PROTEKSI
RADIASI
( Eddy
Rumhadi Iskandar )
BAB
I
SUMBER
RADIASI
1.
Pendahuluan.
Proteksi Radiasi
atau yang sering dikenal dengan sebutan Keselamatan Radiasi adalah nama cabang
ilmu pengetahuan atau teknologi yang berhubungan dengan upaya memberikan
perlindungan kepada seseorang ataupun masyarakat dan lingkungan terhadap
kemungkinan memperoleh dampak yang merugikan dari pemanfaatan radiasi pengion.
Pengertian radiasi
dalam kaitannya dengan masalah proteksi radiasi dibatasi hanya pada radiasi
pengion, yaitu radiasi yang mampu mengionisasi bahan atau jaringan sel yang
dilalui. Dalam
pengertian ini tercakup antara lain Sinar-X, Gamma, Beta, alfa, neutron, ion
berat lain termasuk sinar kosmik.
Radiasi dapat berasal dari :
1. Zat
Radioaktif, yaitu zat yang inti atomnya mempunyai peluang atau keboleh jadian
untuk membelah diri secara spontan, suatu proses yang disebut peluruhan, termasuk
dalam radiasi jenis ini adalah partikel Alpha, Beta, dan Gamma.
2. Pesawat
Sinar-X dan Pesawat Pemercepat Elektron (LINAC = Linier Acceleration Electron)
yang merupakan hasil proses interaksi antara radiasi electron dengan atom
bahan.
2. Radiasi
Sinar-X
Sianar-x dapat terbentuk apabila
partikel ringan bermuatan oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami
perlambatan. Dengan demikian Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang
terbentuk akibat proses perlambatan dari partikel ringan bermuatan oleh gaya inti
atom bahan yang menahannya dan disebut Sinar-X Bremsstrachlung. Sinar – X yang
terbentuk dari proses perlambatan mempunyai energi paling tinggi sama dengan
energi partikel ringan bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan. Oleh sebab
itu maka energi Sinar-X yang mempunyai energi yang berbeda-beda sesuai dengan
energi kinetik partikel ringan (electron) pada saat terbentuknya Sinar-X dan
juga tergantung pada arah pancarannya.
Hal ini dikatakan bahwa Sinar-X
yang terbentuk dalam proses ini mempunyai spectrum energi deskrit (kontinyu =
terus menerus terbentuk)
Sinar-X dapat juga terbentuk
dalam proses perpindahan electron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi
ketingkat enegi yang lebih rendah, misalnya dalam proses hamburan fotolistrik.
Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang besarnya
sama dengan selisih kedua energi tersebut. Karena energi ini khas untuk setiap
jenis atom, sinar – x yang terbentuk disebut Sinar-X karakteristik, kelompok
Sinar-X demikian mempunyai energi diskontinyu (terbentuk tidak terus menerus).
Sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnya electron dari suatu tingkat
energi menuju ke lintasan K, disebut Sinar-X garis K sedangkan yang menuju
lintasan L, disebut Sinar-X garis L dan seterusnya.
3.
Zat Radioaktip dan Radiasi yang dipancarkan.
Untuk menjelasakan peristiwa
atau proses yang berkaitan dengan atom, digunakan model atom. Atom dimodelkan
sebagai system yang terdiri dari inti dan sejumlah electron yang mengelilingi
inti dalam lintasannya masing-masing. Inti atom terdiri dari proton, partikel
yang bermuatan positif, dan neutron partikel serupa proton tetapi tidak
bermuatan listrik. Proton dan neutron di dalam ini membentuk suatu senyawa yang
sangat mampat yang disebut Nukleon. Jumlah Nukleon yaitu jumlah proton dan
neutron dalam inti disebut Nomor Massa Atom, biasanya dilambangkan dengan A.
