Wednesday, 21 March 2012

        PROTEKSI RADIASI
( Eddy Rumhadi Iskandar )
BAB I
SUMBER RADIASI
1.      Pendahuluan.
Proteksi Radiasi atau yang sering dikenal dengan sebutan Keselamatan Radiasi adalah nama cabang ilmu pengetahuan atau teknologi yang berhubungan dengan upaya memberikan perlindungan kepada seseorang ataupun masyarakat dan lingkungan terhadap kemungkinan memperoleh dampak yang merugikan dari pemanfaatan radiasi pengion.
Pengertian radiasi dalam kaitannya dengan masalah proteksi radiasi dibatasi hanya pada radiasi pengion, yaitu radiasi yang mampu mengionisasi bahan atau jaringan sel yang dilalui. Dalam pengertian ini tercakup antara lain Sinar-X, Gamma, Beta, alfa, neutron, ion berat lain termasuk sinar kosmik.
Radiasi dapat berasal dari :
1.      Zat Radioaktif, yaitu zat yang inti atomnya mempunyai peluang atau keboleh jadian untuk membelah diri secara spontan, suatu proses yang disebut peluruhan, termasuk dalam radiasi jenis ini adalah partikel Alpha, Beta, dan Gamma.
2.      Pesawat Sinar-X dan Pesawat Pemercepat Elektron (LINAC = Linier Acceleration Electron) yang merupakan hasil proses interaksi antara radiasi electron dengan atom bahan.
2.      Radiasi Sinar-X
Sianar-x dapat terbentuk apabila partikel ringan bermuatan oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami perlambatan. Dengan demikian Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang terbentuk akibat proses perlambatan dari partikel ringan bermuatan oleh gaya inti atom bahan yang menahannya dan disebut Sinar-X Bremsstrachlung. Sinar – X yang terbentuk dari proses perlambatan mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi partikel ringan bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan. Oleh sebab itu maka energi Sinar-X yang mempunyai energi yang berbeda-beda sesuai dengan energi kinetik partikel ringan (electron) pada saat terbentuknya Sinar-X dan juga tergantung pada arah pancarannya.
Hal ini dikatakan bahwa Sinar-X yang terbentuk dalam proses ini mempunyai spectrum energi deskrit (kontinyu = terus menerus terbentuk)
Sinar-X dapat juga terbentuk dalam proses perpindahan electron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi ketingkat enegi yang lebih rendah, misalnya dalam proses hamburan fotolistrik. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang besarnya sama dengan selisih kedua energi tersebut. Karena energi ini khas untuk setiap jenis atom, sinar – x yang terbentuk disebut Sinar-X karakteristik, kelompok Sinar-X demikian mempunyai energi diskontinyu (terbentuk tidak terus menerus). Sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnya electron dari suatu tingkat energi menuju ke lintasan K, disebut Sinar-X garis K sedangkan yang menuju lintasan L, disebut Sinar-X garis L dan seterusnya.
3.      Zat Radioaktip dan Radiasi yang dipancarkan.
Untuk menjelasakan peristiwa atau proses yang berkaitan dengan atom, digunakan model atom. Atom dimodelkan sebagai system yang terdiri dari inti dan sejumlah electron yang mengelilingi inti dalam lintasannya masing-masing. Inti atom terdiri dari proton, partikel yang bermuatan positif, dan neutron partikel serupa proton tetapi tidak bermuatan listrik. Proton dan neutron di dalam ini membentuk suatu senyawa yang sangat mampat yang disebut Nukleon. Jumlah Nukleon yaitu jumlah proton dan neutron dalam inti disebut Nomor Massa Atom, biasanya dilambangkan dengan A. Jumlah proton dalam atom normal sama dengan jumlah elekron disebut Nomor Atom dan biasanya diberi lambang Z. Dengan model ini atom dilambangkan dengan
XZA
Didalam alam ada atom yang mempunyai lebih dari satu bentuk atom, berbeda jumlah neutron didalam intinya tetapi mempunyai jumlah proton yang sama disebut Isotop. Isotop suatu unsure mempunyai sifat kimia yang sama, tetapi dengan sifat fisika yang berbeda. Sebagai contoh unsure Hidrogen mempunyai tiga Isotop yaitu 1H1, 1H2, 1H3 . Isotop suatu unsure ada yang selalu berada dalam keadaan tidak stabil, isotop yang demikian cenderung untuk mengubah dirinya melalui pembelahan inti menjadi isotop unsure lain dengan melepas kelebihan energinya dalam bentuk radiasi nuklir. Proses perubahan inti demikian dikenal sebagai proses peluruhan radioaktif atau radioaktivitas dan zatnya disebut Radionuklida. Jadi Radioaktivitas dapat diartikan sebagai proses perubahan inti secara spontan yang menghasilkan unsur baru.
Radioaktivitas dan sifat radioaktif inti sepenuhnya ditentukan oleh keadaan inti, dan tidak tergantung pada keadaan kimia maupun fisika unsurnya. Karena itu sifat radioaktif zat atau unsur tidak dapat diubah dengan cara apapun, dan merupakan sifat khas unsur tersebut. Proses perubahan inti bergantung pada dua factor, yaitu ketidak seimbangan inti (dalam hal ini keseimbangan Junlah Neutron dan Proton) dan hubungan massa energi inti induk, inti turunan, dan radiasi yang dipancarkan. Dalam bentuk persamaan proses peluruhan radioaktif dituliskan sebagai berikut :
Z X A à Z* YA* + Z** Y A** + Q + R
Bila X menyatakan Radionuklida Induk, Y Radionuklida Turunan dan R radiasi yang dipancarkan dan Q energi total yang dibebaskan dalam proses peluruhan. Energi total Q sama dengan jumlah energi atom yang tertinggal dan energi radiasi yang dipancarkan. Energi atom yang tertinggal biasanya sangat rendah, karena itu sering sekali energi radiasi dianggap sama dengan energi totalnya.
4.      Tetapan Peluruhan dan Umur Paro.
Peristiwa peluruhan bersifat acak. Keboleh jadian terjadinya peluruhan atom persatuan waktu dinyatakan dengan tetapan peluruhan, l.
Misalkan mula-mula ada N(o) atom sejenis, dan pada saat t jumlah atom yang belum meluruh N(t). Dengan keboleh jadian terjadinya peluruhan setiap atom persatuan waktu sama dengan I, maka jumlah atom yang meluruh persatuan waktu (t) adalah :
N (t) = / N(t) à N (t) = N (o)e - λ t
N (t) = Jumlah atom yang belum meluruh pada saat (t)
Waktu yang diperlukan agar sejumlah atom yang belum meluruh sama dengan setengah jumlah atom mula-mula disebut umur paro radionuklida tersebut, dan dapat diperoleh dengan mensubsitusikan :
N(t) = 1/2 N(o) dan T = T1/2 kedalam persamaan N (t) = N(o)e–λt akan menghasilkan :

