Pencitraan Organ dengan RadioisotoP
Untuk keperluan diagnosa, aplikasi teknik nuklir dalam bidang
kedokteran seringkali memanfaatkan radioisotop yang dimasukkan ke dalam
tubuh pasien secara inhalasi melalui saluan pernafasan, melalui mulut
maupun injeksi. Kepada pasien diberikan radiofarmaka yang sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang dikehendaki. Berbagai jenis radiofarmaka
digunakan untuk mempelajari berbagai jenis organ. Setelah masuk ke dalam
tubuh, radiofarmaka akan menuju ke organ tertentu. Karena senyawa
tersebut dapat memancarkan radiasi gamma, maka keberadaannya di dalam
organ tubuh dapat diketahui dengan pemantau radiasi, baik kinetik maupun
distribusinya.
Pemantau radiasi yang digunakan dalam pemeriksaan ini
berupa kamera gamma yang dapat mendeteksi sinar gamma dari bagian tubuh
pasien yang sedang diperiksa. Kamera gamma merupakan peralatan
kedokteran nuklir yang utama. Alat ini mampu menghasilkan gambar atau
mengukur fungsi dari organ yang sedang dipelajari. Seringkali juga
digunakan kamera gamma yang berputar untuk membuat gambar organ tubuh
dalam tiga dimensi. Penggunaan komputer yang dirangkai dengan kamera
gamma ini dapat membantu dalam interpretasi hasil pemeriksaan. Diagnosa
yang menghasilkan gambar ini dikenal dengan teknik pencitraan (imaging studies).
Gambar citra yang dihasilkan bisa berupa gambar statik
maupun gambar dinamik. Gambar statik memberi informasi kondisi organ
pada suatu saat tertentu saja, sedang gambar dinamik memberikan
informasi berupa perubahan keadaan pada organ atau bagian tubuh selama
kurun waktu tertentu. Studi dinamik mengukur kinerja suatu organ atau
sistem tubuh menurut fungsi waktu. Informasi yang diperoleh dengan
teknik pencitraan tersebut di samping berupa gambar (citra) organ atau
bagian tubuh maupun seluruh tubuh (whole body imaging), juga
dapat berupa kurva-kurva atau angka-angka yang bisa dianalisa lebih
lanjut. Dengan menggabungkan hasil pemeriksaan kedokteran nuklir dan
hasil pemeriksaan sinar-X serta pemeriksaan lainnya, akan diperoleh
hasil analisa yang lengkap mengenai kondisi pasien.
Aman dan Hasil Lebih Baik
Untuk tujuan diagnosa, pemeriksaan secara kedokteran nuklir
dapat dilakukan dengan mudah, murah serta dihasilkan informasi diagnosa
yang akurat. Dari diagnosa ini dapat diperoleh informasi tentang fungsi
organ tubuh yang diperiksa serta gambaran anatominya. Hal tersebut
dimungkinkan karena sejumlah kecil radiasi yang dipancarkan oleh
radioisotop sangat mudah dideteksi dengan pemantau radiasi. Jika suatu
jenis radioisotop dimasukkan ke dalam tubuh pasien, maka distribusi,
laju distribusi dan konsentrasi radioisotop tersebut sangat mudah
dilacak menggunakan pemantau radiasi.
Dewasa ini peranan kedokteran nuklir cukup besar dalam
menunjang diagnosis penyakit-penyakit secara cepat, tepat dan seringkali
lebih dini. Hampir semua cabang ilmu kedokteran dapat memanfaatkan
peranan kedokteran nuklir. Tes diagnostik dengan radioisotop dapat
digunakan untuk mengetahui :
- Baik tidaknya fungsi organ tubuh.
- Proses penyerapan berbagai senyawa tertentu oleh tubuh.
- Menentukan lokasi dan ukuran tumor dalam organ tubuh.