Jumlah proton dalam atom normal sama dengan jumlah elekron disebut Nomor Atom
dan biasanya diberi lambang Z. Dengan model ini atom dilambangkan dengan
XZA
Didalam alam ada atom yang
mempunyai lebih dari satu bentuk atom, berbeda jumlah neutron didalam intinya
tetapi mempunyai jumlah proton yang sama disebut Isotop. Isotop suatu unsure
mempunyai sifat kimia yang sama, tetapi dengan sifat fisika yang berbeda.
Sebagai contoh unsure Hidrogen mempunyai tiga Isotop yaitu 1H1,
1H2, 1H3 . Isotop suatu unsure ada
yang selalu berada dalam keadaan tidak stabil, isotop yang demikian cenderung
untuk mengubah dirinya melalui pembelahan inti menjadi isotop unsure lain
dengan melepas kelebihan energinya dalam bentuk radiasi nuklir. Proses
perubahan inti demikian dikenal sebagai proses peluruhan radioaktif atau
radioaktivitas dan zatnya disebut Radionuklida. Jadi Radioaktivitas dapat
diartikan sebagai proses perubahan inti secara spontan yang menghasilkan unsur
baru.
Radioaktivitas dan sifat
radioaktif inti sepenuhnya ditentukan oleh keadaan inti, dan tidak tergantung
pada keadaan kimia maupun fisika unsurnya. Karena itu sifat radioaktif zat atau
unsur tidak dapat diubah dengan cara apapun, dan merupakan sifat khas unsur
tersebut. Proses perubahan inti bergantung pada dua factor, yaitu ketidak
seimbangan inti (dalam hal ini keseimbangan Junlah Neutron dan Proton) dan
hubungan massa energi inti induk, inti turunan, dan radiasi yang dipancarkan.
Dalam bentuk persamaan proses peluruhan radioaktif dituliskan sebagai berikut :
Z X A à Z* YA* + Z**
Y A** + Q + R
Bila X menyatakan Radionuklida Induk, Y
Radionuklida Turunan dan R radiasi yang dipancarkan dan Q energi total yang
dibebaskan dalam proses peluruhan. Energi total Q sama dengan jumlah energi
atom yang tertinggal dan energi radiasi yang dipancarkan. Energi atom yang
tertinggal biasanya sangat rendah, karena itu sering sekali energi radiasi
dianggap sama dengan energi totalnya.
4.
Tetapan Peluruhan dan Umur
Paro.
Peristiwa peluruhan bersifat
acak. Keboleh jadian terjadinya peluruhan atom persatuan waktu dinyatakan
dengan tetapan peluruhan, l.
Misalkan mula-mula ada N(o)
atom sejenis, dan pada saat t jumlah atom yang belum meluruh N(t). Dengan
keboleh jadian terjadinya peluruhan setiap atom persatuan waktu sama dengan I,
maka jumlah atom yang meluruh persatuan waktu (t) adalah :
N (t) = / N(t) à N (t) = N (o)e - λ t
N (t) = Jumlah atom yang belum
meluruh pada saat (t)
Waktu yang diperlukan agar
sejumlah atom yang belum meluruh sama dengan setengah jumlah atom mula-mula
disebut umur paro radionuklida tersebut, dan dapat diperoleh dengan
mensubsitusikan :
N(t) = 1/2 N(o) dan T = T1/2
kedalam persamaan N (t) = N(o)e–λt akan menghasilkan :
T1/2 = 0693 / λ
5.
Aktivitas.
Jika N menyatakan jumlah atom sejenis yang ada,
dengan kemungkinan keboleh jadian meluruh l, maka l N adalah jumlah rata-rata atom yang meluruh
per satuan waktu, dan disebut sebagai aktivitas radioaktif zat yang terdiri
dari atom N. Aktivitas sering juga disebut kuat sumber. Besaran aktivitas diukur dengan becquerel yang
disingkat dengan lambang Bq. Satu Bq setara dengan satu peluruhan
per detik (1 dps).