T1/2 = 0693 / λ

5.      Aktivitas.
Jika N menyatakan jumlah atom sejenis yang ada, dengan kemungkinan keboleh jadian meluruh l, maka l N adalah jumlah rata-rata atom yang meluruh per satuan waktu, dan disebut sebagai aktivitas radioaktif zat yang terdiri dari atom N. Aktivitas sering juga disebut kuat sumber. Besaran aktivitas diukur dengan becquerel yang disingkat dengan lambang Bq. Satu Bq setara dengan satu peluruhan per detik (1 dps).

Masih ada yang menggunakan satuan Curie (Ci) untuk besaran aktivitas, yang didefinisikan sebagai 3,7 x 1010 peluruhan per detik sehingga satu curie setara dengan 3,7 x 1010 Becquerel. Perlu diingat bahwa pada setiap peluruhan dapat dipancarkan lebih satu radiasi, misalnya pada setiap peluruhan Co-60 dipancarkan satu radiasi b - , yang kemudian diikuti oleh dua radiasi gamma.
Gambar Bagan peluruhan 42 K
Gambar Bagan peluruhan 226 Ra
BAB II

RADIASI BERDASARKAN ASAL DAN KEGIATAN

1.     Radiasi Alam

Dalam Proteksi radiasi perhatian utama ditujukan kepada keselamatan manusia. Karena itu perlu diketahui dimana, kapan akan menerima radiasi atau kegiatan apa saja yang dapat memungkinkan menerima radiasi.
Radiasi Alam yang berasal dari ruang angkasa dan dari dalam bumi memberikan sumbangan yang terbesar pada penerimaan radiasi oleh manusia. UNCEAR (1988) melaporkan bahwa rata-rata setiap orang di dunia menerima radiasi alam sebesar 2,4 mSv ( Sievert ) setiap tahunnya.
Besarnya laju dosis radiasi alam dari ruang angkasa akan beragam tergantung dari ketinggian daerah tersebut dari permukaan laut, laju dosis rata-rata di permukaan laut kurang lebih 30 nGy per jam (UNCEAR), sedangkan pada ketinggian 12 km di atas permukaan laut kurang lebih 4 mGY, dengan demikian semakin tinggi daerah dari permukaan laut semakin besar laju dosisnya.
Radiasi Alam lainnya adalah radiasi yang berasal dari dalam Bumi atau kerak bumi. Radionuklida alamiah yang sejak awal dalam bumi ialah radionuklida yang mempunyai waktu paro yang sangat panjang, melebihi umur Bumi yaitu 40 K ( T1/2 = 1,3 x 109 tahun ) 238 U ( t1/2 = 4,51 x 109 thn ) dan 232 Th ( T1/2 = 5 x 1010 thn ) dan radionuklida turunannya menjadi sumber penyinaran luar bagi manusia yang tinggal di atas permukaan Bumi.
2.      Radiasi Penyinaran Medik
Radiasi yang sengaja diberikan kepada manusia (pasien), yaitu radiasi yang digunakan untuk keperluan mendiagnosa dan atau terapi suatu penyakit dan dipandang sebagai penyinaran radiasi medik. Dalam dunia kedokteran pemanfaatan radiasi dapat dilakukan secara penyinaran dari luar maupun penyinaran dari dalam. Penggunaan radiodiagnostik Sinar-X digunakan penyinaran dari luar tubuh, sedangkan untuk penggunaan imejing kedokteran nuklir digunakan penyinaran dalam melalui radioisotop yang dimasukan secara intra vena, oral maupun intratekal.
Sedangkan untuk penggunaan terapi radiasi, digunakan penyinaran luar yang digunakan dengan pesawat linac dan dari dalam untuk penyinaran Brachii terapi dan after loading. Radiasi medik memberikan sumbangan kedua terbesar setiap orang per tahun.
Menurut laporan Buletin IAEA (Intenational Atomic Energy Agency) vol 35, No 34 Viena 1993 melaporkan bahwa terimaan terproyeksi taradosis kolektif (dosis efektif kolektif = man Sv) penduduk dunia, yang disebabkan oleh penyinaran medik sekitar 19,51 % dari terimaan total yang berasal dari segala jenis sumber radiasi.
3.      Radiasi Kegiatan Industri.
Di zaman teknologi modern saat ini kegiatan industri memberikan sumbangan radiasi yang cukup besar, terutama makin banyaknya dan berkembangnya produksi teknologi kedokteran sepeti pesawat radiasi Sinar-X, baik berupa jenis pesawat konvensional radiografi, pesawat multipurpose, CT Scan, LINAC, Gamma Camera yang menggunakan radioisotop. Sedangkan di industri lainnya seperti Gaugingm hydrology, pembangkit tenaga listrik nuklir (PLTN), Reaktor Nuklir, penambangan zat radioaktif dan zat dapat belah menambah sumbangan penyinaran radiasi terhadap manusia sebesar 0.24 % dari penerimaan total.

