BAB IV
Jenis-jenis program Jaminan mutu
dan
kendali mutu di bidang radiologi
A. Program
Kendali Mutu (QCP) dan Menjalankan tugas Profesi
QCP dilaksanakan dengan maksud
berupaya agar meminimalkan dosis
radiasi ke pasien, QCP juga berupaya
agar meningkatkan kualitas radiograf sehingga berakibat pada diagnosa yang
akurat, disamping itu QCP mengupayakan agar sumber daya yang ada akan
dimanfaatkan bersama-sama dengan peralatan yang tersedia seoptimal mungkin.
Radiografer sebagai tenaga yang punya tanggungjawab melekat patut terlibat
dalam aktivitas program sebagai perwujudan
tugas profesinya.
Kelebihan dan kelemahan bagi
seorang tenaga profesional radiografi (radiografer) dalam mengimplementasikan
QCP pada suatu unit pelayanan radiodiagnostik diantaranya adalah setiap
Radiografer Harus dilatih menggunakan
test tool, harus tersedia peralatan test
di setiap ruangan dan membutuhkkan Radiografer yang berdedikasi dan bermotivasi
tinggi.
Untuk aktivitas QCP yang lebih
spesifik pada Rumah sakit dengan kapasitas yang lebih besar (RS kelas A atau
B), kegiatan dilakukan oleh 2 atau 3
radiografer penuh waktu (full time) dan memerlukan komitment yang kuat untuk
bekerja dalam tim QC, sehingga ada orang yang bertanggung jawab penuh dan bila
diperlukan sebaiknya tersedia seorang Technogist dengan kemampuan lebih,
seperti misalnya radiografer dengan spesial training, menempati posisi yang
kuat (kebijakan Department). Dengan adanya tanggungkjawab penuh bagi kegiatan
QC oleh seorang Technologist maka akan
cukup waktu untuk melakukan program test, Off- dari tugas klinik dan bisa
berkonsentrasi untuk tugas-tugas QC misal : Tanggung jawab klinik hingga jam 12
setiap hari atau bebas tugas klinik pada hari Selasa, Rabu dan Kamis.
B. Jumlah
personel, kualifikasi dan keberhasilan Program Kendali Mutu serta
aktivitasnya
Jumlah orang yang telibat dalam QA/ QC tergantung
besarnya fasilitas pelayanan
1). Ukuran 5 Ruang atau kurang
Pelayanan kunjungan physicist sekali sebulan
tersedia tenaga engineer untuk perawatan panggilan
secara darurat
Perawatan reguler untuk cheking peralatan
2). 5 - 15
ruang pemeriksaan
Part time QC technologist
Full
time pelayanan yang akan dilakukan engineer
Pelayanan
konsultasi Physicist sekali dalam seminggu
3).
15 - 20 Ruang pemeriksaan
Full time QC technologist, 2 atau lebih full time services
engineers
Pelayananan
Physicist minimal paruh waktu atau 20 jam seminggu dengan jadual yang tetap,
Konsultasi by telepon
4). 25 - 30 ruang pemeriksaan
Minimal
tersedia 1 technologist untuk masing-masing ruang (25 ruang)
Full
time engineer, Full time physicist, Program
QC radiodiagnostik
X-Ray
Equipment & Daily Processor, Check out ruang radiografi umum (tanpa
fluoroscopic dan peralatan tomografi) ==
1 -2 jam
Ruang
Radiographic dan Fluoroscopi == 2 - 4 jam
Ruang
Tomografi === sampai 3 jam
Sediakan
waktu untuk sepervisi orag yang bertugas di kamar processing dan orang yang
membaca kontrol strip
Kualifikasi
QC Technologist:
a) QC Technologist harus cakap, tangkas dan penuh
pengalaman tentang peralatan
b) QC technolist terampil dan aktif dlm
kegiatan-kegiatan pertemuan departemen
c)
Dapat membantu
menyiapkan spesifikasi pembelian equipment
C. Keberhasilan program QA/QC
Tergantung dari
·
Komitmen dari
pimpinan puncak
·
Komitment dari
semua personel
·
Kejelasan
tanggung jawab jaminan mutu
·
Mau melakukan
perubahan sikap
·
Pencatatan yang
akurat
·
Komunikasi yang
efektif pd setiap tingkat organisasi
·
Pelatihan tenang
pengetahuan dan keterampilan
D. Bentuk
Program Jaminan Mutu
1. Program Jaminan Mutu Prospektif (Prospective
Quality Assurance)
Program Jaminan Mutu yang
dilakukan sebelum sebelum pelayanan dilakukan dan difokuskan pada standar
masukan dan lingkungan diantaranya Standarisasi, Perizinan, Sertifikasi,
Akreditasi
2. Program Jaminan Mutu Konkuren
(Concurrent Quality Assurance)
Program Jaminan Mutu
yang diselenggaraan bersamaan dengan pelayanan dan
Difokuskan pada
standar proses. Biasanya kegiatannya memantau tindakan medis dan non medis,
Terkadang ada masalah kesulitan dalam pelaksanaannya karena faktor tenggang
rasa kesejawatan sehingga perlu dibentuk
tim kerja atau peer group
3. Program Menjaga Mutu Retrospektif
(Retrospective Quality Assurance)
Program Jaminan Mutu
yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan setelah pelayanan diberikan dan difokuskan
pada standar keluaran seperti reviu rekam medis, reviu Hasil, reviu klien
E. Aplikasi sensitometri dalam program jaminan mutu dan
program kendali mutu radiologi
1. Sensitometri:
Sensitometri adalah metode mengukur karakteristik respon
film terhadap radiasi baik dari cahaya tampak atau sinar-X. Caranya film diekspose dengan
sinar-X atau cahaya tampak dengan nilai eksposi tertentu untuk menghasilkan
serial densitas, kemudian film di proses dan hasil densitasnya diukur dengan
densitometer dan dibuat sebuah kurva yang dikenal dengan kurva karakteristik.
Dalam sensitometri dikenal 2 (dua) metode, yaitu sebagai
berikut :
n
X-ray Sensitometry adalah metode mengukur karakteristik
respon film yang diekspose dengan menggunakan sinar-X (X-ray)
n
Light Sensitometry adalah metode mengukur karakteristik
respon film yang diekspose dengan cahaya tampak (light)
2. Densitas (D)
Dapat didefinisikan sebagai jumlah penghitaman pada film,
Densitas diperoleh dari perbandingan antara intensitas cahaya yang diteruskan
dengan intensitas cahaya mula-mula. Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
D :
Densitas
It :
Intensitas cahaya yang diteruskan
Io :
Intensitas cahaya mula-mula
3. Opasitas (O)
Opasitas adalah perbandingan antara
intensitas cahaya mula-mula dengan intensitas cahaya yang diteruskan.
Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
O :
Opasitas
It :
Intensitas cahaya yang diteruskan
Io :
Intensitas cahaya mula-mula
4. Densitas Optik (DO)
Adalah logarithma
opasitas, sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Optikal densiti diperoleh dari logaritma opasitas, sehingga sangat mudah
dimanipulasi secara matematik. Hubungan antara densitas, opasitas dan transmisi
dapat dilihat pada ilustrasi sebagai berikut :
Densitas 1 + Densitas 1 = Densitas 2
1
|
2
|
3
|
Transmisi
|
10 %
|
1 %
|
0.1
%
|
Opasitas
|
10
|
100
|
1000
|
Silver
Weight
|
X
|
2X
|
3X
|
Gambar 1. Densitas: hubungan antara
silver weight, opasitas dan transmisi
Tabel 1 : Contoh
opasitas, optikal densiti, dan persentase dari transmisi cahaya
Opasitas
|
OD number
|
Percentace of
light transmitted through the film
|
1
2
4
8
10
20
40
80
100
200
400
800
1000
2000
4000
8000
10000
|
0.0
0.3
0.6
0.9
1.0
1.3
1.6
1.9
2.0
2.3
2.6
2.9
3.0
3.3
3.6
3.9
4.0
|
100
50
25
12.5
10
5
2.5
1.25
1
0.5
0.25
0.125
0.1
0.05
0.025
0.0125
0.01
|
Dari tabel 1 diatas terlihat
contoh dari perhitungan opasitas, optikal densiti, dan persentase dari
transmisi cahaya lebih jelas.
5. Kurva Karakteristik
( Kurva D LOG E/ HURTER AND DRIFFIELD/H AND D )
H & D kurava adalah kurva atau gambar
yang memberikan ilustrasi sebuah film atau film-secreen system dalam memberikan
respon terhadap berbagai tingkat eksposi.
Ilustrasi dari kurva
karakteristik dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2. Kurva Karakteristik
Gambar 3. Bagian-bagian dari kurva
karakteristik
6. Manfaat Kurva Karakteristik antara lain yaitu :
n
Mengetahui besar
kecilnya fog level
n
Menilai kontras
film
n
Menilai
kecepatan film
n
Menilai densitas
maksimum
n
Untuk membanding
satu film dengan yg lain
n
Membandingkan IS
satu dengan yg lain
n
Mengetes cairan
pembangkit
n
Mengetahui
latitude film
n
Kontrol kualitas
otomatik prosesing.
7. Cara Membuat Kurva Karakteristik adalah melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut
n
Eksposi
dan procesing film
n
Mengukur
densitas yg dihasilkan
n
Plotting
kurva
8. Seri Eksposi Sensitometri
ada 2 (dua) metode yaitu :
a). Time Scale Sensitometry
Pada metode ini tegangan tabung (kV), arus
tabung (mA) tetap
yang
diubah waktunya (s).
n
Tegangan
tabung (kV), arus tabung (mA) dan jarak (FFD) tetap
n
Waktu
eksposi selalu divariasi oleh faktor 2.
n
Dilakukan
11 kali eksposi yang diperlukan untuk membuat plot titik pada
kurva karakteristik sehingga didapatkan grafik
yang baik.
n
Keuntungan :
n
Diketahui waktunya
n
Memungkinkan film dengan densitas yang rendah
pada saat masuk pada processor terjadi “reducing bromide drag” sehingga
mengurangi terjadinya streak artefak pada film.
n
Kerugian :
n
Eksposi dilakukan secara kontinyu dimulai
dengan 0.1 s dan dilanjutkan dengan 0.2,
0.4, 0.8, 1.6, 3.2, 6.4,12.8, 25.6, 51.2, 102.4 --- diperlukan timer khusus
pada meja kontrol sinar-X
n
Kesalahan perulangan “reciprocity failure”
sebesar 0.01 s
n
Pengujian ini yang terpenting adalah waktu
yang diperlukan untuk pembentukan kurva.
b) Intensity
Scale Sensitometry :
-
dengan menggunakan step wedge/penetrometer
-
dengan sensitometer
Pada Intensity Scale
Sensitometer ada 3 cara yaitu :
Dengan X-ray dengan
variasi intensitas sebagai berikut :
1.
Tegangan tabung (kV) dan jarak (FFD) konstan
2.
Variasi nilai arus tabung ( waktu (s) tetap, variasi arus tabung / mA).
3.
Biasanya dibentuk oleh variasi tinggi tabung
(tube) dalam kaitan antara film dengan hukum kuadarat jarak terbalik ( inverse
square law)
4.
Membutuhkan
ketelitian/akurasi pada pengontrol sinar-X (X-ray set), perhitungan dan
pengukuran.
Dengan menggunakan step wedge :
1.
Disiapkan stepwedge/penetrometer
2.
Dieksposi dengan cara menempatkan stepwedge
dan tercover keseluruhan bagian dari
stepwedge
3.
Faktor eksposi yang meliputi tegangan tabung
(kV), arus tabung dan waktu (mAs)
disesuaikan dengan kombinasi film-screen yang digunakan.
4.
Hasil
pengukuran densitas dengan menggunakan densitometer dicatat dan plotting kurva
5.
Keuntungan :
n
Penetrometer dapat membuat sejumlah step,
sehingga kurva karakteristik yang didapat bisa lebih akurat
n
Penetrometer dapat digunakan kembali
n
Ini dapat digunakan pada kombinasi screen-film
yang berbeda
n
Waktunya diketahui
n
Memungkinkan memproses film dengan densitas
rendah masuk pertama kali pada processor.
6.
Kerugian :
Kurva karakteristik film yang dihasilkan hanya untuk
tegangan tabung (kV) tertentu.
Gambar 4. Stepwedge
Dengan menggunakan sensitometer
1.
Keuntungan :
n
Cepat dan mudah
digunakan
n
Dapat digunakan pada kombinasi film-screen yang berbeda
n
Pemrosesan film pada interval waktu yang sudah diketahui
n
Memungkinkan pemrosesan film dengan densitas yang rendah
masuk pada processor pertama kali
2.
Kerugian
Harga alat mahal
|
Gambar 5.
Sensitometer
Gambar 6.
Densitometer
Penggolongan bagian-bagian kurva
karakteristik dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
|
Keterangan :
b.
Point A, basic fog
c.
Point B Toe
d.
Point C ( B – D) – straight line
e.
Point D – shoulder
f.
Point E – densitas maximum
g.
From E onwards – region of reversal / solarisation
Bagian-bagian kurva karakteristik meliputi :
n
Point A (Daerah sebelah kiri Toe)
Densitas
base, fog, threshold
a.
BASIC FOG = Densitas
base + Fog
Basic
fog adalah densitas yang terekam pada
base (dasar film), misalnya pada dasar yang memberi warna biru, ditambah dengan
densitas chemical fog yang terekam pada saat penyimpanan film, processing film
dan lain-lain.