Radioisotop yang digunakan dalam teknik nuklir kedokteran berumur paro (T1/2)
sangat pendek, mulai dari beberapa menit sampai beberapa hari saja. Di
samping berwaktu paro pendek, juga berenergi rendah dan diberikan dalam
dosis yang kecil saja, mengingat ada efek sampingan dari radiasi yang
merugikan terhadap tubuh apabila radioisotop tersebut tinggal terlalu
lama di dalam tubuh. Technicium-99m (99mTc)
merupakan salah satu jenis radioisotop yang paling banyak digunakan
dalam kedokteran nuklir untuk tujuan diagnosa. Radioisotop yang
ditemukan oleh Perrier dan Serge pada tahun 1961 ini dipilih karena
mempunyai waktu paro sangat pendek, yaitu enam jam, sehingga dosis
radiasi yang diterima pasien sangat rendah.
Technicium-99m juga merupakan radioisotop pemancar
sinar gamma murni dengan energi 140,5 keV. Sinar gamma yang
dipancarkannya sangat mudah dideteksi. Sifat menguntungkan lainnya dari 99mTc
ini adalah dapat berikatan dengan berbagai bahan secara stabil, tidak
beracun, murah dan mudah penyediannya. Hingga kini ada sebanyak 10 jenis
radiofarmaka yang mengandung senyawa 99mTc telah digunakan
untuk kegiatan kedokteran nuklir. Diperkiraan setiap tahunnya paling
tidak ada lima juta pasien di seluruh dunia menjalani diagnosa dengan 99mTc ini.
Deteksi Dini
Hampir seluruh organ dalam tubuh manusia dapat didiagnosa
dengan teknik nuklir kedokteran, seperti pemeriksaan otak, limpa, hati,
jantung, ginjal, tulang, darah, pembuluh darah, paru-paru, saluran
pencernaan, kelenjar gondok dan lain-lain. Teknik nuklir kedokteran juga
dapat dipakai untuk memeriksa penyebaran penyakit kanker tulang. Hanya
dengan teknik ini penyakit tersebut dapat dideteksi semenjak dini,
sedang teknik lainnya baru bisa mendeteksinya bila penyakit tersebut
telah lanjut. Teknik nuklir kedokteran juga dapat dipakai untuk
mengetahui secara dini ada tidaknya penyakit jantung koroner. Beberapa
contoh pemeriksaan kedokteran nuklir antara lain adalah :
- Sken (scanning) otak digunakan untuk memeriksa penyakit-penyakit otak, antara lain infeksi, tumor dan kelainan vaskuler. Dalam pemeriksaan ini pasien diinjeksi dengan radiofarmaka. Untuk mempelajari sirkulasi darah diambil gambar dinamik langsung setelah injeksi.
- Uji tangkap tiroid dan sken tiroid digunakan untuk memeriksa fungsi tiroid dan kelainan-kelainan marfologi. Uji tangkap tiroid dilakukan dengan cara memberikan sejumlah kecil radiofarmaka kepada pasien secara peroral atau suntikan. Jumlah radiofarmaka yang ditangkap oleh kelenjar tiroid menunjukkan fungsi kelenjar tersebut.
- Sken paru-paru seringkali dipakai untuk mendeteksi adanya gumpalan darah dalam paru-paru. Proses pemeriksaan dilakukan dengan menginjeksikan partikel radiofarmaka yang akan terbawa aliran darah ke paru-paru. Pengambilan gambar dilakukan dengan kamera gamma. Pemeriksaan dengan kedokteran nuklir ini seringkali dikombinasikan dengan pemeriksaan menggunakan gas raioaktif yang dilakukan sehari sesudah atau sebelum sken dan disertai pula dengan pemeriksaan sinar-X.
- Sken jantung digunakan untuk studi penyakit jantung koroner dan mengevaluasi fungsi jantung atau menentukan adanya serangan jantung yang baru saja terjadi.
- Teknik nuklir dapat pula dipakai untuk sken hati, limpa, sistim empedu, ginjal dan tulang untuk mengetahui penyakit yang ada pada organ-organ tersebut.
Dikirim oleh: Mukhlis Akhadi
No comments:
Post a Comment