BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi
pengion dan bentuk energi lainnya (non pengion) dalam bidang diagnostik,
imajing dan terapi.
Radiasi adalah proses dikeluarkannya energi radiasi dalam bentuk
gelombang (partikel), atau proses kombinasi dari pengeluaran dan
pancaran energi radiasi .Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah
maupun buatan.
- Radiasi dari sinar kosmis
- Radiasi yang berasal dari unsur-unsur kimiawi yang terdapat pada lapisan kerak bumi.
- Radiasi yang terjadi pada atmosfir sebagai akibat terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi.
- Radiasi yang berasal dari bahan radioaktif yang terdapat pada lapisan tanah (lapisan bola bumi).
Terjadi antara lain dari bahan radioaktif yang melalui spesifikasinya
dengan alat khusus dapat dihasilkan jenis radiasi tertentu.Sumber
radiasi buatan ini antara lain :
- Sinar X
à Dental X Ray unit,mesin atau pesawat roentgen gigi yang berguna
membuat radiografi gigi dan jaringan mulut.Unsur radioaktif yang biasa
di gunakan adalah tungsten carbide,barium platinum cyanida.Sinar ini
mula-mula ditemukan oleh sarjana fisika dari Wuerhurg,Bavaria bernama
Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1895.
à Unit sinar X medis,alat penghasil sinar X ini biasanya digunakan
untuk radiodiagnosa pada ilmu kedokteran umum,misalnya unit sinar X
medis jenis polyscoop-p1 yang dapat digunakan pemeriksaan langsung
dengan fluoresensi atau untuk pembuatan radiografi dari organ-organ
tubuh manusia.
- Sinar alfa
- Sinar beta
- Sinar gamma
- Sinar Laser
Sinar X adalah adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang
mempunyai panjang gelombang sangat pendek yang dihasilkan oleh mesin
penghasil sinar X dengan mengunakan unsur radioaktif
tungsten carbide atau barium platinum sianida .
Pembuatan Sinar X
Suatu tabung roentgen hampa udara
ß
Terdapat elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran(target).
Proses Terjadinya sinar x
- Katode(filamen) dipanaskan (>2000°C) sampai menyala dg mengaliri listrik dari transformator
- Karena panas, elektron-elektron dari katode terlepas
- Sewaktu dihubungkan dg tranformator tegangan tinggi,
elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anode dan dipusatkan
ke alat pemusat (focusing cup)
- Filamen dibuat relatif negatif terhadap target dengan memilih potensial tinggi
- Awan elektron mendadak dihentikan pada target dan terbentuk panas (> 99%) dan sinar X (< 1%)
- Pelindung timah akan mencegah keluarnya sinar X dari tabung hanya dapat keluar melalui jendela
- Panas yang tinggi pada sasaran akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingi
Sifat – sifat sinar X
- Tidak dapat dilihat
- Tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet
- Tidak dapat difokuskan oleh lensa apapun
- Dapat diserap oleh timah hitam(Pb)
- Dapat dibelokan setelah menembus logam atau benda padat.
- Dapat difraksikan oleh unsur kristal tertentu
- Mempunyai panjang gelombang sangat pendek
- Mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi
- Mempunyai daya tembus yang sangat tinggi
- Membutuhkan tegangan listrik yang tinggi untuk proses terjadinya
- Dapat menimbulkan efek biologik sebagai akibat radiasi ionisasi
- Dapat menimbulkan fluoresensi pada karton/plastik yang dilapisi bubuk halida perak
- Dapat bereaksi dengan film yang digunakan untuk roentgenodiagnosa,karena timbul gambar dari objek yang dieksposi.
- Dapat menstimulasi sel-sel muda dari organ tubuh hidup
- Dapat menyebabkan nekrotik pada jaringan tubuh hidup
- Dapat memutasikan sel-sel gonad
- Dapat menimbulkan sindrom prodormal dari sisem saluran pencernaan
- Dapat menimbulkan sindrom susunan syaraf pusat
- Dapat menimbulkan kelainan sel darah,antara lain anemia(Hb sangat rendah) trombositopenia,leukositosis,leukimia dan seterusnya.