4.Radiasi Penyinaran Karena Pekerjaan

Radiasi yang diterima sebagai akibat suatu pekerjaan dipandang sebagai radiasi akibat kerja. Terimaan taradosis kolektif terproyeksi akibat pekerjaan diperkirakan sebesar 0.07 % dari terimaan total (Buletin IAEA , Vol 35 No. 4 Vienna. 1993). Proteksi Radiasi sebenarnya berkepentingan terutama pada masalah penerimaan radiasi akibat kerja, Dengan demikian terlihat bahwa apabila terimaan taradosis kolektif akibat pekerjaan meningkat dapat dipastikan bahwa tindakan proteksi yang dilakukan belum efektif dan efesien, dan atau kemungkinan telah terjadi keadaan kedaruratan nuklir disuatu tempat kerja. Oleh sebab itu, tindakan proteksi radiasi, monitoring perorangan, monitoring survey radiasi, peralatan proteksi radiasi serta standard prosedur pemakaian radiasi sangat perlu dievaluasi. Termasuk pula didalamnya adalah perizinan pemanfaatan sumber radiasi, baik untuk kepentingan medik, industri dan lain sebagainya harus dilaksanakan oleh para pengusaha sumber radiasi.
BAB III
DOSIMETRI PROTEKSI RADIASI
Dalam perkembangannya besaran yang digunakan untuk mengukur “ jumlah “ radiasi pengion, selalu didasarkan pada jumlah ion yang terbentuk dalam keadaan tertentu atau pada jumlah energi radiasi yang diserahkan kepada sejumlah massa bahan. Secara eksperimen ternyata efek negatif biologi dan tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat radiasi pada jaringan dan atau inti sel mungkin akan dianggap lebih baik.
Radiasi pengion dapat menyebabkan perubahan pada atom atau molekul, baik untuk sementara maupun untuk seterusnya apabila tidak ada efek penyembuhan, sehingga akan menimbulkan perubahan fungsi sel dan atau tidak dapat mengembangkan dirinya. Hal ini dapat terjadi apabila telah terlampauinya dosis ambang . Diatas dosis ambang, keparahan akan bertambah sebanding dosis radiasi yang menyebabkannya. Akibat semacam ini disebut sebagai akibat deterministik.
Dalam Proteksi Radiasi ada beberapa besaran yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
1.      Dosis Serapan.
Besaran dosismetri yang secara langsung dengan akibat biologi yang dapat ditimbulkan oleh sejumlah energi yang diserap oleh jaringan atau besarnya energi yang diserahkan radiasi kepada bahan. Energi radiasi yang diserahkan kepada bahan bervolume V dan bermassa m pada titik P dibahan adalah :
      de
Dp = ----------- Joule / Kg
                                                                  dm
Dp = Dosis serapan di titik p
de = jumlah rata-rata energi yang diserahkan di dalam volum bahan
dm = massa bahan dibagian volum itu
Satuan SI untuk dosis serapan adalah Joule per Kg ( Joule Kg –1 ) dengan nama khusus Gray ( Gy ), satuan lamanya adalah Erg / gram dengan nama khusus Rad. Satu Rad setara dengan 100 Erg / Gram, maka 1 Gy = 100 Rad. Besaran dosis serapan dapat digunakan untuk semua radiasi pengion, dan semua bahan . Dalam Proteksi Radiasi dosis serapan ( D ) merupakan besaran dasar. Turunan dosis serapan terhadap waktu disebut laju dosis serapan dan dituliskan sebagai ;