Masih
ada yang menggunakan satuan Curie (Ci) untuk besaran aktivitas, yang didefinisikan
sebagai 3,7 x 1010 peluruhan per detik sehingga satu curie setara
dengan 3,7 x 1010 Becquerel. Perlu diingat bahwa pada setiap
peluruhan dapat dipancarkan lebih satu radiasi, misalnya pada setiap peluruhan
Co-60 dipancarkan satu radiasi b - , yang kemudian diikuti oleh dua
radiasi gamma.
Gambar Bagan peluruhan 42
K
Gambar Bagan peluruhan 226
Ra
BAB II
RADIASI BERDASARKAN ASAL DAN KEGIATAN
1. Radiasi Alam
Dalam Proteksi radiasi perhatian utama ditujukan kepada keselamatan
manusia. Karena itu perlu diketahui dimana, kapan akan menerima radiasi atau
kegiatan apa saja yang dapat memungkinkan menerima radiasi.
Radiasi Alam yang berasal dari
ruang angkasa dan dari dalam bumi memberikan sumbangan yang terbesar pada
penerimaan radiasi oleh manusia. UNCEAR (1988) melaporkan bahwa rata-rata
setiap orang di dunia menerima radiasi alam sebesar 2,4 mSv ( Sievert ) setiap
tahunnya.
Besarnya laju dosis radiasi alam
dari ruang angkasa akan beragam tergantung dari ketinggian daerah tersebut dari
permukaan laut, laju dosis rata-rata di permukaan laut kurang lebih 30 nGy per
jam (UNCEAR), sedangkan pada ketinggian 12 km di atas permukaan laut kurang
lebih 4 mGY, dengan demikian
semakin tinggi daerah dari permukaan laut semakin besar laju dosisnya.
Radiasi Alam lainnya adalah radiasi yang berasal
dari dalam Bumi atau kerak bumi. Radionuklida alamiah yang sejak awal dalam
bumi ialah radionuklida yang mempunyai waktu paro yang sangat panjang, melebihi
umur Bumi yaitu 40 K ( T1/2 = 1,3 x 109 tahun ) 238
U ( t1/2 = 4,51 x 109 thn ) dan 232 Th ( T1/2 = 5 x 1010
thn ) dan radionuklida turunannya menjadi sumber penyinaran luar bagi manusia
yang tinggal di atas permukaan Bumi.
2.
Radiasi Penyinaran Medik
Radiasi yang sengaja diberikan kepada manusia
(pasien), yaitu radiasi yang digunakan untuk keperluan mendiagnosa dan atau
terapi suatu penyakit dan dipandang sebagai penyinaran radiasi medik. Dalam dunia kedokteran pemanfaatan radiasi
dapat dilakukan secara penyinaran dari luar maupun penyinaran dari dalam.
Penggunaan radiodiagnostik Sinar-X digunakan penyinaran dari luar tubuh, sedangkan
untuk penggunaan imejing kedokteran nuklir digunakan penyinaran dalam melalui
radioisotop yang dimasukan secara intra vena, oral maupun intratekal.
Sedangkan untuk penggunaan
terapi radiasi, digunakan penyinaran luar yang digunakan dengan pesawat linac
dan dari dalam untuk penyinaran Brachii terapi dan after loading. Radiasi medik
memberikan sumbangan kedua terbesar setiap orang per tahun.
Menurut laporan Buletin IAEA
(Intenational Atomic Energy Agency) vol 35, No 34 Viena 1993 melaporkan bahwa
terimaan terproyeksi taradosis kolektif (dosis efektif kolektif = man Sv)
penduduk dunia, yang disebabkan oleh penyinaran medik sekitar 19,51 % dari
terimaan total yang berasal dari segala jenis sumber radiasi.
3.
Radiasi Kegiatan Industri.
Di
zaman teknologi modern saat ini kegiatan industri memberikan sumbangan radiasi
yang cukup besar, terutama makin banyaknya dan berkembangnya produksi teknologi
kedokteran sepeti pesawat radiasi Sinar-X, baik berupa jenis pesawat
konvensional radiografi, pesawat multipurpose, CT Scan, LINAC, Gamma Camera
yang menggunakan radioisotop. Sedangkan di industri lainnya seperti Gaugingm
hydrology, pembangkit tenaga listrik nuklir (PLTN), Reaktor Nuklir, penambangan
zat radioaktif dan zat dapat belah menambah sumbangan penyinaran radiasi
terhadap manusia sebesar 0.24 % dari penerimaan total.
