Wednesday, 25 January 2012



MATERI INTI 2
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI DENGAN BAHAN KONTRAS


I.          DESKRIPSI SINGKAT
Materi membahas tentang prosedur dan tindakan pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras pada tractus urinarius, digestivus khususnya biliary system, organ-organ reproduksi dan pemeriksaan radiografi pada pembuluh darah arteri ( angiografi ).

II.           TUJUAN PEMBELAJARAN

A.      Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan melakukan tindakan teknik pemeriksaan dengan bahan kontras

B.       Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1.   Melakukan pemeriksaan radiografi traktus urinarius.
2.   Melakukan pemeriksaan radiografi traktus digestivus.
3.   Melakukan pemeriksaan radiografi cholecystografi/ billiari sistem.
4.   Melakukan pemeriksaan radiografi HSG.
5.   Melakukan persiapan pemeriksaan USG.
6.   Melakukan pemeriksaan radiografi pada tindakan pemasangan pacemaker/ kateterisasi.
7.   Melakukan pemeriksaan radiografi PTC/ APG/ RPG/ T.Tube/ ERCP/ PTCD.

III.        POKOK BAHASAN
Dalam  modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Pemeriksaan Radiografi traktus urinarius.
Sub Pokok Bahasan :
a.   Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur

Pokok Bahasan 2. Pemeriksaan radiografi traktus degestivus.
Sub Pokok Bahasan :
a.   Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur

Pokok Bahasan 3. Pemeriksaan Radiografi cholecystografi/ billiari sistem.
Sub Pokok Bahasan :
a.   Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur

Pokok Bahasan 4. Pemeriksaan Radiografi HSG.
Sub Pokok Bahasan :
a.   Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur

Pokok Bahasan 5. Persiapan pemeriksaan USG.

Pokok Bahasan 6. Pemeriksaan Radiografi pada tindakan pemasangan pacemaker/ kateterisasi.
Sub Pokok Bahasan : 
a.    Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur

Pokok Bahasan 7. Pemeriksaan Radiografi  PTC/ APG/ RPG/ T.Tube/ ERCP/ PTCD.
Sub Pokok Bahasan :
a.    Pengertian
b.   Tujuan
c.    Prosedur

IV.        METODE  PEMBELAJARAN
·      CTJ
·      Curah pendapat
·      Simulasi
·      Praktik Lapangan

V.           MEDIA DAN ALAT BANTU
·      Bahan tayangan (Slide power point)
·      Laptop
·      LCD
·      Flipchart
·      White board
·      Spidol (ATK)
·      Skenario simulasi
·      Panduan praktik lapangan
·      Kerangka acuan PKL

VI.        LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian Peserta

Langkah Proses Pembelajaran sbb:
·      Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri
·      Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan bahan tayangan
·      Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas dengan metoda curah pendapat atau meminta beberapa peserta/relawan untuk menjawabnya

Langkah 2. Pembahasan materi

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
·          Fasilitator menjelaskan tentang pengertian, tujuan dan prosedur dari pemeriksaan radiografi traktus urinarius, traktus digestivus, cholecystografi/ billiari sistem, HSG, persiapan pemeriksaan USG, pemeriksaan radiografi pada tindakan pemasangan pacemaker/ kateterisasi, dan pemeriksaan radiografi PTC/ APG/ RPG/ T.Tube/ ERCP/ PTCD, menggunakan bahan tayangan, dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi, praktek lapangan dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses pembelajaran.

 


Langkah 3. Simulasi

Langkah Proses Pembelajaran Sebagai Berikut:

·      Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok.
·      Fasilitator menjelaskan tata tertib simulasi
·      Fasilitator membagikan materi dan skenario simulasi
·      Seluruh peserta melakukan simulasi secara berkelompok.
·      Setiap kelompok mensimulasikan materi yang dibagikan.
·      Fasilitator melakukan evaluasi hasil kerja kelompok.

Langkah 4. Penutup, Umpan Balik dan Rangkuman

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
·      Fasilitator merangkum atau melakukan pembulatan tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi/ umpan balik. Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh peserta.

VII.     URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TRAKTUS URINARIUS

a.        Pengertian
Pemeriksaan Traktus Urinarius adalah teknik pemeriksaan radiografi dalam menilai traktus urinarius mulai dari anatomi, fisiologis jaringan sampai morfologi dengan memakai bahan kontras secara intravena.

b.       Tujuan
a.         Menilai Abdomen secara Umum
b.        Menilai fungsi eksresi ginjal.
c.         Menilai morfologis dari struktur pelvio-kalises sistem.
d.        Menilai ureter
e.         Menilai Blass
f.          Menilai kemampuan miksi.

c.        Prosedur
Persiapan sebelum pemeriksaan
Sewaktu pasien datang diharuskan memeriksa kadar ureum & creatinin, ureum normal ± 40 mg%, creatinin normal, kemudian diharuskan persiapan sbb:
Dirumah:
·      General abdomen preparation
·      Cairan dikurangi ± 10 s/d 12 jam, jangan minum terlalu banyak

 Diradiologi:
·      Vesica urinaria harus kosong sebelum pemeriksaan dilakukan
·      Ditanya tentang sensitivitas terhadap kontras media (obat-obatan)

Prosedur Teknik Radiografi
Prosedur Teknik Radiografi yang dilakukan adalah :
1.         Prosedur Teknik Radiogarfi Intra Venous Pyelografi ( IVP )
Prosedur Persiapan Pasien
·     Pasien mengganti pakaian dengan baju pemeriksaan yang telah disiapkan.
·     Dibuat plain foto BNO (preliminary film) dengan batas atas pross. Syphoideus, batas bawah termasuk symphisis pubis, batas lat. dinding abdomen
·     Disuntikkan bahan kontras
·     Photo diambil setelah 5”, 10”, 20”, 30”, post injeksi, PV bila diperlukan dibuat foto 60” s/d 120” post injeksi
·     5”, 10” film 24 x 30 melintang dengan compresion band
o           Batas atas: pross syphoideus
o           Batas bawah: crysta iliaca
·     20” film 35 x 43 compresion band dilepas
o           Batas atas: pross syphoideus
o           Batas bawah: symphisis pubis
·     Faktor exposi
o           KV: 70 – 73 dengan mAS: 10 – 12.5
o           Bucky: ya
o           Exposi diambil dalam ekspirasi tahan nafas
·     Posisi pasien tidur terlentang / supine dengan pertengahan tubuh ditengah meja
·     30” film 35 x 43 posisi pasien telungkup / prone, bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk telungkup foto dilakukan tetap dalam keadaan terlentang / supine

2.         Prosedur Teknik Radiografi Cystogram
Pengertian
Retrograde cystografi merupakan salah satu pemeriksaan traktus urinarius yang dikhususkan untuk memeriksa bagian vesica urinaria ( kandung kemih ) dan uretra, dengan cara memasukan suatu bahan kontras yang dimasukan melalui uretra, dengan mengunakan kateter atau langsung menggunakan spuit.

Tujuan
Ada beberapa tujuan dilakukannya pemeriksaan Retrograde Cystografi, berikut tujuan-tujuan tersebut :
-            Untuk melihat anatomi dari vesica urinaria beserta dengan fungsi fisiologinya.
-            Untuk melihat apakah ada kelainan fungsi dari vesica urinaria dan uretra.
-            Untuk melihat adakah massa atau batu didalam vesica urinaria dan uretra.