                                                      . dD
                                                   D = -----------
                                                               Dt
Faktor Bobot Radiasi
Kemungkinan atau keboleh ajadian terjadinya akiabat stokastik ternyata tidak hanya bergantung pada dosis serapan, melainkan juga pada jenis dan energi radiasi. Dalam kaitannnya dengan akibat biologi yang dapat ditimbulkan diperkenalkan faktor bobot radiasi ( ωR ) Publikasi ICRP No. 60. 1999, yang dahulunya disebut faktor kualitas radiasi ( ICRP No.26, 1997 ).
Dosis serapan yang telah dikalikan faktor bobot radiasi disebut Taradosis (H). Besarnya nilai bobot dinyatakan dengan makin besarnya kemampuan radiasi untuk mengionisasi bahan yang dilaluinya. Makin banyak pasangan ion yang terbentuk disepanjang lintasannya maka semakin besar faktor bobot radiasimya;.
TABEL 1 Faktor Bobot Radiasi menurut Jenis dan kelompok energi radiasi
Jenis dan rentang Energi Radiasi Faktor Bobot
Foton semua energi
Elektron semua energi
Neutron energi < 10 keV
10 keV < energi < 100 keV
100 keV < energi < 2 MeV
2 Mev < energi < 20 MeV
energi < 20 MeV
Proton energi > 2 MeV
Partikel bermuatan hasil belah Inti berat
1
2
5
10
20
10
5
5
20
2.      Taradosis
Besaran dosimetri dalam proteksi radiasi yang lebih bermakna adalah dosis rata-rata dalam organ atau jaringan yang telah dibobot, yang disebut Taradosis dalam organ T. Taradosis dalam organ T ditentukan melalui persamaan ;
HT,R = ωR . DT.R
DT.R = Dosis serapan rata-rata di organ atau jaringan T yang disebabkan oleh radiasi R
Nama khusus satuan untuk Taradosis adalah Sievert (Sv), yang hubungannya dengan satuan lama Rem adalah 1 Sievert = 100 Rem.
Apabila organ atau jaringan mendapat penyinaran radiasi dari berbagai jenis atau energi maka persamaan menjadi :
HT = S ωR . DTR
  R
Besarnya Taradosis adalah jumlah dosis setiap energi radiasi dikalikan dengan masing-masing bobot energinya.
3.      Dosis Efektif
Hubungan antara kemungkinan terjadinya akibat stokastik dengan Taradosis ternyata juga bergantung pada kepekaan organ atau jaringan terhadap radiasi. Maka untuk menunjukan akibat stokastik total yang berasal dari berbagai dosis pada berbagai organ yang berbeda dianggap perlu mendefinisikan besaran lain yang diturunkan dari Taradosis, dengan memberikan bobot pada Taradosis setiap organ. Faktor bobot yang digunakan untuk dosis derap didalam setiap organ T disebut Faktor Bobot Jaringan (ωT). Nilai ωT dipilih agar setiap Taradosis seragam diseluruh tubuh dan menghasilkan Dosis Efektif.
Jumlah faktor bobot jaringan seluruh tubuh sama dengan satu. Apabila organ T yang mempunyai faktor bobot jaringan ωT diberi Taradosis HT, maka dosis efektifnya adalah
HE = HT . ωT
Apabila penyinaran terjadi di seluruh tubuh, Dosis Efektifnya yang diterima selurh tubuh sama dengan :
(HE)ST = S HT ωT = HST
Tabel 2 Faktor Bobot Jaringan, ωT ( ICRP Publication Report No. 60, 1989

