidak sejajar dengan pergerakan tabung sinar -x

Curvilinear
Pergerakan tabung sinar-x dan film membentuk setengah lingkaran sejajar satu sama lain digunakan untuk thorax dan abdomen

Elliptical
Pergerakan tabung membentuk elip baik diatas meja pemeriksaan maupun film dibawah meja pemeriksaanà untuk tulang tulang ekstremitas dan lainnya

Circular
Pergerakan tabung sinar-x dan film membentuk lingkaran  sejajar satu sama lain digunakan untuk tulang tulang pada umumnya

Hypocycloidal
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak  seperti clover leaf dan digunakan untuk tulang tulang telinga dalam dan lainnya

Spiral

Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak  seperti spiral dan digunakan untuk tulang tulang kecil

Sine wave
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak  seperti gelombang dan digunakan untuk tulang tulang kecil seperti foramen opticum dll

Perbedaan Linear dan Multidirectional
Multidirectional adalah pergerakan tabung dan film selain pergerakan linear

Linear                                                        Multidirectional
A.   Alatnya sederhana                             A. Alatnya rumit
B.    System pengaburan memanjang    B. Pengaburan kesegala arah
C.   Digunakan terbatas untuk               C. Dpt digunakan untuk
organ tertentu                                           semua bagian tubuh
                                                                  D.  Gambaran yang
                                                                         dihasilkan lebih tegas                    
         
Teknik Tomografi
         Tomografi dilakukan apabila lesi yang dicurigai terletak didaerah yang banyak superposisi antar struktur tubuh antara lain:
         Dens epistropheus,larynx, cervicothoracal lateral
         Paru paru daerah hilus paru, lesi noduler, karsinoma dan opasitas.
         Untuk mengukur kedalaman dan bentuk lesi misalnya sella turcica
         Untuk mengidentifikasi adanya batu ( dikandung empedu)

         Untuk mengidentifikasi adanya batu ( dikandung empedu)
         Menentukan bentuk dan kedalaman corpus alienum
         Untuk menentukan kontur ginjal
         Untuk pemeriksaan IVP yang persiapannya kurang baik
         Untuk menentukan besar dan kedalaman tumor

Teknik Lokalisasi Lesi
            Diperlukan plan foto AP(PA) dan Lateral
            AP untuk menentukan sentarsi dan lateral untuk menentukan kedalaman lesi ( ketinggian fulcrum)

Posisi Pasien
            Diusahakan posisi objek // dan lebih dekat dengan film baik dari AP dan lateral
            Sentrasi sinar diarahkan tepat denga lesi berpedoman pada plan foto AP dan Lat
            Selanjutnya tentukan ketinggian fulcrum dengan mengukur letak lesi dari meja pemeriksaan
            Tentukan gerakan tabung ( linear atau multidirectional)
            Identifikasi khususnya ketinggian fulcrum
            Pengambilan tomogram beberapa kali
            Besar penyudutan tabung ( sudut yang dibentuk oleh T1 sampai T3) akan mempengaruhi tebal tipisnya lapisan yang tergambar dikenal dengan plan of cut

Layer Thickness
            Tebal tipisnya lapisan yang tergambar tergantunga dari:
            Besar kecilnya sudut pergerakan tabung  sudut besarà lapisan tipis, sudut pergerakan kecil à lapisan tebal
            Tergantung dari jarak pbjek-filmà makin pendek jarak objek film makin tebal laipsan yg tergambar
            Makin pendek FFD makin tipis lapisan yang tergambar

Ilustarsi layer thickness

 Korelasi Penyudutan tabung dan Lapisan yang tergambar
( Slice thickness)
 Penyudutan tabung           Lapisan yang tergambar
     500                                                                         1,4 mm
    400                                                                          1,75 mm
     300                                                                         2,3 mm
     100                                                                         7,0 mm
                                    ZONOGRAM
        50                                                                          14 mm
      2,50                                                                                  28 mm

Zonografià Teknik tomografi menggunakan tomographic angel dibawah 10 derjat

Faktor Eksposi
            Waktu eksposi untuk tomografi pada umumnya lebih panjang dari radiografi biasa
            Besaran mA kecil
            Kontras foto rendah
            Tergantung waktu pergerakan tabung

Dosis  Radiasi
            Tomogram biasanya paling sedikit diambil 3 kali eksposi
            Dosisi yang diterima pasien elatif lebih tinggi dibandingkan dengan radiografi biasa
            Menurut Meredith dan Massey setiap kali eksposi  diformulasikan sbb:
Dosis eksposi =    P x KV2 x mAs
                                                   D2
P = 15 untuk radiografi

Upaya untuk mengurangi dosisi radiasi untuk pasien

            Teknik tomografi dan faktor eksposi harus akurat sehingga tidak mengulangi pemotretan
            Pasien harus benar benar diam waktu pemotretan
            Menentukan lokalisasi lesi dan dibuat plan foto
            Membatasi luas lapangan penyinaran
            Menggunakan kombinasi film dan screen fast speed
            Kalau memungkinkan dan tepat menggunakan  kaset multiseksi