Prosedur Persiapan Alat dan Bahan
Berikut alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan retrograde cystografi :
·     Pesawat Rontgen dan Fluoroscopy                  
·     Disposable cateter
·     Cateter connection
·     Plesterpas Alcohol

Prosedur Persiapa
n Pasien
Selama ingin dilakukan pemeriksaan retrograde cystografi, pasien tidak mempunyai persiapan-persiapan khusus. Tetapi sebelum dilakukan pemeriksaan retrograde cystografi pasien terlebih dahulu dipasang kateter di bagian urologi. Sebelum dilakukannya pemeriksaan retrograde cystografi alangkah baik nya vesica urinari nya di kosongkan. Bila di permintaan tersebut tertulis BNO – CYSTOGRAFI maka di buat foto pendahuluan BNO POLOS, bila dipermintaan tersebut tidak ada bacaan BNO – CYSTOGRAFI maka langsung saja dilakukan pemeriksaan cystografi. Foto harus mencangkup distal ureter dan prostate pada pasien laki- laki.

Prosedur Pemasikan bahan kontras radiografi
Vesica urinaria pasien terlebih dahulu dikosongkan dengan cara klem kateter dibuka, maka urin akan keluar dan ditampung dengan alat penampung. Setelah itu kontras media yang sudah ada didalam spuit di suntikan melalui kateter, kemudian kateter di klem dan dilekatkan pada paha pasien.

Prosedur teknik pemeriksaan Cystografi
Posisi rutin yang biasa dilakukan untuk pemeriksaan retrograde cystografi adalah AP, Oblique kiri dan kanan, Lateral dilengkapi dengan voiding cystografi, untuk foto voiding cystografi jarang dilakukan dan tergantung pada prosedur tiap rumah sakit atau tergantung permintaan dokter radiologi atau radiolog.
a)        Posisi AP 
Tujuan pembuatan posisi AP pada pemeriksaan retrograde cystografi adalah untuk melihat vesica urinaria dan proximal urethra.Tuju

b)       Posisi Oblique kiri dan kanan 
1.   RPO 40 – 60 derajat 
2.   Kaki yang dekat meja fleksi pada genu 
3.   Kaki yang jauh ke meja di abdusikan 

Oblique Kanan                                                                              



                              
 Oblique Kiri




c)        Posisi Lateral
Tujuan posisi lateral untuk menggambarkan bagian anterior, posterior dan dasar dari vesica urinaria.
CR : vertical dengan pasien lateral recumbent atau cr horizontal dengan pasien supine. 

Kriteria Gambar
·        ujung distal ureter vesica urinaria dan bagian proksimal uretra pasien laki – laki harus tercakup.
·        Pada posisi AP os pubis terproyeksi di bawah vesica urinaria.
·        Pada posisi oblique paha bagian proximal tidak superposisi dengan vesica urinaria.
·        Pada posisi lateral
o         Tulang panggul dan kedua femur superposisi
o         Vesica urinaria dan ureter distal tergambar melalui pelvis

3.         Prosedur Teknik Radiografi Uretrogram

        a. Pengertian :

Teknik pemeriksaan uretrogram adalah pemeriksaan radiografi ureter dengan bahan kontras.uretra.

        b. Tujuan  :
Memperlihatkan ada tidaknya  kelainan ada tidaknya kelainan anatomis dan fisiologi uretra.

        c. Prosedur :

Pokok Bahasan 2.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TRAKTUS DEGESTIVUS

a.   Pengertian
Pemeriksaan Radiologi Konvensional dengan Kontras pada Saluran Cerna adalah pemeriksaan traktus digestivus dengan pemberian kontras intralumen untuk mengetahui keadaan anatomi radiologi organ tersebut, yang meliputi esofagus, lambung, duodenum, usus halus dan kolon.

Prosedur Persiapan umum
1.    Mengurangi jumlah makanan
2.    Puasa 4 – 6 jam sebelum pemeriksaan tergantung pada  kondisi   dan umur.
3.    Tanpa laksan

Prosedur Pemeriksaan untuk memperlihatkan kelainan pada taktus digestifus adalah :
a.    Oesophagografi
b.   Mag duodenum
c.    Colon in loop
d.   Appendicogram

a.    Oesophagografi

Pengertian
Teknik Pemeriksaan Radiografi khusus untuk melihat oesophagus dan pharynx dengan menggunakan media kontras positif.

Tujuan 
Mengetahui kelainan fungsi dan anatomi pada oesophagus dan pharynx.

Prosedur Pemeriksaan:
Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus, kecuali dilanjutkan untuk pemeriksaan Maag dan Duodenum.
Berikan penjelasan pada pasien ttg pemeriksaan yang akan dilakukan.

Persiapan Alat & Bahan 
·       Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
·       Baju Pasien
·       Gonad Shield
·       Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
·       Grid 
·       X-Ray marker 
·       Tissue / Kertas pembersih
·       Bahan kontras
·       Air Masak
·       Sendok / Straw ( pipet )

Prosedur Pemeriksaan 

ü     Proyeksi AP/PA 
o     Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari oesophagus
o     Faktor teknik :
§            Film 30 x 40 cm memanjang
§            Moving / Stationary Grid
§            Shielding : region pelvic
§            Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1 
§            Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
o     Posisi Pasien : Recumbent / erect
o     Posisi Object : 
§            MSP pada pertengahan meja / kaset
§            Shoulder dan hip tidak ada rotasi
§            Tangan kanan memegang gelas barium Tepi atas film 5 cm di atas shoulder
o     CR : Tegak lurus terhadap kaset
o     CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 ) / 7,5 cm inferior jugular notch
o     FFD : 100 cm
o     Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o     Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium 
§            Catatan :
§            Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose
§            Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
o     Kriteria radiograf :
§            Struktur : Oesophagus terisi barium
§            Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint simetris )
§            Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran
§            Faktor eksposi :
-            Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus superimposed dengan th-vertebrae
-            Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.


ü     Proyeksi Lateral 
o   Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari oesophagus
o     Faktor teknik : 
§       Film 30 x 40 cm memanjang 
§       Moving / Stationary Grid 
§       Shielding : region pelvic
§       Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
§       Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1 
o     Posisi Pasien : Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik )
o     Posisi Objek :
§   Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi, elbow flexi 
§       Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset. 
§       Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
§       Tangan kanan memegang gelas barium 
§       Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
o     CR : Tegak lurus terhadap kaset
o     CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
o     FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
o     Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o     Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium
§       Catatan : 
-             Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose
-             Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
o     Kriteria radiograf :
§  Struktur : Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan jantung
§       Posisi :
-             True lateral ditunjukan dari superposisi kosta Posterior.
-             Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
-             Oesophagus terisi media kontras. 
§       Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran
§       Faktor eksposi : 
-        Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi dengan kontras.
-    Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

