MODALITAS IMAJING II
1. PENJELASAN FST ( FAST SPIN TURBO )
Pada pulsa sequence dikenal adanya istilah
spin echo ( SE ) untuk pulsa sequence yang konvensional dengan waktu scaning
yang lama, sementara Fast Spin Turbo ( FSE) merupakan modifikasi dari bentuk konvensional
untuk mempercepat waktu scaning pada pemeriksaan MRI.
Fast Spin Echo
atau Turbo Spin Echo sering disebut juga dengan nama:
a. Rapid Acquisition with
Relaxation Enhancement.
b. Turbo Spin Echo.
c. Rapid Imaging Spin Echo.
d. Rapid Akuisisi Spin Echo
Fast Spin Echo pada waktu urutan
pulsa sequencenya memiliki 3ETL ( echo train length) Urutan pulsa sequence
ini terjadi dalam serangkaian aplikasi cepat dari rephasing pulsa 180 derajat
dan beberapa pulsa echo mengalami perubahan fasa gradien encoding untuk setiap
pulsa echo. FSE ini dapat digambarkan bahwa dalam satu waktu scanning
dihasilkan phase encoding yang beberapa kali per Time Repetision ( TR) sehingga
terisi bebrapa baris K- space pada waktu yang bersamaan.
Gambar pengisisan K-Space
Pada FSE waktu scaning bisa lebih singkat hal ini terjadi melalui proses:
a. Melakukan lebih dari 1x
phase encode per Time Repetision (TR ) hal ini juga dikenal dengan nama Echo
Train yaitu aplikasi dari beberapa Radio Frekuensi ( RF) pilsa 180 per TR
b. Pada masing – masing
Rephasing / Refocusing dihasilkan 1 echo sehingga dapat melakukan phase encode
yang lain
Phase encoding gradient
adalah gradien medan magnet yang memungkinkan pengkodean sinyal dari lokasi
spasial sepanjang dimensi kedua oleh berbagai fase spin. Phase encoding
gradient dapat terjadi setelah seleksi slice dan eksitasi (waktu sebelum
pengkodean frekuensi gradien), orthogonally ke dua gradien. Resolusi spasial
terkait langsung dengan jumlah langkah Phase enkoding gradien ini sangat
berkaitan erat dengan Spacial Resolution yang berarti pula sangat
berpengaruh terhadap perintens suatu citra.
Fast spin echo (FSE) mengurangi waktu
akuisisi dan memungkinkan untuk T2* aplikasinya pada waktu scanning pasien
dapat tetap bernapas tanpa harus khawatir akan efek movement obyek saat
pembentukan citra imaging, misalnya untuk pemeriksaan upper abdomen. Dalam
kasus akuisisi gema dari 2 jenis ini disebut Double Fast Spin Echo (Dual Echo
Sequence) echo yang pertama biasanya densitas dan echo yang kedua adalah gambar
T2 *. Gambar Fast spin echo T2 lebih berbobot,
yang membuatnya sulit untuk mendapatkan gambar pembobotan proton density yang
sebenarnya. Untuk pencitraan dual echo dengan density weighting, Time
Repetision mesti dijaga antara 2000 - 2400 msec dengan Echo Train Length
singkat sebagai contoh 4 ETL.
ETL(echo train length) adalah Jumlah seri
dari 180 ° RF rephasing pulsa dan gema yang sesuai untuk fast atau turbo spin
echo pulse sequence.
Mengingat waktu scaning
yang lebih singkat dengan hyperintens yang hampir sama dari FSE dengan SE maka
FSE sering digunakan pada pemeriksaan :
a. Sistem syaraf pusat
b. Pemeriksaan
Muskuloskletal
c. Pemeriksaan Pelvis
d. Pada pemeriksaan Thorax
dan Abdomen diperlukan Tekhnik kompensasi Pernafasan.