4.Radiasi Penyinaran Karena Pekerjaan
Radiasi yang diterima sebagai akibat suatu
pekerjaan dipandang sebagai radiasi akibat kerja. Terimaan taradosis kolektif
terproyeksi akibat pekerjaan diperkirakan sebesar 0.07 % dari terimaan total
(Buletin IAEA , Vol 35 No. 4 Vienna. 1993). Proteksi Radiasi sebenarnya
berkepentingan terutama pada masalah penerimaan radiasi akibat kerja, Dengan
demikian terlihat bahwa apabila terimaan taradosis kolektif akibat pekerjaan
meningkat dapat dipastikan bahwa tindakan proteksi yang dilakukan belum efektif
dan efesien, dan atau kemungkinan telah terjadi keadaan kedaruratan nuklir
disuatu tempat kerja. Oleh sebab itu, tindakan proteksi radiasi, monitoring
perorangan, monitoring survey radiasi, peralatan proteksi radiasi serta
standard prosedur pemakaian radiasi sangat perlu dievaluasi. Termasuk pula
didalamnya adalah perizinan pemanfaatan sumber radiasi, baik untuk kepentingan
medik, industri dan lain sebagainya harus dilaksanakan oleh para pengusaha
sumber radiasi.
BAB III
DOSIMETRI PROTEKSI RADIASI
Dalam
perkembangannya besaran yang digunakan untuk mengukur “ jumlah “ radiasi
pengion, selalu didasarkan pada jumlah ion yang terbentuk dalam keadaan
tertentu atau pada jumlah energi radiasi yang diserahkan kepada sejumlah massa bahan. Secara
eksperimen ternyata efek negatif biologi dan tingkat keparahan yang ditimbulkan
akibat radiasi pada jaringan dan atau inti sel mungkin akan dianggap lebih
baik.
Radiasi
pengion dapat menyebabkan perubahan pada atom atau molekul, baik untuk
sementara maupun untuk seterusnya apabila tidak ada efek penyembuhan, sehingga
akan menimbulkan perubahan fungsi sel dan atau tidak dapat mengembangkan
dirinya. Hal ini dapat terjadi apabila telah terlampauinya dosis ambang .
Diatas dosis ambang, keparahan akan bertambah sebanding dosis radiasi yang
menyebabkannya. Akibat semacam ini disebut sebagai akibat deterministik.
Dalam
Proteksi Radiasi ada beberapa besaran yang perlu diperhatikan antara lain
adalah :
1.
Dosis Serapan.
Besaran dosismetri yang secara langsung dengan
akibat biologi yang dapat ditimbulkan oleh sejumlah energi yang diserap oleh
jaringan atau besarnya energi yang diserahkan radiasi kepada bahan. Energi radiasi yang diserahkan kepada
bahan bervolume V dan bermassa m pada titik P dibahan adalah :
de
Dp = ----------- Joule / Kg
dm
Dp =
Dosis serapan di titik p
de = jumlah rata-rata energi yang diserahkan di dalam
volum bahan
dm =
massa bahan dibagian volum itu
Satuan SI untuk dosis serapan adalah Joule per Kg ( Joule Kg –1
) dengan nama khusus Gray ( Gy ), satuan lamanya adalah Erg / gram dengan nama
khusus Rad. Satu Rad setara dengan 100 Erg / Gram, maka 1 Gy = 100 Rad. Besaran
dosis serapan dapat digunakan untuk semua radiasi pengion, dan semua bahan .