ü     Proyeksi  RAO (Right Anterior Oblique) 
o     Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari oesophagus
o     Faktor teknik :
§       Film 30 x 40 cm memanjang
§       Moving / Stationary Grid
§       Shielding : region pelvic
§       Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
§       Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
o     Posisi Pasien : Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik)
o     Posisi Objek :
§       Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi prone dengan sisi kanan depan tubuh menempel meja / film.
§       Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi di depan kepala pasien, memegang gelas barium, dengan straw pada mulut pasien.
§       Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
§       Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
o     CR : Tegak lurus terhadap kaset
o     CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
o     FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
o     Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o     Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium 
§       Catatan : 
-             Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose
-             Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
o     Kriteria radiograf :
§       Struktur : Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan jantung (RAO menunjukan gambaran lebih jelas antara vertebrae dan jantung dibandingkan LAO)
§       Posisi :
-             Rotasi yang cukup akan menampakkan oesophagus diantara C. Vert. & Jantung, jika oesophagus superimposed diatas spina, rotasi perlu ditambah.
-             Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
-             Oesophagus terisi media kontras.
§       Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran
§       Faktor eksposi :
-             Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi dengan kontras.
-             Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

ü     Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)
o     Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari oesophagus
o     Faktor teknik :
§       Film 30 x 40 cm memanjang
§       Moving / Stationary Grid
§       Shielding : region pelvic
§       Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
§       Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1 
o     PP : Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik )
o     Posisi Objek :
§       Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh menempel meja / film
§       Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala pasien, memegang gelas barium, dengan straw pada mulut pasien.
§       Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
§       Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja 
§       Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
o     CR : Tegak lurus terhadap kaset
o     CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
o     FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
o     Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o     Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium 
§       Catatan : 
-             Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose 
-             Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
o     Kriteria radiograf :
§       Struktur : Oesophagus terisi barium terlihat diantara sekitar hilus paru dan C.Vertebral
§       Posisi : Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus, esophagus terisi media kontras.
§       Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran
§       Faktor eksposi :
-       Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi dengan kontras, menembus bayangan jantung.
-    Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

b.   Maag Duodenum
Pengertian
Adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan media kontras (positif dan negatif) untuk menampakkan kelainan pada lambung.
Biasanya merupakan pemeriksaan satu paket dengan Oesophagus dan Duodenum (OMD=Oesophagus Maag Duodenum).

Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan anatomi, fisiologi dan patologi maag duodenum.

Prosedur:
Persiapan Pasen
1.  Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan ( kooperatif )
2.  2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah pembentukan gas akibat fermentasi
3.        Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam sebelum pemeriksaan
4.        Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat – obatan yang mengandung substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi,dll.
5.        Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara bila perlu diberikan zat laxative.
6.        Tidak boleh merokok ( nicotine merangsang sekresi saliva ) 
7.        Pasien diminta mengisi informed concent

Persiapan Alat dan bahan
1.        Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
2.        Baju Pasien
3.        Gonad Shield
4.        Sarung tangan Pb
5.        Kaset + film ukuran 30 x 40 cm, 30x40 cm.
6.        Bengkok
7.        X-Ray marker
8.        Bahan kontras barium sulfat
9.        Barium encer dengan air hangat (BaSO4 : air = 1:4)
10.    Kontras negative (tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dll).

Prosedur Teknik Pemeriksaan
a.    Prosedur Umum
1.        Foto "abdomen survey" bila diperlukan.
2.      Sekurang-kurangnya foto abdomen AP untuk mengetahui adanya tumor,   ileus paralitika / sumbatan sebagai foto pendahuluan.
3.    Test minum Bila ada disfagi, beri minum air putih. Bila tidak bisa menelan, maka "barium meal" ditiadakan.
4.        Kesadaran menurun. Tes kesadaran dan aktivitas kooperatif

Prosedur Pemeriksaan
1.    Single Kontras
o     Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto Polos Abdomen
o     Dilakukan persiapan pemeriksaan
o     Dibuat foto polos abdomen / dilakukan fluoroskopi hepar, dada dan abdomen.
o     Pasien diberi media kontras 1 gelas
o     Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent pasien minum dengan sedotan
o   Pasien diinstruksikan minum 2 – 3 teguk media contrast, dilakukan manipulasi agar seluruh mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat foto yang diperlukan
o     Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian penuh dari duodenum.
o     Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan sehingga seluruh aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat.

2.    Double Kontras
o     Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dsb untuk menghasilkan efek gas ( teknik lama, sisi sedotan dilubangi sehingga pada saat minum media kontras sekaligus udara masuk ke lambung.
o     Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk berguling – guling 4 – 5 putaran sehingga seluruh mukosa terlapisi.
o  Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi lambung ( lambung tidak relax )
o    Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama pada teknik single kontras.
o     Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah – daerah yang diinginkan.

Prosedur Proyeksi Pengambilan Gambar
1.        PA erect ( film 30 x 40 ) untuk melihat type dan posisi lambung
2.        Lateral erect untuk melihat space retrogastric kiri
3.        PA recumbent untuk melihat gastroduodenal surface
4.        PA Obliq ( RAO ) untuk melihat pyloric canal dan duodenal bulb
5.      Right Lateral Decubitus utk melihat duodenal loop, duodenojujunal junction dan retrogastric space
6.   AP Recumbent utk melihat bagian fundus terutama pada teknik double kontras, rotasi lateral untuk melihat lesi pada dinding anterior dan posterior, retrogastric portion dari jejunum dan illium 
7.     Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 250 – 300 untuk melihat hernia hiatal dan 10 – 15 derajat dan rotasi pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.

ü    Proyeksi PA (film 30 x40)
o     Fungsi : untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab pylorus lambung
o     Posisi Pasien : berdiri, prone menghadap kaset
o     Posisi Objek : MSP pada pertengahan meja / kaset. Batas Atas : Xyphoid ( Th 9-10 ), Batas Bawah: SIAS, diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.
o     CR : Tegak Lurus
o     CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.
§   Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi kekiri dari C. Vertebrae
§       Astenic : 2 inchi dibawah L2
§       Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum
o     Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
o     Kriteria Radiograf :
§       Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum
§       Body dan pylorus tercover
§  Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum.
§    Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada

ü    Proyeksi Lateral Erect (Lateral kanan)
o     Fungsi : memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel, tumor, ulkus gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.
o     Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan mengikuti kemiringan pasien
o     Posisi Objek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral, batas atas xyphoid, batas bawah crista iliaka
o     Central Ray : Tegak Lurus
o     Central Point : bulbus duodenum pada L1
§       Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane
§       Astenic : 2 inchi dibawah L1
§       Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1
o     FFD : 100 cm
o     Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
o     Kriteria Radiograf :
§       Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric, pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic
§       Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1
§       Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.

ü    Proyeksi LPO (Left Posterior Oblique)
o     Fungsi : bila digunakan double kontras akan dapat memperlihatkan dengan jelas batas antara udara dengan dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk GASTRITIS dan ULKUS
o     Posisi Pasien : pasien recumbent, punggung menempel kaset.
o     Posisi Objek : dari posisi supine dirotasikan 30 – 60 derajat dengan bagian kiri menempel meja, tungkai difleksikan untuk menopang, Batas atas :proc.xyphoideus, Batas bawah : SIAS
o     CR : Tegak Lurus
o     CP : pertengahan crista iliaca
§       Stenik : L1
§       Astenic : 2 inchi dibawah L1 mendekat mid line
§       Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1
§       FFD : 100 cm
§       Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
o     Kriteria Radiograf :
§ Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum, bulbus duodenum tanpa superposisi dengan pylorus
§       Fundud tampak tertempeli BaSO4
§     Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara
§  Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum.