Disamping sebagai suatu keuntungan dengan waktu
scanning yang lebih singkat juga merupakan suatu kelemahan dari FSE dikarenakan
:
a. Coverage akan lebih sedikit
b. Kontrast averaging :
a. CSF akan tampak lebih terang pd PD image,
dapat diminimalkan dengan ETL pendek, atau dengan menurunkan ESP dan min TE eff
b. Pathology : MS plaque dan lesi lainnya
pada daerah antara brain-CSF bisa missed dengan FSE pd PD image karena CSF
tampak lebih terang.
c. Meningkatnya Artefak
yang dikarenakan oleh Flow maupun motion
d. Terjadinya Blurring pada
citra imajing dikarenakan oleh akuisisi data yang dilakukan dengan TE yang
berbeda – beda.
e. Tidak sensitif terhadap
Pendarahan ( hemorage ) sehingga mengurangi efek susceptibility.
f. Fat ( lemak ) tampak
terang pada T2 weighted
Spin Echo (SE) kemunculan kembali
sinyal MR setelah FID telah tampaknya mereda, sebagai akibat dari pembalikan
yang efektif (rephasing) dari spin oleh teknik dephasing seperti spesifik RF
pulsa sequence atau pasangan pulsa lapangan gradien, diterapkan dalam waktu
lebih singkat dari T2. Pemilihan waktu TE yang tepat dari urutan
pulsa sequence dapat membantu untuk mengontrol jumlah kontras T1 atau T2 dalam
gambar. Pulse sequence dari jenis spin echo,
biasanya menggunakan pulsa 90 ° , diikuti oleh satu atau lebih 180 ° pulsa
untuk menghilangkan lapangan inhomogeneity dan efek pergeseran kimia pada
gema/echo. Disebabkan oleh 180 ° refokusing pulsa, spin echo atau fast
spin spin echo (FSE, TSE) sequence lebih kuat terhadap misalnya suceptibility
artefak dari jenis gradient echo. Penggunaan Spin Echo pada pemeriksaan MRI :
a. Spin Echo dapat
digunakan pada hampir semua pemeriksaan klinik
b. Pada T1* dapat
memberikan gambaran anatomis dari suatu organ
c. T2* memberikan
gambaran pathologis karena adanya cairan (darah atau oedem) dalam jaringan
d. Proton Density (PD)
memberikan gambaran berdasarkan jumlah proton hidrogen dalam jaringan.
1.a. Alasan tidak menggunakan / mengolah TR,
NEX maupun phase Encode untuk mempersingkat waktu pemeriksaan
Untuk bisa mengurangi waktu scanning
dapat ditempuh dengan mengurangi faktor Time Repetision(TR), fase encode
maupunNumber Of Exitasion ( NEX). Ada beberapa alasan dalam mempersingkat waktu
scanning tidak mengatur nilai TR, NEX dan Phase Endcode :
a. Jika TR
dilakukan perubahan akan mengubah image weightingnya
b. Jika NEX
dilakukan perubahan akan berpengaruh pada Signal to Noise Ratio (SNR).
c. Bila
mengurangi phase encoding akan menurunkan Spatial Resolusi.
Jadi
pemakaian FSE, scan timenya dikurangi dengan cara melakukan lebih dari satu
phase encoding per TR, yang dikenal dengan Echo Train yakni aplikasi beberapa
RF pulse 180 derajat per TR. Pada masing2 rephasing/refocusing, dihasilkan satu echo sehingga dapat melakukan phase
encoding yang lain.
1.b. Jumlah irisan pada FSE tidak sebanyak pada
SE, sehingga perlu ditambah waktu TR, jelaskan mengapa terjadi demikian, dan
bila terjadi penambahan waktu TR apakah masih bisa diterima. Sertakan contoh
perhitungannya!
Pada pemakaian FSE, waktu scanningnya
dikurangi dengan cara melakukan lebih dari satu phase encoding per TR, yang
dikenal dengan Echo Train Length (ETL) yakni aplikasi dari beberapa RF pulse
180 derajat per TR. Pada masing2 rephasing/refocusing, dihasilkan satu echo
sehingga dapat melakukan phase encoding yang lain. Bila ETL semakin dibesarkan
maka semakin cepat waktu scannya, tetapi slice coveragenya akan turun.
Karenanya bila ingin memperoleh coverage yang lebih lebar maka TR ditambah.
Hanya dengan bertambahnya TR akan menambah waktu; namun masih bisa diterima
karena dapat disubtitusi dengan ETL yang panjang. Nilai TR pada pemakain Fast
Spin Echo berkisar antara 4000 sampai dengan kisaran 6000 ms.
Perbedaan 8 ET dengan 16 ET
Perbedaan antara SE dan FSE 8 echo
dalam pengisian K- Space
|
|
Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut:
• Waktu
acquisisi SE dengan TR = 4000 ms, fase encode 256 dan NEX = 1
SE
time = TR x fase encode x NEX
=
(4000)(256)(1) msec
=
17,33 menit
• Dengan
FSE,
FSE
time = TR x fase encode/ETL x NEX
=
(4000)(256/8)(1) msec
=
2,13 menit.