Contoh : Basic fog <= 0.11 ( densitas base) + 0.11 (fog) pada daerah
mediastinum thorax
§
DENSITAS NETO = Gross density – basic fog
a.
TRESHOLD adalah daeradimana emulsi film mulai merespon eksposi dan
densitasnya mulai meningkat di atas basic fog
b.
Ada tiga kategori penyebab terjadinya fog yaitu :
Kesalahan
yang terjadi pada saat penyimpanan film (Storage Faults) meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1.
Terlalu lama waktu
penyimpanannya
2.
Temperatur terlalu
tinggi
3.
Kelembaban terlalu
tinggi
4.
Penyimpanan film secara
horisontal
5.
Radiasi alam
(background) terlalu tinggi
6.
Radiasi hambu
Kesalahan yang terjadi di kamar gelap (Darkroom Faults)
meliputi :
a.
Lampu pengaman
yang tidak benar
b.
Waktu penanganan
film di kamar gelap terlalu lama
c.
Terlalu banyak
lampu pengaman
d.
Lampu pengaman
terlalu dekat
e.
Lampu pengaman
terlalu terang
f.
Lampu pengaman
yang sudah retak/pecah
g.
Kebocoran pada
lampu pengaman
Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film (Processing
Faults) meliputi :
n
Over-replenishment
n
Temperatur
developer yang terlalu tinggi
n
Waktu pemrosesan
film terlalu lama
n
Kontaminasi
n
Temperatur fixer
terlalu dingin
n
Waktu pemrosesan di fixer terlalu pendek
n
Fixer
under-replenishment
n
Point B-D
(Daerah antara Toe-Shoulder/ straight line portion)
kontras, gradient, latitude film, lat.eksposi, speed
Information from straight line portion
n
Gamma
n
Contrast
n
Average gradient
(average gamma)
n
Useful exposure
range
n
Useful density
range
n
Film latitude
n
speed
A.
KONTRAS :
- GAMMA (G)
G
= tan A
- GRADIENT
RATA-RATA
- Densitas guna = net density 0.25 – 2.0.
- Gradient rata-rata / kontras ditentukan oleh
:
emulsi film, jenis film( single/double), kondisi
prosesing, dan tabir penguat (Intensifying Screen).
Ilustrasi tentang gamma dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
|
Sedangkan gradien rata-rata dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 9. Gradien
rata-rata
LATITUDE
Adalah kemampuan sebuah film utk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu.
- Latitude Film
Adalah kemampuan sebuah film utk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu.
- Latitude Film
Menggambarkan
selisih antara batas atas dan bawah log eksposi relative atau log Ey – log Ex kontras naik, lat. Film turun
- Latitude
exposi
Toleransi film terhadap kesalahan pemilihan faktor eksposi seperti tegangan (kVp), arus tabung (mA), dan waktu (s), serta jarak (FFD) pada saat eksposi dilakukan.
Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontrast subject
Toleransi film terhadap kesalahan pemilihan faktor eksposi seperti tegangan (kVp), arus tabung (mA), dan waktu (s), serta jarak (FFD) pada saat eksposi dilakukan.
Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan kontrast subject
SPEED
Speed sebuah film adalah sejumlah X- ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas tertentu.
Film A memiliki kecepatan relative terhadap film B maksudnya adalah rasio eksposi yang diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg sama.
Speed reference = 100
densitas ref = 1.0
Speed sebuah film adalah sejumlah X- ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas tertentu.
Film A memiliki kecepatan relative terhadap film B maksudnya adalah rasio eksposi yang diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg sama.
Speed reference = 100
densitas ref = 1.0
n
Speed point : titik pada kurva karakteristik dimana nilai
densitasnya adalah 1 + b+f
n
Speed exposure point: log eksposi yg menghasilkan speed
point
n
Bila film A
speed eksp point = 2,0
film B speed eksp point = 1,5
Beda speed kedua film =
antilog (2,0-1,5) = 3,16
Jadi film A 316 % kali lebih
cepat dari film B.
n
Point E ( Daerah sebelah kanan Shoulder) maksimum density dan reversal
5. Program pengujian esensial terhadap kebocoran Kamar Gelap
dan lampu pengaman, automatic film processor, x-ray kaset dan IS
g. Screen/Film
Contact test
Latar
belakang
Sebagai
salah satu komponen pencatat bayangan kaset radiografi dituntut untuk dapat
mencatat bayangan sebaik mungkin seperti obyek aslinya. Artinya kaset
radiografi dapat tetap menjaga parameter-parameter radiografi seperti densitas,
kontras radiografi dan ketajaman. Kaset radiografi memegang peranan penting dalam menjaga
mutu ketajaman radiografi dalam kaitan dengan struktur kaset radiografi.
Gambar kontak
screen-film yang baik
Gambar non kontak
film-screen
Beberapa faktor penyebab ketidak
kontakan antara film dan skreen antara lain:
§
Ada suatu benda dibawah screen
§
Pecahnya bingkai
kaset
§
Pecah, bengkok
dan lepas engsel
§
Pecah, bengkok dan lepas kunci kaset
§
Melengkungnya
screen karena kelembaban tinggi
§
Melengkungnya
sisi depan kaset
Kalau kita melihat gambar diatas maka akan nampak
bahwa antara lapisan busa tidak sama ketebalannya, sehingga pada bagian
tersebut akan “menarik” screen karena lapisan screen menempel pada lapisan busa
dan pada bagian tersebut menyebabkan ketidak-kontakan dengan film. Akibat
adanya gap tersebut maka akan ada 2 efek yaitu peningkatan densitas dan adanya
ketidak tajaman.
Munculnya ketidak tajaman bayangan karena terdapatnya
jarak antara butiran screen dan film sehingga informasi yang dibawa oleh screen
mengalami ketidak tajaman akibat adanya penumbra.
Peningkatan densitas terjadi karena penumbra-penumbra
yang timbul saling berdekatan bahkan saling overlapping diantara mereka.
Pada hasil pengujian akan tampak bahwa bayangan
lubang-lubang wire-mesh pada area non-kontak akan menampakkan gambaran
lubang-lubang yang tidak tajam, sedangkan pada area lainnya lubang-lubang
tersebut akan terlihat tajam. Pada suatu instalasi radiologi yang tidak
memiliki wire-mesh tidak berarti tidak dapat melakukan pengujian kontak
screen-film kontak. Kita dapat memakai alat lainnya yang fungsinya mirip dengan
wire-mesh, yaitu kita dapat menggunakan klip kertas yang disebarkan ke seluruh
permukaan kaset dan hasilnya dapat diamati apabila bayangan klip tidak tajam
berarti pada daerah itu dapat diduga terjadi ketidak-kontakan antara film dan
screen
1.