ü    Proyeksi PA Oblique (RAO)
o     Posisi Pasien : recumbent, prone
o     Posisi Objek : Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 40 – 70 derajat dengan tepi depan MSP, lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan, knee joint flexi.
o     Central Ray : vertical tegak lurus
o     Central Point : daerah bulbus duodeni
§       Stenik : 1-2 inch dari L2
§       Asthenic : 2-5 inchi di bawah L2
§       Hiperstenic : 2-5 inchi di atas L2
o     FFD : 100 cm
o     Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
o     Kriteri radiograf :
§       Struktur ditampakkan : daerah lambung dan lengkung duodenum membentuk huruf C
§       Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi
§       Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan 
§       Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

ü    Proyeksi AP
o     Posisi Pasien : Supine
o     Posisi Objek : MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak ada rotasi
o     CR : tegak lurus dengan kaset
o     CP : pada L1 ( diantara xypoid dan batas bawah costae )
§       Stenik : L1
§       Asthenic : 2 inchi di bawah L1
§       Hiperstenic : 1 inchi di atas L1
o     FFD : 100 cm
o     Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
o     Kriteria radiograf :
§ Struktur ditampakkan : lambung dan duodenum, diafragma dan paru-paru bagian bawah
§       Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi
§       Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan
§       Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.
o      Catatan :
§   Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 25 – 30 derajat untuk melihat hernia hiatal.
§    10 – 15 derajat dengan rotasi pasien ke depan (sisi kanan dekat meja) untuk melihat gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.

c.    Colon in loop
Pengertian
Teknik pemeriksaan secara radiologi usus besar dengan menggunakan media kontras secara retrograde.
Tujuan
Mendapatkan gambaran anatomis, fisiologis dan patologis kolon untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit/kelainan-kelainan pada kolon.

Prosedur Pemeriksaan:
Prosedur Persiapan Pasien
o          48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
o          18 jam sebelum pemeriksaan (jam 3 sore) minum tablet dulcolax
o          4 jam sebelum pemeriksaan (jam 5 pagi) pasien diberi dulkolak kapsul per anus selanjutnya dilavement
o          Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
o          30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1 mg/oral untuk mengurangi pembentukan lendir 
o          15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi peristaltic usus.

Prosedur Persiapan Alat
o          Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy
o          Kaset dan film sesuai kebutuhan
o          Marker
o          Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube
o          Sarung tangan 
o          Penjepit atau klem
o          Spuit
o          Kain pembersih
o          Apron 
o          Tempat mengaduk media kontras 
o          Kantong barium disposable

Prosedur Persiapan Bahan
o          Media kontras BaSO4 = 70 – 80 % W/V ( Weight / Volume ), banyaknya sesuai panjang pendeknya kolon kurang lebih 600 – 800 ml dengan perbandingan 1: 8
o          Air hangat 
o          Vaselin atau jelly

Prosedur Teknik Pemeriksaan
1.        Metode Kontras Tunggal
·          Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras. 
·         Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden sampai daerah seikum.
·          Dilakukan pemotretan full fillng 
·          Evakuasi, dibuat foto post evakuasi

2.        Metode Kontras Ganda
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong barium melapisi kolon 
§       Selanjutnya dibuat foto full filling
§       Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang semua
§       Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta lokasinya.
§       Proyeksi PA, PA oblig & lateral (rectum)
§       Proyeksi AP, AP oblig (kolon transversum termasuk fleksura)
§       Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri (fleksura lienalis dan hepatica)

Prosedur Pengambilan gambar dan Proyeksi Pemotretan
ü     Proyeksi AP 
o     Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh tegak lurus meja, kedua tangan disamping tubuh dan kaki lurus
o     Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
o     CP : MSP setinggi Krista iliaka
o     CR : vertical tegak lurus kaset 
o     Kriteria Radiograf : seluruh kolon termasuk fleksura hepatica

ü     Proyeksi PA
o     PP : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn MSP tubuh tegak lurus meja, kedua tangan disamping tubuh & kaki lurus
o     PO : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
o     CP : pada MSP setinggi kedua Krista iliaka 
o     CR : vertical tegak lurus kaset 
o     Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura dan rectum
 

ü     Proyeksi RPO 
o     Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kanan 35-45 derajat terhadap meja, tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang didepan tubuh dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk untuk fiksasi
o     Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
o     CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka 
o     CR : vertical tegak lurus kaset
o     Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi disbanding PA, colon descenden

ü     Proyeksi RAO
o     Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan 35 – 45 derajat terhadap meja, tangan kanan lurus disamping tubuh, tangan kiri didepan kepala dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
o     Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
o     CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka 
o     CR : vertical tegak lurus kaset 
o     Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura hepatica sedikit superposisi disbanding PA, colon ascenden, sigmoid dan sekum

ü     Proyeksi LAO
o Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35 – 45 derajat terhadap meja, tangan kiri lurus disamping tubuh, tangan kanan didepan kepala dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk
o     Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas bawah: Simp.pubis
o     CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka
o     CR : vertical tegak lurus kaset
o     Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA, colon ascenden
ü     Proyeksi Lateral
o     Posisi Pasien : tidur miring dgn MSP sejajar kaset, genu sedikit fleksi untuk fiksasi
o     Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
o     CP : MSP setinggi SIAS
o     CR : vertical tegak lurus kaset
o     Kriteria Radiograf : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rekto sigmoid pada pertengahan radiograf


ü     Proyeksi LPO
o     Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35-45 derajat terhadap  meja, tangan kiri untuk bantalan, tangan kanan menyilang didepan tubuh dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi
o     Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Bats bawah: Simp.pubis
o     CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka
o     CR : vertical tegak lurus kaset 
o     Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid fleksura hepatica
o     Sedikit superposisi dibanding PA, colon ascenden, seikum.

d.   Appendicogram

b.  Tujuan


c.    Prosedur

Pokok Bahasan 3.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CHOLECYSTOGRAFI/ BILLIARI SISTEM

a.        Pengertian
Oral cholecystografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada sistem biliari dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif untuk menegakkan diagnosa.

b.       Tujuan
Teknik pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran anatomi, fisiologi dan patologi Billiary Sistem.

c.         Prosedur
Prosedur Persiapan Alat
·      Pesawat sinar-x
·      Kaset dan film 24 x 30
·      Gonad shield
·      Marker
·      Time marker
·      Tempat mengaduk kontras
·      Sendok
·      Gelas

Prosedur Pemberian dan Pemakaian Bahan Kontras
Media kontras dapat berupa :
1.      Biloptin(kapssul/granula/liquid)
2.      Solubiloptin (podwer sachet)
3.      Telepaque (tablet/podwer/liquid)
4.      Biliodyl (tablet)
5.      Orabilix
Bahan Kontras Radiografi di minum minimal 14 jam sebelum    pemeriksaan dilakukan

Prosedur Persiapan Pas
ien
·      Penandatangan Informed Consent.
·      Siang sehari seblum pemeriksaan, pasien diberikan makanan yang kaya simple fat.
·      Malam hari sehari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan rendah lemak.
·      Media kontras diberikan 3-4 jam setelah makan malam terakhir, dengan single dose 3 gram (tablet/kapsul/liquid).
·      Kontras media yang bisa diberikan dapat berupa telepaque (tablet/podwer/liquid), biliodyl (tablet) dan orabilix. Konsetrasi kontras maximal 10-12 jam setelah administrasi dan pemeriksaan dimulai.
·      Selain itu media kontras yang dapat dipakai yaitu biloptin (kapsul, solubiloptin (podwer sachet)

Prosedur Pemeriksaan  :
1.         Pembuatan Foto Polos sebagai foto pendahuluan pada daerah gall blader Foto diambil dalam posisi supine atau prone.
·     Fungsi foto polos:
·     Bila gall bladder tertutup material fases perlu dilakukan enema.
·     Bila gall bladder belum juga nampak, maka persiapan diulang 1 hari, kemudian pemeriksaan dilakukan keesokan harinya.
·     Posisi pemeriksaan yang dpt dilakukan adalah supine, prone, prone oblique, upright/erect, dan/atau lateral decubitus.
·     Posisi erect atau lateral decubitus, baik untuk menampakkan small stone pada lapisan fundus gall bladder.
·     Bila fundus superposisi dengan organ intestinal atau spine, recumbent PA oblique.
·     Untuk mencegah superposisi dengan costae, ekposure dilakukan pada akhir full inspiration.
·     Bila gall bladder berada pada iliac fossa, posisi supine akan menampakkan organ gallblader lebih superior, atau CR chepalic angulation.