Dari
contoh tsb, dengan FSE akan memperpendek waktu dari 12, 8 menit menjadi 1,6
menit ( FSE 8 kali lebih cepat dari SE, tetapi coverage slice lebih sedikit
daripada SE).
Penambahan TR meningkatkan coverage slice, diatasi dengan
penambahan ETL
• Bila TR
3000 ms, ETL 8, NEX 1, jumlah fase encode =256. Brp jumlah slice misalnya utk
brain dengan 15 slices, 5 mm tebal slice dan 2mm gap.
– Bila jumlah slices < = TR/TE
– Dan dengan ETL 8, echo terpanjang 136 ms (17 x 8 ms)
– Maka jumlah slices = 4000/136 = 29,4 slices = 29 slice
– Waktu scannya = 4000x256/8 x1 = 2,13 mnt
Jadi kita dapat memeproleh 29 slices dengan waktu 2,13
menit.
• Bagaimana
Bila ETL nya 16 ? Berapa jumlah slice dan waktu scanningnya ? Bisa gak utk
Brain tsb?
– Dengan ETL 16, echo terpanjang 272 ms (17 x 16)
– Maka jumlah slice 4000/272 = 14,7 slice = 15 slice
– Waktu scannya = 4000x256/16x1 = 1,066 menit
Jadi
Slice coverage berkurang mjd 15 slice waktunya lebih cepat yaitu 1,066 menit
• Bagaimana
bila TR dinaikkan menjadi 5000 ms,dengan ETL 16, fase encdoe dan nex sama. Berapa
jmlh slices dan brp waktu scanningnya ?
– Bila jumlah slices < = TR/TE
– Dan dengan ETL 16, echo terpanjang 272 ms (17 x 16 ms)
– Maka jumlah slices = 5000/272 = 18,4 slices = 18 slice
– Waktu scannya = 5000x256/16 x1 = 1,33 mnt
Jadi
dengan TR dinaikkan dari 4000 menjadi 5000 jumlah slice bertambah dari
15 menjadi 18, waktu scan semakin lama dari 1,066 menit menjadi 1,333 menit
1.c. Penjelasan tentang ETL ( Echo Train Length )
ETL(echo
train length) adalah Jumlah
seri dari 180 ° RF rephasing pulsa dan gema yang sesuai untuk fast atau turbo
spin echo pulse sequence. Sering juga disebut dengan Turbo
factor. ETL bisa genap (GE) atau ganjil (Siemens) mulai dari 3 – 32. Waktu
interval antara aplikasi RF 180 pd FSE disebut dengan Echo Spacing (ESP).
Typical ESP = 16-20 ms (pd typical high field bandwidth 32 kHz (+- 16 kHz).
Kelebihannya
• Scan time dapat dikurangi sehingga pemeriksaan bisa lebih
cepat.
• S / N terjaga karena dapat dilakukan dengan 256 fase encoding step.
• Dengan meningkatnya kecepatan scanning memungkinkan utk menghasilkan gbr
dengan high resolution, misal dengan menaikkan matrix hingga 512 x 512 pd
auditory canal dengan TR yg sangat panjang.
• Motion artefak minimal, karena aplikasi RF 180 dengan jarak/waktu yng sama.
Misal CSF motion artefak akan lebih minimal pd FSE daripada dengan SE.
• Dengan aplikasi Rf 180, akan mengurangi efek distorsi karena adanya logam.
• Ini merupakan keuntungan di daerah di mana gerakan adalah masalah, misalnya
dinamis atau pencitraan perut. Waktu pemindaian yang lebih pendek dan echo
jarak yang dicapai dengan menggunakan faktor TSE yang lebih tinggi dan
peningkatan laju sampling data.
Keterbatasanya :
• Coverage akan lebih sedikit
• Kontrast averaging :
– CSF akan tampak lebih terang pd PD image, dapat
diminimalkan dengan ETL pendek, atau dengan menurunkan ESP dan min TE eff
– Pathology : MS plaque dan lesi lainnya pada daerah antara
brain-CSF bisa missed dengan FSE pd PD image karena CSF tampak lebih terang.
• Kelemahan FSE : fat tampak putih pada T2 diakibatkan karena multiple RF
pulses shg akan mengurangi efek interaksi spin-spin pada lemak (J-coupling). Untuk
mengurangi digunakan tehnik fat saturation.
• Dengan pengulangan RF pulse dapat meningkatkan efek magnetisation transfer,
sehingga otot tampak lebih gelap pada FSE daripada SE.