Program pengujian terbatas terhadap parameter fisik
generator sinar-X berikut peralatan pendukung pelengkap lainya:
|
Pengukuran Radiasi
Banyak data dapat diperoleh
selama proses pengujian performance alat sinar-X. Pengukuran-pengukuran
terhadap kinerja generator pembangkit sinar-X pada dasarnya melibatkan
pengukuran-pengukuran terhadap radiasi yang keluar dari tabung sinar-X sehingga
beberapa type detektor radiasi dijadikan alat standart pengukuran dalam uji-uji
yang dilakukan. Detektor yang sering digunakan untuk uji performance adalah
detektor gas (gas-filled chamber). Diagram skematik berikut
ini adalah gambar dari detektor gas .
Jenis
ion chamber adalah salah satu jenis detektor gas yang lazim digunakan pada
alat-alat ukur radiasi sinar-X. Ion Chamber hanya memerlukan tegangan ±
100-3000 volt untuk dapat bekerja dengan baik. Dibandingkan dengan jenis
detektor radiasi lainnya. (prosposional center 300-900 volt dan Geger Muiler
center 900-1200 volt). Karena pengukuran sumber sinar-X tidak membutuhkan
detektor-detekor yang sangat peka seperti jenis9jenis detekor yang sering
digunakan pada Kedokteran Nuklir. Pocket dosimeter adalah contoh jenis detekor
radiasi sinar-X yang cukup baik dan mudah dijumpai di pasaran dan dapt
dipergunakan untuk pengukuran radiasi sinar-X.
Gambar
di atas menjelaskan bagaimana intensitas
signal dari suatu detektor gas meningkat bila tegangan yang terjadi pada
chamber juga meningkat. Daerah A adalah daerah recombinasi, daerah b adalah
ionisasi, daerah C adalah daerah proposional, daerah D adalah daerah
Geger-Muiler dan daerah E adalah daerah discharge.
Grafik
ini perlu dipahami oleh praktisi yang akan melakukan pengukuran radiasi, karena
setiap jenis detektor membutuhkan voltase yang berbeda untuk dapat bekerja
secara optimum.
Voltase
tabung sinar-X mempunyai efek yang signifikan terhadap kontras gambar, densitas
optik dan juga dosisi radiasi kepada pasien. Oleh karena itu pemilihan kV pada
meja kontrol seharusnya memproduksi out kVp dengan tingkat energi radiasi
sinar-X yang proposional. Kejadian tidak proposionalnya energi sinar-X yang
keluar dengan setting kVp pada kontol merupakan indikasi ketidakakuratan nilai
kVp.
Variasi
perbedaan setting kvP dengan kualitas`berkas`sinar-X masih diperkenankan s.d ±
4 kVp dari nilai sesungguhnya.
Pengujian
terhadap akurasi kVp dapat dilakukan dengan alat ” wisconsin test cassete ”
atau ’ Digital kVp meter`seperti terlihat pada gambar berikut.
Gbr. Wisconsin cassete
Gbr.
Full function
Akurasi dan presisi timer
Waktu
eksposi secara langsung mempengaruhi kuantitas keseluruhan dari radiasi sinar-X
yang keluar dari tabung sinar-X. Dengan demikian, keakuratan waktu eksposi
adalah bersifat kritikal bilamana dikehendaki eksposi terhadap radiograf
memadai dengan dosis radiasi yang beralasan terhadap pasien.
Variabilitas
yang di perbolehkan untuk akurasi waktu eksposi adalah ± 5 % untuk penggunaan
waktu eksposi lebih b esar dari 10 mA,
dan ± 20 % untuk eksposi lebih kecil dari 10 mS.
Cara
termudah untuk mengukur akurasi nilai waktu eksposi adalah dengan menggunakan
dengan menggunakan”digital timer meter atau multi funtion meter”. Namun demikian
bila fasilitas radiologi tidak memiliki peralatan non invansif semacam ini,
sebuah alat sederhana yang dikenal dengan ” Spinning Top Device” guna menggukur
akurasi waktu eksposi pada suatu sistem generator pembangkit sinar-X.
Interpretasi
gambar dari hasil pengukuran dapat dilihat sebagaimana contoh gambar berikut
ini
Gbr a. Exposure time (digital) – QC Equipment
b. Spinning top devices (manual) – QC
Equipment
Bila generator sinar-X
adalah half wave rectifier ( penghantar setengah gelombang) maka untuk
menghitung atau mengkonversi waktu eksposi yang sesungguhnya adalah dengan
cara:
Banyaknya titik hitam
= waktu eksposi (secons) x 60 )
Selanjutnya bila generator
yag dimiliki full have rektifier (penghantar gelombang penuh) Maka,
Banyaknya titik hitam
= waktu eksposi (secons) x 120
Pengujian dengan spining
top sebaiknya menggunakan pengaturan waktu pada 1/10, 1/20, 1/30 & 1/40
untuk peralatan dengan phasa tunggal. Untuk peralatan dengan fassa tiga atau
hight frequency generator. Produksi sinar-X sudah konstan, sehinnga gambaran
spining top akan berupa busur melingkar dan bahan gambaran titik. Karena alasan
ini maka alat manual spining top tidak bisa digunakan, dan harus menggunakan
alat ukur yang dilengkapi dengan penggerak motor elektrik (syncronous spining
top devices)
Akurasi dan konstansi mA
mA Exposure time
linierity dan reciprocity
mA selektor pada generator
sinar-X adalah digunakan untuk mengatur temperatur filamen tabung sinar-X,
sepanjang waktu eksposi radiasi terjadi. Lebih penting lagi mA selektor
menentukan kuantitas dari radiasi sinar-X yang terjadi dalam suatu berkas
sinar. Dengan demikian maka akurasi nilai mA yang dipilih adalah sama
pentingnya dengan akurasi timer eksposi (waktu eksposi). Satu metode untk
pengujian akurasi mA yang dapat dilakukan adalah dengan membuat satu eksposi
radiasi sambil mencermati mas meter pada panel kontrol. Metode
terbaik selain ini adalah dengan menguji resiprok dan kelinieran dari mA.
Reciproc
berarti : Eksposi dilakukan pada nilai mAs yang sama diperoleh dengan kombinsi
mA dan S yang berbeda.
Output
Radiasi seharusnya adalah sama sepanjang kVp yang digunakan dijaga pada posisi
konstan. Untuk menghitung nilai resiprok dari suatu eksposi
radiasi maka dapat digunakan rumus sbb:
Reciprocity
varience = ( mR/mAs max-mR/mAs min) : 2
mR/mAs
rata-rata
Variasi
resiproksiti masih diperkenankan pada prosentase ± 10 %
Dikatakan
bahwa resiprok generator adalah baik bila perhitungan variancenya adalah lebih
kecil dari 10 %. Alat untuk mengukur eksposi dan mengitung
resiprok dapat mengunakan dosimeter saku atau menggunakan Al.