Jenis Jaringan

ωT Faktor bobot Jaringan
Gonad
Sumsum Tulang Merah
Usus Besar
Paru-Paru
Lambung
Bladder ( Kandung Kemih )
Payudara
Hati
Oesophagus
Thyroid
Kulit
Permukaan Tulang
Organ sisa
0,20
0,12
0,12
0,12
0,12
0.05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,01
0,01
0,05
4.      Paparan Radiasi.
Apabila suatu jaringan mendapat paparan radiasi dari luar oleh suatu energi radiasi, dosis serapan yang diterimanya bergantung dari jenis dan energi radiasi yang mengenainya, dan juga pada susunan atom jaringan. Misalnya tulang memiliki Nomor Atom tinggi dibandingkan dengan jaringan lunak (tissue), akan menyerap energi radiasi yang lebih besar per satuan massa jaringan. Namun untuk mengukur dosis, teori yang mendasarinya menggunakan udara sebagai medium. Atas dasar itu maka terlebih dahulu akan diuraikan besar paparan radiasi, yang basa dilambangkan dengan X. Paparan Radiasi menyatakan kemampuan radiasi foton membentuk pasangan ion diudara yang dilaluinya. ICRU (Internatioanal Comission Radiological Unit) memberi batasan sebagai :
dQ
X = --------- C kg -1
Dm
dengan dQ menyatakan jumlah muatan elektron yang terbentuk oleh interaksi radiasi dengan udara dengan vulume udara yang massanya dm. Paparan Radiasi dalam satuan SI diukur dalam satuan Coulomb/kg, atau dengan nama khusus Roentgen (R),sedangkan
1 R = 2,58 x 10-4 C kg-1
Jika diketahui bahwa energi rata-rata yang diperlukan untuk membentuk satu pasangan ion di udara sama dengan 34 ev, maka didapat ;
1 R = 34 Gy ( di udara )
Hubungan antara R dan dosis serapan dalam Erg adalah :
1 R = 87,7 Erg/g
Dengan demikian besarnya dosis serapan di dalam suatu jaringan sangat tergantung dari struktur massa jaringan itu sendiri, struktur jaringan yang lebih kuat (misalnya tulang) ternyata menyerap lebih banyak energi radiasi dibandingkan dengan jaringan (tissue) dengan struktur yang lebih lunak.
BAB IV