• Kekurangan adalah penurunan SNR (disebabkan melalui peningkatan bandwidth)
dan artefak jika jarak minimum echo spacing digunakan (incomplete dephasing
dari 180 ° pulsa FID).
1.d. Contoh
Parameter FSE untuk T1, T2, PD
1.d.1. Parameter dalam MRI secara
garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a. Parameter Intrinsic ( Medan Magnet
Utama, PD,T1, T2 jaringan, Gerakan fisiologis seperti aliran darah, CSF,
Chemical Shift)
b. Parameter Exstrinsic ( Parameter
Numerik dan NonNumerik)
Adapun Parameter FSE diantaranya :
a. TR ; bisa
lebih panjang hingga 6000 ms
b. TE efektif ;
tidak bisa diatur oleh operator
c. ETL = Echo
Train Lenght / TURBO FACTOR
ETL/turbo factor
sangat penting dalam weighting:
Short ETL: @.
menurunkan TE efektif
@. meningkatkan
T1 weighting
@. waktu scan
lebih lama
@. more slice per
TR menurunkan image blurring
Long ETL :
meningkatkan TE efektif
meningkatkan T2
weighting
mengurangi waktu
scan
mengurangi jumlah
slice per TR
meningkatkan
image blurring
ETS : Echo Train
Spacing : Adalah waktu antara 180 derajat dengan 180 derajat, parameter ini
tidak dapat diubah oleh Operator
1.d.2.
Parameter FSE untuk T1, T2, FD
a. T1 : Short
TE eff (kurang dari 20 ms)
Short TR 300-600 ms
Turbo factor (ETL) 2-6
typical scan time 30 dtk – 1 menit
b. T2 : Long TE (
100 ms+)
Long TR ( 4000 ms +)
Turbo factor 8-20
typical scan time 2 menit
c. PD/T2: TE eff
short( 20 ms)/ long Te eff 100ms
Long TR ( 2500 ms+)
Turbo factor 8-12.
typical scan time 3-4 min
2. PENJELASAN MENGENAI INVERSION
RECOVERY
Inversion recovery
( IR ) merupakan variasi sequence dari Spin Echo (SE), Basic pulsa sequence
yang digunakan dimulai dengan pulsa 180 derajat inversion time (TI) yang
dilanjutkan dengan pulsa 90 derajat excitation, baru kemudian 180 derajat
rephasing. Hasil akhir dari IR adalah pembobotan T1 dengan menampakan kontras
antara fat dengan air sangatlah baik terlihat.
Gambar
proses Inversion Recovery pada pulsa RF
Parameter utamanya adalah TR, TE dan TI. Kontras
gambar yang dihasilkan dari pembobotan T1 tergantung dari panjang pendeknya
Time Inversion (TI). Pulsa inverse 180 menghasilkan perbedaan kontras antara
cairan dan jaringan yang lain.
Inversion Recovery biasanya digunakan sebagai alternative metode spin
echo yang secara konvensional juga untuk membuat gambar dengan pembobotan
T1. Hasil gambar pada T1 weighted sangat diperberat, karena pulsa
penginversi 180 mencapai saturasi penuh dan memastikan adanya kontras yang
besar antara lemak dan air.
Inversion Recovery secara konvensional digunakan untuk memperoleh
gambaran T1 weighted yang menghasilkan gambaran anatomi. Pulsa
penginversi 180 menghasilkan perbedaan kontras yang besar antara lemak dan air
karena saturasi penuh dari vector lemak dan air telah tercapai pada permulaan
setiap repetisi. Sehingga sequence pulsa IR menghasilkan T1 weighted yang
lebih berat dari pada spin echo konvensional dan sebaiknya digunakan bila
dibutuhkan karena penggunaan kontras terutama untuk memperpendek waktu T1
jaringan tertentu, sequens pulsa IR memperbesar sinyal dari struktur-struktur
yang hiperintens sebagai hasil dari injeksi kontras.
Gambar
pulsa sequence pada Inversion Recovery
Parameter utama dalam IR adalah TR, TE dan Time
Inversion (TI). Ketika IR digunakan untuk menghasilkan citra dengan
pembobotan T1W1 kontras tinggi, sebaiknya TE dijaga agar tetap pendek dengan
tujuan untuk mrngontrol waktu T2 dcay dan meminimalkan efek T2 pada citra.