Identifikasi gambar

            Yang paling sederhana memberikan nomor radioopak pada setiap ketinggian fulcrum ( slice)
            Menggunakan segitiga radiolusen dan nomor opak ( seperti dalam gambar dibawah)

Multisection Tomography
            Teknik tomografi yang dpt menghasilkan beberapa lapisan tubuh ( 3 atau 5)pada beberapa buah film  dengan hanya satu kali eksposi, menggunakan kaaet multiseksi

Rumus
       SF  =  LT . ( A + B)
                                  A
LT = Separation of body layer
SF = Separation of film
A= Jarak fokus fulkrum
B =Jarak fulkrum film
T1 = Kedudukan x ray tube awal
T3= Kedudukan x ray tube akhir

Keuntungan dan Kelemahan Multisection Tomography
            Dosis radiasi sedikit
            Menghemat waktu kerja
            Beban tabung relatif rendah
            Gambaran dihasilkan dalam keadaan yang sama
            Apabila pasien bergerak maka seluruhnya gagal (kelemahannya)

Approximate Levels (Perkiraan Ketinggian Fulkrum)

Transverse Axial Tomography (CT Scan )

Perkembangan Tomografi

Pokok Bahasan 6.
TEKNIK RADIOGRAFI MAMMOGRAFI

a.        Pengertian
Mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae (payudara) dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif atau tidak untuk menegak kandiagnosa

GAMBAR MAMMA AP

b.       Tujuan
Tujuan umum untuk melihat susunan anatomis dan patologis.
Tujuan khusus untuk melihat sol abnormal.

Prinsip Mammografi

Indikasi
• Screening Test
• Karsinoma (Ca)
• Fibroma
• Benjolan pada payudara
• Sumbatan

c.         Prosedur
Persiapan Pasien
1.         Informasi dan komunikasi yang baik dan jelas tentang pelaksanaan pemeriksaan
2.         Mengganti pakaian dan melepas benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.

Persiapan Alat
1.         Mammografi Unit
·           Anoda Mo
·           Kaset khusus : Singgle screem
·           Ada Conus
·           Filter : Mo

2.         Film khusus mammografi
·           Non Screen
·           High Definition

Tujuan
·           Menghindari dosis radiasi yang diterima pasien melampaui batas yang diijinkan.
·           Menghindari kerusakan organ tubuh lain yang peka terhadap radiasi.

Tindakan
·           Dilakukan hanya bila ada perintah dokter.
·           Luas lapangan seminimal mungkin.
·           Bekerja seteliti mungkin.

Prosedur Pemeriksaan
1)        Mediolateral

Posisi Pasien
Recumbent dan sedikit oblique ke posterior

Posisi Obyek
·      Bagian mamae yang difoto dekat kaset.
·      Mammae diletakkan di atas kaset dengan posisi horizontal.
·      Lengan posisi yang difoto di atas sebagai ganjal kepala.
·      Lengan lain menarik mamae yang tidak difoto ke arah mediolateral agar tidak  superposisi dengan lobus lain.

Central Ray
Vertikal/tegak lurus/medio lateral

Central Point
Pertengahan mamae
FFD
Sedekat mungkin (konus menempel mamae), bila perlu kontak
NB : teknik soft tissue teknik

2)        Superoinferior

Posisi Pasien
Duduk/erect

Posisi Obyek
·          Mammae diletakkan diatas kaset.
·          Film diatur horizontal.
·          Tangan sebelah mammae yang difoto menekan kaset kearah dalam posterior dan tangan lain di belakang tubuh
·          Sebaiknya dengan sistem kompresi (mengurangi ketebalan mamae agar rata & tipis)
·          Kepala menoleh kearah yang berlawanan

Central Ray
Vertikal/tegak lurus

Central Point
Pertengahan mamae

FFD
35–40 cm
NB : teknik soft tissue teknik

3)        Aksila
Tujuan : untuk melihat penyebaran tumor pada kelenjar aksila.

Posisi Pasien
Erect

Posisi Obyek
·     Dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan posterior 15 – 300 sehingga sedikit oblique.
·     Obyek diatur ditengah film.
·     Film vertikal pada tepi posterior.
·     Batas atas film pada costae 11-12.
·     Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala, lengan yang tidak difoto di samping tubuh.

Central Ray Horisontal/tegak lurus

Central Point 5 cm di bawah aksila
FFD : 35–40 cm

VIII.  REFERENSI
Christensen, radiographic and positioning
KC Clark, radiographic and positioning
Philliph Balinger, radiographic and positioning

IX.         LAMPIRAN
1.        Skenario simulasi
2.        Panduan praktik lapangan
3.        Kerangka acuan PKL

No comments:

Post a Comment