Dalam Proteksi Radiasi dosis serapan ( D ) merupakan besaran dasar. Turunan
dosis serapan terhadap waktu disebut laju dosis serapan dan dituliskan sebagai
;
. dD
D =
-----------
Dt
Faktor
Bobot Radiasi
Kemungkinan
atau keboleh ajadian terjadinya akiabat stokastik ternyata tidak hanya
bergantung pada dosis serapan, melainkan juga pada jenis dan energi radiasi.
Dalam kaitannnya dengan akibat biologi yang dapat ditimbulkan diperkenalkan
faktor bobot radiasi ( ωR ) Publikasi ICRP No. 60. 1999, yang dahulunya
disebut faktor kualitas radiasi ( ICRP No.26, 1997 ).
Dosis
serapan yang telah dikalikan faktor bobot radiasi disebut Taradosis (H).
Besarnya nilai bobot dinyatakan dengan makin besarnya kemampuan radiasi untuk
mengionisasi bahan yang dilaluinya. Makin banyak pasangan ion yang terbentuk
disepanjang lintasannya maka semakin besar faktor bobot radiasimya;.
TABEL 1
Faktor Bobot Radiasi menurut Jenis dan kelompok energi radiasi
Jenis dan rentang Energi Radiasi | Faktor Bobot |
Foton semua energi Elektron semua energi Neutron energi < 10 keV 10 keV < energi < 100 keV 100 keV < energi < 2 MeV 2 Mev < energi < 20 MeV energi < 20 MeV Proton energi > 2 MeV Partikel bermuatan hasil belah Inti berat |
1
2
5
10
20
10
5
5
20
|
2.
Taradosis
Besaran
dosimetri dalam proteksi radiasi yang lebih bermakna adalah dosis rata-rata
dalam organ atau jaringan yang telah dibobot, yang disebut Taradosis dalam
organ T. Taradosis dalam organ T ditentukan melalui persamaan ;
HT,R = ωR . DT.R
DT.R = Dosis serapan rata-rata di organ atau jaringan T yang disebabkan
oleh radiasi R
Nama
khusus satuan untuk Taradosis adalah Sievert (Sv), yang hubungannya dengan
satuan lama Rem adalah 1 Sievert = 100 Rem.
Apabila
organ atau jaringan mendapat penyinaran radiasi dari berbagai jenis atau energi
maka persamaan menjadi :
HT = S ωR . DTR
R
Besarnya
Taradosis adalah jumlah dosis setiap energi radiasi dikalikan dengan
masing-masing bobot energinya.
3.
Dosis Efektif
Hubungan antara kemungkinan terjadinya akibat stokastik dengan Taradosis
ternyata juga bergantung pada kepekaan organ atau jaringan terhadap radiasi.
Maka untuk menunjukan akibat stokastik total yang berasal dari berbagai dosis
pada berbagai organ yang berbeda dianggap perlu mendefinisikan besaran lain
yang diturunkan dari Taradosis, dengan memberikan bobot pada Taradosis setiap
organ. Faktor bobot yang digunakan untuk dosis derap didalam setiap organ T
disebut Faktor Bobot Jaringan (ωT). Nilai ωT dipilih agar setiap Taradosis seragam diseluruh
tubuh dan menghasilkan Dosis Efektif.
Jumlah faktor bobot jaringan seluruh tubuh sama dengan satu. Apabila organ
T yang mempunyai faktor bobot jaringan ωT diberi Taradosis HT, maka dosis efektifnya adalah
HE = HT . ωT
Apabila
penyinaran terjadi di seluruh tubuh, Dosis Efektifnya yang diterima selurh
tubuh sama dengan :
(HE)ST = S
HT ωT = HST
Tabel 2 Faktor Bobot
Jaringan, ωT ( ICRP Publication Report No. 60, 1989
Jenis Jaringan
|
ωT Faktor bobot Jaringan
|
Gonad Sumsum Tulang Merah Usus Besar Paru-Paru Lambung Bladder ( Kandung Kemih ) Payudara Hati Oesophagus Thyroid Kulit Permukaan Tulang Organ sisa |
0,20
0,12
0,12
0,12
0,12
0.05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,01
0,01
0,05
|
4.