2.         Prosedur Teknik Radiografi PA (Foto Polos Abdomen atas)
Posisi Pasien : prone
Posisi Obyek
·     Kepala diberi bantal.
·     Kedua tangan di samping kepala.
·     Tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle.
·     Setengah bagian kanan tubuh berada pada pertengahan kaset (sthenik) dan gallblader lebih horizontal, 5 cm lebih tinggi dan lateral untuk hypersthenik, untuk asthenic gallblader vertikal dan 5 cm lebih rendah dan dekat midline.

Central Ray :Vertikal/tegak lurus
Central Point ; Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
FFD : 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.

3.         PA Oblique (LAO)
Posisi Pasien : Prone
Posisi Obyek
·     Seperempat tubuh bagian kanan dipertengahan meja.
·     Tangan kiri di samping tubuh dan tangan kanan ditekuk di kepala.
·     Untuk sthenic/hypostenic penyudutan badan 20- 250dengan meja pemeriksaan.
·     Untuk hyperstenic penyudutan badan 15-200 dengan meja pemeriksaan.
·     Untuk asthenic penyudutan badan 35-400 dengan meja pemeriksaan.
·     Batas bawah kaset pada SIAS dan batas atas kaset pada diafragma.
Central Ray : Vertikal/tegak lurus
Central Point
Kurang lebih 7,5 cm kearah kanan dari Lumbal ke-3
FFD : 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.

4.         Right Lateral Decubitus (Proyeksi PA)
Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke arah kanan
Posisi Objek
• Kepala pada bantal
• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
• Kedua knee ditekuk semaksimal mungkin.
• Gallblader pada pertengahan kaset.
• Tidak ada rotasi pada pelvis.
• Pastikan shoulder dan hip true lateral.

Central Ray : Horizontal/tegak lurus
Central Point : Titik tengah bagian kanan abdomen ( Daerah gall balader )

FFD : 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.

5.         PA (Erect)
Posisi Pasien : Erect menghadap kaset
Posisi Objek
• Atur 5 cm ke kanan dari MSP pada pertengahan kaset.
• Untuk tipe asthenic rotasikan tubuh 10-150.
• Kedua lengan di samping tubuh.

Central Ray : Horizontal/tegak lurus
Central Point : Pada titik tengah daerah gallblader .
FFD : 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.

Prosedur  Pemeriksaan alternatif ( sesuai permintaan dokter spesialis Radiologi)
1)        AP Oblique (RPO)
Posisi Pasien : Supine
Posisi Obyek
·      Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan.
·      Kedua lengan difleksikan di atas kepala.

Central Ray : Vertikal/tegak lurus
Central Point : Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar 7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi superior).
FFD : 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.

2)        Right Lateral
Posisi Pasien : Tidur miring dan sisi sebelah kanan menempel meja pemeriksaan

Posisi Obyek
• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
• Kedua knee juga difleksikan semaksimal mungkin.
• Tidak ada rotasi pada pelvis.
• Pastikan shoulder dan hip true lateral.

Central Ray : Vertikal/tegak lurus
Central Point : Antara lumbal ke-1–5 (sekitar lumbal ke-3)
FFD : 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.

Pokok Bahasan 4.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI HSG

a.        Pengertian
Hysterosalpingography adalah pemeriksaan secara radiografi untuk menilai alat reproduksi wanita yaitu cervix, uterus, dan kedua tuba secara anatomis dengan menggunakan kontras media, memasukkan kateter kedalam uterus melalui kateter atau alat khusus untuk pemeriksaan HSG.

b.       Tujuan
Memperlihatkan struktur kandung kemih serta struktur infra vesica dan organ-organ sekitarnya.

c.         Prosedur
Prosedur Persiapan Pasien
·      Tanyakan bagaimana siklus menstruasi pasien.
·      Beritahu pasien untuk tidak melakukan hubungan badan sebelum melakukan pemeriksaan.
·      Pasien buang air kecil untuk mengkosongkan blass.
·      Melepaskan benda-benda logam yang dapat menggangu gambaran pada daerah yang akan diperiksa.
·      Penandatanganan Informed Consent.

Prosedur Persiapan Alat dan Bahan
1.         Steril
§      HSG Set
-       Speculum
-       Portubator
-       Portio tang
-       Uterus sonde
-       Conus
-       Spuit
§      Media kontras Iodine compuond water saluble ( Urografin )
-       Cutton
-       Steril duk
-        Aquadest /NaCl
2.         Non Steril
-       Pesawat sinar-x
-       Kaset dan film 24 x 30
-       Lampu Sorot
-       Marker

Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) ada dua yaitu HSG Set dan HSG Kateter. Waktu yang optimum untuk melakukan HSG ialah pada hari ke 9 -10 sesudah haid muIai. Pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus sifatnya tenang. Bilamana masih ada pendarahan, dengan sendirinya HSG tak boleh dilakukan karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah balik.

Prosedur Teknik Pemeriksaan
1)   AP Plain (Uterine cavity)
Posisi Pasien Supine dan lytotomy pada saat pemasasangan HSG  Set setelah terpasang pasen kembali diposisikan supine.

Posisi Obyek
·  MSP pada pertengahan kaset.
·  Tangan berada di samping tubuh.
·  Tidak ada rotasi pada pelvis. 
Central Ray : Vertikal/tegak lurus terhadapa kaset.
Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan fluoroscopy untuk memperlihatkan jalannya bahan kontras pada saat disunsikan.

Central Point : 5 cm proximal simpisis pubis
.
Pemasangan kaset dengan posisi portrait pada Spot film devise dilakukan eksposi sesuai dngan aba-aba dokter yang memeriksa
Ekspose : Tahan nafas pada saat pasien ekspirasi.

2)   AP Post Kontras : 5 cc
Keterangan:
1.Uterine tube
2.Normal contras
3.Body of uterus
4.Speculum

3)   AP Oblique (RPO dan LPO) Post Kontras : 3-5 cc

4)   AP Post Miksi/Post Void

Teknik Radiografi HSG dengan kateter
Persiapan Alat
§      Steril
-   Kateter dengan ukuran 8 dan 10
-   Korentang
-   Spekulum
-   Long forcep
-   Colby adaptor
-   Extention tube
-   Balon kateter
-   2 way stopcock
-   Media kontras
-   Spuit 20 cc dan 3 cc
-   Duk dan handscoen
-   Kassa steril
-   Obat antiseptic
-   Larutan desinfektan (alcohol, betadine)
-   Bengkok
-   Mangkuk

§      Non Steril
-   Pesawat sinar-x
-   Kaset dan film 24 x 30
-   Marker
-   Media kontras
-   Iodium water-soluble lebih baik dari oil soluble (yoder)
-   Media kontras positif berisi :
a.      Meglumine Diatrizoate
b.      Sodium Diatrizoate
Contoh : Urografin 60%

Prosedur Pemasukkan Media Kontras

·      Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina dibersihkan dengan desinfektan. Diberikan juga obat antiseptic pada daerah cervix.