ASPEK BIOLOGI PROTEKSI RADIASI

Upaya Proteksi Radiasi mencakup upaya pemberian perlindungan bagi seseorang, keturunannya, dan kemanusiaan pada umumnya terhadap kerugian akibat radiasi pengion, sambil tetap memaksimalkan manfaat penggunaannya. Pendekatan yang digunakan oleh International Commite Radiological Protection (ICRP No.60, 1990) untuk mencapai upaya memberikan perlindungan itu didasarkan pada pengetahuan yang terbaik yang sudah diketahui orang tentang akibat biologi yang dapat ditimbulkan oleh radiasi pengion pada organ atau jaringan tubuh. Agar tidak timbul kekeliruan atau penafsiaran menyesatkan, perlu kiranya lebih dulu dikaji perihal arti beberapa istilah yang sepintas lalu hampir sama artinya. Pertama adalah perubahan yang dapat terjadi pada sel jaringan sebagai akibat diterimanya radiasi pengion oleh sel itu; perubahan yang terjadi pada sel jaringan tidak selalu membahayakan. Kedua adalah kerusakan, yang menggambarkan tingkat perubahan yang menyebabkan tidak berfungsinya sel; kerusakan sel tidak selalu menyebabkan kelainan bagi seorang yang menerima penyinaran. Ketiga adalah bahaya, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukan akibat yang bersifat merusak, yang secara klinik dapat teramati, yang muncul pada seseorang yang mendapat penyinaran (akibat somatik) atau pada keturunannya (akibat herediter atau genetik). Yang terakhir adalah kerugian, suatu anggitan rumit yang menggabungkan kementakan, keparahan, dan saat munculnya bahaya. Kerugian tidak dapat diungkapan secara mudah hanya oleh satu peubah
Marilah lebih dulu kita bagi kelompok dosis yang dapat di terima oleh seseorang atau oleh jaringan atau organ tertentu. Dosis dapat diterima dengan cara sekaligus pada laju dosis tinggi; dosis yang diterima dengan cara itu disebut dosis penyinaran acute. Selain itu dosis dapat diterima dengan cara sedikit demi sedikit pada laju dosis rendah; dosis yang diterima dengan cara demikian disebut dosis penyinaran kronis. Dosis penyinaran acute dapat mengakibatkan sel jaringan yang terkena ’mati’ atau tidak lagi berfungsi. Disamping itu juga dapat menyebabkan sel berubah sifat; jika yang berubah sel somatik dapat timbul kanker, sedangkan jika yang berubah sel genettik, dapat menyebabkan informasi yang terkandung dalam sel berubah sehingga jika terjadi pembuahan dapat menimbulkan sifat keturunan yang berubah (mutasi gen).
Dari segi sel yang menderita, aspek akibat dibagi menjadi akibat somatik dan akibat genetik. Akibat somatik, apabila terjadi, dialami oleh keturunan mereka yang mengalami penyinaran, sedangkan akibat genetik, apabila terjadi, dialami oleh keturunan mereka yang mengalami penyinaran. Ditinjau dari sifatnya, akibat biologi dibagi menjadi akibat deterministik dan stokastik. Akibat yang bersifat deterministik dicirikan oleh tiga hal, yaitu :
1.    Adanya dosis minimum tertentu (dosis ambangan) yang menyebabkan suatu akibat deterministik tertentu untuk pertama kalinya dapat diamati.
2.    Keparahan akibat ini akan bertambah bila dosis di atas dosis ambangnya ditambah.
3. Ada keterkaitan yang jelas antara penyebab dan akibat.
Beberapa akibat somatik deterministik bersifat khas untuk bagian jaringan tertentu, misalnya katarak untuk lensa mata, kerusakan non-malignan untuk kulit, penghambatan produksi sel pada sumsum tulang yang menyebabkan kelainan haematelogi, dan kerusakan sel gonad yang dapat menyebabkan kemandulan. Untuk menjamin agar semua bagian jaringan tidak mengalami akibat deterministik, harus diterapkan batas dosis yang tidak melebihi dosis ambang bagi setiap jaringan tubuh.
Akibat biologi yang bersifat stokastik adalah akibat yang terjadinya berdasarkan kementakan yang dapat dialami oleh mereka yang mengalami penyinaran, atau dalam hal genetik oleh keturunan dari salah satu atau kedua orang tua yang mengalami penyinaran. Yang dapat diketahui hanyalah bahwa kementakan seseorang mengalami akibat stokastik tertentu menjadi lebih besar bila dosis penyinaran yang diterimanya bertambah besar. Pada daerah dosis rendah, yang biasa kita temui dalam kegiatan proteksi radiasi, akibat genetik dianggap bersifat stokastik. Dalam proteksi radiasi, karsinogenesis dianggap sebagai resiko somatik utama yang bersifat stokastik.
Seseorang dalam masyarakat mempunyai kemungkinan memperoleh kanker meskipun ia tidak mengalami penyinaran. Namun demikian, bertambahnya dosis penyinaran memperbesar kemungkinan terdapatnya kanker didalam masyarakat. Perlu diingat, bahwa kanker terjadi, belum tentu disebabkan oleh radiasi, mungkin disebabkan oleh zat karsinogen lain. Contoh yang mudah ialah bahwa kejadian kanker paru lebih banyak dijumpai di antara perokok dibandingkan terhadap kalangan bukan perokok. Namun, diketahui juga bahwa sebagian besar perokok tidak mengalami kanker paru. Mengingat semua hal diatas, proteksi radiasi harus ditujukan untuk dan sekaligus meminimalkan kemungkinan timbulnya efek negatif akibat radiasi pengion pada setiap anggota masyarakat.

No comments:

Post a Comment