Kegunaan Dental Radiography
- Radiodiagnosa/Rongenodiagnosa
Radiodiagnosa :Radiograf gigi merupakan data pendukung yang penting
dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit atau kelainan di Kedokteran
Gigi misalnya :
- Adanya kelainan apikal atau periapikal yang tidak terdeteksi secara klinis.
- Adanya kelainan pada rahang.
- Adanya fraktur rahang atau akar gigI
- Karies yang tersembunyi(pada proksimal atau karies akar)karies sekunder,karies incipien,kedalaman karies dan lain-lain.
- Rencana Perawatan
Radiograf gigi sangat membantu dalam pembuatan atau penentuan rencana perawatan,seperti:
- Penentuan letak pin atau implant
- Kondisi saluran akar
- Penentuan jenis dan teknik
- Penunjang Perawatan
Radiograf gigi sangat membantu memudahkan dalam melakukan sebuah perawatan,seperti :
- Komplikasi post operatif
- Perawatan endodontik
- Evaluasi Perawatan
Untuk evaluasi atau kontrol keberhasilan atau kemajuan perawatan
- Radiografi merupakan salah satu data rekam medik yang sangat penting.
- Kepentingan forensik.
Peralatan Dental Radiography meliputi :
- Unit sinar X
- Film
- Unit Prosesing
- Larutan prosesing film
- Unit pengering film
- Radiography protection system
- Viewer
efek Radiasi Sinar X
Sifat sinar x yang berbahaya terutama pada yang terkena radiasi baik
makhluk hidup maupun lingkungan,sebagai efek lanjut dari pengaruh
radiasi ionisasi terhadap jaringan dan keadaan lingkungan tersebut.
Secara umum,perubahan jaringan atau sel terkena radiasi ionisasi
sinar X sebagai akibat terurainya ion-ion air (akibat ionisasi) adanya
rekomendasi dengan terbentuknya molekul air dan terbentuknya peroksida
yang merupakan racun dalam jaringan atau sel,serta pula terbentuknya ion
bebas hidrogen yang akan menimbulkan reaksi kimiawi dan perubahan
biokimia pada jaringan sel tersebut.
Radiasi sinar X dapat menimbulkan perubahan-perubahan di dalam tubuh antara lain :
- Biokimia cairan tubuh
- Biokimia sel
- Biokimia jaringan
- Biokimia organ
Hal ini akan mengakibatkan timbulnya keluhan,gejala klinis bahkan kematian sel,jaringan dan organ tersebut.
Efek biologi yang terjadi ,mula-mula berupa absorbsi radiasi sampai
timbulnya gejala radiasi,keadaan ini memerlukan waktu
bertahun-tahun.Masa atau waktu tersebut disebut periode latent.Periode
latent terjadi sebagai akibat efek biologi kumulatif.
Gigi
Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu :
Efek radiasi langsung terjadi paling dini dari benih gigi,berupa
gangguan kalsifikasi benih gigi,gangguan perkembangan benih gigi dan
gangguan erupsi gigi.
- Efek radiasi tak langsung
Efek radiasi tak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi
gigi normal berada dalam rongga mulut,kemudian terkena radiasi
ionisasi,maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya ada karies
radiasi.Biasanya karies radiasi terjadi pada beberapa gigi bahkan
seluruh regio yang terkena pancaran sinar radiasi,keadaan ini disebut
rampan karies radiasi,yang terjadi setelah mengabsorbsi dosis radiasi
5.000R.
Kelenjar Liur
Radiasi ionisasi yang terjadi pada kelenjar liur dengan dosis radiasi
sekitar 3.000R akan menimbulkan gangguan sekresi air liur,hal ini
menyebabkan rongga mulut terasa kering disebut xerostomia.
Tingkat perubahan kelenjar liur setelah radiasi
Untuk beberapa hari terjadi radang kelenjar liur,setelah satu minggu
terjadi penyusutan parensim sehingga terjadi pengecilan kelenjar
liur,ada penyumbatan.Terjadi penurunan sekresi air liur dan
viskositasnya lebih kental,warna air liu akan berubah kekuningan dan
coklat.Phnya turun lebih asam.