Linierity
Linierity
berarty bahw peningkatan yang teratur dalam nilai mas seharusnya memproduksi
peningkatan yang teratur dalam nili eksposur yang di ukur. Dengan kata lain,
jika kita mengatur 70 kv an 10 mas untk memproduksi eksposi sebesar 50 mR pada
dosimeter, maka selanjutnya bila kita mengatur 70 kV, 20 mAs untuk alat yang
sama seharusnya memproduksi nilai eksposi sebesar 100 mR, tentunya bila mA
station dan timer sudah terkalibrasi. Variasi linierity masih diperkenankan
antar ± 20 %.
Pengukuran
linierity dapat ilakukan seoerti apa
yang di kerjakan pada pegukuran recprocity atau dengan cara yang sama dngan
ruus sbb:
Linierity varience = ( mR/mAs
max-mR/mAs min) : 2
mR/mAs rata-rata
Apabila hasil pengulangan/
penghitungan linierity pada kisaran lebih kecil dari 10 % maka dapat dikatakan
bahwa linierity sementara adalah baik. Promlem yang sering di jumpai di
lapangan bahwa buruknya linierity suatu system karena buruknya timer, rektifier
yang buruk.
Tabung sinar-X
1. Evaluasi fokal spot efektif
Terminologi
focal spot (focus)
Dalam
tabung sinar-X proses tumbukan antara elektron-elektron yang berasal dari
katoda dan bahan anoda berupa tungsten, ada suatu area pada daerah anoda yang tersedia untuk memancarkan foton
sinar-X yang dihasilkan ke segala arah. Dari area itulah foton sinar memancar dan energi
panas mengalir. Daerah itu untuk selanjutnya disebut dengan focalspot atau
focus.
Peranan
focal spot dalam pembentukan gambaran radiografi
Untuk dapat memberikan
gambaran obyek yang tajam maka diperlukan suatu sumber sinar atau cahaya yang
berupa (mendekati) titik kecil. Dengan sumber penyinaran yang sangat kecil
tersebut diharapkan proyeksi penggambaran tidak mengalami kekaburan
(unsharpness). Karena sumber penyinaran yang relatif luas akan menimbulkan efek
penumbra pada proses pencatatan gambaran. Penumbra itu berasal dari adanya
penumpukan proyeksi penggambaran terhadap suatu obyek, sehingga seolah-olah
tepi dari obyek tersebut menjadi tampak tidak tajam. Ketidak tajaman tersebut
secara awam disebut dengan ketidak jelasan gambar.
Pengaruh
ukuran focal spot dalam pembentukan gambaran
Dalam pembuatan gambaran
radiografi, khususnya yang memerlukan ketajaman tinggi seperti tulang, jaringan
mammae, jaringan lunak, dll. dipersyaratkan adanya sumber radiasi (focal spot)
yang ukurannya sangat kecil (mendekati titik) sehingga struktur dari
organ-organ tersebut dapat tergambar dengan baik. Kalau gambaran tulang akan
terlihat pola gambaran trabekula, pada jaringan mammae akan terlihat jaringan
fibroglanduler serta gambaran mikro kalsifikasi dan pada jaringan soft tissue
akan terlihat batas-batas dari subkutan. Aplikasinya pada focal spot yang kecil
akan menimbulkan gambar tajam dan sebaliknya.
2. Kolimator & beam alignment
Telah kita ketahui semua bahwa
sinar-X dihasilkan karena adanya tumbukan dari elektron-elektron yang dihasilkan olah katoda yang mengarah
pada anoda sehingga hasilnya adalah energi foton sinar-X yang jumlahnya hanya
sekitar 1% dan sisanya berupa energi panas yang jumlahnya kurang lebih sampai
dengan 99%. Sesuai dengan sifat fisika yang dimiliki maka foton sinar-X yang
dipancarkan arahnya adalah menuju kesegala arah (spherical) atau berbentuk bola.
Selain itu foton sinar-X juga
tidak dapat diidentifikasi dengan indera yang dimiliki manusia, karena spektrum
panjang gelombangnya diluar rentang spektrum sinar yang mampu terlihat oleh
mata telanjang manusia, sehingga sangat tidak mungkin untuk mengetahui ada
tidaknya sinar-X disekeliling kita.
Keperluan pemeriksaan
Pemeriksaan radiologi khususnya
radiodiagnostik hanya memerlukan sejumlah sinar-X untuk dapat menghasilkan gambaran radiografi.
Karena luas permukaan tubuh yang menjadi obyek pemeriksaan relatif tidak begitu
luas, maka keluaran sinar-X perlu dibatasi. Karena sifat sinar-X yang tidak
dapat diindera itulah kita membutuhkan suatu alat bantu yang dapat menampilkan
seolah-olah seperti luas sinar-X yang kita gunakan. Dalam hal ini proteksi
radiasi memegang peranan penting dalam pembatasan luas lapangan radiasi, karena
kita harus melindungi organ-organ yang tidak diperiksa dari paparan radiasi.
Untuk membatasi luas lapangan radiasi yang akan digunakan maka pada tabung
sinar-X (tube housing) diletakkan
suatu alat yang disebut dengan kotak kolimator.
Fungsi kolimator
Dengan kolimator diharapkan kita
dapat menggunakan sinar-X secara efisien, artinya kita dapat mengetahui dengan
seksama berapa luas sebenarnya sinar-X yang akan dimanfaatkan untuk
menghasilkan gambaran. Bagaimana kolimator dapat membantu kita seperti
demikian? Karena sinar-X itu tidak terlihat maka kita menggunakan cahaya tampak
yang diproyeksikan seperti arah dan luas sinar-X agar mata kita dapat melihat
dengan nyaman seberapa luas sinar-X yang keluar dari tabung dan akan dimanfaatkan untuk pemeriksaan. Bila
cahaya tampak yang terproyeksi keluar ukurannya 24 cm x 30 cm maka kita merasa
yakin bahwa sinar-X yang keluar juga berukuran seperti itu.
Konstruksi
kolimator dan komponennya
- Pengatur bukaan dan skalanya
- Tombol lampu kolimator
- Daun kolimator (arah kanan-kiri dan depan-belakang)
- Cermin kolimator yang bersudut 45o
- Rumah kolimator
Macam-macam
kerusakan kolimator
- Gerakan daun kolimator yang tidak simetris
- Macetnya gerakan kolimator disatu sisi
- Berubahnya sudut cermin kolimator
- Tidak lenturnya kawat pengatur gerakan daun kolimator
Pengaruh kolimator pada pembuatan radiograf
Sesuai kebutuhan klinis maka
kita mengharapkan bahwa setiap radiograf yang dihasilkan hanya akan memuat gambaran anatomi dari organ
yang diperiksa saja tidak perlu menampakkan organ lainnya. Misalnya jika kita ingin membuat radiograf
thorax maka hanya organ thorax saja yang
tercakup dalam radiograf, tidakperlu menampakkan abdomen dan daerah cervikal
karena hanya akan memberi beban dosis radiasi saja.