·      Speculum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan cateter masuk. Bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadine, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
·      Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter. Sebelumnya kateter diisi terlebih dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.
·      Dengan bantuan long forceps, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa.
·      Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara ostium interna dan ostium externa. Balon ini harus terkait erat pada canalis servicalis, kemudian speculum dilepas.
·      Pasien diposisikan di tengah meja pemeriksaan, dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 5 ml atau lebih.
·      Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil spot film radiografnya.
·      Balon dikempiskan dan cateter dapat ditarik secara perlahan.
·      Daerah vagina dibersihkan.

Proyeksi Pemeriksaan H
SG Dengan Kateter
1)        AP Plain
2)        AP Post Kontras
3)        AP Oblique Post Kontras (RPO dan LPO)
4)        AP Post Miksi

Keterangan:
1. Tumpahan Spill
2. Uterus
3. Kateter

Pokok Bahasan 5.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN USG

Pengertian
Adalah salah satu imaging diagnostik yg menggunakan gelombang suara yg sangat tinggi, untuk pemeriksaan organ-organ tubuh yg dapat diletahui bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungannya dg jaringan lain disekitarnya.

Pemeriksaan USG ini dapat dilakukan dengan cepat, aman, tidak mempunyai efek samping, relatif mudah dan relatif murah.

Pemeriksaan USG : non invasif (tidak mempunyai efek samping).
         non traumatic (tidak menimbulkan rasa sakit).
  non radiatif (tidak menggunakan radiasi).
Ultrasound ( ultrasonic ) : gel suara dengan frekuensi tinggi, 1 – 10 MHz
                               ( 1 – 10 juta Hz ).
Gelombang suara yang bisa didengar oleh manusia : 20 – 20.000 Hz.
Gelombang suara : gelombang longitudinal yang arah getarnya sejajar dengan arah rambat bunyi.
Semakin padat suatu media maka semakin cepat kecepatan suaranya.
Sifat dasar ultrasonik : sangat lambat bila melalui media yang bersifat gas, dan sangat cepat bila melalui media padat (seperti : tulang).
Gelombang suara melalui suatu media maka akan terjadi atenuasi, yang merupakan proses atau peristiwa pengurangan/melemahnya intensitas suara selama melewati media tersebut.

SEJARAH USG :
§      Pertama kali ultrasound digunakan sesudah perang dunia pertama, dalam bentuk radar atau teknik sonar ( = sound navigation and ranging ) oleh Langevin th 1918 utk mengetahui adanya ranjau-ranjau atau adanya kapal selam.
§      Tahun 1880, Curie brothers menemukan prosedur cara mendeteksi frekuensi tinggi dari gelombang suara.
§      Tahun 1937, teknik ini mulai digunakan utk pemeriksaan taringan tubuh, tetapi hasilnya belum memuaskan.
§      Tahun 1952, Hoery dan Bliss berhasil dengan baik melakukan pemeriksaan USG hati dan ginjal.
§      Tahun 1981, Indonesia sudah melakukan pemeriksaan USG.
§      Diluar negeri yang melakukan pemeriksaan USG disebut sonografer, pendidikannya dari senior high school (SMA) + 3 tahun atau dari radiografer = 1 tahun. Setelah tamat disebut DMS (Diagnostic Medical Sonografer), kalau sudah diregister oleh profesinya disebut RDMS (Register Diagnostic Medical Sonografer).
§      Diagnostic Medical Ultrasound, yang mempelajari :
-       USG Abdomen.
-       USG Pelvic.
-       USG Obgyn
-       Small Part.
§      USG Doppler untuk vasculer.
§      USG Echocardiography untuk jantung.

Pedoman Pengambilan Gambaran :
·      Scanning Protocols.
·      Guidelines dari AIUM (American Institute Ultrasound Medical).

Komponen Utama Pesawat USG :
1.        PULSER : yaitu alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasound.
2.        TRANSDUCER : yaitu alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus sebagai recevier (penerima). Dalam fungsinya sebagai pemancar, transducer merubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran suara berfrekuensi tinggi. Fungsi recevier pada transducer merubah energi mekanik menjadi listrik.
3.        TABUNG SINAR KATODA : yaitu alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada tabung ini terdapat tabung hampa udara yang memiliki beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.
4.        PRINTER : yaitu alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran yang ditampilkan oleh tabung sinar katoda.
5.        DISPLAY : yaitu alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.
Prinsip Kerja Pesawat USG :
Generator pulsa (oscilator) berfungsi sebagai penghasil gelombang listrik, kemudian oleh transducer diubah menjadi gelombang suara yang diteruskan ke medium.
Apabila gelombang suara mengenai jaringan yang memiliki nilai akustik impedansi, maka gelombang suara akan dipantulkan kembali sebagai echo.
Didalam media (jaringan) akan terjadi atenuasi, gema (echo) yang lebih jauh maka intensitasnya lebih lemah dibandingkan dari echo yang lebih superficial. Dan untuk memperoleh gambaran yang sama jelasnya disemua lapisan diperkuat dengan TGC (Time Gain Compensator).
Pantulan gema akan ditangkap oleh transducer dan diteruskan ke amplifier untuk diperkuat. Dan gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
3 macam transducer :
§      Short ( S ) kode utk jarak tembus 1-5 cm.
§      Medium ( M ) kode utk jarak tembus 4 – 8 cm.
§      Long ( L ) kode utk jarak tembus 6 – 12 cm.

Komponen dari Transducer :
§      Kristal Piezo Elektrik, kristal ini mengalami perubahan bentuk jika diberi signal listrik yang menghasilkan gelombang suara.
§      Damping Element, terbuat dari tungstan campuran yang berfungsi untuk menyaring gema yang timbul dari kristal dan meningkatkan kualitas gambaran.
§      Matching Layer, terletak didepan transducer yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah gelombang ultrasoud yang ditransmisikan antara permukaan bahan dengan kristal.
§      Wire, alat yang menghubungkan pulsa listrik dengan kristal.