Lidah
Radiasi ionisasi pada lidah,menyebabkan pecahnya papila filiformis dan fungiformis
Bibir,jaringan ikat di dalam mulut dan pipi
Setiap sel jaringan ikat yang terkena radiasi ionisasi akan mengalami perubahan,antara lain :
- Pecahnya vakuola didalam inti sel
Prubahan tersebut terjadi terus menerus sedangkan mitosis sel juga
terjadi.Perubahan tersebut mengakibatkan sel mitosis tidak normal dan
pembentukan sel-sel besar atau sel raksasa.Radiasi lebih lanjut akan
mengakibatkan terjadinya kematian jaringan tersebut (nekrotik).Pada
beberapa literatur radiasi tersebut dapat menyembuhkan kanker tetapi
dapat menyebabkan kanker.Kanker mulut kadang-kadang terjadi sebagai
akibat pengobatan dengan radiasi(radioterapi) dengan dosis radiasi
sekitar 5000-7000 Rad.
Bila daerah leher terkena radiasi,yang menderita radiasi ionisasi
adalah kelenjar tiroid.Dosis rendah yang terserap kelenjar tiroid lebih
kecil dari 6,5 rad tidak mengakibatkan kelainan,tetapi bila dosis
radiasi tersersp jauh lebih tinggi,akan mengakibatkan stimulasi sel
kelenjar tiroid serta kanker tiroid. (Lukman, 1990)
Satuan dari Radiasi
- Rad
Satuan dosis serap yang diperlukan untuk melepaskan tenaga 100 erg dalam 1 gram bahan yang disinari .1 Rad = 100 erg/gram
- Roentgen
Suatu pemaparan radiasi yang memberikan muatan 2,58 x 10 coulomb per kg udara
- Rem
Adalah satuan dosis ekuivalen; yaitu sama dengan dosis
serap dikalikan dengan faktor kualitas (QF)
- Gray (Gy)
1 Gy = 100 rad
- Sievert (Sv)
1 Sv = 100 Rem
BAB III.PEMBAHASAN
3.1 Mengetahui prosesing film
Tahapan pengolahan film secara konvensional terdiri dari
pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing),
pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
A. Developing ( Pembangkitan )
Pembangkitan merupakan langkah pertama dalam memproses film. Suatu
larutan kimia yang dikenal sebagai larutan pengembang atau developer
digunakan dalam proses pembangkitan. Tujuan dari developer atau
pengembang adalah mengurangi paparan, energi Kristal perak halida kimia
ke perak hitam metalik. Larutan pengembang ini melembutkan emulsi film
selama proses ini
a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada
tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang
disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam
emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau
perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran
perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi
perubahan.
Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman
bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas
cahaya yang diterima oleh film.Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran
akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan
terbentuk bayangan laten pada film.
b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida
negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal
lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan
berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan
elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan
tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga
bermuatan negatif.
Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang
bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak
positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah
bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak.
c. Larutan developer terdiri dari:
i. bahan pelarut (solvent)
Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak mengandung mineral.
ii. Bahan pembangkit (developing agent).
Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida
menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini akan
bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk
menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya telah
terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa
mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa
digunakan adalah jenis benzena (C6H6).
iii. Bahan pemercepat (accelerator).
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada
film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah
diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat
yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 /
K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat
larut dalam air.
iv. Bahan penahan (restrainer).
Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan
pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak
terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan
adalah kalium bromida.
v. Bahan penangkal (preservatif).
Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan
pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi
oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan
sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan
meminimalkan efek yang ditimbulkannya.
vi. Bahan-bahan tambahan.
Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula
bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras
(hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk
mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif
konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan
emulsi film yang diproses.
B. Rinsing (Pembilasan)
Setelah proses pembangkitan, rendaman air digunakan untuk mencuci
atau membilas film. Pembilasan digunakan untuk menghilangkan developer
atau pengembang dari film dan memberhentikan proses pengembangan. Pada
waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan
pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi
filmnya.
Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar
tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya.Cairan pembangkit yang tersisa
masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah
dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi
pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog)
sehingga foto hasil tidak memuaskan.Proses yang terjadi pada cairan
pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan
pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air.
Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.
C. Fixing (Penetapan)
Setelah proses pembilasan, difiksasi. Suatu larutan kimia yang
dikenal sebagai fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari
fiksator adalah untuk menghilangkan Kristal perak halida yang tidak
terpapar dan terkena energi emulsi film. Fiksator menguatkan emulsi film
selama proses ini.
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen
dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa
mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara
mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam
air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi
lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi
film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk
memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan
akibat penyerapan uap air.
Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap adalah:
a. Bahan penetap (fixing agent).
Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini
bersifat dapat bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak
yang larut dalam air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek
terhadap bayangan perak metalik. Bahan yang umum digunakan adalah
natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang dikenal dengan nama hypo.
b. Bahan pemercepat (accelerator).
Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan,
biasanya digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa
dalam menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan
menghentikan aksinya.
Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan mengendapkan sulfur
c. Bahan penangkal (preservatif).
Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap
ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur
tersebut. Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium
metabisulfit, atau kalium metabisulfit.
d. Balian pengeras (hardener)
Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film yang
berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak bromida mudah
terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan yang digunakan
biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat
[Al2(SO4) 3].
e. Bahan penyangga (buffer).
Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga
pada nilai 4 – 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam
asetat dengan natrium asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan
natrium bisulfit.
f. Pelarut (solvent).
Pelarut yang ummn digunakan adalah air bersih.
D.Washing (Pencucian)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak
komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan
tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir
agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.
E. Drying (Pengeringan)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan
adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari
proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari
partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu
udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.
Teknik prosesing film yg lain yaitu
1. MANUAL
a. dengan dark room ;
1) Metode visual
2) Metode temperatur dan waktu
b. Tanpa dark room (self processing)
2. OTOMATIS
ð dg film processing otomatics machine
- Cara kerja dari metode visual
R Film dibuka di kamar gelap
R Lakukan developing dalam developer ð diangkat ð diamati (diulang) sampai film hijau (putih dan hitam)
R Cuci dlm air tenang sampai bersih (20 detik)
R Fixing dalam fikser sampai radiograf jernih
R Cuci dalam air mengalir sampai bau asam hilang
R Radiograf dikeringkan
KEUNTUNGAN METODE VISUAL
-detail dan kontras lebih baik walupun exposure bervariasi:
-Film over-exposure ð Under-developing
- Film under-exposure ð over-developing
- Cara kerja metode temperatur dan waktu
R Film dibuka di kamar gelap
R Masukkan film kedalam developer sesuai dengan waktu dan temepratur yang telah ditentukan,
KEUNTUNGAN METODE TEMPERATUR DAN WAKTU
- Tidak perlu pengamatan berkali-kalið ada alarm
- Dapat memperkirakan jumlah exposure
- Dapat mengerjakan banyak film
KERUGIAN METODE TEMPERATUR DAN WAKTU
ð Kontras dan detail radiograf kurang baik
- Cara kerja metode self prosesing
Larutan prosesing sudah mengandung developer dan fixer dalam satu
larutan (MONOBATH) ð Dsuntikkan kedalam film packet yang sudah di
exposure ð dibuka dan dicuci dengan air mengalir ð dikeringkan
- Cara kerja otomatis prosesing
Film dimasukkan kedalam alat (prosesor otomatis) yang berisi
developer dan fixer. Film secara otomatis akan berjalan melewati kedua
larutan tersebut dan keluar dari alat sudah dalam keadaan kering.
3.2 Mengetahui alat dan cara pemaparan radasi
Teknik radiografi merupakan salah satu metode pengujian material
tak-merusak yang selama ini sering digunakan oleh industri baja untuk
menentukan jaminan kualitas dari produk yang dihasilkan. Teknik ini
adalah pemeriksaan dengan menggunakan sumber radiasi (sinar-x atau
sinar gamma) sebagai media pemeriksa dan film sebagai perekam gambar
yang dihasilkan. Radiasi melewati benda uji dan terjadi atenuasi dalam
benda uji.