Tetapi disisi lain dengan adanya kolimator, kita
tidak ingin luas lapangan lampu kolimator berbeda dengan luas lapangan sinar-X
yang sesungguhnya, sehingga organ yang inginkita tampakkan menjadi “terpotong
oleh kolimator itu sendiri, sehingga tujuan klinis menjadi tidak tercapai.
3. Beam alignment test
Apabila kita membaca pada materi tentang kolimator
maka salah satu sifat sinar-X adalah merambat kesegala arah membentuk bola (spherical). Dari bentuk menyerupai bola
tersebut maka pada dasarnya sebaran foton sinar-X tersebut memiliki banyak
sekali sampai tak terhingga arah foton.
Terminologi
beam alignment
Untuk
melihat proyeksi suatu benda maka kita perlu memilih arah sebaran foton yang
searah dengan benda tersebut, sehingga profile dari benda tersebut dapat
menjadi jelas. Sebagai contoh apabila kita ingin menyorot sebuah pohon dengan
lampu senter maka sesungguhnya kita sudah memilih arah sebaran foton (serta
mengarahkan sebaran foton yang tidak searah dengan benda tersebut) sesuai arah
pohon tersebut. Secara geometris maka pertengahan sinar senter tepat mengarah pada pohon
tersebut.
Peranan
beam alignment dalam pembuatan radiograf
Dalam
aktifitas pembuatan radiograf sesungguhnya kita hanya memerlukan “satu” arah
foton saja sebagai suatu pedoman geometris dalam memproyeksikan organ-organ
anatomis yang akan diperiksa ke arah film, sedangkan sisanya yang jumlahnya
sangat banyak itu dapat kita abaikan. Satu arah foton tersebut nantinya akan
berkedudukan searah bersama dengan pusat obyek anatomi yang diperiksa dan
pertengahan film. Dengan kesejajaran seperti itu maka diharapkan akan
didapatkan gambaran anatomi sesuai dengan profile yang diinginkan dan berada
tepat dipertengahan kaset.Untuk selanjutnya kita menyebut beam alignment dengan
pusat sinar (central ray).
Jika kita mengarahkan tabung dengan arah vertikal 90o terhadap
meja pemeriksaan, maka seharusnya pusat sinar-X (yang menyebar berbentuk bola)
akan betul-betul menyudut 90o terhadap meja. Pusat sinar memiliki peranan yang
sangat penting pada pembuatan radiograf terhadap organ anatomi yang kecil dan
berupa suatu saluran (channel) karena
dengan arah pusat sinar yang sejajar dengan arah poros saluran dari organ
tersebut akan menampakkan saluran tersebut. Contoh organ yang memerlukan pusat
sinar yang akurat antara lain foramen opticum, selle tursica, os nasal, dll.
Pengaruh beam non-alignment dalam
pembuatan radiograf
Apabila kita ingin membuat radiograf dari foramen opticum, apabila beam
alignment tidak sesuai, dalam arti poros dari foramen telah tegak lurus
terhadap meja tetapi pusat sinar tidak tegak lurus, maka dalam radiograf tidak
akan mampu menampakkan kedalaman fontactramen dengan baik. Keadaan tersebut
dalam radiografi disebut dengan perubahan bentuk gambaran (distorsi) khususnya
yang disebabkan arah sinar yang salah.
5. Evaluasi kecukupan HVL
Filtrasi
sinar-X yang baik adalah bila kondisi low energi level dapat tereduksi dan
tidak mencapai pasien atau pada film.Dosis radiasi pasien akan meningkat s.d 90
% bila fluktuasi sinar-X dalam kondisi yang tidak memadai. Penyerapan berlebihan
terhadap fiamen tabung sebagai salah satu penyebab utama perubahan inherent
filter, yang pada gilirannya mengurangi kecukupan filter radiasi pada suatu
tabung sinar-X. Metode terbaik untuk mengukur kecukupan filter adalah dengan
uji HVL (Half-Value-Layer). Sebuah dosimeter saku dapat digunakan untuk menguji
kecukupan filter. Data yang diperoleh selanjutnya dapat di plot dengan semilog
grafik (fungsi mR terhadap ketebalan filter). Bila
HVL ≤ 2,3 m pada 80 kVp maka perlu dikalibrasi.
Peralatan pendukung:
a. Grid alignment test
Fungsi grid adalah mengurangi
radiasi hambur yang mencapai film ketika proses pemotretan radiografi terjadi.
Kualitas gambar akan meningkat bila scatters
(radiasi hambur) dapat dikendalikan atau direduksi. Grid terlihat seperti
sebuah lembar metal lembut yang sederhana, tetapi sebenarnya sebuah alat yang
dibuat dengan presisi tinggi tetapi alat ini juga mudah rusak.
Grid sinar-x yang beredar di pasaran memiliki banyak
variasinya, pemakaian dari grid yang bervariasi ini tergantung dari tujuan dan
fungsi grid itu sendiri dalam ini adalah jenis-jenis grid bila dilihat menurut
struktur dan arah gerakannya.
Pembagian jenis grid menurut struktur nya:
a. Grid Paralel
§
Strip Pb paralel
satu dengan lainnya dalam satu arah
§
Ada dua jenis pada garis grid paralel, Fokus dan
Non-Fokus
§
Moving dan Stationary keduanya bisa dengan kontruksi
paralel
b. Cross-hatch
§
Dua set strip Pb saling super posisi 90° satu dengan lainnya
§
Umumnya untuk stationary grid dan hanya digunakan untuk
teknik kV tinggi dan tanpa penyudutan tabung
§
Desain ini hanya digunakan dalam grid stationary
c. Non-Fakus Grid
§
Merupakan grid
paralel
§
Strip satu dengan yang lainya sama
d. Fokus Grid
§
Merupakan grid paralel
§
Berbeda dengan grid Non-Fokus, dimana strip Pb membentuk
kemiringan tertentu terhadap garis tengah grid
e. Struktur Grid
§
Strip Pb tipis
diantara strip bahan radiolucent
§
Ditutup atas dan
bawahnya dengan lembar aluminium
Pembagian Jenis grid menurut arah geraknya:
a. Stationary (Diam)
§
Grid dapat ditempatkan langsung diatas permukaan kaset
§
Grid dan kaset harus berukuran sama
§
Grid rasio biasanya 6 : 1 atau 8 : 1
§
Kaset tersedia built
in atau tambahan grid
b. Moving (Bergerak) atau
Bucky
§
Grid yang digunakan dengan sistem potter bucky, yang
bergerak dari satu sisi ke sisi lain selama ekspos berlangsung, dengan tujuan
menghilangkan garis Pb.