3 Macam Display Pada USG :
1)        Amplitudo – Mode ( A-mode ) : gambaran yg dihasilkan oleh mesin A-mode berupa satu dimensi. Gambarannya sangat sederhana, hanya berupa grafik dan saat ini tdk dipergunakan lagi.
2)        Brightness – Mode ( B-mode ) : gambaran yg dihasilkan berupa dua dimensi, pada layar monitor memperlihatkan gema sebagai suatu titik terang, terang gelapnya tergantung dari intensitas gema yang dipantulkan.
3)        Motion – Mode (M-mode), hasil gambaran.
Tujuan : menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pemeriksaan USG
Prosedur : Persiapan Bahan
1.    Gel ( sonic )
2.    Tissue )
3.    Air minum ( Aqua )
Alat Dan Bahan
a.   Data Teknis Pesawat USG
1.  Merk                    : Aloka
Type                    : SSD 245
Tegangan            : 220 volt
Frekwensi           : 50/60 Hz
Daya                    : 350 Watt
Buatan                 : Jepang
2.      Merk                    : Aloka
Type                    : SSD 1100
Tegangan            : 50/60 Hz
Daya                    : 500 Watt
Buatan                 : Jepang

b.   Perlengkapan Pesawat USG
1)        Monitor, berfungsi untuk menampilkan hasil pemeriksaan.
2)        Unit keyboard, untuk pengisian program awal seperti nama dan umur pasien, jenis pemeriksaan dan program pemeriksaan.
3)        Unit kamera, untuk merekam hasil pemeriksaan terhadap objek.
4)        Main switch (power), untuk menghidupkan dan mematikan pesawat.
5)        Gain kontrol, berfungsi untuk memperkuat atau memperlemah gema secara keseluruhan tanpa menghiraukan kedalaman gema itu berada.
6)        STC (sensitivity time control), pengatur kedalaman jangkauan gelombang ultrasonic.
7)        Dinamik fokus dengan tiga jenis pemilihan, untuk mengatur fokus pada layar monitor.
8)        Tombol M kursor, untuk memilih tampilan pada bentuk 3 scan mode yaitu B-mode, M-mode dan B/M-mode.
9)        Pemilih tampilan display, single atau double untuk penampilan gambar pada display.
10)    Tombol freeze untuk penghentian gambar sementara.
11)    Mark reference, terdiri dari cal x dan cal +, untuk mengukur besarnya massa.
12)    Tombol pembesaran 1,5 kali.
13)    Hand switch untuk membukan shutter camera fotografi.

c.    Tranduser
Yaitu alat pemancar dan penerima ultrasound yang disebut juga probe yang didalamnya terdapat kristal yang mempunyai kristal piezoelektrik. Pemilihan jenis tranduser harus disesuaikan dengan daerah dan lokasi pemeriksaan serta kedalaman organ yang diperiksan. Sebagai contoh untuk pemeriksaan payudara menggunakan jenis superficial linier dengan frekwensi 5 – 7 MHz.

d.  Jelly Khusus
Jelly ini berfungsi untuk menghilangkan udara yang ada diantara tranduser dan permukaan tubuh yang diperiksa serta untuk mengadaptasi bentuk permukaan tubuh yang tidak rata serta untuk memudahkan manipulasi tranduser dipermukaan tubuh. Jelly ini sering dinamakan jelly aquasonic.

Prosedur Pemeriksaan USG
Alur Pemeriksaan Pasien
Pasien → Loket → Ruang pemeriksaan
1.  Pasien mendaftarkan diri di Loket Radiologi dengan menyerahkan surat permintaan pemeriksaan dari dokter yang mengirim dan menyelesaikan administrasi. Pasien juga diberitahu hal-hal yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan
2.        Pasien menuju ruangan pemeriksaan yaitu kamar 10.
3.  Setelah dipanggil, pasien masuk ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan pemeriksaan
4.     Hasil pemeriksaan dapat diambil langsung di ruang pemeriksaan setelah hasil dibaca dan dianalisa oleh dokter.

Pokok Bahasan 6.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PADA TINDAKAN PEMASANGAN PACEMAKER/ KATETERISASI.

a.        Pengertian
Pemeriksaan intervensional jantung dan pembuluh darah jantung dengan menggunakan teknik fluoroscopy untuk pemasangan pacemaker.

b.       Tujuan


c.        Prosedur


Pokok Bahasan 7.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI  PTC/ APG/ RPG/ T.TUBE/ ERCP/ PTCD
Pemeriksaan Radiografi PTC
a.        Pengertian
Percutaneus Transhepatic Cholangiografi (PTC) adalah teknik lain yang dilakukan untuk pemeriksaan sistem empedu. Teknik ini digunakan untuk pasien yang memiliki sakit kuning (Jaundice). Pemeriksaan ini dilakukan dibawah control fluroscopic dengan tv monitor.

b.       Tujuan
Untuk mendapatkan gambaran DUKTUS BILLIARY dengan penyuntikan kontras media langsung ke dalam salah satu duktus dari tractus billiary ( biasanya duktus cysticus ) intra hepatik dengan menggunakan jarum CHIBA secara percutan di kontrol fluoroscopy serta menggunakan image intensifying dan TV monitor.

c.        Prosedur
Persiapan Pasien
·        Protrombin time dibutuhkan untuk mengetahui apakah duktus billiary dalam keadaan tidak normal.
·        Pasien tidak boleh makan dan minum selama 5 jam sebelum pemeriksaan.
·        Pasien harus buang air kecil (mixi) sebelum pemeriksaan dilakukan.
·        Persiapan di daerah abdomen untuk penyuntikan bahan  kontras.

Foto Pendahuluan
Pasien supine diatas meja pemeriksaan. Proyeksi yang digunakan adalah AP yang lebih cenderung ke bagian kanan, itu merupakan letak sistem billiary. Kaset yang digunakan adalah 24 x 30 cm dengan batas bawah sejajar dengan crista illiaca kanan.

Teknik Pemeriksaan
ü   Pasien supine di atas meja  fluoroscopy dengan tangan kanan di bawah kepala.
ü   Cek tekanan nadi, suhu tubuh, dan pernafasan pasien.
ü   Dengan kontrol fluoroscopy dicari lokalisasi penyuntikan yang tepat dan diberi tanda pada permukaan kulit.
ü   Sekitar tempat penyuntikan disterilkan dan ditutupi handuk berlubang.
ü    Suntikan anestesi lokal.
ü   Masukkan jarum jenis CHIBA yang bersifat lentur melalui intercostal space sebelah kanan dekat axilla yang menuju ke hilus hati.
ü   Jarum mengarah ke porta hepatis (dekat xypoid) masuk menembus jaringan hepar.
ü   Pemasukan kontras media di bawah kontrol fluoroscopy sampai ujung jarum tepat berada pada lumen duktus intrahepatik.
ü   pasien nafas perlahan – lahan agar jarum tidak merusak jaringan hepar.
ü   Jika jarum sudah masuk ke salah satu saluran, maka stilet ( tutup jarum ) dilepas. Untuk mengetes ketepatan posisi jarum:
Jika cairan empedu yang keluar a OK
Jika darah yang keluar a tidak OK
ü   Jika OK, jarum dihubungkan dengan spuit yang telah diisi kontras media lalu suntikan.
ü   Di bawah kontrol fluoroscopy jarum ditarik perlahan – lahan sehingga berada di dalam tractus billiary.
ü   Apabila kandung empedu membesar, cairan empedu harus diaspirasi dahulu sebelum penyuntikan kontras media.
ü   Kolimasi dibatasi, cukup mencakup gambaran tractus billiary dan CP diatur kembali.
ü   Buat foto, sehingga didapatkan gambaran yang optimal dari tractus billiary.
ü   Biasanya duktus billiary akan tampak jelas pada menit ke 45 dan menit ke 90 setelah penyuntikan kontras media.
ü   Bila memungkinkan sebaiknya dibuat foto dengan teknik ZONOGRAFI.
ü   Foto dilakukan dengan interval waktu 30 menit sampai kandung empedu tampak.
ü   Bila kandung empedu sudah tampak, maka dibuat foto – foto dengan posisi pasien sebagai berikut :
     - PRONE e melihat fundus kand. empedu
     - SUPINE e melihat collum kan. empedu &
                           HARTMANN’S POUCH         
     - ERECT e melihat batu kandung empedu
      