Paparan Radiasi.
Apabila suatu jaringan mendapat paparan radiasi
dari luar oleh suatu energi radiasi, dosis serapan yang diterimanya bergantung
dari jenis dan energi radiasi yang mengenainya, dan juga pada susunan atom
jaringan. Misalnya tulang
memiliki Nomor Atom tinggi dibandingkan dengan jaringan lunak (tissue), akan
menyerap energi radiasi yang lebih besar per satuan massa jaringan. Namun untuk
mengukur dosis, teori yang mendasarinya menggunakan udara sebagai medium. Atas
dasar itu maka terlebih dahulu akan diuraikan besar paparan radiasi, yang basa
dilambangkan dengan X. Paparan Radiasi menyatakan kemampuan radiasi foton
membentuk pasangan ion diudara yang dilaluinya. ICRU (Internatioanal Comission
Radiological Unit) memberi batasan sebagai :
dQ
X = --------- C kg -1
Dm
dengan dQ menyatakan jumlah muatan elektron yang terbentuk oleh interaksi
radiasi dengan udara dengan vulume udara yang massanya dm. Paparan Radiasi
dalam satuan SI diukur dalam satuan Coulomb/kg, atau dengan nama khusus
Roentgen (R),sedangkan
1 R = 2,58 x 10-4 C kg-1
Jika diketahui bahwa energi rata-rata yang diperlukan untuk membentuk satu
pasangan ion di udara sama dengan 34 ev, maka didapat ;
1 R = 34 Gy ( di udara )
Hubungan antara R dan dosis serapan dalam Erg adalah :
1 R = 87,7 Erg/g
Dengan demikian besarnya dosis serapan di dalam suatu jaringan sangat
tergantung dari struktur massa jaringan itu sendiri, struktur jaringan yang
lebih kuat (misalnya tulang) ternyata menyerap lebih banyak energi radiasi
dibandingkan dengan jaringan (tissue) dengan struktur yang lebih lunak.
BAB IV
ASPEK BIOLOGI PROTEKSI RADIASI
Upaya Proteksi Radiasi mencakup
upaya pemberian perlindungan bagi seseorang, keturunannya, dan kemanusiaan pada
umumnya terhadap kerugian akibat radiasi pengion, sambil tetap memaksimalkan
manfaat penggunaannya. Pendekatan yang digunakan oleh International Commite
Radiological Protection (ICRP No.60, 1990) untuk mencapai upaya memberikan
perlindungan itu didasarkan pada pengetahuan yang terbaik yang sudah diketahui
orang tentang akibat biologi yang dapat ditimbulkan oleh radiasi pengion pada
organ atau jaringan tubuh. Agar tidak timbul kekeliruan atau penafsiaran
menyesatkan, perlu kiranya lebih dulu dikaji perihal arti beberapa istilah yang
sepintas lalu hampir sama artinya. Pertama adalah perubahan yang
dapat terjadi pada sel jaringan sebagai akibat diterimanya radiasi pengion oleh
sel itu; perubahan yang terjadi pada sel jaringan tidak selalu membahayakan.
Kedua adalah kerusakan, yang menggambarkan tingkat perubahan yang
menyebabkan tidak berfungsinya sel; kerusakan sel tidak selalu menyebabkan
kelainan bagi seorang yang menerima penyinaran. Ketiga adalah bahaya, yaitu
istilah yang digunakan untuk menunjukan akibat yang bersifat merusak, yang
secara klinik dapat teramati, yang muncul pada seseorang yang mendapat
penyinaran (akibat somatik) atau pada keturunannya (akibat herediter atau
genetik). Yang terakhir adalah kerugian, suatu anggitan rumit
yang menggabungkan kementakan, keparahan, dan saat munculnya bahaya. Kerugian
tidak dapat diungkapan secara mudah hanya oleh satu peubah
Marilah lebih dulu kita bagi
kelompok dosis yang dapat di terima oleh seseorang atau oleh jaringan atau
organ tertentu. Dosis dapat diterima dengan cara sekaligus pada laju dosis
tinggi; dosis yang diterima dengan cara itu disebut dosis penyinaran acute.