§
Grid rasio
biasanya 10 : 1 atau 12 : 1
§
Grid rasio harus 16 : 1 jika menggunakan teknik kV tinggi
Setiap jenis grid/bucky biasanya memiliki spesifikasi yang tidak selalu sama, data teknis tentang spesifikasi grid yang perlu diketahui antara lain adalah:
§
Detail dari struktur grid tertulis pada permukaan grid
dengan label atai langsung tercetak pada grid antara lain :
§
Grid Rasio : Perbandingan antara tinggi strip Pb dengan
jarak antara strip Pb
§
Grid Line :
Jumlah strip Pb dalam grid per centimeter/inchi
§
Focal Range : Grid sudah ditentukan FFD tergantung spesifikasi
grid tersebut
§
Tube Side : Sisi tabung ditunjukkan dengan label TUBE
SIDE atau dengan sibul tabung sinar-X
Dalam struktur Grid/Bucky
tersusun dari sejumlah besar strip Pb yang halus diselingi dengan bahan
penyela di sela-sela strip dari terbuat dari bahan yang bersifat radiolucent
(plastik atau kayu). Semua lead strip yang trsusun dalam grid/Bucky harus
terspasi secara seragam atau bila tidak maka akan menyebabkan terjadinya efek Motle dalam gambar yang bisa menyerupai
gambaran patologi. Struktur Pb dan bahan penyela dari Grid/Bucky yang tidak
terspasi secara seragam dapat terjadi karena cacat produk pabrik atau kerusakan
akibat terjatuh atau bahkan motor sistem penggerak grid yang mengalami
kerusakan elektris sehingga momen kosistensi gerakan bahkan grid itu sendiri
menjadi statik.
Jika strip Pb mengalami
distorsi, maka fungsi grid akan kurang efisien dan akan menjadikan distribusi
densitas optis pada film pada film tidak
teratur atau tidak homogen. Selanjutnya, jika grid digunakan dengan cara yang
salah, atau fungsi motor penggerak grid (Bucky) mengalami ganggugan maka
reduksi densitas optis akibat efek ”cut-off”.
Misalnya : Grid fokus digunakan dengan FFD lebih rendah dari yang direkomendasikan
vendor pembuat alat grid, maka akan terjadi penurunan densitas pada kanan kiri
garis tengah grid tergantung seberapa besar mis-alignment nya terhadap pusat
sinar terjadi.
Untuk mengevaluasi kondisi fisik
grid/bucky pada pesawat sinar-X, perlu dilakukan uji performance yaitu Grid alignment test. Tujuan dari uji
ini adalah untuk mengetahui seberapa besar ketidak sesuaian garis tengah
grid/bucky terhadap arah datangnya pusat sinar-x (CR). Grid yang mengalami
kerusakan fisik atau Bucky malfungsi dapat dievaluasi melalui uji ini. Gambar
berikut adalah salah satu bentuk dari
hasil uji grid atau bucky.
Pasangan Densitas optik A dan B bernilai sama atau
mendekati. Sementara bagian tengah adalah memiliki nilai densitas optik yang
tertinggi. Bila hasil pengujian memperlihatkan kesimetrisan densitas,
menunjukan bahwa bucky atau grid sistem tidak mengalami misalignment terhadap
pusat sinar datang (CR).
Pemonitoran kinerja automatic film processor
Processor Quality Control
:
Salah satu bagian terpenting dalam program kualitas
manajemen bidang diagnostik imejing adalah pengolahan film. Karena ruang
lingkup variabel yang sangat kompleks yang berpengaruh pada sistem pengolahan
film.
Tabel : Faktor-faktor penyebab masalah pada processor
Problem processor
|
Trend dalam grafik
|
Penampakan pada gambar
|
Aksi korektiv
|
Darkroom yang tidak aman
|
B+F naik tajam dengan suatu
penurunan yang tibe-tiba pada nilai indikator kontras tetapi tidak ada
perubahan suhu developer
|
Fog level meningkat
|
Chek filter sfelight, chek
kebocoran cahaya dalam kamar gelap, chek kesesuaian jenis safelight dan jenis
film, chek kondisi-kondisi penyimpanan film
|
Suhu developer terlalu tinggi
|
Speed dan kontras indikator
meningkat tajam, dengan sedikit kenaikan pada B+F
|
Densitas optik yang berlebihan
|
Chek suhu air yang masuk ke
dalam processor, atau setting thermostat dari developer
|
Suhu developer terlalu rendah
|
Sedikit penurunan dalam B+F di
ikuti dengan penurunan yang tajam pada
speed dan kontras indikator
|
Densitas optik yang sangat
rendah
|
Chek suhu air yang masuk ke
dalam processor, atau setting thermostat dari developer
|
Konsentrasi developer atau pH
nya yang sangat tinggi
|
Sama denga kejadian bila suhu
developer terlalu tinggi
|
Densitas optik yang berlebihan
|
Chek replenishment rates dan
atau chek pencampuran dari larutan-larutan kimia segar
|
Konsentrasi developer atau pH
nya yang sangat rendah
|
Sama denga kejadian bila suhu
developer terlalu rendah
|
Densitas optik yang sangat
rendah
|
Chek replenishment rates dan atau
chek pencampuran dari larutan-larutan kimia segar
|
Kekurangan replenishment
|
Penurunan secara gradual dari kontras dan speed indikator, sementara
B+F dan suhu developer normal
|
Peningkatan fog level dan
penurunan secara umum dari nilai densitas optik
|
Chek replenishment rates
|
Kelebihan replenishment
|
Terjadi peningkatan nilai B+F
dan speed indikator dengan kontras indikator mengalami penurunan
|
Peningkatan fog level dan
penurunan kontras gambar
|
Chek replenishment rates
|
Developer teroksidasi
|
Sedikit kenaikan pada nilai B+F
dan ada penurunan pada nilai speed dan kontras indikator
|
Kehilangan kontras gambar
|
Cuci tangki developer dan buat
larutan barunhya. Tambahkan larutan starter dalam perbandingan yang tepat
|
Pengecekan harian pada operasi automatic processing
sangat diperlukan untuk menjaga agar variabel-variabel yang ada tidak
menurunkan kualitas gambar yang dihasilkan. Ada empat komponen pada program
quality control processor ini yaitu : aktivitas kimiawi (chemical activity),
cleaning and maintenance procedures, dan monitoring.
i. Chemical activity
Pada chemical activity lebih
cenderung pada pemrosesan secara kimiawi yang berlangsung. Ada beberapa
variabel yang berpengaruh pada aktivitas kimiawi antara lain : temperatur
larutan, waktu pemrosesan film, replenishment rate, pH larutan, konsentrasi
larutan dan pencampuran larutan.
ii. Cleaning and maintenace procedures
Processor yang kotor tidak akan
dapat berfungsi yang dipengaruhi oleh beberapa parameter dan yang sering
terjadi adalah macetnya processor. Sehingga diperlukan pembersihan processor
secara rutin baik harian (Daily start up), bulanan (Pembersihan tanki),
triwulan (pembersihan tangki replenishment), dan tahunan (Pembersihan
Replenisher dan sistem pompa sirkulasi)
Kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan
processor (misalnya terlalu kotor) maka tidak dapat berfungsi sesuai standard
dan menurunkan kualitas gambar. Pemeliharaan processor (maintenance processor)
diperlukan untuk membuat kinerja processor
agar dapat beroperasi dengan baik. Prosedur pemeliharaan processor ini
perlu didokumentasikan. Ada 3 type pemeliharaan processor yaitu : terjadual,
pengecekan (preventative), dan tak terjadual (jika diperlukan).