Sinar yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film yang
diletakkan pada bagian belakang dari benda uji. Setelah film tersebut
diproses dalam kamar gelap maka film tersebut dapat dievaluasi. Bila
terdapat cacad pada benda uji maka akan diamati pada film radiografi
dengan melihat perbedaan kehitaman atau densitas. Pemilihan sumber
radiasi berdasarkan pada ketebalan benda yang diperlukan karena daya
tembus sinar gamma terhadap material berbeda. P
ada sumber pemancar sinar gamma tergantung besar aktivitas sumber.
Sedangkan pemilihan tipe film sangat mempengaruhi pemeriksaan kualitas
material. Film digunakan untuk merekam gambar material yangdiperiksa.
Pemilihan tipe film yang benar akan menghasilkan kualitas hasil
radiografi yang sangat baik. Pada umumnya kita mengenal dua macam jenis
film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada film cepatbutir-butirannya
besar, kekontrasan dan definisinya kurang baik. Sedangkan pada film
lambat butir- butirannya kecil,
JENIS-JENIS FOTO RONTGEN GIGI
Secara garis besar foto Rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan
dan penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Rontgen Intra oral dan
foto Rontgen extra oral.
Teknik Rontgen Intra oral
Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan
sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien.
Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32
gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan
radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan
oklusal.
Teknik Rontgen Periapikal
Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar
gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan
untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik parallel dan bisektris,
yang sering digunakan di RSGM adalah teknik bisektris.
Teknik Bite Wing
Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan
rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan
untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar.
Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk
stabilisasi film di dalam mulut.
Teknik Rontgen Oklusal
Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang
atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah
film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk
mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.
Teknik Rontgen Ekstra Oral
Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada
rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto
Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah
foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral
lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero
anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne,
proyeksi Submentovertex
Teknik Rontgen Panoramik
Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan
gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan
maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan
untuk mengevaluasi gigi
impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.
Teknik Lateral
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral
tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan
muka.
Teknik Postero Anterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat
memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis,
fossanasalis, dan orbita.
Teknik Antero Posterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan
maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis,
serta tulang hidung.
Teknik Cephalometri
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah
akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini
juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus
paranasal dan palatum keras.
Proyeksi Water’s
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus
ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis,
dan rongga nasal.
Proyeksi Reverse-Towne
Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami
perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding
postero lateral pada maksila.
Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi
kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus
maksila, dan arcus zigomatikus.
ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PROSESING FILM
- DARK ROOM
ðTempat memproses film sampai terjadi gambar yang siap untuk dibaca
PERSYARATAN:
- Ukuran memadai ~kapasitas, beban kerja
- Terlindung (radiasi, sinar matahari,bahan kimia lain selain
bahan prosesing film)
- ada sirkulasi udara
- Air bersih
- Safe light (cukup lampu merah atau hijau 5 watt)
DARK ROOM TERDIRI DARI:
- bak berisi air mengalir
- Tangki pembangkit/pengembang (developer tank)
- Tangki penetap (fixer tank)
@ Almari untuk penyimpan
- Film
- Kaset
-dll
@ Film hanger
- FILM PROSESING TANK
- FILM PROCESSING SOLUTION
- Natrium Karbonat ð akselerator developer, menjaga developer tetap basa
-Kalium Bromide ðreduksi kristal yg tidak tertembus x-ray, mencegah kabut film
-Natrium sulfit (preservative) ð mencegah oksidasi zat pereduks
- Air ð pelarut
-Metol (elon) ; pereduksi ð timbulkan detail gambar
-Hiroquinone(pereduksi) ð kontras yg baik
Bersifat asam Menghilangkan developerMengandung:
- Natrium tiosulfat ðmelarutkan AgBr yg tidak larut dlm developing
-Asam asetat ð netralisir sisa developer pd film
-Natrium sulfit ðmencegah zat fixing terurai dlm asam asetat(mencegah pengendapan)
-Kalium alum (boraks) ðmengeraskan gelatin pada emulsi film ð gambaran tahan lama
-Air ð pelarut
3.3 Mengetahui evaluasi dari hasil prosesing film
Kegagalan dalam processing film bisa terjadi oleh beberapa alasan di antranya:
- Time and temperature errors
Pengaturan waktu dalam processing film harus diperhatikan, seperti
contoh dalam FIXING, yang menurut ketentuan harus dilakukan selama 4-15
menit. Jika kurang dari penetapan waktu tersebut maka hasil film akan
mudah kabur dalam jangka waktu pendek. Sedangkan pabila melebihi batasan
waktu, maka gambar pada film akan hilang. Sedangkan pengaturan
temperature di gunakan dalam processing film dengan metode
Time and Temperature.