Selain itu dosis dapat diterima dengan cara sedikit demi sedikit pada laju
dosis rendah; dosis yang diterima dengan cara demikian disebut dosis penyinaran
kronis. Dosis penyinaran acute dapat mengakibatkan sel jaringan yang terkena
’mati’ atau tidak lagi berfungsi. Disamping itu juga dapat menyebabkan sel
berubah sifat; jika yang berubah sel somatik dapat timbul kanker, sedangkan
jika yang berubah sel genettik, dapat menyebabkan informasi yang terkandung
dalam sel berubah sehingga jika terjadi pembuahan dapat menimbulkan sifat
keturunan yang berubah (mutasi gen).
Dari segi sel yang menderita,
aspek akibat dibagi menjadi akibat somatik dan akibat genetik. Akibat somatik,
apabila terjadi, dialami oleh keturunan mereka yang mengalami penyinaran,
sedangkan akibat genetik, apabila terjadi, dialami oleh keturunan mereka yang
mengalami penyinaran. Ditinjau dari sifatnya, akibat biologi dibagi menjadi
akibat deterministik dan stokastik. Akibat yang
bersifat deterministik dicirikan oleh tiga hal, yaitu :
1. Adanya
dosis minimum tertentu (dosis ambangan) yang menyebabkan suatu akibat
deterministik tertentu untuk pertama kalinya dapat diamati.
2. Keparahan
akibat ini akan bertambah bila dosis di atas dosis ambangnya ditambah.
3. Ada keterkaitan yang jelas
antara penyebab dan akibat.
Beberapa akibat somatik deterministik bersifat khas
untuk bagian jaringan tertentu, misalnya katarak untuk lensa mata, kerusakan
non-malignan untuk kulit, penghambatan produksi sel pada sumsum tulang yang
menyebabkan kelainan haematelogi, dan kerusakan sel gonad yang dapat
menyebabkan kemandulan. Untuk menjamin agar semua bagian jaringan tidak
mengalami akibat deterministik, harus diterapkan batas dosis yang tidak
melebihi dosis ambang bagi setiap jaringan tubuh.
Akibat biologi yang bersifat stokastik adalah
akibat yang terjadinya berdasarkan kementakan yang dapat dialami oleh mereka
yang mengalami penyinaran, atau dalam hal genetik oleh keturunan dari salah
satu atau kedua orang tua yang mengalami penyinaran. Yang dapat diketahui
hanyalah bahwa kementakan seseorang mengalami akibat stokastik tertentu menjadi
lebih besar bila dosis penyinaran yang diterimanya bertambah besar. Pada daerah
dosis rendah, yang biasa kita temui dalam kegiatan proteksi radiasi, akibat
genetik dianggap bersifat stokastik. Dalam proteksi radiasi, karsinogenesis
dianggap sebagai resiko somatik utama yang bersifat stokastik.
Seseorang dalam masyarakat mempunyai kemungkinan
memperoleh kanker meskipun ia tidak mengalami penyinaran. Namun demikian,
bertambahnya dosis penyinaran memperbesar kemungkinan terdapatnya kanker
didalam masyarakat. Perlu diingat, bahwa kanker terjadi, belum tentu disebabkan
oleh radiasi, mungkin disebabkan oleh zat karsinogen lain. Contoh yang mudah
ialah bahwa kejadian kanker paru lebih banyak dijumpai di antara perokok
dibandingkan terhadap kalangan bukan perokok. Namun, diketahui juga bahwa
sebagian besar perokok tidak mengalami kanker paru. Mengingat semua hal diatas,
proteksi radiasi harus ditujukan untuk dan sekaligus meminimalkan kemungkinan
timbulnya efek negatif akibat radiasi pengion pada setiap anggota masyarakat.
No comments:
Post a Comment