ü   Kontras media disuntikan dan dibuat foto – foto dengan menggunakan Tube Under Couch ( tube di bawah meja ).
ü   Kemudian kontras media dan cairan empedu diaspirasi kembali sebelum jarum ditarik keluar.
ü   Setelah jarum dikeluarkan, dibuat kembali foto – foto dengan posisi pasien:
     SUPINE, OBLIQUE, LATERAL,ERECT, & TRENDELENBERG.
ü   Bila pada pemeriksaan ini tampak duktus billiary terjadi dilatasi/obstruksi, pasien harus segera di bawa ke ruang bedah untuk tindakan operasi.
ü   Bila cairan empedu tidak dapat diaspirasi sehingga penyuntikan kontras media tidak dapat dilakukan, hal ini mengindikasikan bahwa kelainan pasien bukan karena obstruksi JAUNDICE. Biasanya pasien dikembalikan ke ruang perawatan untuk observasi lebih lanjut.
ü   Bila diduga terjadi obstruksi billiary ekstrahepatik, maka foto dibuat 2 jam setelah penyuntikan kontras media.

Perawatan Pasien Setelah Pemeriksaan
o      Observasi terhadap kemungkinan terjadinya pendarahan, kebocoran empedu/peritonitis.
o      Cek keadaan umum pasien (tekanan nadi, suhu tubuh, & pernafasan) setiap 10 menit selama 1 jam, setiap 2 jam selama 4 jam berikutnya, dan setiap 4 jam selama 24 jam terakhir.

Hasil gambaran :
    
Pemeriksaan Radiografi APG
a.        Pengertian

b.       Tujuan


c.        Prosedur


Hasil Gambaran:

Pemeriksaan Radiografi RPG
a.        Pengertian
Pemeriksaan ginjal dan ureter dengan pemasukan kontras media positif melalui cateter yang dimasukkan lewat urethra sampai ke pelvis renalis.

Adalah Teknik atau prosedur pemeriksaan menggunakan sinar-X dari uretra dengan memasukkan media kontras untuk menegakkan diagnosa.
 
Biasanya dilakukan pada pasien laki-laki untuk menunjukkan uretra secara utuh, dengan media kontras dimasukkan secara retrograde melalui distal uretra, hingga media kontras mengisi semua salura uretra. 

b.       Tujuan
Memperlihatkan kelainan anatomis, patologis dan fisiologis Buli-buli dan uretra.

c.        Prosedur
Prosedur Persiapan Pasien, Bahan dan Alat 
·       Tidak ada persiapan khusus, hanya pasien harus mengosongkan bulinya terlebih dahulu sebelum pemasangan kateter dilakukan.
·       Pasien melepaskan benda-benda logam yang dapat menggangu gambaran.

Prosedur persiapan Alat dan Bahan
·       Media kontras iodium 20 cc
·       Aqua steril 20 cc
·       Poly cateter 16 G / brodney clamp
·       Spuit 50 cc (spuit kaca 200cc)
·       Needle 19 G
·       Pesawat sinar-X, kaset dan film 24x30 cm

Broadney clamp

Prosedur Pemeriksaan
·       Pemasukan media kontras dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut “broadney clamp” yang diletakkan di distal penis
·       Jika tidak gunakan kateter yang diletakkan di ujung penis.
·       Eksposi dilakukan berbarengan dengan pemasukan media kontras.

a.    Prosedur Pemeriksaan Proyeksi AP
Lakukan plain foto posisi AP dengan ujung penis diplaster ke sisi kanan/kiri, MSP (mid sagital plane) sejajar dengan pertengahan bucky (grid).
Central Ray : tegak lurus IR
Central Point : symphisis pubis
Catatan : uretra tidak terpotong

b.   Prosedur Pemeriksaan Proyeksi RPO 30 °
Central Point : pada symphisis pubis
Central Ray : tegak lurus IR 
Kriteria Gambar :
1)        Tampak gambaran uretra, dan sebagian vesica urinaria (blass) terisi bahan kontras.
2)        Sedikit superimposisi gambaran uretra dengan proximal femur dan jaringan femur kanan serta sedikit distal pelvis.


Pemeriksaan Radiografi T. TUBE
a.        Pengertian
b.       Tujuan
c.        Prosedur

Pemeriksaan Radiografi ERCP
a.        Pengertian
Endoscopic Retrograde Choledocopancreatography (ERCP)     adalah pemeriksaan radiografi pada pankreas dan sistem billiary dengan bantuan media kontras positif dan menggunakan peralatan fiber optik endoskopi untuk menegakkan diagnosa.

b.       Tujuan


c.        Prosedur
Prosedur Persiapan Alat dan Bahan
·      Pesawat sinar-x dan fluoroskopi
·      Fiber optic endoscope : satu bendel glass fibre disatukan dan xenon light illuminator ditengah alat ini ada saluran untuk masuk kateter untuk memasukkan media kontras.
·      Kaset dan film
·      Apron
·      Gonad shield
·      Kateter
·      Media kontras
·      Obat dan peralatan emergensi

Prosedur Persiapan Pasen
·      Tanyakan apakah pasien hamil atau tidak.
·      Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma atau tidak.
·      Pasien diminta menginformasikan tentang obat-obatan yang dikonsumsi.
·      Pemeriksaan darah lengkap dilakukan 1-2 hari sebelumnya.
·      Pasien puasa 5-6 jam sebelum pemeriksaan dimulai.
·      Bila diperlukan, pasien dapat diberikan antibiotik.
·      Penandatanganan informed consent.
·      Plain foto abdomen.
·      Premidikasi ameltocaine lozenge 30 mg.
·      Media kontras : untuk panceatic duct diberikan angiografin 65% atau sejenisnya dan untuk billiary duct diberikan Conray 280 atau sejenisnya.

Prosedur Pemeriksaan
·      Pasien miring disisi kiri pada meja pemeriksaan.
·      Endoskop dimasukan melalui mulut kedalam oesophagus selanjutnya melewati gaster melalui duodenum.

·      Endoskopi diposisikan pada bagian tengah duodenum dan papilla vateri.
·      Poly kateter diisi media kontras (berada dipertengahan endoskopi).
·      Biasanya pancreatic duct diisi media kontras selanjutnya billiary duct.

·      Dibuat spot foto dipandu dengan fluoroscopy.

Prosedur Perawatan Post Pemeriksaan
·      Pasien dimonitor hingga efek dari obat-obatan hilang.
·      Setelah pemeriksaan pasien mungkin akan mengalami perasaan tidak nyaman pada tenggorokan, kembunga dan nausea (udara yang masuk).
·      Komplikasi yang mungkin muncul seperti pancreatitis, perforasi, pendarahan ataupun reaksi alergi akibat sedative.
·      Informasikan pada pasien untuk melaporkan apabila muncul fever, nyeri yang hebat ataupun pendarahan.

Pemeriksaan Radiografi PTCD
a.        Pengertian
b.       Tujuan
c.        Prosedur

VIII.  REFERENSI

IX.         LAMPIRAN
1.        Skenario simulasi
2.        Panduan praktik lapangan
3.        Kerangka acuan PKL

No comments:

Post a Comment