Namun waktu TE dapat diperpanjang dengan tujuan agar jaringan dengan waktu
relaksasi T2 yang panjang akan tampak terang pada gambar. Hal ini sering
disebut dengan pembobotan patologis (Pathology-Weighted) yang akan
menghasilkan citra dominan T1W1, tetapi apabila terdapat proses patologis maka
kelainannya akan tampak terang pada gambar.
Sequens IR sekarang digunakan secara lebih luas
bersama dengan FSE untuk menghasilkan gambar T2 weighted. Bila IR
digunakan untuk menghasilkan terutama gambar T1 weighted, TE
mengendalikan besar penurunan T2 dan oleh karena itu biasanya dibuat tetap
pendek untuk meminimalkan efek T2. Namun demikian, dapat diperpanjang untuk
memberi jaringan yang mempunyai T2 panjang sehingga sinyal yang dihasilkan
terang (hiperintens). Hal ini disebut penekanan patologi dan
menghasilkan gambar yang secara perdominan T2 weighted, tetapi area yang
mengalami proses patologi tampak terang.
Gambaran
teknik Inversion Recovery, T1-weighted, PD dan T2-weighted
pada MRI brain
Parameter yang lain adalah Time Inversion (TI).
Yaitu waktu yang diperlukan dari aplikasi pulsa RF 180 hingga ke titik yang
disebut dengan null point. Null point adalah suatu titik dimana
sinyal berada pada bidang transversal akan tetapi komponen magnetisasi nol.
Pada titik tersebut intensitas sinyalnya adalah nol atau tidak ada intensitas
sinyal. Secara formulasi TI (null) adalah 0,693 T1 dihasilkan pada sequens Inversion
Recovery (IR). Bila waktu TI diatur medium (400-800 ms) akan menghasilkan
gambaran dengan pembobotan T1W1, akan tetapi bila waktu TI diperpanjang (1800
ms) akan menghasilkan gambaran dengan pembobotan ke arah Proton Density-Weighted
Image.
Time Repetition (TR) pada sequens Inversion Recovery (IR)
harus cukup panjang untuk memberikan peluang agar Net Magnetization Vektor
(NMV) dapat recovery secara penuh sebelum pulsa inverse RF 180
berikutnya. Jika TR terlalu pendek maka masing-masing jaringan akan recovery
dengan tingkat yang berbeda-beda dimana pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap pembobotan (weighting) yang dihasilkan. Agar tercapainya recovery
penuh, sebaiknya TR dipilih paling tidak 2000 ms. Dengan TR yang panjang
ini sequens IR akan menghasilkan SNR dan kontras gambaran yang bagus akan
tetapi berakibat waktu scanning menjadi lebih kuat.
Kurva dari Inversion Times (TI)
Dua aplikasi yang paling
umum dari teknik Inversion Recovery ini adalah pencitraan STIR dan FLAIR. STIR
digunakan di hampir semua bagian tubuh dan dikenal dengan Fat Suppression.
FLAIR terutama digunakan untuk pencitraan otak dan kadang-kadang digunakan
dalam tulang belakang.
1. TAU kaitannya dengan Null point dan proses
Inversi
TAU atau yang
dikenal dengan Time Inversion (TI) adalah waktu yang diperlukan dari
aplikasi 180-90. Aplikasi pulsa RF 180 pertama bertujuan untuk menghasilkan
magnetisasi longitudinal tetapi dengan arah negative. Setelah ditunggu beberapa
saat setelah pulse RF 90 yang dilakukan pada saat recovey suatu jaringan yang
dikehendaki mencapai intensitas sinyal nol pada titik nol (null point).
Null point adalah suatu titik dimana sinyal berada
pada bidang transversal akan tetapi komponen magnetisasi nol. Pada titik
tersebut intensitas sinyalnya adalah nol atau tidak ada intensitas sinyal. Secara formulasi TI (null) adalah 0,693 T1
dihasilkan pada sequens Inversion Recovery (IR). Bila waktu TI diatur
medium (400-800 ms) akan menghasilkan gambaran dengan pembobotan T1W1, akan
tetapi bila waktu TI diperpanjang (1800 ms) akan menghasilkan gambaran dengan
pembobotan ke arah Proton Density-Weighted Image.
TAU kaitanny
dengan proses inverse adalah lamanya waktu dari aplikasi pulsa RF 180 dengan
aplikasi pulsa RF 90, kemudian diaplikasikan kembali pulsa RF 180 agar sinyal
tersebut dapat dicatat dan diolah menjadi gambaran MRI sehingga dihasilkan
gambaran Spin Echo Inversion Recovery.