Terjadual (Scheduled
Maintenance) meliputi prosedur yang diperlukan untuk harian, mingguan, dan
bulanan. Prosedur ini meliputi pelumasan bagian-bagian yang bergerak (moving
parts),
iii. Daily Processor monitoring
Monitoring harian bagi otomatik
processor sangat perlu dilakukan dengan maksud menjaga konsistensi pengolahan
film dari waktu kewaktu. Dengan
pengecekan dan evaluasi rutin ini maka larutan larutan yang ada dalam prosesor
dapat dijamin terjaga aktivitasnya tanpa harus mengalami fluktuasi yang
berlebihan sehingga berpengaruh langsung terhadap mutu gambar yang diolah.
Untuk melakukan monitoring, maka perlu dilakukan program sensitometri
dengan tujuan agar supaya dapat ditetapkan baseline
data sebagai informasi awal yang digunakan sebagai pembanding bagi data
sensitometrik selanjutnya. Empat parameter penting yang sebaiknya dikuti perkembangannya
dari hari ke hari yakni : Medium density, Density Difference, Base+Fog density
dan suhu pembangkitan. Variasi-variasi data yang diplot pada monitoring chart
untuk masing-masing parameter bisa terjadi secara ekstrim bila terdapat masalah
sekaitan dengan larutan-larutan yang dipakai ataupun sistem-sistem yang ada
pada prosesor. Interpretasi terhadap grafik yang diperoleh merupakan diagnosa
bagi kondisi prosesor dan untuk selanjutnya dapat dilakukan tindakan atau aksi
koreksi untuk mengembalikan kinerja prosesor pada level yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat alat tersebut.
Waktu : 120 ’
1)
Pembukaan :
5 ’
2)
Penyampaian :
95 ’
3)
Review : 15 ’
4)
Penutup : 5 ’
Metode :
1)
Ceramah
2)
Simulasi
3)
Diskusi
AVA :
1)
Whiteboard & Spidol
2)
Laptop
3)
LCD Projector
Penutup :
Latihan 4
:
1.
Jelaskan pentingnya standar dalam pelayanan radiologi
2.
Jelaskan pentingnya replikasi
3.
A management system that gives control, predictability, and controlled
improvement of the production process, pernyataan tersebut pengertian quality
assurance menurut :
a.Chestnut b. Ballinger c. WHO d. Cosby
4.
Quality Control (QC) are Methodes and procedure used in the testing and
maintenance of the components of an x – ray system, pengertian tersebut
menurut :
a.Chestnut b. Ballinger c. WHO d. Cosby
|
Rangkuman
|
Umpan Balik danTindak Lanjut
|
Kunci Jawaban :
|
DAFTAR PUSTAKA
Borras, Carl. 1997. Organization, Development,
Quality Assurance and
Radiation Protection in Radiology Services : Imaging
Radioation Therapy.
Washington, WHO
Chestnut, Bill. 1997. Quality Assurance, An
Australian Guide to ISO 9000
Certification.
Meulbourne. Longman
Harvey, M,J. etc. 1988. Assuarnce of Quality in The Diagnostic X-ray
Departmen. London, British Institute of Radiology
Hidayat, Wisnu. 2000, Statistik sebagai Alat Pengendali Gugus Kendali Mutu.
Jakarta
Reynolds, Tim. 1992. Guidelines For The Introduction
Of A Quality Assurance Programme in A Diagnostic Imaging Department. London. NHS
Wiyono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu LayananKesehatan.
Surabaya.
Airlangga University
Press.
Rangkuman
5.
Standar adalah suatu harapan mutu faktor input-proses-output yang
diinginkan yang tertulis atau yang disepakati sebagai bagian dari sistem
pengawasan mutu (quality monitoring).
6.
Kualitas : Suatu karakteristik yang harus dipenuhi sepenuhnya tanpa ada
kekurangan sedikitpun (zero defect). (Crosby).
7.
Quality Assurance : An organised effort by the staff operating a
facility to ensure that the diagnostic images produced by the facility are of
sufficiently high quality so that consistently provide adequate diagnostic
information at the lowest possible cost and with the least exposure of the
patient radiatiation (WHO).
8.
Quality Control (QC) : Methodes and procedure used in the testing and
maintenance of the components of an x – ray system (Ballinger, 1986).
|
Umpan Balik danTindak Lanjut
|
Kunci Jawaban :
5.
a. Standar
6.
Pentingnya Standar :
a.
Kemudahan replikasi unit pelayanan/program
b.
Dalam organisasi
c.
Keluar organisasi: lokal-regional-global
d.
Konsistensi estetis/brand image
e.
Sektor swasta: profit meningkat
f.
Sektor pemerintah: good governance
g.
Meningkatkan daya responsif thd perubahan
h.
Pengendalian biaya/ mengurangi inefisiensi
7.
Pentingnya
Replikasi :
a.
semakin tinggi otorisasi
melakukan standarisasi (STRUCTURE)
b.
semakin sederhana/umum standar dibuat (SIMPLICITY)
c.
semakin efisien bagi organisasi dan klien (SAVINGS)
d.
semakin rasional krn generalisasi (SANITY)
8.
b. Ballinger
|
DAFTAR PUSTAKA
Borras, Carl. 1997. Organization, Development,
Quality Assurance and
Radiation Protection in Radiology Services : Imaging
Radioation Therapy.
Washington, WHO
Chestnut, Bill. 1997. Quality Assurance, An
Australian Guide to ISO 9000
Certification. Meulbourne. Longman
Harvey, M,J. etc. 1988. Assuarnce of Quality in The
Diagnostic X-ray
Departmen. London, British Institute of Radiology
Hidayat, Wisnu. 2000, Statistik sebagai Alat Pengendali
Gugus Kendali Mutu.
Jakarta
Reynolds, Tim. 1992. Guidelines For The Introduction
Of A Quality Assurance Programme in A Diagnostic Imaging Department. London. NHS
Wiyono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu LayananKesehatan. Surabaya.
Airlangga University Press.
No comments:
Post a Comment