- Chemical contamination errors
Bahan-bahan kimia yang mencampuri dalam processing film dapat
mengakibatkan hasil film yang buruk. Seperti bila ada senyawa AgBr, yang
masih tertinggal pada film maka hasil film pada nantinya akan terlihat
buram
Pemegangang pada film diperbolehkan saat memastikan bahawa film
tersebut sudah benar benar kering. Karena kalau tidak akan tercetak jari
jari kita pada film, bisa juga timbul bercak bercak yang akan
mengganggu dari hasil FILM itu sendiri.
Tidak diperbolehkan untuk menggunakan warna lampu yang berwarna putih, dan jarak antara penerangan dengan
working area tidak
boleh terlalu dekat, minimum 4 kaki. Bila hal ini tidak diperhatikan
maka hasil pada film akan terlihat seperti berkabut (fogged)
ARTEFACT RADIOGRAFI:
Struktur atau gambaran yang tidak normal ada/tampak dlm radiograf ; pada obyek yg difoto tidak ada
SEBAB:
- Defect pada film atau film packet
- Improper handling of the film packet
- Accidental incidental to processing of the film
- Radiographic technical error
- RADIOGRAF DENGAN GORESAN RADIOLUSEN
SEBAB :
r Film tergores kuku atau benda lainnya
r film tertekuk / kerutan film
r goresan penjepit film yg terkontaminasi developer yg pekat
r pecikan larutan developer
- RADIOGRAF DENGAN CAP JARI
SEBAB : Memegang film dengan jari yang basah atau berkeringan
- RADIOGRAF DENGAN GAMBAR JARING/POLA ALUR BAN
SEBAB : penempatan film terbalik
- NODA PUTIH PADA RADIOGRAF
SEBAB : Æartifak larutan fiksasi
Æ emulsi tergores
Æ Benda/obyek radiopak tertanam dalam jaringan
Æ Benda/obyek radiopak pada cone
- RETIKULASI PADA RADIOGRAF
SEBAB ; Perbedaan suhu yang tajam antara larutan developing dan air
pencuci
- RADIOGRAF TIDAK LENGKAP
SEBAB : r Film kontak dengan hanger, sisi bak pencuci atau kontak dengan
film lain selama proses pengembangan
r penempatan film kurang tepat (kurang ke apikal; terlalu ke apikal)
r Sebagian film tidak masuk dalam larutan pengembang
r Kegagalan penempatan film sejajar dataran oklusal
r Angulasi vertikal terlalu kecil c pemanjangan
- RADIOGRAF TERLALU PUTIH
SEBAB: r Underexposure
r waktu developing terlalu singkat
r Temperatur developer rendah
r Konsentrasi developer lemah
r larutan developer terlalu dingin, kadaluarsa, kotor atau
tercampur satu sama lain
r Kualitas film jelek
r Voltage dan mA kurang
3.4 Mengetahui efek samping dari sinar x
Sinar X, selain memiliki sifat yang menguntungkan juga memiliki
beberapa efek yang berdampak buruk pada tubuh maupun lingkungan. Ketika
menembus jaringan tubuh, radiasi sinar ionisasi menimbulkan kerusakan
pada tubuh, terutama dengan ionisasi atom-atom pembentuk jaringan.