2. STIR dan FLAIR
1. STIR
STIR (Short TI Inversion Recovery) adalah pulsa pemulihan penggerakan waktu
tertentu sehingga dapat menekan signal dari lemak. Pulsa pemulihan inverse
merupakan urutan spin echo di dahului oleh pulsa RF 1800.
Gambar STIR pada Genu
2. FLAIR
Sequens FLAIR (Fluid Attenuation Inversion
Recovery) meruapakan bagian dari sequens Inversion Recovery (IR).
FLAIR dapat digunakan untuk menekan air (cairan) agar intensitas sinyalnya
rendah. Sequens FLAIR ini dalam apliksinya membutuhkan TR yang sangat panjang
untuk menghilangkan sinyal CSF.
FLAIR meruapakan salah satu phase
Inversion Recovery yang memanfaatkan sinyal CSF pada keadaan null point. Saat
NMV dari CSF pada titik null point, tidak terjadi magnetisasi longitudinal CSF
sehingga tidak ada sinyal yang terdeteksi. Sinyal CSF yang dihilangkan akan
berguna untuk mendeteksi lesi pada daerah yang sulit dibedakan atau
hipertintens dengan CSF seperti sulcus atau ventrikel.
Gambar FLAIR pada Brain M R I
Pulse sequens dalam FLAIR ini menggunakan TR yang sangat panjang mencapai
9000 ms dan TI mencapai 1800 ms sampai dengan 2500 ms, dengan pemilihan TI dan
TR yang panjang tersebut akan menekan gambaran CSF, sehingga dalam gambaran
diagnostic tersebut CSF tampak gelap.
Gambaran diagnostic FLAIR memiliki waktu TR yang panjang untuk menghasilkan
heavy T2 weighted dan termasuk ke dalam tipe gambaran T2W1,
walaupun CSF dalam gambaran diagnostic tersebut tampak gelap. Sequence FLAIR
tidak dianjurkan memakai kontras media karena sekuens ini juga akan menekan
media kontras yang dimasukkan.
Gambaran FLAIR pada sagital Brain
3. Upaya apa yang diperlukan untuk mengatasi
lamanya waktu scanning ?
Time Inversion adalah pengendalian kontras yang paling
potensial pada sequence IR. Besar TI medium memberikan T1 weighted,
tetapi karena diperpanjang gambar menjadi PD weighted image. TR
sebaiknya selalu dibuat cukup panjang untuk memulihkan seluruh NMV sebelum
pulse penginversi diaplikasikan. Bila tidak demikian, vector individual
dipulihkan pada derajat yang berbeda dan mempengaruhi pembobotan hasil gambar.
Untuk mencapai IR
penuh NMV, TR sebaiknya lebih panjang dari 2000 milidetik. Akibatnya waktu
scanning relative panjang. Dan hal ini telah diperbaiki pada beberapa sistem
yang sekarang sering digunakan yakni FSE-IR (Fast Spin Echo-Inversion
Recovery). Pulse penginversian 1800 setelah waktu TI diikuti dengan
pulse eksitasi 900 dan berikutnya pulse RF 1800. Hal ini
sangat mengurangi waktu scanning.
4. Berikan contoh parameter STIR dan FLAIR
dan rasionalisasinya mengapa dipilih angka-angka tersebut
a. Parameter STIR :
· TE : 60 msec,
· TR : 6000 msec +,
· ETL : 16 +,
· TI pendek 100-175 msec
b. Parameter FLAIR :
TE : 60 msec, TR : 6000-10.000 msec, ETL : 16 +, TI panjang
1700-2200 msec
Rasionalisasinya :
- Inversion Time (TI) yang
pendek pada STIR berfungsi menangkap lemak saat titik null pada relakasi
longitudinal
- Inversion Time (TI) yang
panjang pada FLAIR untuk menangkap cairan pada titik null. Hal ini menghasilkan
supresi struktur seperti ventrikel (CSF) dan telah terbukti membantu
mengidentifikasi bahkan lesi dieliminasi yang sangat kecil seperti sklerosis
multiple
- Pada FLAIR dikombinasikan
dengan ETL FSE panjang, karena untuk memulihkan seluruh magnetisasi +z setelah
echo terakhir pada data yang dikumpulkan
- TI 1700-2200 msec pada FLAIR
gambaran cairan akan tampak hipointens pada pembobotan T2 yang biasanya terang
pada T2 FSE
- TI 150-175 msec pada STIR
untuk menekan sinyal lemak.
No comments:
Post a Comment