Indikasi radiasi yang merusak dalam tingkat atom akan menimbulkan
perubahan molekul, yang menimbulkan kerusakan seluler, serta menimbulkan
fungsi sel abnormal atau hilangnya fungsi sel.
Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik
dan kimia yang terjadi segera setelah terpapar (10-15 detik), kemudian
diikuti dengan proses biologic dalam tubuh. Proses biologic meliputi
rangkaian perubahan pada tingkat molekuler, seluler, jaringan dan tubuh.
Konsekuensi yang timbul dapat berupa kematian sel atau perubahan pada
sel. Bergantung pada dosis radiasi yang diterima tubuh. Pada paparan
akut dosis relative tinggi, efek yang timbul merupakan hasil kematian
dari sel yang dapat menyebabkan gangguan fungsi jaringan dan organ
tubuh, bahkan kematian.
Efek seperti ini disebut efek deterministic yang umumnya segera dapat
teramati secara klinis setelah tubuh terppar radiasi dengan dosis
diatas dosis ambang. Selain itu, radiasi dapat tidak mematikan sel
tetapi menyebabkan perubahan atau transformasi sel sehingga terbentuk
sel baru yang abnormal.
Perubahan ini terutama karena rusaknya materi inti sel, kususnya DNA
dan kromosom. Perubahan ini berpotensi menyebabkan terbentuknya kanker
pada sebagian individu terpapar atau penyakit herediter meningkat dengan
bertambahnya dosis, tetapi tidak halnya dengan keparahannya. Efek ini
disebut efek stokastik.
Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan
mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan
akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang
dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan
hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh
timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.
Efek Radiasi pada Glandula Salivarius
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker
telah terbukiti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva
dengan berbagai drajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena
radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva.
Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung dosis
dan lamanya penyinaran.. Mulut akan menjadi kering (Xerostomia) dan
sakit, serta pembengkakan dan nyeri karena berkurangnya saliva sehingga
menyebabkan hilangnya fungis lubrikasi.
Efek Radiasi pada Gigi
Gigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi
daerah rongga mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa
tahun setelah radiasi. Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi
gigi yang disebut karies radiasi dan dimulai pada servikal gigi. Lesi
berupa demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya, dengan
pola melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi pada daerah
servikal.
Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan
karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila
dibandingkan dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa
untuk melihat radiografi dalam situasi pengamatan yang tepat dengan
pandangan yang jelas agar dapat membedakan antara restorasi dan anatomi
gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu efek radiasi
secara langsung dan tidak langsung.
a. Efek Radiasi Langsung
Efek radiasi ini terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan
kalsifikasi benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan
erupsi gigi.
b. Efek Radiasi tidak Langsung
Efek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan
erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena radiasi
ionosasi, maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya adanya
karies radiasi. Biasanya karies radiasi pada beberapa gigi bahkan
seluruh region yang terkena pancaran sinar radiasi, keadaan ini disebut
rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan bentuk rampan dari
kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang mendapatkan
radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies
dihasilkan dari perubahan glandula salivarius.
Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena
adanya perubahan elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal
dapat menurun dan akumulasi debris yang cepat karena tidak adanya
tindakan pembersihan. Karies sekunder yang disebabkan radiasi memiliki
bentuk jelas yang merata pada cement enamel junction (CEJ) dari
permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan terhadap
karies.
Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak
karena terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi
demineralisasi bila saliva menjadi asam dan kehilangan suplai mineral
yang secara normal mengisi ion negative berubah, permukaan lembut,
kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan erosi, membuat
dentin menjadi terbuka.
Efek Radiasi pada Tulang
Perawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran
termasuk pada mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh
penyinaran yan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan
tulang kortikal, yang dalam keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga
dapat merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan sumsusm tulang menjadi
hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.
Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum
menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa
lacuna pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan
indikasi terjadinya nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang,
memicu terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari tulang yang normal.
Jika keadaan ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian, kondisi
seperti ini disebut osteoradionecrosis.
Efek Radiasi pada Pulpa
Apoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel
yang terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun
patologis. Apoptosis digunakan oleh organism multi sel untuk membuang
sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis umumnya
berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh.
Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme
homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan,
sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau
bahan racun pada proses penuaan.
Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis
radiasi yang diterima selama terapi radiasi adalah ± 200 rad sehingga
apoptosis pada sel fibrolas pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel
sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati akibat efek radiasi.
Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di pulpa
dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa
membentuk dan mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk
ground substance dan serat kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas
pulpa menjadi proses awal terjadinya karies radiasi.
Selain itu, Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali
dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang
dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi
pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti
DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu
terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya
kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80%
dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi
radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.
A. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis
air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta
sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh.
B. Radiasi dengan DNA..
Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan
struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa,
hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya
salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya
kedua untai DNA yang disebut double strand breaks
C. Radiasi dengan Kromosom.
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama
lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat
menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang
disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47
buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic.
Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi
secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis
radiasi.
DOSIS DAN EFEK SOMATIK RADIASI
1. Dosis lemah/rendah: 0 – 50 rad
a. 0-25 rad
ð tidak ada efek,mungkin tidak ada delayed effect
b. 25-50 rad
ð efek tidak ada/sedikit perubahan susunan darah,
mungkin ada delayed effect
2. Dosis sedang : 50-200 rad
a. 50-100 rad
ð badan lemas/mual, perpendekan umur, perubahan
susunan darah ð delayed recovery
b. 100-200 rad
ð mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsu
makan kurang, lemas, suara serak, diare, epilepsi,
kerontokan rambut
3. Dosis semi letal : 200-400 rad
- mual, mutah dalam 1-2 jam setelah radiasi
- epilepsi
- nafsu makan berkurang
- panas dan lemas
- pada minggu ke-3: radang mulut/tenggorok
- Pada minggu ke-4 : pucat, perdarahan hidung, diar
4. Dosis letal : 400-600 rad
- 1-2 Jam : mual muntah
- akhir minggu ke-1: radang mulut/tenggorokan
BAB IV. KESIMPULAN
1. Teknik prosesing film yg lain yaitu
a. dengan dark room ;
1) Metode visual
2) Metode temperatur dan waktu
b. Tanpa dark room (self processing)
ð dg film processing otomatics machine
Tahapan pengolahan film secara mannual terdiri dari pembangkitan
(developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian
(washing), dan pengeringan (drying).
2. JENIS-JENIS FOTO RONTGEN GIGI
Teknik Rontgen Ekstra Oral
Teknik Rontgen Panoramik
Teknik Rontgen Oklusal
Teknik Bite Wing
Teknik Rontgen Periapikal
Teknik Rontgen Intra oral
Teknik Lateral
Teknik Postero Anterior
Teknik Antero Posterior
Teknik Cephalometri
3.Kegagalan dalam processing film bisa terjadi oleh beberapa alasan di antranya
Time and temperature errors
Chemical contamination errors
Film handling errors
Lighting errors
4.efek radiasi
Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik
dan kimia yang terjadi segera setelah terpapar (10-15 detik), kemudian
diikuti dengan proses biologic dalam tubuh. Proses biologic meliputi
rangkaian perubahan pada tingkat molekuler, seluler, jaringan dan tubuh.
Konsekuensi yang timbul dapat berupa kematian sel atau perubahan pada
sel. Bergantung pada dosis radiasi yang diterima tubuh. Pada paparan
akut dosis relative tinggi, efek yang timbul merupakan hasil kematian
dari sel yang dapat menyebabkan gangguan fungsi jaringan dan organ
tubuh, bahkan kematian. *laporan tutorial kelompok enam*
Copyright 2003, Elsevier Science (USA). Produced in the United States of America
O’Brien, Richard C. 1982. Dental Radiography: An Introduction for
Dental Hygienists and Assistants. Philadelphia: W. B. Saunders Company
Clark, K.C., (1974), Positioning Radiography. Volume 2. Churchill Livingstone, London.
Fong, E., et al., (1980), Body Structures and Functions. 6th ed. Delmar Publishing Inc., Boston.
Hoxter, E.A., (1978), Teknik Pemotretan Rontgen. Hlm 129, EGC, Jakarta